• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI NIKEL SULPHIDA DAERAH IUP HARITA DI PULAU OBI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI NIKEL SULPHIDA DAERAH IUP HARITA DI PULAU OBI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI NIKEL SULPHIDA DAERAH IUP HARITA DI PULAU OBI

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

Boyke Muhammad Khadafi, C. Danisworo & Heru Sigit Purwanto

Program Pascasarjana Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta

ABSTRAK

Study ini berisi tentang eksplorasi potensi nikel sulfida di IUP PT. Harita Nickel yang berada di pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.

Berdasarkan studi ini ada empat area prospek untuk nikel sulfida dan dua untuk mineralisasi lainnya. Potensi Nikel sulfida berada di daerah Laiwui, Fluk, Babo, Loji dan Kawasi terkait dengan adanya sesar normal dan sesar geser yang memotong daerah batuan ultramafic, sedangkan di Bobo dan Laiwui, intrusi Diorite dan gabro memiliki prospek mineralisasi lain disamping nikel sulfida.

DASAR TEORI

Sejumlah penelitian tentang batuan ultramafic telah menunjukkan bahwa nikel banyak terdapat pada mineral olivine. Pada mineral olivine kandungan Nikel biasanya berisi hingga 0,5% NiO. Ketika mengalami proses serpentinisasi di air, kumpulan Serpentine + brucite menjadi stabil dengan reaksi 2Mg2SiO4 + 3H2O

Mg3Si2O5 + Mg(OH)2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Johannes

(1968) dan Martin & Fyfe (1970) menentukan stabilitas mineral olivine lebih rendah jika berada dalam air atau tererosi dengan air dan merupakan salah satu reaksi hidrasi Dunite. Penelitian mereka menunjukkan bidang stabilitas pengadaan Serpentine + brucite yang berada di bawah suhu 4000C.

Kehadiran hydrous silikat dan sulfida banyak terdapat di batuan ultramafic yang mengalami proses serpentinisasi yang diindikasikan dari kehadiran kandungan kristal air dan sulfur. Serpentinisasi Mg-Fe-Ni olivine dengan adanya kehadiran sulfur telah diselidiki di bawah batas stabilitas mineral olivine + air di suhu 350 ± 5

o

C dan 2000 ± 50 bar. Serpentinisasi dan kadar sulfur rendah kemungkinan akan menghasilkan Heazlewoodite dan kaya Ni, magnetit dan sulfur tinggi kemungkinan akan menghasilkan kumpulan magnetit Millerite Pyrit yang miskin Ni.

Hidrasi Mg-Fe-Ni olivine dan adanya kandungan sulfur/sulfur akan mengkonversi beberapa besi dan nikel ke magnetit dan mineral sulfida. Mineral sulfida yang meliputi Heazlewoodite, Pentlandite, dan kumpulan Millerite, Bravoite, pirit, menunjukan adanya kemungkinan peningkatkan rasio sulfur atau S /(Fe Ni).

(2)

GEOLOGI PULAU OBI

Obi pulau disusun oleh sembilan lithological unit, yang terdiri dari batuan ultramafic (pTum), formasi Loeobaso (Js), formasi Bacan (Tomb), formasi Fluk (Tomf), formasi Woi (Tmpw), formasi Anggai (Tmpa), Intrution (Tmd, Tmg), batuan karbonat (Ql) dan Aluvium (Qa) (gambar 1).

Gambar 1. Peta Geologi Pulau Obi

Bagian utama dari pulau di bagian utara - barat memiliki batuan dasar ultramafic yang berumur Mesozoik terdiri dari serpentinit, Pyroxenite, dan Hazburgite. Batuan ultramafic tersebut telah mengalami proses lateritisasi/pelapukan dan serpentinisasi, memiliki urat kuarsa dan kalsit yang terjadi secara local pada intrusi batuan gabro. Ini menjadi ketidakselarasan antara batuan ultramafic dengan metasandstone, metaclaystone, slate dari formasi Loleobasso di tanjung Loleo basso dan Selatan Danau Karu.

Di tengah pulau Obi didominasi dengan pembentukan Formasi Bacan yang terdiri dari polymic breccia dan lava andesit yang minunjukkan adanya intercallated oleh batu pasir tuffaceous dan claystone. Fragmen batuan Breccia ini terdiri dari andesit, basalt, dan chert merah. Bagian atas Formasi ini interfinger dengan pembentukan Fluk yang berada di desa Fluk dan Bobo dan menutupi batuan ultramafic.

