• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEHAVIOR SETTING TOKO BUNGA DI JALUR PEDESTRIAN SOLO CITY WALK ( Studi Amatan: Perempatan Nonongan - Gapura Gladak Di Surakarta) Tri Hartanto.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEHAVIOR SETTING TOKO BUNGA DI JALUR PEDESTRIAN SOLO CITY WALK ( Studi Amatan: Perempatan Nonongan - Gapura Gladak Di Surakarta) Tri Hartanto."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BEHAVIOR SETTING TOKO BUNGA DI JALUR PEDESTRIAN SOLO CITY WALK

( Studi Amatan: Perempatan Nonongan - Gapura Gladak Di Surakarta)

Tri Hartanto

Abstrak

Upaya Pemerintah Kota Solo untuk meningkatkan aktivitas komersial di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi yaitu dengan membangun ruang publik berupajalurpedestrian, yang lebih dikenal dengan Solo City Walk. Jalur pedestrian dengan lebar ± 6 m dan panjang 6-7km dibangun mulai tahun 2008. Sebagai publik space yang ada di kawasan ini jalur pedestrian yang luas menjadi lahan yang mengundang public interest untukmengembangkan aktivitas lain yang menjadi activity support (aktivitas pendukung) fungsikawasan.

Jalur pedestrian Solo City Walk sepanjang perempatan Nonongan – gapura Gladak, di jalan Slamet Riyadi Surakarta, terjadi fenomena oleh aktivitas toko-toko yang ada di sepanjang segmen ini. Yaitu terjadinya pergeseran fungsi jalur pedestrian yang keperuntukan awalnya sebagai jalur pejalan kaki, pada periode waktu tertentu mengalami pergeseran fungsi sebagai ruang membuat karangan bunga oleh pemilik toko bunga yang ada di sepanjang jalur pedestrian tersebut. Fenomena ini juga ada indikasi menyebabkan terganggunya kenyamanan pengguna jalur pedestrian. Kondisi ini berlangsung sudah cukup lama, sehingga seolah-olah sudah terbentuk ruang (behavior setting) dengan fungsi terus menerus.

Kata kunci : jalur pedestrian, public interest, behavior setting

1. PENDAHULUAN

Solo City Walk yang terletak di Jalan

Slamet Riyadi yang merupakan jantung Kota Solo adalah sebuah proyek yang dilandasi pemikiran untuk mengangkat potensi Solo yang ada dan tumbuh

dengan slogan ‘ Solo Past As SoloFuture’.

Proyek ini bertujuan hendak

mengembalikan ruang publik yang

pernah ada dalam aktivitas masyarakat

(2)

pembangunan city walk di Solo ini, sekaligus dalam rangka menunjukkan kepedulian pemkot Solo terhadap isu

global warming. City walk memanjang

sejauh 6-7 km dengan lebar ± 4 meter. Keberadaan jalur hijau yang lebar disepanjang koridor Jalan Slamet Riyadi juga menjadi salah satu potensi yang telah didisain menjadi salah satu elemen penunjang yang sangat menarik.

Ide dasar pembuatan jalur pedestrian ini adalah menyediakan tempat yang nyaman bagi para pejalan kaki di Kota

Budaya ini. Jalur pedestrian ini

menghubungkan jalur potensi wisata budaya di kota Surakarta: Kawasan Konservasi Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Kuno Danarhadi, Kawasan Ngarsopuran Mangkunegaran, Kampung Kauman, Gladhag dan Alun-Alun Utara, Masjid Agung Surakarta, Pasar Klewer, Benteng Vastenburg, dan Pasar tradisional Pasar Gede.

Namun, ternyata kondisi saat ini masih jauh dari harapan, permasalahan yang muncul di jalur pedestrian ini adalah space city walk dipakai untuk kegiatan usaha pemilik toko yang berada di sepanjang jalur pedestrian, antara lain untuk merangkai bunga, parkir mobil pribadi dan pemesan, serta parkir sepeda motor para karyawannya.

Dalam studi penelitian arsitektur dan perilaku ini, menekankan pengamatan tentang behavior setting toko karangan

bunga yang menggunakan jalur

pedestrian solo city walk, yang berada di penggal Perempatan Nonongan – Gapura Gladak. Adapun pertanyaan penelitian yang didalami adalah :

a. Faktor–faktor apakah yang

mempengaruhi, pemilik toko

karangan bunga memanfaatkan jalur pedestrian solo city walk sebagai

behavior setting?

b.Bagaimanakah pola behavior setting toko karangan bunga, di jalur pedestrian solo city walk, sepanjang Perempatan Nonongan – Gapura Gladak?

