• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kp i Pln Apd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kp i Pln Apd"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULAWESI SELATAN,

TENGGARA, DAN BARAT

AREA PENGATUR DISTRIBUSI (APD) MAKASSAR

ADRI PAUNDANAN D411 12 280

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :

NO NAMA NIM PROGRAM STUDI

1. 2. 3.

ADRI PAUNDANAN FAISAL NAHRIR RULI ADI LESTARI

D411 12 280 D411 12 107 D411 12 270 TEKNIK ELEKTRO TEKNIK ELEKTRO TEKNIK ELEKTRO

Benar adalah mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar yang telah melaksanakan Kerja Praktek pada PT. PLN (PERSERO) AREA PENGATUR DISTRIBUSI (APD) MAKASSAR pada bagian DISTRIBUTION CONTROL CENTER (DCC) UTARA dari tanggal 13 April s/d 30 Mei 2016.

Demikian Lembar Pengesahan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan dengan seperlunya.

Makassar, 26 Mei 2016

Mengetahui,

Supervisor Operasi DCC Utara

TONI THEO

Pembimbing Lapangan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek ini dengan baik. Dalam laporan ini, berisi tentang hasil kerja praktek yang dilaksanakan pada PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL, SULTRA DAN SULBAR AREA PENGATUR DISTRIBUSI MAKASSAR selama 1 bulan yang merupakan syarat kelulusan mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar khususnya bagi jurusan teknik elektro program studi teknik elektro.

Pada penulisan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Andani Ahmad, MT.selaku ketua jurusan teknik elektro Universitas Hasanuddin Makassar

2. Bapak Dr. Yusri Syam Akil ST, MT selaku dosen pembimbing kerja praktek.

3. Bapak Ahsan sebagai pembimbing kerja praktek di PT. PLN APD MAKASSAR

4. Segenap karyawan di PT.PLN APD MAKASSAR khususnya bagian Distribution Control Center (DCC).

5. Segenap karyawan di PT. PLN APD MAKASSAR yang tidak dapat kami sebut namanya satu per satu dan telah banyak membantu dan membimbing kami selama melaksanakan kerja praktek ini.

6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan dukungan berupa moril maupun materil

7. Seluruh teman dan kerabat yang secara tidak langsung membantu kami dalam hal informasi.

Kami menyadari bahwa laporan kerja praktek ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan kami di masa yang akan datang.

(4)

Penyusun DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ... i Kata Pengantar ... ii Daftar Isi ... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Kerja Praktek ... 2 1.3 Waktu dan Lokasi Kerja Praktek ... 4

(5)

1.5 Sistematika Penulisan Laporan ... 4 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 5 2.2 Daerah Pengaturan yang Dilayani... 6 2.3 Sarana Penunjang... 7 BAB III PEMBAHASAN

4.1 Mekanisme Kerja Pengaturan Distribusi ... 12 4.2 Operasional Harian ... 17 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 19 5.2 Saran-saran... 20 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Memasuki era persaingan bebas saat ini, diperlukan suatu strategi pengembangan bidang teknologi pembangkitan energi listrik dalam menciptakan pembangunan yang berkesinambungan secara terus-menerus dan diaplikasikan dalam berbagai bidang indutstri besar, menengah, hingga rumah tangga. Dengan fokus terhadap pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan diperlukannya penguasaan terhadap teknologi pembangkitan yang diaplikasikan dan juga penyiapan sumber daya manusia yang ada, diharapkan akan menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas.

(6)

Jurusan Teknik Elektro merupakan salah satu jurusan yang ada di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar dalam lingkungan Fakultas Teknik (FT) bersama dengan Jurusan Teknik Informatika. Dalam Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNHAS Makassar, terdapat tiga jenis bidang konsentrasi yang dipelajari oleh mahasiswa. Bidang konsentrasi itu adalah :

1. Bidang Teknik Energi Listrik (TEL) 2. Bidang Teknik Telekomunikasi (TT)

3. Bidang Teknik Komputer, Kendali, dan Elektronika (TKKE)

dimana setiap mahasiswa hanya diperbolehkan mengambil salah satu bidang konsentrasi sesuai yang diminati.

