• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL DAERAH OBI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL DAERAH OBI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL

DAERAH OBI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh :

Deddy Amarullah dan Robert L. Tobing

Subdit Batubara, DIM

S A R I

Sesuai dengan kebijakan pemerintah , Sub Direktorat Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral telah melakukan penyelidikan pendahuluan endapan batubara di daerah Obi Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Secara geografis terletak antara koordinat 127o45’ – 128o00’ BT dan antara 01o25’ – 01o40’ LS. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dibiayai oleh DIPA (Daftar Isian Pelaksana Anggaran) dengan Pelaksana Anggaran No. 040.0/20.6.0/-/2005.

Secara regional daerah Obi termasuk kedalam Cekungan Obi yang terbentuk akibat pergerakan geodinamik tiga lempeng. Pulau Obi dibatasi oleh dua sesar besar yaitu sesar Sorong-Sula Utara yang terletak dibagian selatan, dan sesar Maluku-Sorong yang terletak dibagian Utara. Stratigrafi daerah Obi dimulai dengan munculnya batuan ultramafik dan malihan pada zaman Trias-Yura, sedangkan sedimen Tersier daerah Obi dimulai pada Oligo-Miosen. Formasi batuan yang dianggap sebagai pembawa batubara adalah Formasi Woi yang berumur Mio-Pliosen.

Endapan batubara yang ditemukan membentuk lipatan sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara, besar sudut kemiringan lapisan berkisar antara 5o–20o. Sebaran batubara kearah jurus tidak menerus sehingga batubara didaerah penyelidikan dipisahkan menjadi dua blok, yaitu Blok Huru dan Blok Kelo. Batubara di Blok Huru terdiri dari dua lapisan atau seam, tebal lapisan kesatu 1,35 m dan tebal lapisan kedua 1,60 m. Di Blok Kelo terdiri dari dua lapisan, tebal lapisan kesatu 0,50 m dan tebal lapisan kedua 0,40 m. Berdasarkan ciri-ciri sedimentasinya diperkirakan sebaran batubara dikedua blok tersebut hanya setempat-setempat.

Nilai kalori batubara dari Blok Huru berkisar antara 5245 cal/gr – 5854 Cal/gr, sedangkan kandungan sulfurnya berkisar antara 6,37 % - 6,96 %. Nilai kalori batubara Blok Kelo berkisar antara 5886 Cal/gr – 5941 Cal/gr, sedangkan kandungan sulfurnya berkisar antara 7,49 % - 7,58 %. Secara mikroskopis maseral yang dominan pada batubara daerah Obi adalah vitrinit yaitu berkisar antara 88,7 % - 96,3 % dengan reflektan berkisar antara 0,25 % - 0,40 %. Berdasarkan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar Nasional Indonesia (SNI) amandemen 1- SNI 135014 – 1998 dari Badan Standarisasi Nasional, sumberdaya batubara daerah Obi Utara dikelompokan kedalam sumberdaya batubara hipotetik (“hypothetic”). Sumberdaya batubara Blok Huru adalah 1.343.519 ton, dan sumberdaya Blok kelo adalah 787.065 ton.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sesuai dengan perkembangan zaman , maka kebutuhan berbagai data juga makin bertambah dan perlu disempurnakan . Dalam rangka pembaharuan data pada Bank data Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral dan untuk mengetahui potensi endapan batubara didaerah Obi agar dapat dimanfaatkan, pada tahun 2005 telah dilakukan penyelidikan endapan batubara di daerah Obi Kabupaten Halmahera Selatan. Latar belakang memilih daerah Obi, karena di wilayah tersebut secara geologi terdapat indikasi batubara yang sebaran formasi pembawa batubaranya cukup luas.

Lokasi Daerah Penyelidikan

Secara administratif daerah yang penyelidikan termasuk kedalam Desa Anggai dan Kelo,

Kecamatan Obi Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Secara geografis terleta k

antara koordinat 127o45’ – 128o00’ BT dan antara 01o25’ – 01o40’ LS.

Daerah Obi bisa dicapai dari Ternate melalui Bacan dengan menggunakan kendaraan udara reguler satu minggu satu kali atau menggunakan kendaraan air reguler satu minggu lima kali, selanjutnya dari Bacan ke Obi menggunakan kendaraan air reguler satu minggu lima kali atau menggunakan kendaraan air sewaan.