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Persepsi

Menurut Moskowitz dan Orgel (1969) dalam B. Walgito (1994), persepsi merupakan proses yang integrated dari

individu, terhadap stimulus yang

diterimanya, yaitu sebagai proses

pengorganisasian, penginterpretasian

terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti,dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Sedang menurut Rita L. Atkinson, dkk. (1983), pengertian persepsi diartikan sebagai proses pengorganisasian dan

(3)

penafsiran terhadap stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sarwono (1995), bahwa stimulus yang berupa rangsangan dari luar diri manusia diterima melalui sel-sel saraf reseptor (penginderaan), kemudian disatukan dan dikoordinasikan di dalam syaraf pusat (otak) sehingga manusia dapat mengenali dan menilai untuk memberikan makna terhadap obyek atau lingkungan fisik.

Pengguna suatu ruang, akan

mendapat stimulus dari susunan benda (susunan properti) dalam suatu setting

melalui proses penginderaan untuk

dimengerti dan dimaknai berdasarkan pengalaman masing-masing pengguna ruang. Hasil dari proses penginderaan adalah makna tentang properti yang mampu berpengaruh sebagai stimulus bagi manusia pengguna ruang tersebut. Peristiwa/proses demikian dinamakan persepsi terhadap ruang oleh pengguna.

Persepsi ini selanjutnya akan

menghasilkan reaksi yang berwujud sikap terhadap lingkungannya.

Lebih lanjut dijelaskan oleh

Woodwort dalam Gerungan (2000), terdapat empat kemungkinan yang dapat terjadi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya:

1). Individu menentanglingkungannya. 2).Individu memanfaatkan

lingkungannya.

3).Individu ikut serta pada apa yang sedang berjalan dalam lingkungannya. 4).Individu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

2.2. Atribut

Menurutt Weisman (1981) atribut

adalah kualitas lingkungan yang

dirasakan sebagai pengalaman manusia, dan merupakan produk interaksi antara perilaku individu / kelompok dalam suatu

organisasi dengan settingnya.Dapat

diartikan sebagai “ekstrinsik”,

karakteristik yang berhubungan dengan environment.

Kualitas atribut berfungsi sebagai kealamiahan hubungan yang mereka karakterkan dan rencanakan bagi mereka yang menemukan karakterisasi yang berguna (Archea, 1977 dalam Weisman)

2.3. Properti

Diartikan sebagai ” intrinsik”,

mendefinisikan sifat (karakteristik),

misalnya warna, kepadatan.Properti

merupakan bagian dari seting fisik,

sedangkan atribut lebih menjadi

penghubung antara seting fisik dan konteks perilaku yang lebih luas.

Dalam kamus Inggris-Indonesia

(dictionary) karangan P. Salim (1996), pengertian properti adalah harta benda / kekayaan. Dengan demikian, batasan pengertian properti yang dimaksudkan

(4)

dalam penelitian ini adalah menyangkut

benda yang berwujud fisik yang terdapat di dalam suatu lingkungan fisik/setting, misal : Jalur pedestrian disepanjang jalan raya, pohon, tiang telepon, pot bunga, aktivitas yang terjadi kondisi pendukung lain yang berkaitan dan sebagainya.

2.4. Setting

Menurut Setiawan (1995)

penggunaan istilah setting dipakai dalam kajian arsitektur lingkungan (fisik) dan perilaku, yang menunjuk pada hubungan

integrasi antara ruang (lingkungan fisik secara spasial) dengan segala aktivitas

individu/sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu.

Dimana penggunaan istilah setting lebih menunjuk pada unsur kegiatan manusia yang tidak nampak. Menurut

Schoggen dalam Sarwono (2001),

pengertian setting diartikan sebagai

tatanan suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku manusia, artinya ditempat yang sama, perilaku manusia dapat berbeda kalau tatanannya berbeda.

2.5. Jalur Pedestrian

Menurut Sirvani, Krier R. (2001), elemen pelengkap kota yang berfungsi sebagai space pejalan kaki untuk berjalan dalam lingkup mikro maupun makro.

3. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode induksi dengan teknik observasi, yaitu dengan pengamatan langsung di lapangan. Peneliti mencoba menggali informasi yang sebanya-banyaknya dari lapangan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya behavior setting di

jalur pedestrian Solo City Walk.

Selanjutnya melakukan identifikasi

perilaku / kegiatan rutinitas yang ada di

toko bunga, sehingga membentuk

behavior setting dalam kesehariannya. Pengamatan dilakukan pada obyek kajian pada waktu tertentu. Jumlah toko bunga yang ada di sepanjang perempatan Nonongan – gapura Gladak sebanyak 12 toko, sehingga tidak memungkinkan semua diteliti karena waktu penelitian yang terbatas. Untuk itu obyek kajian hanya diambil tiga toko bunga yang

dianggap sudah mampu

merepresentasikan dari toko-toko bunga yang ada di sepanjang perempatan Nonongan – gapura Gladak.

3.1. Obyek Kajian / penelitian

Lokasi penelitian / amatan yaitu

dijalur pedestrian Solo City

Walksepanjang perempatan Nonongan –

gapura Gladak. Wilayah amatan ini terletak di jalan Slamet Riyadi Surakarta,

(5)

terjadinya pergeseran fungsi jalur pedestrian yang keperuntukan awalnya sebagai elemen pejalan kaki, pada

periode waktu tertentu mengalami

pergeseran fungsi sebagai ruang membuat karangan bunga oleh pemilik toko bunga yang ada di sepanjang jalur pedestrian tersebut. Fenomena ini juga ada indikasi menyebabkan terganggunya kenyamanan pengguna jalur pedestrian. Kondisi ini berlangsung sudah cukup lama, sehingga

seolah-olah sudah terbentuk ruang

(behavior setting) dengan fungsi terus menerus.

Adapun yang menjadi obyek kajian adalah, Toko Bunga Puspawira, Toko

Bunga Pawirorejo, Toko Bunga

Soemardajan. Dari ketiga toko ini terlihat ada indikasi penggunaan jalur pedestrian

sebagai behavior setting dalam

merangkai karangan bunga. Hal ini dapat dilihat dalam kesehariannya, terdapatnya material untuk karangan bunga yang diletakkan di area jalur pedestrian.

3.2. Alat Rekam Obyek Kajian / Penelitian

Alat untuk merekam yang

dipersiapkan guna mengumpulkan data tentang setting fisik obyek penelitian, atribut pada setting obyek penelitian, dan

interaksi sosial manusia dengan

lingkungannya dalam periode waktu tertentu, (lihat tabel 3.1.) :

Tabel 3.1. Pengambilan Data

No Obyek Amatan Kegiatan Alat Rekam

1

Setting jalur pedestrian yang relatif sering

digunakan sebagairuang bagi pejalan kaki, becak, pengendara sepeda, pengedara motor, pengendara mobil

Merekam Kamera

2

Perilaku orang pemesan bunga, pemilik toko bunga, karyawan toko sebagai

individumaupunberkelompokdalammengako modasikanperilakunya terhadap setting jalur pedestrian pada periode tertentu

Merekam Kamera

3 Kondisi, aspirasi pemilik toko bunga terkait

penggunan jalur pedestrian sebagai ruang merangkai bunga.

Wawancara Buku tulis dan

(6)

4 Perilaku karyawan toko bunga dalam aktivitasnya merangkai bunga

Merekam dan wawancara

Kamera dan alat tulis

3.3. Waktu Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan penelitian

didasarkan pada waktu di

mulainya kegiatan jualan toko bunga pada waktu siang dan

malam hari. Berdasarkan

informasi di lapangan dari ketiga toko yang dikaji, Toko Bunga Puspawira dan Toko Bunga Pawirorejo buka 24 jam pada tiap hari. Sedangkan Toko Bunga Soemardjan buka dari pukul 7.00 pagi hingga pukul 21.30 malam. Adapun pengamatan dilakukan dalam dua tahap yaitu :

- Tahap I / Siang hari : Pukul 10.00 s/d 14.00 ( hari Selasa dan Sabtu ) - Tahap II / Malam hari: Pukul

19.00 s/d 20.30 (hari Selasa dan Sabtu )

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian - Melakukan wawancara dengan

masing-masing pemilik toko

bunga, terkait usaha membuat karangan bunga. Juga waktu dan tempat aktivitas toko sehari-hari dari buka hingga tutup.