Dikarenakan kemajuan teknologi khususnya untuk bidang pembangkitan energi listrik berkembang pesat maka sebagai konsekuensinya dituntut suatu masyarakat yang siap dan mampu menyikapi kemajuan tersebut. Hal ini perlu diperhatikan sehingga nantinya Indonesia yang kaya dengan potensi sumber daya energi dan mineral mampu memanfaatkan kekayaannya dalam persaingan teknologi pembangkitan energi listrik. Di sini sumber daya manusia Indonesia khususnya yang berkepentingan dalam pembangunan dan aplikasi teknologi diharapkan mampu terlibat lebih jauh, baik melalui penelitian, eksperimen-eksperimen, ataupun dengan memberikan iklim yang kondusif bagi berkembangnya teknologi. Diharapkan melalui usaha-usaha tersebut nantinya kreatifitas dan inovasi teknologi akan muncul dan mampu memberi nilai tambah bagi bangsa dan negara.

Dunia industri dan civitas akademika sebagai pihak yang paling berkepentingan dalam perkembangan dan aplikasi teknologi harus sejalan dan saling mendukung untuk mencapai tujuan tersebut. Mahasiswa sebagai subjek dalam proses ini merupakan elemen yang mempunyai lingkungan akademik, berkemampuan tinggi dan mempunyai semangat intelektual, diharapkan mampu memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan teknologi pembangkitan

(7)

energy listrik di berbagai bidang industri. Untuk mewujudkan hal tersebut penerapan di bidang industri sangat diperlukan untuk melatih kemampuan analisa mahasiswa.

Kerja praktek di lapangan secara langsung merupakan sarana bagi mahasiswa untuk memahami bagaimana ilmu yang selama ini didapat di bangku kuliah diaplikasikan di industri dan mampu menganalisa sistem untuk mencari alternatif proses pemecahan masalah yang ada dengan lebih efisien, serta sebagai langkah awal untuk membentuk etos kerja dan profesionalisme sebelum terlibat dalam dunia kerja.

I.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang penerapan / implementasi dari ilmu atau teori yang selama ini diperoleh melalui bangku kuliah dan membandingkannya dengan kondisi nyata yang ada di lapangan.

2. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman yang akan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai disiplin ilmu yang ditekuni selama ini.

3. Berkaitan dengan point ke-2, maka diharapkan melalui kerja praktek ini dapat memperkaya perbendaharaan pengetahuan dan referensi data-data yang dapat digunakan untuk membantu penyusunan Tugas Akhir sesuai dengan bidang konsentrasi yang dipilih.

4. Untuk melatih mahasiswa berpikir secara praktis dan sistematis dalam menghadapi suatu persoalan di lapangan yang sebenarnya.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

(8)

1. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan teknologi pembangkitan energi listrik dengan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan dan industri di Indonesia yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan serta mampu menghasilkan sarjana-sarjana yang handal dan memiliki pengalaman di bidangnya dan dapat membina kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dengan lingkungan kerja.

2. Bagi perusahaan

Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakasanaan perusahaan di masa yang akan datang.

3. Bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam gambaran tentang kondisi nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapat dalam aktivitas industri.

I.3 Waktu dan tempat pelaksanaan

Berdasarkan Kalender akademik Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar Semester Genap tahun ajaran 2015/2016, maka kerja praktek ini diusulkan akan dilaksanakan mulai tanggal 13 April 2016 hingga 30 Mei 2016.

Adapun tempat Kerja Praktek dilaksanakan di :

Nama Instansi/Perusahaan : PT. PLN (PERSERO) AREA PENGATUR DISTRIBUSI MAKASSAR

Alamat Perusahaan : Jl. Serui No.5A, Pattunuang, Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan

I.4 Sistematika Penulisan Laporan

(9)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang penguraian secara singkat latar belakang, tujuan dan manfaat, waktu dan tempat pelaksanaan, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM

Pada bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum perusahaan. BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang kegiatan operasional harian dari APD PLN Makassar.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan permasalahan.

BAB II TINJAUAN UMUM II. 1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Makassar dibangun untuk merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi serta membuat laporan atas kegiatan operasi pengaturan jaringan distribusi di daerah kerjanya secara efisien dengan mutu dan keandalannya yang baik untuk mencapai kinerja unit.

Mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit dan jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya secara efisien sesuai tata kelola yang baik berdasarkan kebijakan kantor induk untuk menghasilkan pendapatan perusahaan yang didukung dengan pelayanan, mutu dan keandalan pasokan yang memenuhi kebutuhan pelanggan, serta melakukan pembinaan dan pemberdayaan untuk asuhan di bawahnya. PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra & Sulbar memiliki

(10)

daerah kerja yang mencakup 3 wilayah propinsi yaitu Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat.