Penyelidik Terdahulu

Informasi tentang keterdapatan batubara didaerah Obi masih sangat minim, namun dari hasil tinjauan Iwan Nursahan dkk (2004) ditemukan endapan batubara di S. Huru sebanyak tiga lapisan yang tebalnya berkisar 0,35 m – 0,60 m, nilai kalorinya berkisar antara 4065 kal/gr – 5780 kal/gr. Selain itu didalam peta geologi lembar Obi (D. Sudana dkk., 1994) disebutkan bahwa didalam Formasi Woi yang berumur Mio-Pliosen terdapat sisipan lignit. Diharapkan berdasarkan informasi tersebut akan diperoleh data batubara lebih jelas lagi.

(2)

GEOLOGI UMUM Stratigrafi

Secara regional daerah Obi termasuk kedalam Cekungan Obi ( Leouzey dkk, 1983) yang terbentuk akibat pergerakan geodinamik tiga lempeng. Menurut D. Sudana dkk (1994) stratigrafi daerah Obi dimulai dengan munculnya batuan ultramafik dan malihan pada zaman Trias-Yura, kemudian pada Yura terendapkan Formasi Loleobasso, sedangkan sedimen Tersier daerah Obi dimulai pada Oligo-Miosen yang dicirikan oleh pengendapan Formasi Fluk dan Formasi Bacan, kemudian terjadi lagi pengangkatan disertai kegiatan gunungapi, intrusi diorit dan gabro. Selanjutnya diendapkan Formasi Woi, Obit dan Anggai pada Mio-Pliosen. Fluktuasi tersebut terus berlangsung sampai sekarang yang ditunjukan oleh terbentuknya undak undak pantai dan pertumbuhan gamping terumbu disertai kegiatan gunungapi.

Struktur Geologi

Pulau Obi dibatasi oleh dua sesar besar yaitu sesar Sorong-Sula Utara yang terletak dibagian selatan, dan sesar Maluku-Sorong yang terletak dibagian Utara. Sesar normal yang terjadi di Pulau Obi diakibatkan oleh sentuhan tektonik antara batuan ultramafik dengan batuan yang lebih muda. Umumnya sesar-sesar di Obi berarah barat-timur, baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya.

Di Pulau Obi bagian barat terdapat Danau Karu yang diperkirakan berupa terban yang dibatasi oleh dua sesar dengan arah utara-selatan. Lipatan-lipatannya membentuk antiklin dan sinklin yang secara umum sumbunya berarah barat-timur.

Mineralisasi/Indikasi Bahan Galian

Di Pulau Obi terdapat berbagai mineralisasi diantaranya adalah nikel dan tembaga terdapat dalam batuan ultramafik, endapan pasir besi yang terdapat di muara S. Lele. Bahan galian yang melimpah di Pulau Obi adalah batugamping.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN Morfologi

Berdasar aspek morfologi daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi dua satuan morfologi yaitu satuan perbukitan berlereng terjal dan perbukitan berlereng landai.

Perbukitan berlereng terjal terletak dibagian barat daerah penyelidikan yang menempati sekitar 60 % daerah penyelidikan, ketinggiannya berkisar dari 0 m – 1100 m diatas permukaan laut, pola pengalirannya sub trellis. Batuan yang menutupi satuan ini antara lain batugamping, batuan sediment,batuan vulkanik, batuan malihan dan batuan ultarmafik.

Perbukitan berlereng landai terletak di bagian timur daerah penyelidikan, menempati sekitar 40 % daerah penyelidikan, ketinggiannya berkisar antara 0 m – 600 m diatas permukaan laut, pola pengalirannya sub trellis. Batuan yang menutupinya antara lain batuan sediment, batuan vulkanik dan batugamping.

