• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDAR PERENCANAAN IRIGASI"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

D I R E K T O R A T I R I G A S I D A N R A W A

STANDAR PERENCANAAN

IRIGASI

KRITERIA PERENCANAAN

BAGIAN

SALURAN

KP-03

2013

(2)
(3)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

S A M B U T A N

Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara. Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air denganmenggunakanbangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi, dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya mendukung produktivitas usaha tani.

Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan pengembangan irigasi di masa mendatang. Pengalaman-pengalaman tersebut didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.

Hasil pengalaman pengembangan irigasi sebelumnya, Direktorat Jenderal Pengairan telah berhasil menyusun suatu Standar Perencanaan Irigasi, dengan harapan didapat efisiensi dan keseragaman perencanaan pengembangan irigasi. Setelah pelaksanaan pengembangan irigasi selama hampir dua dekade terakhir, dirasa perlu untuk melakukan review dengan memperhatikan kekurangan dan kesulitan dalam penerapan standar tersebut, perkembangan teknologi pertanian, isu lingkungan (seperti

(4)

pemanasan global dan perubahan iklim), kebijakan partisipatif, irigasi hemat air, serta persiapan menuju irigasi modern (efektif, efisien dan berkesinambungan).

Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria

Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.

Dengan tersedianya Kriteria Perencanaan Irigasi, diharapkan para perencana irigasi mendapatkan manfaat yang besar, terutama dalam keseragaman pendekatan konsep desain, sehingga tercipta keseragaman dalam konsep perencanaan.

Penggunaan Kriteria Perencanaan Irigasi merupakan keharusan untuk dilaksanakan oleh pelaksana perencanaan di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin dari Pembina Kegiatan Pengembangan Irigasi.

Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.

Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Sumber Daya Air

DR. Ir. Moh. Hasan, Dipl.HE NIP. 19530509 197811 1001

(5)

KATA PENGANTAR

Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria

Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi

edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang irigasi.Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok:

1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09) 2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03) 3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)

Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat ini menjadi9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai berikut:

KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi KP – 02 Bangunan Utama (Head Works) KP – 03 Saluran

KP – 04 Bangunan KP – 05 Petak Tersier KP – 06 Parameter Bangunan KP – 07 Standar Penggambaran

KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan,Pemasangan, Operasi dan Pemeliharaan

(6)

Gambar Bangunan Irigasi terdiri atas 3 bagian, yaitu:

(i) Tipe Bangunan Irigasi, yang berisi kumpulan gambar-gambar contoh sebagai informasi dan memberikan gambaran bentuk dan model bangunan, pelaksana perencana masih harus melakukan usaha khusus berupa analisis, perhitungan dan penyesuaian dalam perencanan teknis.

(ii) Standar Bangunan Irigasi, yang berisi kumpulan gambar-gambar bangunan yang telah distandarisasi dan langsung bisa dipakai.

(iii) StandarBangunan Pengatur Air, yang berisi kumpulan gambar-gambar bentuk dan model bangunan pengatur air.

Persyaratan Teknis terdiri atas 4 bagian, berisi syarat-syarat teknis yang minimal harus dipenuhi dalam merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan persyaratan dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan keperluannya.Persyaratan Teknisterdiri dari bagian-bagian berikut:

PT – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi PT – 02 Topografi

PT – 03 Penyelidikan Geoteknik PT – 04 Penyelidikan Model Hidrolis

Meskipun Kriteria Perencanaan Irigasi ini, dengan batasan-batasan dan syarat berlakunya seperti tertuang dalam tiap bagian buku, telah dibuat sedemikian sehingga siap pakai untuk perencana yang belum memiliki banyak pengalaman, tetapi dalam penerapannya masih memerlukan kajian teknik dari pemakainya. Dengan demikian siapa pun yang akan menggunakan Kriteria Perencanaan Irigasi ini tidak akan lepas dari tanggung jawabnya sebagai perencana dalam merencanakan bangunan irigasi yang aman dan memadai.

(7)

Setiap masalah di luar batasan-batasan dan syarat berlakunya Kriteria Perencanaan Irigasi, harus dikonsultasikan khusus dengan badan-badan yang ditugaskan melakukan pembinaan keirigasian, yaitu:

1. Direktorat Irigasi dan Rawa 2. Puslitbang Air

Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam batas-batas dan syarat berlakunya standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan kepentingan yang khusus.

Semoga Kriteria Perencanaan Irigasi ini bermanfaat dan memberikan sumbangan dalam pengembangan irigasi di Indonensia. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan ke arah kesempurnaan Kriteria Perencanaan Irigasi.

Jakarta, Februari 2013

Direktur Irigasi dan Rawa

Ir. Imam Agus Nugroho,Dipl.HE

NIP. 19541006 198111 1001

(8)
(9)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

TIM PERUMUS REVIEW

KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI

No. Nama Keterangan

1. Ir. Imam Agus Nugroho, Dipl. HE Pengarah

2. Ir. Adang Saf Ahmad, CES Penanggung Jawab

3. Ir. Bistok Simanjuntak, Dipl. HE Penanggung Jawab

4. Ir. Widiarto, Sp.1 Penanggung Jawab

5. Ir. Bobby Prabowo, CES Koordinator

6. Tesar Hidayat Musouwir, ST, MBA, M.Sc Koordinator

7. Nita Yuliati, ST, MT Pelaksana

8. Bernard Parulian, ST Pelaksana

9. DR. Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng Editor

10. DR. Ir. Soenarno, M.Sc Narasumber

11. Ir. Soekrasno, Dipl. HE Narasumber

12. Ir. Achmad Nuch, Dipl. HE Narasumber

13. Ir. Ketut Suryata Narasumber

14. Ir. Sudjatmiko, Dipl. HE Narasumber

15. Ir. Bambang Wahyudi, MP Narasumber

Jakarta, Januari 2013 Direktur Jenderal Sumber Daya Air

DR. Ir. Moh. Hasan, Dipl.HE NIP. 19530509 197811 1001

(10)
(11)

DAFTAR ISI

S A M B U T A N ... iii

KATA PENGANTAR ...v

TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Umum ...1

BAB II DATA PERENCANAAN IRIGASI ...3

2.1 Data Topografi ...3

2.2 Kapasitas Rencana ...5

2.2.1 Debit Rencana ...5

2.2.2 Kebutuhan Air Di Sawah ...6

2.2.3 Efisiensi...7

2.2.4 Rotasi Teknis (Sistem golongan) ...10

2.3 Data Geoteknik ...11

2.4 Data Sedimen ...12

BAB III SALURAN TANAH TANPA PASANGAN ...15

3.1 Tahap Studi ...15

3.1.1 Aliran Irigasi Tanpa Sedimen di Saluran Tanah ...16

3.1.2 Air Irigasi Bersedimen di Saluran Pasangan ...17

3.1.3 Aliran Irigasi Bersedimen di Saluran Tanah ...17

3.2 Rumus dan Kriteria Hidrolis ...17

3.2.1 Rumus Aliran ...17

3.2.2 Koefisien Kekasaran Strickler ...18

3.2.3 Sedimentasi ...20

3.2.4 Erosi ...21

3.3 Potongan Melintang Saluran ...26

3.3.1 Geometri ...26

3.3.2 Kemiringan Saluran ...26

3.3.3 Lengkung Saluran ...27

3.3.4 Tinggi Jagaan ...28

3.3.5 Lebar Tanggul ...29

3.3.6 Garis Sempadan Saluran ...31

(12)

3.3.7.1 Gambaran Umum ...34

3.3.7.2 Tata Cara dan Dasar Perhitungan ...35

3.3.7.3 Dimensi Saluran Gendong ...35

3.3.7.4 Kelebihan dan Kelemahan Saluran Gendong ...37

3.4 Potongan Memanjang ...37

3.4.1 Muka Air yang Diperlukan ...37

3.4.2 Kemiringan Memanjang ...40

3.4.2.1 Kemiringan Minimum ...40

3.4.2.2 Kemiringan Maksimum ...41

3.4.2.3 Perencanaan Kemiringan Saluran ...41

3.5 Sipatan Penampang Saluran Tanah...43

BAB IV SALURAN PASANGAN ...45

4.1 Kegunaan Saluran Pasangan ...45

4.2 Jenis-Jenis Pasangan ...47

4.2.1 Lining Permukaan Keras ...48

4.2.2 Tanah...49

4.2.3 LiningFerrocement ...49

4.3 Perencanaan Hidrolis ...53

4.3.1 Kecepatan Maksimum...53

4.3.2 Koefisien Kekasaran ...54

4.3.3 Perencanaan untuk Aliran Subkritis ...55

4.3.4 Lengkung Saluran ...56

4.3.5 Tinggi Jagaan ...56

BAB V TEROWONGAN DAN SALURAN TERTUTUP ...57

5.1 Pemakaian ...57

5.1.1 Topografi...57

5.1.2 Geologi ...57

5.1.3 Kedalaman Galian ...58

5.1.4 Kondisi Air Tanah ...58

5.2 Bentuk-Bentuk dan Kriteria Hidrolis ...58

5.2.1 Terowongan ...58

5.2.1.1 Kondisi Aliran ...58

5.2.1.2 Bentuk Potongan Melintang ...59

5.2.1.3 Ukuran Minimum ...61

5.2.1.4 Lengkungan ...61

5.2.1.5 Penyangga dan Pasangan Terowongan ...61

5.2.1.6 Peralihan ...64

5.2.1.7 Penutup Minimum ...65

5.2.2 Saluran Tertutup ...65

5.2.2.1 Kondisi Aliran ...66

(13)