APD (Area Pengatur Distribusi) Makassar adalah unit tugas PT. PLN (Persero) Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara yang bertugas untuk mengatur jaringan distribusi wilayah Makassar dan sekitarnya. APD (Area Pengatur Distribusi) Makassar ini didirikan berdasarkan keputusan General Manager PT PLN (Persero) Unit Bisnis Sulawesi Selatan & Tenggara nomor: 1231.K / 021 / GM / 2001, tanggal 26 Nopember 2001.

Adapun beberapa yang melatar-belakangi pendirian APD ini adalah: •Kondisi di mana dirasakan perlunya koordinasi antara pusat pembangkit,

transmisi dan distribusi agar didapat efisiensi system tanpa mengabaikan mutu keandalan.

•Kebutuhan beban yang senantiasa berubah, sehingga diperlukan pemantauan secara real time.

•Perlu adanya pemantauan kondisi jaringan listrik agar diperoleh keamanan dan keandalan distribusi.

•Perlunya usaha untuk menjaga kontinuitas, mempercepat lokalisir titik gangguan dan pemulihan system distribusi.

•Luasnya daerah pelayanan distribusi, dengan lokasi LBS yang pada waktu tertentu sulit dijangkau, serta lokasi LBS yang berjauhan dari kantor unit pelayanan.

Dari sini dapat dilihat bahwa APD Makassar ini dibangun dengan tugas pokok sebagai pelaksana tugas operatif yang mengatur pendistribusian tenaga listrik secara terpadu. Dan dari situ dapat dijabarkan, fungsi APD Makassar ialah meliputi :

1. Perencanaan dan pengendalian operasi sarana pendistribusian tenaga listrik secara terpadu untuk mengoptimalkan operasi jaringan distribusi 20 kV.

2. Pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan pemeliharaan sarana pengolahan data dan informasi pendistribusian tenaga listrik.

II. 2 Daerah Pengaturan yang Dilayani

Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa terdapat gardu Induk yang berada dalam lingkup pengaturan APD Makassar dimana wilayah kerjanya terbagi atas dua bagian yaitu wilayah utara dan wilayah selatan. Ini berarti daerah pengaturan yang dilayani ialah seluruh daerah yang jaringan tegangan

(11)

menengahnya disuplai dari GI-GI tersebut. Adapun Gardu Induk yang dimaksud ialah:

Wilayah Utara Wilayah Selatan

 Gardu Induk Bakaru * Gardu Induk Bontoala

 Gardu Induk Barru * GIS Bontoala

 Gardu Induk Bone * Gardu Induk Borongloe

 Gardu Induk Bulukumba * Gardu Induk Daya  Gardu Induk Jeneponto * Gardu Induk Kima

 Gardu Induk Majene * Gardu Induk Mandai

 Gardu Induk Makale * Gardu Induk Maros

 Gardu Induk Mamuju * Gardu Induk Panakukkang

 Gardu Induk Palopo * Gardu Induk Pangkep

 Gardu Induk Pare * Gardu Induk Sungguminasa

 Gardu Induk Pinrang * Gardu Induk Tallasa  Gardu Induk Polmas * Gardu Induk Tallo Lama  Gardu Induk Sengkang * Gardu Induk Tello 30

 Gardu Induk Sidrap * Gardu Induk Tello 150

 Gardu Induk Sinjai * Gardu Induk Tanjung Bunga  Gardu Induk Soppeng

 Gardu Induk Tallasa

II. 3 Sarana Penunjang Pengoperasian

Dalam melaksanakan tugasnya mengendalikan distribsi tegangan menengah di Makassar, Pelaksana Operasi (Dispatcher) harus mengetahui atau memperoleh informasi setiap saat mengenai kondisi system. Maka di ruang Dispatcher dilengkapi dengan system SCADA dan Telekomunikasi.

(12)

Gambar : 2.1 Sistem SCADA APD Makassar

SCADA (Supervisory Control And Data Aquitition) mentpakan suatu sistem pengontrolan sistem tenaga listrik dengan suatu Control Center. Fungsi-fungsi utama dari system ini ialah :

1. Akuisisi data yang merupakan proses penerimaan data dari peralatan dilapangan.

2. Konversi data, yang merupakan proses konversi data-data dari lapangan ke dalam format standar.

3. Pemrosesan data, yang menganalisa data yang diterima untuk dilaporkan kepada operator.

4. Supervisory control, yang memungkinkan operator untuk melakukan pengendalian pada peralatan-peralatan di lapangan.

5. Tagging, yang memungkinkan operator untuk meletakkan informasi tertentu pada peralatan tertentu, sebagai alat bertukar informasi sesama operator.