Stratigrafi

Berdasarkan peta geologi lembar Obi daerah penyelidikan disusun dari bawah keatas sebagai berikut :

Formasi Bacan :

Terdiri dari : Breksi dan lava bersisipan batupasir tufan dan batulempung abu-abu kehijau-hijauan. Breksi berkomponen andesit, basal dan sedikit rijang merah. Lava berwarna abu-abu kehijau-hijauan, andesitan, terpropilitkan, urat-urat halus kalsit dan kuarsa. Sisipan batupasir dan batulempung berlapis baik. Umur formasi Oligo-Miosen, tebal lebih dari 1.000 m.

Formasi Fulk :

Bagian bawahnya menjemari dengan bagian atas Formasi Bacan, terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan serpih, bersisipan konglomerat dan batugamping. Batupasir berwarna abu-abu kehijau-hijauan, pejal, gampingan, berbutir halus sampai sedang, laminasi sejajar. Batulempung abu-abu kehijau-hijauan, terkersikan, gampingan. Serpih abu-abu kehitam-hitaman, pejal, karbonan. Konglomerat terdiri dari batuan ultramafik, andesit dan batugamping. Batugamping hablur, abu-abu muda pejal. Setempat terdapat urat sulfida besi. Tebal formasi sekitar 1.000 m terletak tidak selaras dibawah Formasi Woi, Obit dan Anggai.

Formasi Woi :

Terdiri dari batupasir, konglomerat dan napal. Batupasir berwarna abu-abu, terpilah sedang, tufan. Konglomerat, abu-abu, komponennya disusun oleh kerakal andesit, basal dan batugamping. Napal abu-abu, setempat lignitan. Tebal formasi 500 m – 600 m, berumur Mio-Pliosen, diendapkan dalam lingkungan sublitoral-batial. Formasi ini diperkirakan sebagai formasi pembawa batubara.

Formasi Obit :

Terdiri dari breksi dan lava bersisipan tuf pasiran dan batulempung tufan. Breksi berkomponen kerakal andesit dan basal, berwarna abu-abu muda sampai kehitam-hitaman, tufan. Lava bersusunan andesit piroksen, abu-abu terkekarkan. Tuf pasiran dan batulempung tufan mengandung foram. Formasi ini berumur Mio-Pliosen, diendapkan dalam lingkungan batial.

Formasi Anggai :

Terdiri dari batugamping dan batugamping pasiran, pejal, banyak terdapat fosil, menunjukan umur Mio-Pliosen , tebal formasi sekitar 500 m. Formasi Anggai menjemari dengan Formasi Woi dan Obit.

Batugamping Terumbu :

Terdiri dari batugamping terumbu dan breksi gunungapi,banyak terdapat fosil, berumur Pliosen Tengah.

Aluvium :

Terdiri dari lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal sebagai endapan pantai dan sungai.

Struktur Geologi

Dalam peta geologi lembar Obi, sebaran formasi batuan didaerah penyelidikan umumnya memanjang dengan arah baratlaut-tenggara. Pada Formasi Woi perlapisan batuannya membentuk sinklin yang

(3)

sumbunya berarah baratlaut-tenggara sampai barat-timur, dengan sudut kemiringan lapisan berkisar antara 5o – 17o.Pada Formasi Obit perlapisan batuannya membentuk antiklin dengan sudut kemiringan lapisan berkisar antara 10o – 20o. Di beberapa tempat terdapat sesar normal dan sesar mendatar yang umumnya berarah baratlaut-tenggara dan barat-timur

POTENSI BATUBARA

Data Lapangan dan Interpretasi Model Endapan

Singkapan batubara didaerah Obi Utara agak sulit ditemukan, karena sebagian besar daerahnya merupakan hutan berbukit-bukit yang jauh dari pemukiman, selain itu sungai-sungai yang terdapat disekitar wilayah formasi pembawa batubara (Formasi Woi) umumnya ditutupi oleh bongkahan-bongkahan batugamping.

Dari hasil penyelidikan dilapangan ditemukan sekitar 18 lokasi singkapan, namun yang diperkirakan singkapan batubara hanya 6 (enam) singkapan yang dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok atau blok, yaitu Blok Huru dan Blok Kelo.