5.2.2.3 Lengkung ...67

5.2.2.4 Ukuran Minimum ...67

5.3 Perencanaan Hidrolis ...67

5.3.1 Rumus Aliran ...67

5.3.2 Koefisien Kekasaran dan Kecepatan Maksimum ...67

5.3.3 Kemiringan Hidrolis ...68

5.3.4 Tinggi Jagaan ...68

5.3.5 Perencanaan Potongan Melintang ...69

5.3.6 Kehilangan Total Tinggi Energi ...69

5.3.7 Kehilangan Tinggi Energi pada Siku dan Tikungan Saluran Tertutup ...70

BAB VI PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG ...73

6.1 Data Topografi ...73

6.2 Data Rencana ...74

6.2.1 Jaringan Pembuang ...74

6.2.2 Kebutuhan Pembuang untuk Tanaman Padi ...75

6.2.3 Kebutuhan Pembuang untuk Sawah Non Padi...80

6.2.4 Debit Pembuang ...82

6.3 Data Mekanika Tanah ...85

BAB VII RENCANA SALURAN PEMBUANG ...87

7.1 Perencanaan Saluran Pembuang yang Stabil ...87

7.2 Rumus dan Kriteria Hidrolis ...88

7.2.1 Rumus Aliran ...88

7.2.2 Koefisien Kekasaran Strickler ...88

7.2.3 Kecepatan Maksimum yang Diizinkan ...89

7.2.4 Tinggi Muka Air ...91

7.3 Potongan Melintang Saluran Pembuang ...94

7.3.1 Geometri ...94

7.3.2 Kemiringan Talut Saluran Pembuang ...95

7.3.3 Lengkung Saluran Pembuang ...95

7.3.4 Tinggi Jagaan ...96

BAB VIII PERENCANAAN SALURAN GENDONG ...99

8.1 Gambaran Umum ...99

8.2 Tata Cara dan Dasar Perhitungan ...100

8.2.1 Metode Rasional ...100

8.2.2 Metode Lama Hujan dan Frekuensi Hujan ...102

8.2.3 Metode Hidrograf Komplek ...104

8.3 Tata Cara dan Dasar Perhitungan ...106

8.3.1 Standar Kapasitas Saluran Gendong ...106

(14)

8.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Saluran Gendong ...106

DAFTAR PUSTAKA ...107

LAMPIRAN I KAPASITAS ANGKUTAN SEDIMEN ...109

LAMPIRAN II PERENCANAAN PROFIL SALURAN ...113

LAMPIRAN III ...119

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1. Sistem Kebutuhan Air ...9

Tabel 3-1. Harga-Harga Kekasaran Koefisien Strickler (k) untuk Saluran-SaluranIrigasi Tanah ...20

Tabel 3-2. Perbandingan Sistem Unified USCS dengan Sistem AASHTO...25

Tabel 3-3. Kemiringan Minimum Talut untuk Berbagai Bahan Tanah ...27

Tabel 3-4. Kemiringan Talut Mnimum untuk Saluran Timbunan yang DipadatkandenganBaik ...27

Tabel 3-5. Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah ...29

Tabel 3-6. Lebar Minimum Tanggul ...30

Tabel 4-1. Angka-Angka Hasil Pengukuran Rembesan ...46

Tabel 4-2. Harga-Harga Koefisien Tanah Rembesan C...47

Tabel 4-3. Harga-Harga Kemiringan Talut untuk Saluran Pasangan ...55

Tabel 4-4. Tinggi Jagaan untuk Saluran Pasangan ...56

Tabel 5-1. Klasifikasi Tipe Terowongan ...62

Tabel 5-2. Tabel Pasangan dari Beton dalam cm ...65

Tabel 5-3. Kedalaman Minimum Penutup (m) pada Potongan Terowongan ...66

Tabel 5-4. Harga-Harga Kecepatan Maksimum dan K (Strickler) ...68

Tabel 5-5. Harga-Harga Kb untuk Siku ...70

Tabel 6-1. Harga-Harga Koefisien Limpasan Air Hujan untuk Perhitungan Qd ...82

Tabel 7-1. Koefisien Kekasaran Strickler untuk Saluran Pembuang ...89

Tabel 7-2. Kecepatan Maksimum yang Diizinkan (oleh Portier dan Scobey) ...92

Tabel 7-3. Kemiringan Talut Minimum untuk Saluran Pembuang...95

Tabel 7-4. Jari-Jari Lengkung untuk Saluran Pembuang Tanah ...96

Tabel 8-1. Koefisien Run off (C) yang Digunakan untuk Luas Drainase Kurangdari 500 Ha ...102

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3-1. Parameter Potongan Melintang ...18

Gambar 3-2. Kecepatan-Kecepatan Dasar untuk Tanah Koheren (SCS) ...22

Gambar 3-3. Faktor-Faktor Koreksi Terhadap Kecepatan Dasar (SCS) ...23

Gambar 3-4. Tipe-Tipe Potongan Melintang Saluran Irigasi ...30

Gambar 3-5. Bidang Gelincir pada Tebing Saluran ...31

Gambar 3-6. Sempadan Saluran Irigasi Tak Bertanggul ...32

Gambar 3-7. Sempadan Saluran Irigasi Bertanggul ...33

Gambar 3-8. Sempadan Saluran Irigasi di Lereng...33

Gambar 3-9. Potongan Melintang Saluran Gendong dan Saluran Irigasi ...34

Gambar 3-10. Tinggi Bangunan Sadap Tersier yang Diperlukan ...38

Gambar 3-11. Denah dan Tipe Potongan Melintang Sipatan ...44

Gambar 4-1. Potongan Saluran Lining Ferrocement Berbentuk Tapal Kuda ...50

Gambar 4-2. Tipe-Tipe Pasangan Saluran ...52

Gambar 5-1. Bentuk-Bentuk Potongan Melintang Terowongan ...60

Gambar 5-2. Tipe-Tipe Potongan Melintang Terowongan ...63

Gambar 5-3. Harga-Harga Koefisien Kehilangan Tinggi Energi Masuk dan Keluar ...71

Gambar 5-4. Harga-Harga Kb untuk Tikungan 90 0 pada Saluran Tertutup (USBR) ...72

Gambar 5-5. Faktor Koreksi untuk Koefisien Kehilangan di Tikungan pada Saluran Tertutup ...72

Gambar 6-1. Contoh Perhitungan Modulus Pembuang ...78

Gambar 6-2. Faktor Pengurangan Luar Areal yang Dibuang Airnya ...79

Gambar 7-1. Koefesien Koreksi untuk Berbagai Periode Ulang D ...90

Gambar 7-2. Tipe-Tipe Potongan Melintang Saluran Pembuang...93

Gambar 7-3. Tinggi Jagaan untuk Saluran Pembuang (dari USBR) ...97

Gambar 8-1. Potongan Melintang Saluran Gendong dan Saluran Irigasi ...99

Gambar 8-2. Faktor Reduksi  dan Luas Areal Tangkapan Hujan ...103

Gambar 8-3. Situasi Tata Jaringan Saluran Gendong yang Melalui Pemukiman atau Perkotaan dan Perbukitan ...105

(18)
(19)

1. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Umum

Laporan Kriteria Perencanaan Saluran ini merupakan bagian dari Standar Perencanaan Irigasi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.Kriteria Perencanaan Saluran hanya mencakup perencanaan jaringan saluran primer. Kriteria perencanaan untuk saluran kuarter dan tersier disajikan dalam Bagian KP - 05 Petak Tersier. KP - 03 Kriteria Perencanaan Bagian Saluran terutama membahas masalah perencanaan saluran. Kriteria perencanaan saluran yang disajikan di sini sahih (valid) untuk saluran gravitasi terbuka jaringan irigasi yang cocok untuk mengairi tanaman padi, yang umumnya merupakan tanaman pokok, maupun untuk budidaya tanaman-tanaman ladang (tegalan). Perbedaan besarnya kebutuhan air antara padi sawah dan tanaman ladang/uplandcrop merupakan perbedaan utama pada ketinggian jaringan utama. Namun demikian, metode-metode irigasi dan pembuangan air di sawah untuk padi dan tanaman-tanaman ladang berbeda dan kriteria perencanaan untuk petak-petak tersier juga akan berbeda; ini dibahas pada bagian KP - 05 Petak Tersier.