6. Pemrosesan alarm don event, yang menginformasikan kepada operator apabila ada perubahan di dalam system.

7. Post mortem review, yang membantu menentukan akibat pada system jika ada gangguan besar pada jaringan.

MASTER STATION MEDIA TRANSMISI TELEKOMUNIKAS I GI, GH, LBS

(13)

Dengan teknologi berbasis SCADA operator dari suatu Control Center dapat membaca situasi kelistrikan jaringan distribusi di lapangan, don dengan ditunjang peralatan server dapat menyimpan laporan kondisi tersebut ke dalam bentuk data-data. Peralatan ini juga sangat berguna bila terjadi gangguan di lapangan, karena dapat dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif untuk melokalisir daerah gangguan dengan tujuan memperkecil daerah pemadaman, don mempersingkat waktu pemadaman. Fungsi ini tersedia karena adanya kemampuan remote SCADA dengan menggunakan sarana komunikasi dan RTU sebagai interface untuk mengeksekusi perintah remote.

Dari fungsi-fungsi sistem SCADA yang disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa system SCADA memberikan tiga kemampuan penting bagi APD Makassar, yakni:

1. Telemetering

Telemetering adalah kemampuan APD untuk mengetahui besaran- besaran dari daya aktif dan reaktif, arus, tegangan dan frekuensi yang ada di setiap GI dan penyulang. Sehingga data-data real time dari parameter-parameter tersebut dapat diketahui hanya dart ruang kontrol APD.

2. Telesignal

Telesignaling adalah fasilitas di mana APD terus mendapatkan laporan kondisi dari seluruh PMT dan LBS, atau dapat juga berupa alarm.

3. TeleControl

Seperti telah disinggung sebelumnya, komponen utama dart sistem SCADA ini terletak pada server, jaringan komunikasi, Master Station / Komputer, dan RTU.

a. Server

Server biasanya berjalan dengan menggunakan Personal Computer yang mempunyai tampilan grafis, tugasnya adalah mengendalikan dan bertanggung jawab atas semua hubungan masukan dan keluaran, seperti dalam hal membuat window-window di layar tampilan, teks-teks, grafik-grafik dan mengendalikan perangkat-perangkat masukan seperti mouse ataupun keyboard jika ada.

b. Master Station / Komputer

Sistem pengendalian tenaga listrik dengan SCADA pada APD Makassar dilengkapi dengan sebuah interface ke komputer, yang memungkinkan para

(14)

Dispatcher memanfaatkan data-data real time, dan memantau serta mengendalikan keadaan system di lapangan. Adapun master station yang digunakan di APD Makassar ini adalah dengan spesifikasi sebagai berikut:

• Merk : Alpha Server Compaq • Type : DS 20 E

• RAM : 2 GB

• Processor : 500 MHz

• Memori : 4 x 9 GB SCSI

• Operating system : LAN 4 UNIX

• Software : TRU64 UNIX ver.4.OF, Habitat, EMS • Protocol : IEC 870 - 5 – 101

• Jumlah : 2 Unit c. RTU (Remote Terminal Unit)

Remote terminal unit atau yang biasa disingkat RTU adalah suatu komponen dari suatu sistem pengendalian tenaga listrik, merupakan perangkat elektronik yang dapat diklasifikasikan sebagai perangkat pintar. Biasanya RTU ini ditempatkan di gardu-gardu induk maupun pusat-pusat pembangkit sebagai peralatan yang diperlukan oleh Control Center untuk mengawasi kondisi jaringan lewat data-data yang terkirim. Selain itu, RTU memberikan kemampuan pada Control Center untuk melakukan remote control, teleindikasi, dan telemetering. Jadi RTU ini dapat dikatakan sebagai alat Control Center untuk melihat, dan juga sebagai tangan untuk melakukan beberapa perintah eksekusi. Spesifikasi RTU yang digunakan untuk keperluan pengendalian tersebut adalah :

• Merk : RTUS 900 Alstom • Speed Channel : 600 baud. 2. Telekomunikasi

Telekomunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan operasi pengaturan di APD Makassar. Sebab segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang Dispatcher, selain harus mengkonfirmasikan dengan pihak terkait di lapangan, juga harus senantiasa berkomunikasi dengan AP2B Makassar dan OPDIS Cabang Makassar sebelum atau sesudah melakukan tindakan khusus yang berkaitan dengan sistem di wilayah kerjanya. Adapun telekomunikasi yang digunakan di APD Makassar ialah :

1. PLC (Power Line Carrier) 2. Pilot Cable

(15)

3. Radio 4. Fiber optic

Namun, dari ketiga system telekomunikasi yang ada tersebut, yang paling sering digunakan ialah komunikasi radio.