Batubara di Blok Huru ditemukan di lokasi OB-2 dan OB-2A, sedangkan di lokasi OB-11 dan OB-12 masih belum jelas, apakah yang tersingkap itu merupakan batubara yang sudah lapuk atau hanya lempung karbonan. Di lokasi OB-2 terdapat 4 (empat) lapisan batubara, lapisan paling atas merupakan batubara berwarna hitam kecoklat-coklatan, agak kusam, brittle, tebal lapisan yang terukur 0,45 m; lapisan batubara kedua berwarna hitam kecoklat-coklatan, agak kusam, brittle, ditengahnya terdapat sisipan “silicified coal” yang tebalnya sekitar 0,10 m; lapisan pemisah antara batubara kesatu dengan batubara kedua adalah lampung karbonan dengan tebal 0,50 m; lapisan batubara ketiga dan keempat merupakan sisipan dalam batulempung dengan tebal masing-masing hanya 0,25 m; jurus dan kemiringan singkapan batubara OB-2 adalah N120oE/15o. Di lokasi OB-2A yang terletak sekitar 20 m sebelah barat OB-2 terdapat 2 (dua) lapisan batubara, lapisan batubara paling atas berwarna hitam kecoklat-coklatan, kusam, brittle, tebal lapisan 1,35 m; lapisan batubara kedua berwarna hitam kecoklat-coklatan, kusam, brittle, tebal lapisan 1,60 m; lapisan pemisah antara batubara kesatu dengan batubara kedua adalah batulempung tufaan dan batulempung karbonan yang tebalnya sekitar 2,60 m. Di lokasi OB-11 tersingkap batubara lapuk atau lempung karbonan yang tebalnya sekitar 1,00 m, bagian bawahnya batulempung berwarna abu-abu tua sedangkan bagian atasnya berupa soil yang diperkirakan pelapukan dari gamping, jurus dan kemiringan singkapan adalah N120oE/17o. Di lokasi OB-12 tersingkap batubara lapuk atau lempung karbonan yang tebalnya sekitar 0,75 m, bagian bawahnya batulempung berwarna abu-abu muda kecoklat-coklatan, bagian atasnya gamping yang sebagian sudah lapuk, jurus dan kemiringan singkapan adalah N130oE/8o.

Batubara di Blok Kelo ditemukan di lokasi OB-3 dan OB-17, batubara yang terdapat di lokasi OB-3 berwarna hitam kecoklat-coklatan, kusam, brittle, ada

resin, tebal lapisan 0,50 m, bagian bawahnya batulanau pasiran berwarna abu-abu muda kecoklat-coklatan, bagian atasnya soil, jurus dan kemiringan lapisan adalah N280oE/5o. Batubara di lokasi OB-17 secara megaskopis hampir sama dengan batubara di OB-3, tebalnya sekitar 0,40 m, bagian bawahnya batulempung berwarna abu-abu tua, bagian atasnya berupa soil, jurus dan kemiringan singkapan adalah N 300oE/10o.

Berdasarkan jurus dan kemiringan dari singkapan batubara yang ditemukan, menunjukan bahwa pola sebaran batubara Obi utara membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Namun antara singkapan batubara yang satu dengan yang lainnya agak sulit dikorelasikan walaupun singkapannya terletak pada satu arah jurus. Biasanya hal seperti ini menunjukan bahwa sebaran batubaranya hanya setempat-setempat saja atau mengalami “splitting”, seperti pada singkapan yang ditemukan di lokasi OB-2 dan OB-2A Blok Huru. Di lokasi OB-2 terdapat 4 (empat) lapisan batubara yang tebalnya berkisar antara 0,25 m – 1,65 m, sedangkan di lokasi OB-2A yang terletak 20 m sebelah baratlaut OB-2 terdapat 2 (dua) lapisan batubara yang tebalnya berkisar antara 1,35 m – 1,60 m (lihat gambar 3). Secara umum tebal lapisan batuan yang ditemukan pada Formasi Woi (formasi pembawa batubara) tidak mencapai 3 m, berarti proses penurunan atau subsidence hanya sebentar saja, hal seperti ini biasa terjadi pada cekungan yang kurang stabil. Menurut Letouzey (1983) Cekungan Obi terbentuk akibat pergerakan geodinamik tiga lempeng yang disebelah selatannya dibatasi oleh sesar Sorong-Sula Utara, dan disebelah utara dibatasi oleh sesar Maluku-Sorong. Akibat lain dari cekungan yang kurang stabil adalah sebaran kearah lateral juga tidak menerus.