Pembentukan Formasi Fluk terdiri dari sedimen batu pasir, claystone dan serpih tersisip oleh konglomerat dan batuan karbonat. Batuan Konglomerat terdiri dari batuan ultramafic, fragmen Andesit dan batu karbonat. Formasi ini berumur oligosen - awal miocen dan tersebar di tengah Pulau Obi dan terendapkan secara

unconformably oleh Formasi Anggai, Woi dan pembentukan Formasi Obit. Pada selatan Pulau Obi batuan Ultramafic dan Formasi Bacan terjadi

(3)

marl. Formasi Woi berumur diatas Miosen - Pliosen pada lingkungan pengendapan sublitoral - bathyal. Di bagian utara Pulau Obi, Formasi Woi interfinger/menjari dengan Formasi Obit yang terdiri dari material volcanic, yaitu breccia dan lava intercallated oleh tuff dan tuffaceius claystone. Batuan karbonat dan batuan

karbonat pasiran dari Formasi Anggai membentuk struktur menjari dengan Formasi Obit di utara - wilayah timur Pulau Obi.

Formasi Bacan mengganggu oleh Stake dan Dike dari diorite di daerah Lauwie sedangkan di Tanjung Woi kecil, Formasi Bacan diterobos oleh gabro. Batu intrusif ini berumur Miosen. Material yang termuda adalah sedimen quarter, seperti aluvial dan batuan karbonat yang berada disekitar Pulau obi.

Pulau Obi dikelilingi oleh dua sesar besar, sesar Utara-Sorong-Sula di bagian selatan dan sesar Sorong-Maluku di bagian utara (Hamilton, 1978). Sesar normal, flip, dan lineament dapat ditemukan di daerah ini. Umumnya sesar normal adalah kontak antara batuan ultramafic dan batuan lain. Sesar tersebut berarah W-E, NW-SE dan NE-SW. Danau Karu di bagian barat pulau Obi mungkin terjadi oleh depresi sesar tersebut.

Aktivitas tektonik mungkin berawal pada masa pra-Jurassic, ini dibuktikan dengan meningkatnya batuan metamorf ultramafic, diikuti oleh subsidence selama jurasic yang mengakibatkan pengendapan Formasi Laleobasso. Selama Cretaceous - Eosen daerah tersebut mengalami pengangkatan, disertai dengan metamorphism formasi Lalebasso. Selama Oligocen hingga Miosen terdapat pada Formasi Fluk dan Formasi Bacan yang kemudian terangkat, disertai dengan meningkatnya akitivitas gunung berapi dan intrusi diorite dan gabro, dilanjutkan dengan

pembentukan Formasi Woi, Obit dan Formasi Anggai. Dan proses ini terus berlanjut hingga saat ini, terbukti dengan pembentukan teras pantai dan pertumbuhan batugamping terumbu, disertai oleh aktivitas vulkanik.

DAERAH PROSPEK

Pembentukan nikel sulfida diperlukan litologi nikel yang mengandung sebagai sumber nikel yang mengalami proses hidrothermal dengan sulfur. Cairan hydrothermal ini terbentuk dari hasil intrusi atau Sesar besar. Berdasarkan dari kriteria tersebut terdapat minimal empat daerah prospek di Pulau Obi, yaitu:

1. Daerah prospek Laiwui. Laiwui terletak di utara Obi, terdapat sesar normal kontak antara ultramafic dan intrusi Formasi Bacan dan diorite di Timur dari IUP Harita di Laiwui. Nikel dapat berasal dari batuan ultramafic, dan sulfur dapat berasal dari gunung berapi clastic dari formasi Bacan sedangkan hydrothermal dapat datang dari intrusi diorite atau kontak sesar antara batuan ultramafic dan Formasi Bacan. Kehadiran intrusi diorite ditandai dari aktivitas gunung berapi yang dapat membawa mineral logam lain selain nikel (gambar 2).

(4)

Gambar 2. Prospek Nikel Sulpida di Laiuwi (IUP Harita)

2. Prospek Fluk dan Babo, Fluk dan Babo terletak di Selatan Obi. IUP Harita di daerah Fluk. Kemungkinan adanya nikel sulfide didaerah ini karena adanya sesar diantara kontak antara batuan ultramafic dan Formasi Bacan. Di area Bobo batuan ultramafic sepanjang sesar (sesar geser kanan) prospek untuk nikel sulfida. Batuan Ultramafic sumber nikel, berada di sekitar Formasi Fluk di daerah Selatan dan Formasi Bacan di utara dapat mengandung sulfur. Ada bukit terisolasi dengan pola radial drainase di Timur IUP Bobo yang dicurigai sebagai intrusi. Mineralisasi lain dapat ditemukan di area Babo yang berhubungan dengan intrusi ini (gambar 3).