BAB III PEMBAHASAN III.1 Mekanismme Kerja Pengaturan Distribusi

Secara garis besar, ada tiga kondisi yang harus dihadapi dalam pelaksanaan pengaturan distribusi tenaga listrik, yakni Kondisi Normal, Kondisi Abnormal / Gangguan, dan Kondisi Pemulihan.

1. Kondisi Normal

Kondisi normal adalah suatu keadaan operasional dimana pembangkitan dapat memenuhi semua kebutuhan beban, keandalan dan keamanan penyaluran daya dapat dipenu hi dan konfigurasi sistem yang menyatakan posisi keluar / masuknya PMT, PMS atau peralatan lainnya yang berhubungan dengan sistem

(16)

ketenagalistrikan, beroperasi sesuai dengan konfigurasi seperti yang telah ditetapkan dan dalam keadaan normal.

Dalam kondisi seperti ini, berarti di setiap gardu induk akan memiliki konfigurasi seperti yang telah ditetapkan, dan setiap penyulang akan diset pada tegangan menengah 20 - 20,5 kV.

Adapun konfigurasi untuk tiap-tiap gardu induk yang dibawahi APD Makassar untuk kondisi normal ialah masing-masing sebagai berikut:

1. Gardu Induk Bontoala

Trafo menyuplai beban di penyulang Matoangin, Andalas, Ahmad Yani, JBD, Pelamonia, Polda, Akademis, Mesjid Raya, Bawakaraeng.

2. Gardu Induk-Borongloe

Trafo menyuplai beban di penyulang Rindam, Mawang, Kampili, Palangga.

3. Gardu Induk Daya

Trafo menyuplai beban di penyulang Badoka, Paccerakkang, KIMA, Kapasa, EFFEM, Lapangan Golf

4. Gardu Induk Mandai

Trafo menyuplai beban di penyulang AURI, Bandara, Palisi, Maros, Bandara Baru dan penyulang Ujung Pandang.

5. Gardu Induk Panakkukang

Trafo menyuplai beban di penyulang Todopuli, Alaudin, Adiyaksa, AP2B, Ikip, Latanete, Perumnas, Boulevard, Veteran, Kakatua, Pa’baeng-baeng 6. Gardu Induk Pangkep

Trafo menyuplai beban di penyulang Gunung Mas, Pangkep, Segeri, Siloro, Minasa Tene

7. Gardu Induk Sungguminasa

Trafo menyuplai beban di penyulang GMTDC, GHSM, Barombong, Takalar, RRI, Parambanua

8. Gardu Induk Tallasa (Takalar)

Trafo menyuplai beban di penyulang Jeneponto, Lengkese, Paleko, Pabrik Gula, Galesong

9. Gardu Induk Tallo Lama

Trafo menyuplai beban di penyulang Rantemario, Barawaja, Caraka, Teuku Umar, Sunu, Paotere, Indofood, Pelindo, TOL

10. Gardu Induk Tello

Trafo menyuplai beban di penyulang Tamalanrea, Racing Center, Bukit Baruga, Kodam, Paropo, Unhas, Kassi, PAM

(17)

Trafo menyuplai beban di penyulang Hartaco, GTC, Gontang, Akkarena 12. Gardu Induk Maros

Trafo menyuplai beban di penyulang Lempangan, Tambua, Bosowa 13. Gardu Induk Bili-Bili

Trafo menyuplai beban di penyulang Lanna, Pakatto

2. Kondisi Abnormal/Gangguan

Kondisi abnormal adalah suatu keadaan operasional dimana keandalan dan keamanan penyaluran daya tidak dapat dipenuhi diakibatkan berubahnya konfigurasi system yang menyatakan posisi keluar/rnasuknya PMT, PMS atau peralatan lainnya yang berhubungan dengan sistem ketenagalistrikan, sehingga tidak beroperasi sesuai dengan konfigurasi seperti yang telah ditetapkan. Untuk kondisi gangguan itu sendiri dibedakan lagi menjadi gangguan pembangkit, gangguan transmisi, gangguan trafo GI, dan gangguan penyulang. Untuk masing-masing gangguan tersebut, maka yang harus dilakukan oleh seorang Dispatcher ialah sebagai berikut:

a. Gangguan Penyulang

1. Bila penyulang Trip, periksa relay yang bekerja. 2. Tunggu Recloser bekerja (20 detik).

3. Bila yang Trip adalah penyulang dengan kabel tanah (JBD, Kakatua) dan menimbulkan shock yang keras, jangan dicoba sebelum penyebab gangguan diperiksa dan diisolir.