Penyelidik terdahulu (D. Sudana dkk, 1994) belum mengungkapkan lingkungan pengendapan Formasi Woi secara jelas, tetapi hanya menyebutkan diendapkan dalam lingkungan sublitoral sampai batial. Perkiraan urutan pengendapan Formasi Woi berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan pada singkapan di S. Huru (lokasi OB-2A) adalah sebagai berikut : Dibagian bawah adalah batugamping lempungan berwarna abu keputih-putihan, banyak terdapat bioturbasi, diperkirakan diendapkan pada lingkungan “lagoon”; dibagian atasnya adalah batulanau pasiran sampai konglomeratan, diperkirakan endapan tersebut terbentuk akibat gelombang yang melampaui “barrier” dinamakan sebagai endapan “washover”; dibagian atas lagi adalah batulanau sampai batupasir halus, sebagian membentuk laminasi sejajar, diperkirakan endapan ini terbentuk karena pengaruh banjir dan disebut sebagai endapan “flood tidal delta”; diatasnya lagi adalah batubara yang biasa diendapkan dalam lingkungan “swamp”; diatasnya lagi adalah batulempung berwarna abu-abu tua dan batulempung tufaan sebagian karbonan dan mengandung material organic, diperkirakan endapan ini terbentuk di lingkungan “lagoon”; dibagian atas lagi adalah batubara yang biasa terbentuk dalam lingkungan rawa atau “swamp”; dan yang paling atas adalah batugamping yang

(4)

diperkirakan terbentuk dalam lingkungan “lagoon” (lihat gambar 4).

Urutan pengendapan seperti diatas merupakan model endapan “lagoon” atau “back barier”, menurut Marley (1979) dan Mc Cubin (1982) dalam “Coal Bearing Depositional Systems” (Claus F.K. Diessel, 1992) endapan batubara di lingkungan “back barier” biasanya tipis-tipis dan tidak menerus atau “discontinuous”.

Kualitas Batubara

Dari 6 conto yang dianalsis terdapat 2 conto yang merupakan lempung batubaraan atau coaly clay yaitu conto OB-11 dan OB-12. Conto dari lokasi OB-2 serta OB-2A yang termasuk kedalam Blok Huru dan conto dari lokasi OB-3 serta OB-17 yang termasuk kedalam Blok Kelo dapat dilihat pada table 1.

Dari tabel 1 terlihat bahwa kandungan sulfur dari kedua blok tersebut sangat tinggi yaitu berkisar antara 6,37 % - 7,58 %, mungkin tingginya kandungan sulfur tersebut karena pengaruh marine. Apabila kita bandingkan nilai kalori di Blok Huru dengan Blok Kelo ternyata Blok Kelo lebih tinggi, padahal fixed carbon Blok Kelo lebih rendah dari Blok Huru, seharusnya nilai kalori Blok Kelo lebih rendah dari Blok Huru, mungkin yang menjadikan nilai kalori Blok Kelo tinggi adalah kandungan resin.

Dari hasil analisis petrografi terhadap 6 conto, 2 conto diantaranya merupakan batubara serpihan atau shaly coal dan batulempung karbonan yaitu conto OB-11dan OB-12 yang termasuk kedalam Blok Huru. Kisaran angka hasil analisis petrografi batubara dari Blok Huru dan Blok Kelo dapat dilihat pada table 2. Dari tabel 2 terlihat bahwa maseral yang dominan didalam batubara daerah Obi Utara adalah vitrinit, hal ini tidak jauh berbeda dengan batubara yang umum terdapat di Indonesia. Didalam analisis kimia, total sulfur dari kedua blok relatif tinggi yaitu 6,37 % - 7,58 % sedangkan kandungan pyrite dari hasil analisis petrografi hanya 0,4 % - 1,0 % berarti sulfur yang dominan disini adalah sulfur organic.