(20)
(21)

2. BAB II

DATA PERENCANAAN IRIGASI

2.1 Data Topografi

Data – data topografi yang diperlukan atau harus dibuat adalah:

(1) Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi dengan skala 1:25.000 dan 1:5.000;

(2) Peta situasi trase saluran berskala 1:2.000 dengan garis-garis ketinggian pada interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah berbukit-bukit; (3) Profil memanjang pada skala horizontal 1:2.000 dan skala vertikal 1:200

(atau skala 1:100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan); (4) Potongan melintang pada skala horizontal dan vertikal 1:200 (atau 1:100

untuk saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25 m pada bagian tikungan;

(5) Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi benchmark.

Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan peta garis) yang dilengkapi dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata letak dari trase saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta baku/peta dasar.

Perkembangan teknologi foto citra satelit kedepan dapat dipakai dan dimanfaatkan untuk melengkapi dan mempercepat proses perencanaan jaringan irigasi. Kombinasi antara informasi pengukuran teristris dan foto citra satelit akan dapat bersinergi dan saling melengkapi.

Kelebihan foto citra satelit dapat diperoleh secara luas dan beberapa jenis foto landsat mempunyai karakteristik khusus yang berbeda, sehingga banyak informasi lain yang dapat diperoleh antara lain dengan program/software yang dapat memproses garis kontur secara digital.

(22)

Foto-foto satelit ini bisa dipakai untuk studi awal, studi identifikasi dan studi pengenalan.

Kelemahan foto citra satelit tidak stereometris sehingga aspek beda tinggi kurang dapat diperoleh informasi detailnya tidak seperti pengukuran teristris, sedangkan dalam perencanaan irigasi presisi dalam pengukuran beda tinggi sangat penting. Meskipun demikian banyak informasi lain yang dapat dipakai sebagai pelengkap perencanaan jaringan irigasi antara lain sebagai crosscheck untuk perencanaan jaringan irigasi.

Data-data pengukuran topografi dan saluran yang disebutkan diatas merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran. Letak trase saluran sering baru dapat ditetapkan setelah membanding-bandingkan berbagai alternatif. Informasi yang diperoleh dari pengukuran trase saluran dapat dipakai untuk peninjauan trase pendahuluan, misalnya pemindahan as saluran atau perubahan tikungan saluran. Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang (alamiah) sering sulit ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi sebelum diadakan pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan silang tersebut hanya dapat ditentukan berdasarkan survei lapangan (dengan skala 1: 200 atau 1: 500). Lokasi trase saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan topografi setempat daripada saluran yang mengikuti punggung medan.

Saluran – saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran trase untuk saluran tipe ini dapat dibatasi sampai pada lebar 75 m yang memungkinkan penempatan as saluran dan perencanaan potongan melintang dengan baik. Untuk saluran garis tinggi, lebar profil yang serupa cukup untuk memberikan perencanaan detail. Akan tetapi, karena menentukan as saluran dari sebuah peta topografi sebelum pengukuran saluran lebih sulit, pengukuran peta trase umumnya ditentukan dengan as saluran yang ditentukan di lapangan.

(23)

2.2 Kapasitas Rencana 2.2.1 Debit Rencana

Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum berikut :

... 2-1

Dimana : Q = Debit rencana, ltr/dt

c = Koefisienpengurangankarenaadanyasistem golongan, (lihat Subbab 2.2.4)

NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, ltr/dt/ha A = Luas daerah yang diairi, ha

e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan.

Jika air yang dialirkan oleh jaringan juga untuk keperluan selain irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan itu, dengan memperhitungkan efisiensi pengaliran. Kebutuhan air lain selain untuk irigasi yaitu kebutuhan air untuk tambak atau kolam, industri maupun air minum yang diambil dari saluran irigasi.

"Lengkung Kapasitas Tegal" yang dipakai sejak tahun 1891, tidak lagi digunakan untuk perencanaan kapasitas saluran irigasi. Alasannya adalah:

- sekarang telah ada metode perhitungan kebutuhan air di sawah yang secara lebih tepat memberikan kapasitas bangunan sadap tersier jika dipakai bersama-sama dengan angka-angka efisiensi di tingkat tersier.

- pengurangan kapasitas saluran yang harus mengairi areal seluas lebih dari 142 ha, sekarang digabungkan dalam efisiensi pengaliran. Pengurangan kapasitas yang diasumsikan oleh Lengkung Tegal adalah 20% untuk areal yang ditanami tebu dan 5% untuk daerah yang tidak ditanami tebu. Persentase pengurangan ini dapat dicapai jika saluran mengairi daerah seluas 710 ha atau lebih. Untuk areal seluas antara 710 ha dan 142 ha koefisien pengurangan akan turun secara linier sampai 0.

(24)

2.2.2 Kebutuhan Air Di Sawah

Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor – faktor berikut: 1. cara penyiapan lahan

2. kebutuhan air untuk tanaman 3. perkolasi dan rembesan 4. pergantian lapisan air, dan 5. curah hujan efektif.

Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan bersih (netto) air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif.

Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman dan bergantung kepada cara pengolahan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari.

Besarnya kebutuhan air irigasi pada lahan rawa perlu dilakukan perhitungan secara khusus mengingat asumsi besaran komponen kebutuhan air pada lahan rawa berbeda dengan sawah biasa.

Besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada perhitungan kebutuhan air untuk padi. Ada berbagai harga yang dapat diterapkan untuk kelima faktor diatas.

Mengantisipasi ketersediaan air yang semakin terbatas maka perlu dicari terus cara budidaya tanaman padi yang mengarah pada penghematan konsumsi air. Cara pemberian air terputus/berkala(intermittent irrigation) memang terbukti efektif dilapangan dalam usaha hemat air, namun mengandung kelemahan dalam membatasi pertumbuhan rumput. Beberapa metode lain salah satunya metode “System of Rice Intensification (SRI)” yang ditawarkan dapat dipertimbangkan. Sistem pemberian air terputus/berkala sesuai untuk daerah dengan debit tersedia aktual lebih rendah dari debit andalan 80%.

Metode ini direkomendasi untuk dijadikan dasar perhitungan kebutuhan air, apabila memenuhi kondisi berikut ini:

(25)

- sumberdaya manusia dan modal tersedia - ketersediaan pupuk mencukupi

- ketersediaan air terbatas

Uraian terinci mengenai kebutuhan air di sawah serta cara perhitungannya diberikan dalam KP- 01 Perencanaan Jaringan lrigasi; Lampiran II.

2.2.3 Efisiensi

Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperlima sampai seperempat dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan perembesan. Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan umumnya kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat kegiatan eksploitasi. Penghitungan rembesan hanya dilakukan apabila kelulusan tanah cukup tinggi.

Pemakaian air hendaknya diusahakan seefisien mungkin, terutama untuk daerah dengan ketersediaan air yang terbatas. Kehilangan-kehilangan air dapat diminimalkan melalui :

1. Perbaikan sistem pengelolaan air :

- Sisi operasional dan pemeliharaan (O&P) yang baik - Efisiensi operasional pintu

- Pemberdayaan petugas (O&P) - Penguatan institusi (O&P)

- Meminimalkan pengambilan air tanpa ijin - Partisipasi P3A

2. Perbaikan fisik prasarana irigasi :

- Mengurangi kebocoran disepanjang saluran - Meminimalkan penguapan

(26)

Pada umumnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat dibagi-bagi sebagai berikut :

- 12,5 - 20 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah - 5 - 10 % di saluran sekunder

- 5 - 10 % di saluran utama

Besaran angka kehilangan di jaringan irigasi jika perlu didukung dengan hasil penelitian & penyelidikan. Dalam hal waktu, tenaga dan biaya tidak tersedia maka besaran kehilangan air irigasi bisa didekati dengan alternatif pilihan sebagai berikut : - Memakai angka penelitian kehilangan air irigasi didaerah irigasi lain yang

mempunyai karakteristik yang sejenis

- Angka kehilangan air irigasi praktis yang sudah diterapkan pada daerah irigasi terdekat

Efisiensi secara keseluruhan (total) dihitung sebagai berikut :

efisiensi jaringan tersier (et) x efisiensi jaringan sekunder (CS) x efisiensi

jaringan primer (ep), dan antara 0,65- 0,79. Oleh karena itu kebutuhan bersih air

di sawah (NFR) harus dibagi e untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di bangunan pengambilan dari sungai. Faktor-faktor efisiensi yang diterapkan untuk perhitungan saluran disajikan pada Tabel 2-1.