4. Bila masuk kembali dengan aman, catat jam trip/close, beban Ampere, beritahukan piket OPDIS Makassar.

5. Bila gagal, lepas LBS remote terdekat ntuk memotong Penyulang. 6. Masukkan PMT Penyulang secara remote control.

7. Bila berhasil, tambah beban penyulang dengan memasukkan LBS remote control.

8. Bila gagal, beritahu OPDIS Makassar untuk memeriksa jaringannya, dan lakukan manuver untuk mengurangi pemadaman bila memungkinkan (lihat single line).

9. Bila sudah aman (gagguan teratasi), masukkan kembali PMT. 10. Catat jam Trip, Close, dan penyebab gangguan.

(18)

1. Bila terjadi ganggaun di trafo GI, lepas PMT incoming trafo sisi 20 kV. 2. Beritahu operator GI bahwa sisi 20 kV sudah lepas.

3. Sementara operator GI melakukan pemeriksaan, lepas sehuuh PMT penyulang.

4. Bila operator GI menyatakan trafo permanen, beritahukan operator GI agar melepas PMS incoming trafo sisi 20 kV.

5. Lakukan manuver sesuai dengan SOP manuver gangguan GI. 6. Masukkan beban penyulang menurut urutan prioritas.

7. Bila dalam point 4, trafo yang lepas hanya gangguan temporer (trafo aman), mints operator GI agar meng-energize trafo.

8. Masukkan PMT incoming trafo sisi 20 KV.

9. Masukkan PMT penyulang memuut urutan prioritas. 10. Catat jam Trip, Close.

11. Kirim informasi gangguan ke pihak terkait melalui SMS Manager 12. Setelah normal, kirim melalui fax data penyulang yang lepas serfs

energi tak tersalur ke pihak AP2B dan OPDIS Cabang Makassar. c. Gangguan Transmisi

1. Bila terjadi gangguan transmisi, kemungkinan pemadaman lebih sering, terutama bila terjadi gangguan pads jalur utama.

2. Lepas semua PMT penyulang pada GI-GI yang padam.

3. Bila gangguan permanen diperkirakan lama tapi hanya menyangkut satu jurusan transmisi / GI raja, lakukan manuver menurut SOP manuver gangguan gardu induk.

4. Bila ganggauan telah teratasi (system normal kembali), dengan memperhatikan frekuensi system, normalkan system menurut urutan prioritas.

5. Catat jam TriplClose, serfs KWH yang hilang.

6. Kirim informasi gangguan ke pihak terkait melalui SMS Manager. 7. Setelah normal, kirim melalui fax data penyulang yang lepas serfs energi tak tersalur ke pihak AP2B dan OPDIS Cabang Makassar.

d. Gangguan Pembangkit

1. Gangguan pembangkit akan menyebabkan relay UFR bekerja dan melepaskan beban secara otomatis mulai dari penyulang-penyulang prioritas terendah.

2. Beritahu OPDIS Cabang Makassar

3. Kirim SMS dengan menggunakan SMS Manager ke pihak terkait. 4. Monitor ketersediaan daya / frekuensi system.

(19)

5. Bila gangguan telah teratasi / ketersediaan daya bertambah, masukkan PMT penyulang-penyulang yang lepas menurut urutan prioritas.

6. Dalam melakukan point 5, lakukan koordinasi dengan AP2B. 7. Catat jam Trip/ Close.

8. Setelah normal, kirim melalui fax data penyulang yang lepas serta energi tak tersalur ke pihak AP2B dan OPDIS Cabang Makassar.

Bila yang terjadi adalah salah satu dari tiga jenis gangguan yang pertama, maka merupakan tugas dan tanggung jawab pihak Area Pengatur Distribusi Makassar untuk melakukan manuver beban guna menghindari pemadaman yang terlalu bias dan terlalu lama. Karenanya, dengan cepat Dispatcher harus mengambil tindakan dengan melakukan manuver terhadap beban-beban yang mungkin, namun tentu saja harus tetap berkoordinasi dengan pihak terkait.