Sumberdaya Batubara

Untuk mengetahui kuantitas atau sumberdaya batubara diperlukan data lapangan dan data laboratorium. Data lapangan yang diperlukan diantaranya adalah tebal, kemiringan dan panjang sebaran batubara, sedangkan data laboratorium yang diperlukan adalah berat jenis batubara atau SG (“specific gravity”). Data lapangan yang sulit diperoleh di Obi Utara adalah panjang sebebaran batubara, karena sebaran batubara kearah jurus hanya setempat-setempat saja, oleh karena itu panjang sebaran kearah jurus ditentukan berdasarkan perkiraan saja. Berdasarkan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar Nasional Indonesia (SNI) amandemen 1- SNI 135014 – 1998 dari Badan Standarisasi Nasional, sumberdaya batubara daerah Obi Utara dikelompokan kedalam sumberdaya batubara hipotetik (“hypothetic”).

Hasil perhitungan sumberdaya batubara daerah Obi Utara adalah : 2.130.584 ton

( table perhitungan dapat dilihat pada table 3 ).

PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BATUBARA

Dari hasil perhitungan sementara sumberdaya batubara daerah Obi Utara sekitar 2.130.584 ton ( hipotetik ), berarti batubara tersebut hanya bisa dimanfaatkan untuk penambangan skala kecil atau tambang rakyat saja. Selain itu sebarannya kearah jurus tidak terlalu jauh atau “discontinuous”, sehingga perlu pertimbangan yang matang apabila batubara daerah tersebut akan diusahakan secara ekonomis. Kualitas batubara daerah Obi menunjukan kualitas batubara sedang yang nilai kalorinya berkisar antara 5245 cal/gr – 5941 Cal/gr, namun kandungan sulfurnya yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 6,37 % - 7,58 % perlu dipertimbangkan juga.

KESIMPULAN

Dari uraian-uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara geologi daerah Obi Utara termasuk kedalam Cekungan Obi.

2. Morfologi daerah Obi Utara dapat dibedakan menjadi dua satuan morfologi, yaitu morfologi perbukitan berlereng terjal dan perbukitan berlereng landai.

3. Formasi pembawa batubara di Obi Utara adalah Formasi Woi yang berumur Mio-Pliosen.

4. Endapan batubara yang ditemukan membentuk lipatan sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara, besar sudut kemiringan lapisan berkisar antara 5o – 20o. 5. Sebaran batubara kearah jurus tidak menerus

sehingga batubara didaerah penyelidikan dipisahkan menjadi dua blok, yaitu Blok Huru dan Blok Kelo.

6. Batubara di Blok Huru terdiri dari dua lapisan atau seam, tebal lapisan kesatu 1,35 m dan tebal lapisan kedua 1,60 m. Di Blok Kelo terdiri dari dua lapisan, tebal lapisan kesatu 0,50 m dan tebal lapisan kedua 0,40 m.

7. Berdasarkan ciri-ciri sedimentasinya diperkirakan sebaran batubara dikedua blok tersebut hanya setempat-setempat.

8. Kualitas batubara Blok Huru ditunjukan oleh kisaran angka sebagai berikut Moisture (adb) 10,29 % - 13,30 %, Fixed Carbon (adb) 31,97 % - 41,73 %, dan Calorific Value (adb) 5245 cal/gr – 5854 Cal/gr, sedangkan di Blok Kelo berikut Moisture (adb) 12,81 % - 13,22 %, Fixed Carbon (adb) 28,64 % - 29,40 %, dan Calorific Value (adb) 5886 Cal/gr – 5941 Cal/gr. Kandungan sulfur dari kedua blok relatif tinggi, aitu berkisar antara 6,37 % - 7,58 %. Secara mikroskopis batubara daerah Obi Utara didominasi oleh maseral vitrinit dengan nilai reflektan berkisar antara 0,25 % - 0,40 %.

9. Sumberdaya batubara hipotetik daerah Obi Utara yang dihitung kearah kemiringan sampai kedalaman 100 m adalah 2.130.584 ton.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

- Badan Standarisasi Nasional, 1998 : Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara, Amandemen 1-SNI 13-5014-1998, Standar Nasional Indonesia.

- Diessel Claus F. K. , 1992 : Coal Bearing Depositional System, Springer-Verlag.