(27)

Tabel 2-1. Sistem Kebutuhan Air

Tingkat Kebutuhan Air Satuan

Sawah Petak Tersier

NFR (Kebutuhan bersih air di sawah) TOR (kebutuhan air di bangunan sadap tersier)

(NFR x luas daerah) x

(l/dt/ha)

(l/dt)

Petak Sekunder SOR (kebutuhan air dibangunan sadap

sekunder)

ΣTOT x (l/dt atau m3/dt)

Petak Primer

Bendung

MOR (Kebutuhan air di bangunan sadap primer)

TOR mc x

DR (kebutuhan diversi) MOR sisi kiri dan MOR sisi kanan

(l/dt atau m3/dt)

m3/dt

TORmc: Kebutuhan air di bangunan sadap tersier untuk petak-petak tersier di sepanjang saluran primer.

Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh lebih tinggi, dan efisiensi yang sebenarnya yang berkisar antara 30 sampai 40 % kadang- kadang lebih realistis, apalagi pada waktu-waktu kebutuhan air rendah. Walaupun demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat dicapai.

Keseluruhan efisiensi irigasi yang disebutkan diatas, dapat dipakai pada proyek-proyek irigasi yang sumber airnya terbatas dengan luas daerah yang diairi sampai 10.000 ha. Harga-harga efisiensi yang lebih tinggi (sampai maksimum 75 %) dapat diambil untuk proyek- proyek irigasi yang sangat kecil atau proyek irigasi yang airnya diambil dari waduk yang dikelola dengan baik.

Di daerah yang baru dikembangkan. yang sebelumnya tidak ditanami padi, dalam tempo 3 - 4 tahun pertama kebutuhan air di sawah akan lebih tinggi

(28)

daripada kebutuhan air di masa-masa sesudah itu. Kebutuhan air di sawah bisa menjadi 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada yang direncana,ini untuk menstabilkan keadaan tanah itu.

Dalam hal-hal seperti ini, kapasitas rencana saluran harus didasarkan pada kebutuhan air maksimum dan pelaksanaan proyek itu harus dilakukan secara bertahap.

Oleh sebab itu, luas daerah irigasi harus didasarkan pada kapasitas jaringan saluran dan akan diperluas setelah kebutuhan air di sawah berkurang.

Untuk daerah irigasi yang besar, kehilangan-kehilangan air akibat perembesan dan evaporasi sebaiknya dihitung secara terpisah dan kehilangan – kehilangan lain harus diperkirakan.

2.2.4 Rotasi Teknis (Sistem golongan)

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem golongan teknis adalah : - Berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak (koefisien pengurangan rotasi) - Kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur-angsur pada awal waktu

pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan), seiring dengan makin bertambahnya debit sungai; kebutuhan pengambilan puncak dapat ditunda. Sedangkan hal-hal yang tidak menguntungkan adalah:

- Timbulnya komplikasi sosial - Operasional lebih rumit

- Kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi, dan

- Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua.

Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi harus dibagi-bagi menjadi sekurang-kurangnya tiga atau empat golongan dan tidak lebih dari 5 atau 6 golongan. Dengan sendirinya hal ini agak mempersulit eksploitasi jaringan irigasi. Lagi pula usaha pengurangan debit puncak mengharuskan diperkenalkannya sistem rotasi.

(29)

Karena alasan-alasan diatas, biasanya untuk proyek irigasi tertentu yang mencakup daerah yang bisa diairi seluas 10.000 ha dan mengambil air langsung dari sungai, tidak ada pengurangan debit rencana (koefisien pengurangan c = 1). Pada jaringan yang telah ada, faktor pengurangan c < 1 mungkin dipakai sesuai dengan pengalaman O & P. Lihat juga KP - 01, Lampiran 2.

2.3 Data Geoteknik

Hal utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran adalah stabilitas tanggul, kemiringan talut galian serta rembesan ke dan dari saluran. Data tanah yang diperoleh dari hasil penyelidikan tanah pertanian akan memberikan petunjuk umum mengenai sifat-sifat tanah di daerah trase saluran yang direncanakan. Perhatian khusus harus diberikan kepada daerah - daerah yang mengandung :

- Batu singkapan, karena rawan terhadap dislokasi dan kebocoran atau laju

resapan yang tinggi.

- Lempung tak stabil dengan plastisitas tinggi, karena pada tanah lempung

dengan diameter butir yang halus variasi kadar air sangat mempengaruhi plastisitas tanah, disamping itu pada tanah lempung dengan kandungan mineral

Montmorillonite merupakan tanah yang expansif, sangat mudah mengembang

oleh tambahan kadar air.

- Tanah gambut dan bahan – bahan organik, karena merupakan tanah yang

tidak stabil, rawan terhadap proses pelapukan biologis yang berpotensi merubah struktur kimia dan merubah volume tanah akibat proses pembusukan/pelapukan.

- Pasir dan kerikil, karena mempunyai koefisien permeabilitas yang tinggi dan

sifat saling ikat antar butir (kohesi) yang lemah sehingga rawan terhadap terjadinya rembesan yang besar serta erosi atau gerusan (scouring).

- Tanah (bahan) timbunan, karena masih berpotensi besar terjadinya proses

konsolidasi lanjut sehingga masih terjadi settlement lanjutan oleh karena itu dalam pelaksanaan kualitas hasil pemadatan perlu diperhatikan. Tanah (bahan) timbunan yang digunakan harus sesuai dengan kriteria bahan timbunan yang ada.

(30)

- Muka air tanah, karena muka air tanah yang dalam akan mempunyai

kecenderungan menyebabkan kehilangan air yang besar.

- Formasi batuan kapur/limestone, karena punya kecenderungan larut dalam air

sehingga akan menyebabkan kehilangan air besar dan tanah menjadi keropos. Pengujian gradasi dan batas cair terhadap bahan-bahan sampel pada umumnya akan menghasilkan klasifikasi yang memadai untuk perencanaan talut galian dan timbunan. Untuk talut yang tinggi (lebih dari 5 m) diperlukan analisis yang mendetail mengenai sifat-sifat tanah. Klasifikasi menurut Unified Soil

ClassificationUSBR akan memberikan data - data yang diperlukan untuk

perencanaan saluran. Klasifikasi ini disajikan pada Tabel A.3.1, Lampiran 3, termasuk batas-batas Atterberg.

Sumuran uji untuk pengambilan sampel dengan bor tangan, yang digali sampai kedalaman tertentu dibawah ketinggian dasar saluran, harus dibuat dengan interval minimal 0,5 km. Interval ini harus dikurangi jika tanah pada trase itu sangat bervariasi. Pemeriksaan visual dan tes kelulusan juga harus dilakukan, jika memang perlu Persyaratan Teknis untuk Penyelidikan Geoteknik (PT - 03) memberikan uraian yang lebih terinci tentang hal ini, dan harus dipakai untuk menentukan data yang akan dikumpulkan di lapangan.

Pengujian tanah di lokasi bangunan saluran pada umumnya akan menambah informasi mengenai sifat-sifat tanah di dalam trase saluran.

2.4 Data Sedimen

Data sedimen terutama diperlukan untuk perencanaan jaringan pengambilan di sungai, kantong lumpur dan bangunan penggelontor sedimen pada lokasi persilangan saluran dengan sungai. Bangunan pengambilan dan kantong lumpur akan direncanakan agar mampu mencegah masuknya sedimen kasar (> 0,088mm) ke dalam jaringan saluran. Pada ruas saluran kantong lumpurini sedimen diijinkan mengendap dan dikuras melewati pintu secara periodik.

(31)

Untuk perencanaan saluran irigasi yang mantap kita harus mengetahui konsentrasi sedimen dan pembagian (distribusi) ukuran butirnya. Data-data ini akan menentukan faktor-faktor untuk perencanaan kemiringan saluran dan potongan melintang yang mantap, dimana sedimentasi dan erosi harus tetap berimbang dan terbatas.

Faktor yang menyulitkan mengendapkan sedimen di kantong lumpuradalah keanekaragaman dalam hal waktu dan jumlah sedimen di sungai. Selama aliran rendah konsentrasi kandungan sedimen kecil, dan selama debit puncak konsentrasi kandungan sedimen meninggi. Perubahan-perubahan ini tidak dihubungkan dengan variasi dalam kebutuhan air irigasi. Pola yang dominan tidak dapat diramalkan. Lebih-lebih lagi, data sedimen untuk kebanyakan sungai hampir tidak tersedia, atau hanya meliputi data - data hasil pengamatan yang diadakan secara insidentil. Selanjutnya pemilihan kondisi rencana hanya merupakan taksiran dari kondisi yang sebenarnya.