- Melakukan pendataan perilaku toko bunga dengan metode "Place

Centered Mapping"sehingga

diperoleh gambaran pola behavior settingnya.

- Melakukan tabulasi terhadap data

hasil wawancara dan pengamatan langsung.

- Menganalisis dan membuat interpretasi data.

- Menarik kesimpulan penelitian dan membuat saran

(7)

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Toko Puspawira Toko Pawiroredjo

Toko Soemardjan

Gambar 4.2. Lokasi Toko Bunga

4.1. Analisis Behavior Setting Toko

Bunga Puspawira

Ada tiga aktivitas utama terkait setting perilaku toko bunga ini yang menggunakan jalur pedestrian Solo City

aktivitas merangkai bunga dan aktivitas mengirim karangan bunga. Berikut ini

gambaran kondisi aktivitas-aktivitas

tersebut :

Walk, yaitu : aktivitas pemesanan,

a. Aktivitas pemesanan

Pemesan datang menggunakan mobil, kemudian parkir di jalur pedestrian. Setelah selesai kemudian pulang

(8)

jl. slamet riyadi 2 4 5 6 3 1 Pola aktifitas : 1 : pemesan datang 2 : membuat tulisan

3 : merangkai tulisan ke 'ebleg' 4 : merangkai karangan bunga

5 : tahap merangkai karangan bunga dan ditempelkan ebleg / tulisan 6 : parkir mobil, karangan bunga dikirim

a : bahan bunga kertas

b : bahan bambu dan pohon pisang

c : bahan bunga asli

a b

c

solo city walk b. Aktivitas merangkai karangan bunga

c. Aktivitas pengiriman

(9)

jl. s la m e t riy a d i 2 4 5 6 3 1 P o la a ktifita s : 1 : pe m e sa n da ta n g 2 : m em bu a t tu lisan 3 : m e ra n g ka i tu lisa n ke 'ebleg' 4 : m eran gka i ka ran ga n bu n ga

5 : ta h ap m eran gka i ka ran ga n bu n g a da n d ite m pe lk a n e ble g / tu lisa n 6 : p a rkir m o b il, k a ra n ga n bu n ga dikirim

a : ba h an bu n ga ke rta s b : ba h an ba m bu da n p oh o n pisa n g c : ba h an bu n ga asli a b c s o lo city w a lk j l . s l a m e t r i y a d i 2 4 5 6 3 1 P o l a a k t i f i t a s : 1 : p e m e s a n d a t a n g 2 : m e m b u a t t u lis a n 3 : m e r a n g k a i t u lis a n k e 'e b le g ' 4 : m e r a n g k a i k a r a n g a n b u n g a 5 : t a h a p m e r a n g k a i k a r a n g a n b u n g a d a n d it e m p e lk a n e b le g / t u lis a n 6 : p a r k ir m o b il, k a r a n g a n b u n g a d ik ir im a : b a h a n b u n g a k e r t a s b : b a h a n b a m b u d a n p o h o n p is a n g c : b a h a n b u n g a a s li a b c s o l o c i t y w a l k

Gambar 5.2. Behavior Setting Toko Bunga Pawiroredjo

(10)

Berdasarkan analisis, dapat diketahui faktor-faktor yang mendorong aktivitas toko karangan bunga yang berada di

sepanjang jalur pedestrian, antara

perempatan Nonongan – gapura Gladak berperilaku menggunakan jalur pedestrian

sebagai seting dalam melakukan

kegiatannya, adalah :

- Aktifitas parkir oleh pemesan dan mobil pengiriman di jalur pedestrian didorong oleh kemudahan jangkauan ke toko bunga.

- Aktifitas merangkai bunga dijalur pedestrian, dipengaruhi oleh suasana kesesakan dan kekurang nyamanan bekerja di workshop toko. Karena

workshop ketiga toko tersebut terlalu

sempit. Disisi lain jalur pedestrian yang luas dan rindang (jalur hijau kota) mendorong perasaan nyaman dalam melakukan aktifitas merangkai bunga dalam kesehariannya.

- Aktifitas yang melibatkan jalur

pedestrian secara berulang dan terus menerus membentuk behavior setting toko bunga di jalur pedestrian Solo City

Walk.