- Sudana D.,Yasin A. dan Sutisna K.,1994 : Peta Geologi lembar Obi, Maluku, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

- Iwan Nursahan, 2004 : Inventarisasi dan Evaluasi mineral logam dan bahan galian lainnya di daerah Obi dan

sekitarnya, Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Proyek IEBGM, Bandung. - Letouzey J., P.de Clarens, J. Guinard and J.L. Berthon, 1983 : Structure of the North Banda Mollucca area

from multichannel seismic reflection data, Proc.12 th Ann. Conv, Ind. Petroleum Assoc., Jakarta

Tabel 1. Kisaran Angka Hasil Analisis Batubara Daerah Obi Utara

Parameter Analisis

Blok Huru

Blok Kelo

Free Moisture (ar)

22,64 - 23,47 %

16,39 - 16,42 %

Total Moisture (ar)

30,60 - 33,65 %

27,10 - 27,47 %

Moisture (adb)

10,29 - 13,30 %

12,81 - 13,22 %

Volatile Matter (adb)

45,04 - 47,04 %

50,36 - 51,18 %

Fixed Carb (adb)

31,97 - 41,73 %

28,64 - 29,40 %

Ash (adb)

0,94 - 9,69 %

6,96 - 7,43 %

Total Sulfur (adb)

6,37 - 6,96 %

7,49 - 7,58 %

SG (adb)

1,39 – 1,43

1,34 – 1,39

Calorific Value (adb)

5245 – 5854 Cal/gr

5886 – 5941 Cal/gr

Tabel 2. Kisaran AngkaHasil Analisis Petrografi Batubara daerah Obi Utara

Blok

Jenis Analisis

Huru (%)

Kelo (%)

Vitrinite 96,3 88,7-91,8

Inertinite 0,6-0,7

0,8-1,1

Maseral

Liptinite 1,7-2,5

1,9-6,3

Clay 0,4-0,8 0,3-0,9

Oxida Besi

0,2-0,4

0,5-1,0

Mineral Matter

Pyrite 0,1 0,4-1,0

Reflektan pada Vitrinite

0,25-0,39

0,27-0,4

Tabel 3. Hasil Perhitungan Sumberdaya Batubara Hipotetik Daerah Obi Utara

Blok

Seam

Batubara

Tebal

rata-rata

(m)

Perkiraan

Panjang

(m)

Lebar

rata-rata

(m)

SG

ton/m

3

Sumberdaya

(ton)

Huru Ke

1 1,35 1000

323 1,41 614.831

Ke

2 1,60 1000 323 1,41

728.688

Kelo Ke

1 0,50 1000 1.149 1,37 787.065

Total Sumberdaya batubara

2.130.584

(6)

127 o BT 0o

Daerah Penyelidikan

(7)
(8)
(9)

Gambar

Tabel 2. Kisaran AngkaHasil Analisis Petrografi Batubara daerah Obi Utara  Blok  Jenis Analisis  Huru (%)  Kelo (%)  Vitrinite 96,3  88,7-91,8  Inertinite 0,6-0,7  0,8-1,1 Maseral  Liptinite 1,7-2,5  1,9-6,3  Clay 0,4-0,8  0,3-0,9  Oxida Besi  0,2-0,4  0,5
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk : (1) Menentukan nilai optimal RWC untuk induksi pembungaan Jeruk Siam Jember berdasarkan gejala kelayuan visual sebagai respons

pandangan hidup, tujuan hidup bersama pandangan hidup, tujuan hidup bersama dalam suatu negara, yang setiap bangsa dalam suatu negara, yang setiap bangsaf. memiliki ciri

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan sebagaimana

Walaupun pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna/signifikan (p-value > 0,05) antara konsumsi susu denga osteopenia, akan tetapi ada

Ting k at kerja osmotik dan tingkat metabolisme udang di antara perlakuan kalsium adalah tidak berbeda n ya ta , namun a ntara salinitas 2 ppt dengan kontrol

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, terhadap jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari penerimaan Hak Kekayaan Intelektual berupa biaya (jasa)

Hal tersebut dapat diartikan berkomunikasi melalui Internet berarti bahwa publik dari or- ganisasi secara aktif menarik informasi tentang organisasi dari Internet, bukan

Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember bahan bakar. Tarif pengisian bahan bakar tergantung pada jumlah kendaraan