Dan tatacara pengambilan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit sesuai SNI 3414 – 2008. Untuk memperoleh distribusi butir dari sedimen melayang dalam air dengan menggunakan metode gravimetri sesuai Sk SNI – M-31-1991 -03.

Selanjutnya lihat KP-02 Bangunan Utama. Apabila volume sedimen setahun dibagi luas dasar seluruh saluran max 0,5 % dari kedalaman air maka tidak dibutuhkan kantong lumpur. Untuk keperluan perhitungan tersebut diperlukan penyelidikan terhadap sedimen di sungai, jika hal ini tidak dapat dilakukan maka dapat diasumsikan jumlah sedimen sebesar 0,5 o/o dari volume air yang masuk.

Jika karena keterbatasan waktu dan biaya sehingga tidak dapat dilakukan penyelidikan terhadap sedimen maka diasumsikan batas endapan yang ditangkap diperbesar menjadi (0,088) mm (ayakan no. 140) yaitu batas silt dan pasir halus, dengan syarat di saluran harus dilengkapi dengan sedimen excluder yang kemudian dibuang lagi ke sungai yang bersilangan dengan saluran.

(32)
(33)

3. BAB III

SALURAN TANAH TANPA PASANGAN

Sistem irigasi di Indonesia secara umum menerapkan saluran irigasi tanpa pasangan sejauh secara teknis bisa dipertanggung jawabkan.

Pada ruas tertentu jika keadaan tidak memungkinkan dapat digunakan saluran pasangan.

3.1 Tahap Studi

Untukpengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium tanpa pasangan adalah bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Erosi dan sedimentasi di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang tahun. Ruas-ruas saluran harus mantap.

Sedimentasi (pengendapan) di dalam saluran dapat terjadi apabila kapasitas angkut sedimennya berkurang. Dengan menurunnya kapasitas debit di bagian hilir dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit (kapasitas angkutan sedimen relatif) tetap sama atau sedikit lebih besar. Sedimen yang memasuki jaringan saluran biasanya hanya mengandung partikel – partikel lempung dan lanau melayang saja (lempung dan lanau dengan d <0,088mm). Partikel-partikel yang lebih besar, kalau terdapat di dalam air irigasi, akan tertangkap di kantong lumpur di bangunan utama.

Kantong lumpur harus dibuat jika jumlah sedimen yang masuk ke dalam jaringan saluran dalam setahun yang tidak terangkut ke sawah (partikel yang lebih besar dari 0,088mm), lebih dari 5 % dari kedalaman air di seluruh jaringan saluran. Jadi, volume sedimen adalah 5 % dari kedalaman air kali lebar dasar saluran kali panjang total saluran.

(34)

Gaya erosi diukur dengan gaya geser yang ditimbulkan oleh air di dasar dan lereng saluran. Untuk mencegah terjadinya erosi pada potongan melintang gaya geser ini harus tetap dibawah batas kritis.

Dalam Kriteria Perencanaan ini, dipakai kecepatan aliran dengan harga-harga maksimum yang diizinkan, bukan gaya geser, sebagai parameter untuk gaya erosi. Untuk perencanaan hidrolis sebuah saluran, ada dua parameter pokok yang harus ditentukan apabila kapasitas rencana yang diperlukan sudah diketahui, yaitu :

- perbandingan kedalaman air dengan lebar dasar - kemiringan memanjang saluran

Rumus aliran hidrolis menentukan hubungan antara potongan melintang dan kemiringan memanjang. Sebagai tambahan, perencanaan harus mengikuti kriteria angkutan sedimen dan erosi.

Persyaratan untuk angkutan sedimen dan air membatasi kebebasan untuk memilih parameter-parameter diatas.

Ruas saluran di dekat bangunan utama menentukan persyaratan pengangkutan sedimen ruas-ruas saluran lebih jauh ke hilir pada jaringan itu. Untuk mencegah sedimentasi, ruas saluran hilir harus direncana dengan kapasitas angkut sedimen relatif yang paling tidak, sama dengan ruas hulu. Di lain pihak gaya erosi harus tetap dibawah batas kritis untuk semua ruas saluran di jaringan tersebut.

Untuk perencanaan saluran, ada tiga keadaan yang harus dibedakan sehubungan dengan terdapatnya sedimen dalam air irigasi dan bahan tanggul yaitu :

1. Aliran irigasi tanpa sedimen di saluran tanah 2. Air irigasi bersedimen di saluran pasangan 3. Aliran irigasi bersedimen di saluran tanah

3.1.1 Aliran Irigasi Tanpa Sedimen di Saluran Tanah

Keadaan ini akan terjadi bila air diambil dari waduk secara langsung. Perencanaan saluran sekarang banyak dipengaruhi oleh kriteria erosi dan dengan demikian oleh

(35)

kecepatan maksimum aliran yang diizinkan. Besarnya kecepatan ini bergantung kepada bahan permukaan saluran.

3.1.2 Air Irigasi Bersedimen di Saluran Pasangan

Perencanaan saluran dipengaruhi oleh persyaratan pengangkutan sedimen melalui jaringan dan dengan demikian kriteria angkutan sedimen mempengaruhi perencanaan; untuk lebih jelasnya lihat Bab 4.

3.1.3 Aliran Irigasi Bersedimen di Saluran Tanah

Masalah sedimen dan saluran tanah adalah situasi yang paling umum dijumpai dalam pelaksanaan irigasi di Indonesia. Kini perencanaan irigasi sangat dipengaruhi oleh kriteria erosi dan angkutan sedimen.

Biasanya sedimentasi memainkan peranan penting dalam perencanaan saluran primer. Saluran ini sering direncana sebagai saluran garis tinggi dengan kemiringan dasar yang terbatas. Saluran sekunder yang dicabangkan dari saluran primer dan mengikuti punggung sering mempunyai kemiringan dasar sedang dan dengan demikian kapasitas angkut sedimen relatif lebih tinggi, sehingga kriteria erosi bisa menjadi faktor pembatas.

3.2 Rumus dan Kriteria Hidrolis 3.2.1 Rumus Aliran

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu diterapkan rumus Strickler.

...3-1

( )

(36)

Q = v x A b = n x h Dimana :

Q = debit saluran, m3/dt v = kecepatan aliran, m/dt A = potongan melintang aliran, m2 R = jari – jari hidrolis, m

P = keliling basah, m b = lebar dasar, m h = tinggi air, m

I = kemiringan energi (kemiringan saluran) k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dt m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)

Gambar 3-1. Parameter Potongan Melintang

Rumus aliran diatas juga dikenal sebagai rumus Manning. Koefisien kekasaran

Manning (n) mempunyai harga bilangan 1 dibagi dengan k.

3.2.2 Koefisien Kekasaran Strickler

(37)

- Kekasaran permukaan saluran - Ketidakteraturan permukaan saluran - Trase

- Vegetasi (tetumbuhan), dan - Sedimen

Bentuk dan besar/kecilnya partikel di permukaan saluran merupakan ukuran kekasaran. Akan tetapi, untuk saluran tanah ini hanya merupakan bagian kecil saja dari kekasaran total.

Pada saluran irigasi, ketidakteraturan permukaan yang menyebabkan perubahan dalam keliling basah dan potongan melintang mempunyai pengaruh yang lebih pentingpada koefisien kekasaran saluran daripada kekasaran permukaan.

Perubahan-perubahan mendadak pada permukaan saluran akan memperbesar koefisien kekasaran. Perubahan-perubaban ini dapat disebabkan oleh penyelesaian konstruksi saluran yang jelek atau karena erosi pada talut saluran. Terjadinya riak-riak di dasar saluran akibat interaksi aliran di perbatasannya juga berpengaruh terhadap kekasaran saluran.

Pengaruh vegetasi terhadap resistensi sudah jelas panjang dan kerapatan vegetasi adalah faktor-faktor yang menentukan. Akan tetapi tinggi air dan kecepatan aliran sangat membatasi pertumbuhan vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk harga-harga k yang dipilih dan dipakai dalam perencanaan saluran.

Pengaruh trase saluran terhadap koefisien kekasaran dapat diabaikan, karena dalam perencanaan saluran tanpa pasangan akan dipakai tikungan berjari-jari besar.

Pengaruh faktor-faktor diatas terhadap koefisien kekasaran saluran akan bervariasi menurut ukuran saluran. Ketidakteraturan pada permukaan akan menyebabkan perubahan kecil di daerah potongan melintang di saluran yang besar daripada di saluran kecil.

Koefisien-koefisien kekasaran untuk perencanaan saluran irigasi disajikan pada Tabel 3-1.

(38)

Apakah harga-harga itu akan merupakan harga-harga fisik yang sebenarnya selama kegiatan operasi, hal ini sangat tergantung pada kondisi pemeliharaan saluran.