5. KESIMPULAN

Dari ketiga toko yang menjadi obyek penelitian, yaitu Toko Bunga Puspawira, Toko Bunga Pawiroredjo, dan Toko

Bunga Soemardjan semuanya

memanfaatkan jalur pedestrian yang luas

(memanfaatkan lingkungan) sebagai

seting aktifitas sehari-hari. Dari

pengamatan yang dilakukan dari ketiga toko tersebut dalam membuat rangkaian

karangan bunga, hingga aktifitas

pengiriman barang menggunakan jalur pedestrian Solo City Walk. Hanya aktifitas membuat huruf/tulisan dan merangkainya saja yang dilakukan di dalam workshop toko.

Faktor kerindangan dibawah pohon yang ada pada jalur hijau jalan Slamet Riyadi pada waktu siang hari mendorong rasa kenyamanan/keteduhan bagi para

karyawan dalam bekerja membuat

karangan bunga. Namun sebenarnya ada faktor yang kurang nyaman/ mengganggu kenyamanan bekerja pada waktu siang, yaitu jalur pedestrian ini banyak yang lewat, baik pejalan kaki, becak, sepada,

sepeda motor dan mobil. Faktor

keselamatan menjadi hal yang harus diperhatikan para pekerja toko bunga ini. Disisi lain aktivitas toko bunga ini juga menimbulkan gangguan privasi bagi pedestrian. Sedangkan dimalam hari kondisi jalur pedestrian yangcukup sepi, membuat kenyamanan bagi para pekerja toko bunga ini. Jadi pada waktu malam hari bukan karena faktor cuaca yang panas, namun space yang luas mampu menimbulkan kenyamanan dalam bekerja.

(11)

6. DAFTAR PUSTAKA

Altman, Irwin., 1975. The Environmental and Social Behavior. Brooks /

Cole Peblishing Company,

Montrey, California.

Bell, Paul A., 1976. Environmental Psychology.W.B.Saunders Company, Philadelphia.

Camm .JCR dan Irwin PG, 1990. Space, People, Place: Economic And Settlement Geography. Longman Cheshire, Melbourne Australia. Haryadi dan B. Setiawan, 1995. Arsitektur

Lingkungan dan Perilaku.

Direktorat Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta.

Rita L. Atkinson dkk., 1983. Pengantar Psikologi. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Sarlito Wirawan Sarwono, 1992.

Psikologi Lingkungan.

Grasindo, Jakarta.

W. A. Gerungan, 2002. Psikologi Sosial. PT. Rafika Aditama, Bandung.

Weisman, J., 1981. Modelling

Environment Behavior System. Journal of Man Environmental Relation, Pensilvania, USA.

Biodata Penulis :

Tri Hartanto, lahir di Sragen, 28 Nopember 1974. Menempuh pendidikan S1 Jurusan Arsitektur Universitas Tunas

Pembangunan (UTP) Surakarta,lulus

tahun 1999.Tahun 2011 melanjutkan studi S2 di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM) lulus tahun 2013.Sejak tahun 1999 sebagai staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, hingga sekarang.

Gambar

Tabel 3.1. Pengambilan Data
Gambar 5.1.  Behavior Setting Toko Bunga Puspawira
Gambar 5.2.  Behavior Setting Toko Bunga Pawiroredjo

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Strategi branding yang dilakukan pada kegiatan PKMS ini berupa penambahan variasi produk berupa permen karamel Gulo Puan (Puan Candy), pembuatan logo, pembuatan label

Grafik hubungan antara tegangan terhadap suhu untuk lapisan tipis Cu 1 /Ni 1 /Cu 2 /Ni 2 pada pelapisan dengan variasi. tegangan

Apabila hasil dari pengulangan kompatibel dengan yang pertama (yaitu perbedaan tidak melebihi toleransi yang disebutkan pada Tabel 5.3, 5.4, atau 5.5), rerata

Pada menu Laporan terdapat submenu laporan absensi karyawan, penjualan, transaksi masuk, transaksi keluar, buku besar, grafik penjualan menu dan grafik

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kiblat Media Online Tirto.id Dalam Pemberitaan Pasca Debat Pertama Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 (Analisis

Kyllä, viimeksi kuluneiden 12 kuukauden aikana ... Kuinka usein viimeksi kuluneiden 12 kuukauden aikana olette käyttänyt … Vähintään 1−3 kertaa 3−10 kertaa 1−2 kertaa