3. Prospek daerah Loji dan Kawasi, Loji dan Kawasi terletak di Barat Pulau Obi, daerah ini didominasi batuan peridotit serpentinisasi yang dipotong oleh struktur yang berarah N-S dan NE-SW. Intrusi Diorite telah direkam dalam geologi loji di Timur Kawasan Loji. Intrusi ini merupakan sumber hydrothermal yang dapat menjadi potensi nikel sulfida jika hydrothermal memasuki batu ultramafic. NE-SW sesar sepanjang Kawasan Loji juga prospek untuk terjadi pembentukan nikel sulfida. Di Kawasi, hubungan antara ultramafic dan metasediment di Danau Selatan Karu memiliki potensi terjadi dari nikel sulfida. Sesar yang kontak antara ultramafic dan metasediment adalah sumber cairan hydrothermal sedangkan sulfur dapat datang dari metasediment dan nikel berasal dari ultramafic. Di Tanjung Tanah merah yang berarah NE memiliki potensi nikel sulfida juga, dari morfologi dapat menjadi sesar yang memotong batuan ultramafic (gambar 4).

(5)

Gambar 3. Prospek Nikel Sulphida di Fluk (IUP Harita)

(6)

Beberapa contoh batuan dasar dari pengeboran di Loji dan Kawasi masih

menunjukkan analisa kimia seperti limonite dengan kandungan besi tinggi (gambar 5). Sampel dengan kadar kobalt tinggi diatas 0,1%, kandungan besi rendah dan kandungan nikel lebih besar dari 0,5% kemungkinan bebas-laterit atau bukan produk dari pengayaan supergene (gambar 6).

Gambar 5. Triplot diagram Fe-MgO-SiO2 from Kawasi and Loji Bedrock, some sample

showing limonite chemistry with high Fe and low MgO and SiO2

(7)

KESIMPULAN

Pemetaan geologi yang dilakukan adalah sebagai upaya department Eksplorasi untuk menemukan potensi kandungan mineral nikel sulphida yang kemungkinan terdapat pada IUP milik Harita, dan pemetaan ini dilakukan berdasarkan daerah yang mengalami proses alterasi. Jenis alterasi yang ditentukan berdasarkan klasifikasi eastern metal untuk alterasi batuan ultramafic seperti tabel dibawah ini dan hasil dari pemetaan geologi dapat digunakan untuk langkah eksplorasi lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Allnorth Consulting Limited, Geological and Geochemical Report, Hoof Nickel-Magnesium Property, British Columbia, Canada, December 10, 2007 Anestis Filippidis, Experimental Study of The Serpentinization of Mg-Fe-Ni Olivine in

The Presence of Sulfur, Department of Mineralogy and Petrology, Institute of Geology, University of Uppsala, 1982

(8)

D. Sudana, A. Yasin, K. Sutisna, Geological Map of The Obi Sheet, Maluku, Geological Research and Development Center, 1994

Golden Hope Mines Limited, Serpentinites in Southern Quebec, Exploration Program 2008, May 2008

J. D. Charlton, P.Geo, Technical Report on the Eastern Metal Property, Charlton Mining Exploration Inc, November 5, 2007

Gambar

Gambar 1. Peta Geologi Pulau Obi
Gambar 2. Prospek Nikel Sulpida di Laiuwi (IUP Harita)
Gambar 3. Prospek Nikel Sulphida di Fluk (IUP Harita)
Gambar 6. Cobalt and Magnesium Ratio from Loji and Kawasi Bedrock

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Indikasi batubara di daerah penyelidikan ini di tunjukkan oleh adanya suatu lapisan yang mendukung pembentukan batubara, lapisan tersebut mengisi formasi Amasing, dengan

Pada batuan ultrabasa yang lain yang terdapat di daerah Wasile, terdapat batuan serpentinit ber- warna kehijauan, mengkilap, tampak berserat, sebagian telah mengalami

45 Gambar 6.2 Profile umum Laterit-nikel di daerah penelitian 46 Gambar 6.3 Grafik perbandingan kadar Ni (%) terhadap bertambahnya kedalaman sumuran pada batuan

Daerah Pomala Kabupaten Kolaka merupakan bagian dari Sulawesi Tenggara bagian Barat memiliki hamparan batuan ultrabasa dan daerah ini banyak dijumpai endapan

Di lokasi OB-2 terdapat 4 (empat) lapisan batubara, lapisan paling atas merupakan batubara berwarna hitam kecoklat-coklatan, agak kusam, brittle, tebal lapisan yang terukur 0,45 m;

Ubahan mineral karena proses pelapukan dimulai dari olivin dan piroksen yang bersifat tidak stabil terubah menjadi mineral smectite di zona saprolit dan transisi.. Krisopras adalah vein

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, proses klasifikasi terhadap sumberdaya mineral Nikel laterit dilakukan menggunakan data hasil estimasi Ordinary Kriging dari data kadar