Penghalusan permukaan saluran dan menjaga agar saluran bebas dari vegetasi lewat pemeliharaan rutin akan sangat berpengaruh pada koefisien kekasaran dan kapasitas debit saluran.

Tabel 3-1. Harga-Harga Kekasaran KoefisienStrickler(k) untuk Saluran-Saluran Irigasi Tanah Debit Rencana m3/dt k m1/3/dt Q > 10 5 < Q < 10 1 < Q < 5

Q < 1 dan saluran tersier

45,0 42,5 40,0 35,0

3.2.3 Sedimentasi

Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter maksimum yang diizinkan (0,088 mm).

Tetapi secara kuantitas baru sedikit yang diketahui mengenaihubungan antara karakteristik aliran dan sedimen yang ada. Untuk perencanaan saluran irigasi yang mengangkut sedimen, aturan perencanaan yang terbaik adalah menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit masing-masing ruas saluran di sebelah hilir setidak-tidaknya konstan.

Dengan berdasarkanrumus angkutan sedimen Einstein-Brown dan Englund Hansen, maka kriteria ini akan mengacu kepada Ih yang konstan (lihat Lampiran 1).

Karena rumus-rumus ini dihubungkan dengan saluran yang relatif lebar, dianjurkan agar harga Ih bertambah besar ke arah hilir guna mengkompensasi pengaruh yang

(39)

ditimbulkan oleh kemiringan talut saluran. Ini menghasilkan kriteria bahwa IR adalah konstan atau makin besar ke arah hilir. Kecuali pada penggal saluran sebelah hulu bangunan pengeluar sedimen (sediment excluder).

Profil saluran yang didasarkan pada rumus Haringhuizen (yang disadur dari teori regim sungai) kurang lebih mengikuti kriteria IR konstan.

Jika diikuti kriteria IR konstan, sedimentasi terutama akan terjadi pada ruas hulu jaringan saluran. Biasanya jaringan saluran akan direncana dilengkapi dengan kantong lumpur atau excluder (bangunan penangkap sedimen kasar yang mengalir didasar saluran ) yang dibangun dekat dengan bangunan pengambilan di sungai. Jika semua persyaratan telah dipenuhi, bangunan ini akan memberikan harga IR untuk jaringan saluran hilir.

3.2.4 Erosi

Kecepatan maksimum yang diizinkan adalah kecepatan aliran (rata-rata) maksimum yang tidak akan menyebabkan erosi di permukaan saluran. Konsep itu didasarkan pada hasil riset yang diadakan oleh US Soil Conservation Service (USDA - SCS,

Design of Open Channels, 1977) dan hanya memerlukan sedikit saja data lapangan

seperti klasifikasi tanah (UnifiedSystem), indeks plastisitas dan angka pori. Kecepatan maksimum yang diizinkan ditentukan dalam dua langkah:

1. Penetapan kecepatan dasar (Vb) untuk saluran lurus dengan ketinggian air 1 m

seperti pada Gambar 3-2 ; Vb adalah 0,6 m/dt untuk harga – harga PI yang lebih

rendah dari 10.

2. Penentuan faktor koreksi pada Vb untuk lengkung saluran, berbagai ketinggian air

(40)

Gambar 3-2. Kecepatan-Kecepatan Dasar untuk Tanah Koheren (SCS)

a

CH GC 10 12 14 16 18 20 22 241.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 indeks plastisitas P I v d a la m m /d t b 20.000 ppm

aliran bermuara sedimen

ML, OL, SM MH, O H CL, G M SC 10 12 14 16 18 20 22 24 indeks plastisitas P I 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 b GC CH MH, O H GM , CL, SC ML, OL, SM 1.000 ppm

aliran bermuara sedimen

d a la m m /d t k e c e p a ta n d a s a r v b

(41)

Gambar 3-3. Faktor-Faktor Koreksi Terhadap Kecepatan Dasar (SCS)

... 3-2

dimana :

Vmaks = kecepatan maksimum yang diizinkan, m/dt

Vb = kecepatan dasar, m/dt

A = faktor koreksi untuk angka pori permukaan saluran B = faktor koreksi untuk kedalaman air

C = faktor koreksi untuk lengkung Dan kecepatan dasar yang diizinkan Vba = Vb x A

Kecepatan dasar dipengaruhi oleh konsentrasi bahan layang di dalam air. Pada Gambar 3-2. dibedakan adanya dua keadaan :

- Air bebas sedimen dengan konsentrasi kurang dari 1.000ppm sedimen layang. Konsentrasi bahan-bahan yang melayang dianggap sangat rendah sehingga tidak

(42)

berpengaruh terhadap stabilitas saluran.

- Air bersedimen dengan konsentrasi lebih dari 20.000ppm sedimen layang. Konsentrasi yang tinggi ini akan menambah kemantapan batas akibat tergantinya bahan yang terkikis atau tertutupnya saluran.

Harga-harga Vb diperlihatkan pada Gambar 3-2. untuk bahan-bahan tanah yang

diklasifikasi oleh “Unified Soil Classification System”.

Kecepatan dasar untuk muatan sedimen antara 1.000 dan 20.000ppm dapat diketemukan dengan interpolasi dari Gambar 3-2. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa pada umumnya air irigasi digolongkan dalam "aliran bebas sedimen" dalam klasifikasi yang dipakai di sini.

Faktor-faktor koreksi saluran adalah:

- faktor koreksi tinggi air B pada Gambar 3-3 yang menunjukkan bahwa saluran yang lebih dalam menyebabkan kecepatan yang relatif lebih rendah di sepanjang batas saluran.

- faktor koreksi lengkung C pada Gambar 3-3 yang merupakan kompensasi untuk gaya erosi aliran melingkar (spiral flow) yang disebabkan oleh lengkung-lengkung pada alur. Untuk saluran dengan lengkung-lengkung-lengkung-lengkung yang tajam, pemberian pasangan pada tanggul luar bisa lebih ekonomis daripada menurunkan kecepatan rata-rata.

Apabila data yang tersedia dilapangan tidak dalam sistem USCS maka diperlukan adanya tambahan informasi konversi dari sistem USCS ke sistem klasifikasi yang lain, dengan demikian tidak perlu dilakukan tes tanah yang baru. Berikut ini adalah konversi klasifikasi dari USCS ke dalam klasifikasi AASHTO, jika data yang tersedia dalam bentuk klasifikasi AASHTO.

(43)

Tabel 3-2.Perbandingan Sistem Unified USCS dengan Sistem AASHTO Kelompok

TanahSistem Unified

Kelompok tanah yang sebanding dengan sistem AASHTO Sangat Mungkin Mungkin Kemungkinan Kecil GW GP GM GC SW SP SM SC ML CL OL MH CH OH Pt A-1-a A-1-a A-1-b, A-2-4 A-2-5, A-2-7 A-2-6, A-2-7 A-1-b A-3, A-1-b A-1-b, A-2-4 A-2-5, A-2-7 A-2-6, A-2-7 A-4, A-5 A-6, A-7-6 A-4, A-5 A-7-5, A-5 A-7-6 A-7-5, A-5 - - A-1-b A-2-6 A-2-4, A-6 A-1-a A-1-a A-2-6, A-4 A-5 A-2-4, A-6 A-4, A-7-6 A-6, A-7-5 A-4 A-6, A-7-5 A-7-6 - A-7-5 - - A-2-4, A-2-5, A-2-6, A-2-7 A-3, A-2-4, A-2-5, A-2-6 A-2-7 A-4, A-5, A-6, A-7-5, A-7-6, A-1-a A-4, A-7-6, A-7-5 A-3, A-2-4 A-2-5, A-2-6 A-2-7 A-2-4, A-2-5 A-2-6, A-2-7 A-6, A-7-6 A-7-6, A-1-a A-7-5 - - - A-7-6 - A-7-6 -

(44)

3.3 Potongan Melintang Saluran 3.3.1 Geometri

Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin, potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang terbaik.

Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit. Hanya pada saluran dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m3/dt saja yang potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran. Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih.

Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu, sebab jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan maksimum yang diizinkan. Lebih-lebih lagi, saluran yang Lebih-lebih lebar mempunyai variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, dan ini mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, efek erosi atau pengikisan talut saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas debit. Dan karena ketinggian air yang terbatas, kestabilan talut dapat diperoleh tanpa memerlukan bahu (berm) tambahan.

Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah persyaratan pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan dengan demikian biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal.

Lampiran 2, Tabel A.2.1 memberikan harga-harga m, n dan k untuk perencanaan saluran.

3.3.2 Kemiringan Saluran

Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talut saluran direncana securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang stabil.

(45)

Harga-harga kemiringan minimum untuk saluran tanah yang dibuat dengan bahan-bahan kohesif yang dipadatkan dengan baik diberikan pada Tabel 3-3. dan Tabel 3-4.