Adapun sebelum melakukan manuver, maka beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang Dispatcher ialah :

1. Memeriksa apakah sebelum dimanuver, kedua penyulang bisa diparalel untuk menghindari pemadaman sesaat.

2. Memastikan titik Manuver (LBS, RC, ABS manual, MC), bisa berfungsi dengan baik. Disini harus tetap mengutamakan keselamatan personil, sistem dan lingkungan.

3. Menghitung dengan cermat besar beban yang akan dimanuver. Beban dihitung berdasarkan Arus (Ampere), bukan Daya (MW).

4. Perhatikan batas maksimum (setting, kapasitas, bottle neck) dari penyulang, Bus Couple, Trafo, dan Trafo IBT yang akan menerima pengalihan beban. Untuk keamanan, hares dicadangkan minimal 10 dibawah batas maksimal, agar tidak sampai Over Load.

5. Bila manuver terencana, manuver dilakukan pada scat jeda waktu yang tepat (jam 05.00 - 06.30 WITA, atau jam 16.30 - 17.30 WITA), dan hindari manuver saat beban puncak, jam kerja, atau saat ada momen penting sedang berlangsung.

6. Berkomunikasi terhadap unit terkait dengan jelas, ringkas, tegas/pasti, namun tetap menjaga etika kesetaraan.

Pada poin yang pertama, dikatakan bahwa sebelum melakukan manuver maka harus dilihat apakah kedua penyulang tersebut dapat diparalel atau tidak.

(20)

Maksudnya ialah apakah kedua penyulang tersebut bisa langsung diparalelkan tanpa melakukan pemadaman terlebih dahulu.

3. Kondisi Pemulihan

Kondisi ulihan yakni keadaan operasional iuituk mengembalikan konfigurasi system kembali seperti keadaan normal pasca terjadinya gangguan. Kondisi pemulihan disini misalnya ialah pemasukan kembali beban yang sempat dilepas saat terjadinya gangguan, atau mengembalikan sebuah penyulang yang tadinya dimanuver bebannya ke konfigurasi awal. Jadi, pada dasarnya kondisi pemulihan ini ialah mengembalikan system ke keadaan operasional normal, sehingga dapat memulihkan keamanan dan keandalan system setelah terjadinya suatu keadaan abnormal

III.2 Operasional Harian

Adapun kegiatan operasional harian dari PT. PLN Area Pengatur Distribusi (APD) Makassar Wilayah Sulseltrabar secara umum ialah sebagai berikut :

1) Mengatur konfigurasi JTM dalam kondisi normal maupun gangguan. 2) Mengatur pembebanan trafo distribusi di Gardu Induk.

3) Mengatur distribusi beban penyulang 20 kV. 4) Menjaga profil tegangan JTM sebesar 20-20.5 kV. 5) Menjaga profil frekuensi pada 50 Hz.

6) Mengumpulkan informasi / data yang berhubungan dengan operasi sistem, untuk bahan analisa dan perencanaan selanjutnya.

7) Menyampaikan informasi real time tentang kondisi sistem, khususnya JTM di wilayah Makassar dan sekitarnya.

8) Melaksanakan pemeliharaan dan rencana pengembangan JTM. 9) Mengendalikan mutu dan keandalan sistem.

Selain itu, APD Makassar juga bekerja untuk mengumpulkan dan mempelajari data perkembangan sistem serta membuat laporan berkala mengenai sistem distribusi tenaga listrik di wilayah Makassar dan sekitarnya, dalam hal ini laporan harian tentang data beban penyulang, laporan gangguan, dan laporan tentang daya tak tersalur pada saat terjadi pemadaman.

(21)

BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan

1. Area Pengatur Distribusi Makassar yang merupakan salah satu unit kerja dari PT. PLN (Persero) Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara bertugas untuk menunjang koordinasi antara pembangkitan daya terhadap pemakaian beban pada sisi pelanggan sehingga diperoleh nilai efisiensi sistem yang baik.

2. Wilayah kerja dari APD Makassar ialah sistem distribusi listrik tegangan menengah di wilayah Makassar dan sekitarnya, yang meliputi 10 Gardu Induk yang tersebar di Makassar dan sekitarnya.