Tabel 3-3. Kemiringan Minimum Talut untuk Berbagai Bahan Tanah

Bahan Tanah Simbol Kisaran

Kemiringan Batu

Gambut kenyal

Lempung kenyal, geluh, Tanah lus

Lempung pasiran, tanah pasiran kohesif Pasir lanauan Gambar lunak Pt CL, CH, MH SC, SM SM Pt < 0,25 1,00 – 2,00 1,00 – 2,00 1,50 – 2,50 2,00 – 3,00 3,00 – 4,00

Geluh : (loam) adalah campuran pasir, lempung dan Lumpur yang kira-kira sama banyaknya

Tabel 3-4.Kemiringan Talut Mnimum untuk Saluran Timbunan yang DipadatkandenganBaik

Kedalaman Air + Tinggi Jagaan

D (m) Kemiringan Minimum Talut

D ≤ 1,0 1,0 < D ≤ 2,0 D> 2,0 1 : 1,0 1 : 1,5 1 : 2,0

Talut yang lebih landai daripada yang telah disebutkan dalam tabel diatas harus dipakai apabila diperkirakan akan terjadi rembesan ke dalam saluran.

Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul harus dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul harus dibuat setinggi muka air rencana di saluran. Untuk kemiringan luar, bahu tanggul (jika perlu) harus terletak di tengah-tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.

3.3.3 Lengkung Saluran

Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada: - Ukuran dan kapasitas saluran

- Jenis tanah - Kecepatan aliran

(46)

Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.

Jika lengkung saluran diberi pasangan, maka jari-jari minimumnya dapat dikurangi. Pasangan semacam ini sebaiknya dipertimbangkan apabila jari – jari lengkung saluran tanpa pasangan terlalu besar untuk keadaan topografi setempat. Panjang pasangan harus dibuat paling sedikit 4 kali kedalaman air pada tikungan saluran.

Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus seperti berikut: - 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (< 0,6 m3/dt); dan

sampai dengan

- 7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar (> 10 m3/dt).

3.3.4 Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan berguna untuk:

- menaikkan muka air diatas tinggi muka air maksimum; - mencegah kerusakan tanggul saluran.

Meningginya muka air sampai diatas tinggi yang telah direncana bisa disebabkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba disebelah hilir, variasi ini akan bertambah dengan membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.

Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 3-5 dan Gambar 3-4.

(47)

Tabel 3-5. Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah Q (m3/ dt) Tinggi Jagaan (m) < 0,5 0,5 – 1,5 1,5 – 5,0 5,0 – 10,0 10,0 – 15,0 > 15,0 0,40 0,50 0,60 0,75 0,85 1,00 3.3.5 Lebar Tanggul

Untuk tujuan-tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan diperlukan tanggul di sepanjang saluran dengan lebar minimum seperti yang disajikan pada Tabel 3-6. Contoh-contoh potongan melintangnya diberikan pada Gambar 3-4.

batas gar is s em padan s al ur an sempadan saluran 300 sempadan saluran b 100 var 1 1 m 1 kupasan 20 cm batas gar is s em padan s al ur an debit Q m³/dt tinggi jagaan W (cm) < 0,5 0,5 < 1,5 1,5 < 5,0 40 50 60 75 85 100 5,0 < 10,0 10,0 < 15,0 > 15,0 Q 1 m³/dt m m 1 1 1 1 sempadan

saluran sempadansaluran

sempadan saluran 500 300 100 100 200 150 b (var) b (var) 1 Q < 5 m³/dt 5 < Q 10 m³/dt kupasan 20 cm 1 m³/dt  Q  10 m³/dt 1 : 20 w h (var) bat as ga r is sem pad an sal ur an batas garis sempadan saluran

(48)

Gambar 3-4. Tipe-Tipe Potongan Melintang Saluran Irigasi

Tabel 3-6. Lebar Minimum Tanggul Debit Rencana

(m3/dt)

Tanpa Jalan Inspeksi (m)

Dengan Jalan Inspeksi (m) Q ≤ 1 1 < Q < 5 5 < Q ≤ 10 10 < Q ≤ 15 Q > 15 1,00 1,50 2,00 3,50 3,50 3,00 5,00 5,00 5,00  5,00

Jalan inspeksi terletak ditepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,0 m atau lebih, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya 3,0 meter. ba ta s ga ri s se m pa d an sa lu ra n ba ta s ga ri s se m pa d an sa lu ra n kupasan 20 cm sempadan

saluran sempadansaluran

500 350 1 1 b (var) h (var) w 10 m³/dt  Q  15 m³/dt 1 1 1 1 1 m m 1 1 : 20 1 : 20 w h (var) 1 : 20 1 : 20 1 m m 1 1 1 500 batas gar is sem padan s al ur an b (var) 350 batas gar is sem padan s al ur an sempadan saluran Q  15 m³/dt kedalaman galian cm D < 100 100 < D < 200 D > 200 1 1,5 2 kemiringan talud min hor. / ver. D = h + w ukuran dalam cm

(49)

Untuk pertimbangan stabilitas tanggul, lebar tanggul yang diberikan pada Tabel 3-6 dan/atau talut luar dapat ditambah (lihat Bab 9 Bagian KP - 04 Bangunan).

3.3.6 Garis Sempadan Saluran

Penetapan garis sempadan jaringan irigasi ditujukan untuk menjaga agar fungsi jaringan irigasi tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang disekitarnya.

Prinsip dasar penentuan garis sempadan saluran adalah untuk memperoleh ruang keamanan saluran irigasi sehingga aktivitas yang berkembang diluar garis tersebut tidak mempengaruhi kestabilan saluran, yang ditunjukkan oleh batas daerah gelincir. Lihat Gambar 3-5.

Gambar 3-5. Bidang Gelincir pada Tebing Saluran

Pada saluran bertanggul, batas gelincir dipengaruhi oleh jenis tanah yang dipakai sebagai bahan badan tanggul, jenis tanah dasar, ketinggian tanggul dan kemiringan tanggul. Pada saluran galian, batas gelincir dipengaruhi oleh jenis tanah asli, kemiringan galian dan tinggi galian.

Pada kasus dimana bahan timbunan untuk tanggul saluran diambil dari galian tanah disekitar saluran, maka galian tanah harus terletak diluar garis sempadan saluran.

R 1 : n O Sempadan = T Kedalaman = H Bidang gelincir

(50)

1. Garis sempadan saluran irigasi tak bertanggul

- Garis sempadan saluran irigasi tak bertanggul sebagaimana tercantum dalam Gambar 3-6 ini jaraknya diukur dari tepi luar parit drainase di kanan dan kiri saluran irigasi.

- Jarak garis sempadan sekurang-kurangnya sama dengan kedalaman saluran irigasi

- Untuk saluran irigasi yang mempunyai kedalaman kurang dari satu meter, jarak garis sempadan sekurang-kurangnya satu meter.

Gambar 3-6.Sempadan Saluran Irigasi Tak Bertanggul

2. Garis sempadan saluran irigasi bertanggul

- Garis sempadan saluran irigasi bertanggul sebagaimana tercantum dalam Gambar 3-7. ini diukur dari sisi luar kaki tanggul

- Jarak garis sempadan sekurang-kurangnya sama dengan ketinggian tanggul saluran irigasi

- Untuk tanggul yang mempunyai ketinggian kurang dari satu meter, jarak garis sempadan sekurang-kurangnya satu meter.

Sempadan = H Sempadan = H Jalan Inspeksi Kedalaman Saluran = H Sisi terluar Jaringan Irigasi

(51)

Gambar 3-7.Sempadan Saluran Irigasi Bertanggul

3. Garis sempadan saluran irigasi pada lereng/tebing

- Garis sempadan saluran irigasi yang terletak pada lereng\tebing sebagaimana tercantum dalam Gambar 3-8 ini mengikuti kriteria sebagai berikut :

a. diukur dari tepi luar parit drainase untuk sisi lereng diatas saluran; b. diukur dari sisi luar kaki tanggul untuk sisi lereng dibawah saluran. - Jarak garis sempadan untuk sisi lereng diatas saluran sekurang-kurangnya

sama dengan kedalaman saluran irigasi.

- Jarak garis sempadan untuk sisi lereng dibawah saluran sekurang-kurangnya sama dengan ketinggian tanggul saluran irigasi.

Gambar 3-8.Sempadan Saluran Irigasi di Lereng

S empadan = T S empadan = T Jalan Inspeksi S is i terluar J aringan Irigas i K etinggian Tanggul = T Kedalaman Saluran = H Sempadan = H Ketinggian Tanggal = T Sempadan = T 1 : m 1 : m

(52)

4. Garis sempadan saluran pembuang irigasi

- Garis sempadan saluran pembuang irigasi tak bertanggul jaraknya diukur dari tepi luar kanan dan kiri saluran pembuang irigasi dan garis sempadan saluran pembuang irigasi bertanggul diukur dari sisi luar kaki tanggul.

- Garis sempadan saluran pembuang irigasi jaraknya diukur dari sisi/tepi luar saluran pembuang irigasi atau sisi/tepi luar jalan inspeksi.

- Kriteria penetapan jarak garis sempadan saluran pembuang irigasi sama dengan penetapan pada saluran irigasi sebagaimana dimaksud pada point 1 dan 2.

3.3.7 Perencanaan Saluran Gendong 3.3.7.1 Gambaran Umum

Saluran gendong adalah saluran drainase yang diletakkan sejajar dengan saluran irigasi. Saluran gendong ini berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) di luar daerah irigasi (ekstern area) masuk kedalam saluran irigasi. Air di saluran gendong ini dialirkan keluar ke saluran alam atau saluran drainase buatan yang terdekat. Saluran gendong ini dibangun/dikonstruksi apabila suatu saluran irigasi melintasi suatu daerah-daerah di perbukitan. Tata letak saluran gendong dan saluran irigasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3-9. Potongan Melintang Saluran Gendong dan Saluran Irigasi

Saluran Gendong

Saluran Irigasi Jalan atau Tanggul Saluran

(53)

Kapasitas drainase untuk satu jenis daerah dataran tinggi (up land) atau dataran rendah (low land) umumnya menggunakan periode ulang curah hujan 5 tahunan. Sedang periode 20 tahunan khusus digunakan pada areal yang mempunyai dua jenis dataran yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.

3.3.7.2 Tata Cara dan Dasar Perhitungan

Debit drainase ditentukan untuk menentukan kapasitas dan dimensi bangunan saluran drainase untuk membuang kelebihan air yang ada di permukaan (drainase permukaan) terutama yang berasal dari daerah perbukitan (hilly area). Kapasitas debit drainase ini menentukan dimensi saluran dan kemiringan memanjang dari saluran.

Dalam hal memfasilitasi internal drain maka digunakan perhitungan dengan cara drainase modul sedangkan untuk eksternal drain digunakan metode rasional. Perhitungan debit dapat dilihat pada KP-01.

3.3.7.3 Dimensi Saluran Gendong A. Standar Kapasitas

Saluran irigasi yang melintasi suatu perbukitan, untuk mencegah aliran runoff air hujan dan erosi dari areal perbukitan tersebut masuk ke saluran irigasi maka perlu dibuat saluran drainase yang sejajar saluran irigasi tersebut untuk membuang aliran run off tersebut ke saluran alam yang terdekat.

Besar aliran di saluran gendong direncanakan pada puncak aliran yang dihitung seperti metode yang telah dijelaskan pada sub-bab diatas.

Menurut Pedoman Hidrolis DPMA (1984) standar kapasitas saluran ditentukan sebagai berikut:

1. Menggunakan debit minimum 1,00 m3/dt sampai 2,00 m3/dt dengan kenaikan 0,25 m3/dt.

(54)

B. Karakteristik Saluran Gendong

1. Dimensi dihitung berdasarkan rumus ”Manning” dengan koefisien kekasaran (n) 0,03. Untuk kapasitas saluran gendong lebih besar 4 m3/dt dipakai n = 0,025.

2. Kemiringan talut didasarkan sifat-sifat dari tanah dimana saluran gendong harus digali. Kemiringan dalam saluran 1,5 horizontal terhadap vertikal dan direkomendasikan kedalaman air 1,5 m atau kurang dimana rasio perbandingan horizontal : vertikal adalah 2:1.

3. Drainase melalui areal yang curam harus mempunyai kemiringan memanjang dan batas tenaga tarik sebagai berikut:

T = 0,60 kg/m2 atau kurang untuk Q ≥ 1,5 m3/dt T = 0,35 kg/m2 untuk Q < 1,5 m3/dt

4. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan 50 cm untuk saluran sejajar jalan dan 30 cm untuk kondisi saluran gendong lainnya.

5. Lebar Tanggul dan Kemiringan Tanggul Sisi Luar

Lebar tanggul sebaiknya cukup untuk melayani jalan tani, lebar lainnya direkomendasi minimum 40 cm.

6. Kemiringan tanggul luar untuk semua saluran drain adalah 1:1. 7. Batas Kecepatan Saluran Gendong

Kecepatan maksimum yang diijinkan pada saluran gendong sama dengan batas maksimum kecepatan pembuang atau irigasi seperti yang telah diuraikan pada Subbab 3.2.4.

8. Kecepatan maksimum yang diijinkan pada saluran gendong adalah kecepatan rata-rata yang tidak menyebabkan erosi di permukaan.

(55)

3.3.7.4 Kelebihan dan Kelemahan Saluran Gendong

Fungsi saluran gendong untuk menampung air aliran runoff dari daerah tangkapan sisi atas selama waktu tertentu sehingga tidak menyebabkan erosi pada sisi luar saluran irigasi, kelemahan pemilihan cara ini:

a. Diperlukan lebar yang cukup luas untuk penempatan dua saluran di tebing. b. Debit saluran gendong jika tidak memenuhi kapasitas debit air buangan akan

masuk ke saluran. Cara mengatasinya dengan saluran pelimpah pada lokasi tertentu.

c. Memerlukan perawatan akibat intensitas sedimen dari sisi atas sangat tinggi. d. Dimensi saluran gendong dapat cukup besar jika area tangkapan hujannya cukup

luas.

3.4 Potongan Memanjang 3.4.1 Muka Air yang Diperlukan

Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi muka air yang diperlukan di sawah-sawah yang diairi. Prosedurnya adalah pertama-tama menghitung tinggi muka air yang diperlukan di bangunan sadap tersier. Lalu seluruh kehilangan di saluran kuarter dan tersier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air di sawah yang diperlukan dalam petak tersier. Ketinggian ini ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier dan longgaran (persediaan) untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada tinggi muka air parsial (sebagian).

Gambar 3-10. berikut memberikan ilustrasi mengenai cara perhitungannya. Selanjutnya untuk kehilangan tinggi energi standar yang dipilih lihat Bagian KP - 05 Petak Tersier.

(56)

Gambar 3-10. Tinggi Bangunan Sadap Tersier yang Diperlukan

P = A + b + c + d + e + f + g + h + Z dimana:

P = muka air di saluran sekunder A = elevasi tertinggi di sawah a = lapisan air di sawah,  10 cm

b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter ke sawah  5 cm c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter  5 cm/boks

d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran disaluran irigasi, I x L e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier,  10 cm

f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong,  5 cm g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier

h = variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)

Z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain.

Kelemahan perhitungan secara konvensional dapat menghasilkan elevasi bangunan irigasi yang terlalu aman, namun cara ini lebih sederhana sehingga dapat diterapkan untuk irigasi sederhana dan irigasi skala kecil.

h 70 h 100 h P H q f e I a / 00 d c Saluran kuarter b a Sawah A Saluran primer atau sekunder Saluran tersier

Bangunan sadap tersier dengan alat ukur

gorong - gorong Box bagi tersier Box bagi kuarter

Gambar

Gambar 3-1. Parameter Potongan Melintang
Gambar 3-2. Kecepatan-Kecepatan Dasar untuk Tanah Koheren (SCS) aGCCH10121416182022241.01.11.21.31.41.51.61.71.81.92.0indeks plastisitas    P Iv  dalam  m/dtb20.000  ppmaliran bermuara sedimenML, OL, SMMH, OHCL, GMSC1012141618202224indeks plastisitas    P
Gambar 3-3. Faktor-Faktor Koreksi Terhadap Kecepatan Dasar (SCS)
Tabel 3-5. Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah  Q (m 3 / dt)  Tinggi Jagaan (m)  &lt; 0,5  0,5 – 1,5  1,5 – 5,0  5,0 – 10,0  10,0 – 15,0  &gt; 15,0  0,40 0,50 0,60 0,75 0,85 1,00  3.3.5  Lebar Tanggul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran primer yang besar, dimana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal, dan muka air yang diperlukan

Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran primer yang besar, dimana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal, dan muka air yang

tersier Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier Suatu

Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada petak-petak tersier. Bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn, jika muka air hulu diatur dengan

Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran primer yang besar, di mana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan muka air yang diperlukan di petak

Debit rencana Q renc.(m3/dt) yang dicantumkan pada kolom 12 adalah besarnya debit yang mengalir pada ruas yang bersangkutan untuk mengairi petak tersier

Mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran

Untuk bangunan sadap tersier mengambil air dari saluran primer yang besar, dimana permbuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan muka air yang diperlukan di petak tersier