3. Dalam operasionalnya, APD Makassar ditunjang oleh Sistem SCADA (Supervisory Control And Data Aquitition), yakni system pengontrolan system tenaga listrik dari sebuah Control Centre sehingga mampu melakukan telemetering, tele control dan tele signaling dengan peralatan yang ada di lapangan.

4. Keuntungan penggunaan SCADA pada system distribusi diantaranya a. Mendapat informasi real-time / up to date dari kondisi system b. Mengurangi kunjungan ke site untuk eksekusi dan monitoring c. Mempermudah manuver jaringan

d. Memperpendek waktu Outages / menurunkan SAIDI e. Permanent Record of Historical Data

f. Automated reporting dengan on-line data transfer

g. Distribution management: Load Management / Loss Minimalisation h. Meminimalkan kWh tak tersalur akibat gangguan.

5. Selain operasional mengatur konfigurasi JTM wilayah Makassar dalam kondisi normal maupun gangguan, APD Makassar juga mengumpulkan

(22)

informasi / data real time yang berhubungan dengan operasi system, untuk bahan analisa dan perencanaan yang diperlukan PT. PLN (Persero).

6. Segala tindakan yang diambil oleh seorang Dispatcher APD haruslah mengacu pada Standard Operation Procedure (SOP) yang telah ditetapkan, dan dalam mengambil suatu keputusan hares tetap berkoordinasi dengan pihak yang terkait, dalam hal ini Gardu Induk, AP2B Makassar dan OPDIS Cabang Makassar.

7. Kinerja yang baik dari pihak APD Makassar akan sangat menentukan tingkat keandalan dari system distribusi di Makassar, terutama menghadapi krisis energi di masa yang akan datang.

IV.2 Saran

1. Selain dispatcher, juga diperlukan seorang operator khusus untuk menangani maintenance master station dan server yang standby 24 jam guna mengantisipasi kemungkinan masalah dalam system SCADA. Atau setidaknya seorang dispatcher juga diberi penguasaan tentang operating system ataupun perangkat lunak SCADA.

2. Standard Operation Procedure (SOP) yang dibuat dalam bentuk buku dan dijadikan pedoman dalam melakukan manuver beban, perlu direvisi dan disesuaikan dengan kondisi system yang ada sekarang.

3. Security system untuk master station perlu ditingkatkan, yang memungkinkan master station dapat memilih untuk hanya melaksanakan perintah eksekusi dari dispatcher yang bertugas pada saat itu, dan tidak dari operator lain.

4. Sesekali perlu diadakan perawatan berkala terhadap perangkat keras master station (CPU maupun perangkat keras lain), untuk mempertahankan kinerjanya agar tetap baik.

5. Mengingat jaringan distribusi tegangan menengah di wilayah Makassar yang semakin meluas, pengembangan perlu terus dilakukan, termasuk penambahan jumlah LBS-remote di JTM perlu segera direalisasikan untuk kemudahan pelaksanaan tugas dan APD Makassar.

Gambar

Gambar  : 2.1 Sistem SCADA APD Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Dengan membuat sistem permintaan, stok keluar masuk barang ATK dan juga penyimpanan laporan transaksi data yang lebih sistematis berbasis web dengan mengumpulkan sistem

C (2012) tentang ‘’Optimalisasi Pemanfaatan Biogas Termurnikan Untuk Bahan Bakar Sepeda Motor Melalui Absorber NaOH’’ hasil pengujian dengan variasi putaran dan

pada kadar tertentu kuat tekan beton dengan silica fume akan mengalami penurunan. Adanya penurunan kuat tekan beton setelah penambahan suatu kadar tertentu dikarenakan sifat

memproduksi tenaga listrik, menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit kepada konsumen, distribusi tenaga listrik dan/atau penjualan tenaga listrik. PT PLN juga berhak

c) bukti pendukung yang memuat informasi tentang hasil pemeriksaan penunjang diagnostik sesuai dengan restriksi obat sesuai dengan Formularium Nasional (FORNAS).

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang menggunakan suatu alat uji sistem AC dengan penambahan tabung water heater dengan metode pengumpulan data yang bertujuan

(2) Penggunaan laba untuk tantiem atau insentif kinerja bagi Direksi dan Dewan Pengawas Perumda Aneka Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar

keseluruhan 2,44, untuk tingkat penerapan constructability proyek gedung apartemen swasta memiliki nilai rata - rata keseluruhan 3,03, disimpulkan bahwa penerapan