• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGKONTRUKSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDE-n MENJADI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN METODE VARIASI PARAMETER DAN METODE TRANFORMASI LAPLACE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGKONTRUKSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDE-n MENJADI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN METODE VARIASI PARAMETER DAN METODE TRANFORMASI LAPLACE."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

MENGKONTRUKSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDE-n MENJADI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN METODE VARIASI

PARAMETER DAN METODE TRANFORMASI LAPLACE (Skripsi)

Oleh YUSNAENI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010

(2)

MENGKONTRUKSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDE-n MENJADI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN METODE VARIASI

PARAMETER DAN METODE TRANFORMASI LAPLACE

Oleh YUSNAENI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010

(3)

Judul Skripsi : MENGKONTRUKSI PERSAMAAN

DIFERENSIAL LINIER ORDE-n MENJADI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN METODE VARIASI PARAMETER DAN METODE TRANSFORMASI LAPLACE Nama Mahasiswa : Yusnaeni

No. Pokok Mahasiswa : 0517031073 Jurusan : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Dra. Dorrah Azis, M.Si. Tiryono Ruby, M.Sc., Ph.D. NIP 19610128 198811 2 001 NIP19620704 198803 1 002

MENGETAHUI

Ketua Jurusan Ketua Program Studi Matematika

Tiryono Ruby, M.Sc., Ph.D. Dra. Dorrah Aziz, M.Si. NIP 19620704 198803 1 002 NIP 19610128 198811 2 001

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Dorrah Aziz, M.Si.

Sekertaris : Tiryono Ruby, M.Sc., Ph.D.

Penguji

Bukan Pembimbing : Amanto, M.Si.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Sutyarso, M.S., M. Biomed. NIP. 19570424 198703 1 001

(5)

ABSTRAK

MENGKONTRUKSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDE-n MENJADI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN METODE VARIASI

PARAMETER DAN METODE TRANFORMASI LAPLACE

Oleh Yusnaeni

Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi persamaan diferensial linier orde-n menjadi fungsi Green menggunakan metode variasi parameter dan metode

transformasi Laplace.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa persamaan diferensial linier orde-n dapat dikontruksi menjadi fungsi Green dengan metode variasi parameter dan metode transformasi Laplace. Dari kontruksi dengan metode variasi parameter, solusi umum dari persamaan diferensial linier orde-n

y =

x x h x t t dt y 0 ) ( ). , (  G

Sedangkan untuk metode transformasi Laplace, solusi umum dari persamaan diferensial linier orde n

yyh

x dt t x w t f 0 ) ( ) (

Kata Kunci: Persamaan diferensial linier orde-n, Fungsi Green, Variasi parameter, Transformasi Laplace

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 26 Agustus 1987, anak keempat dari kelima bersaudara dari pasangan Bapak Suyanto Effendi dan Ibu Tri Munasih.

Penulis menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Kalirejo Lampung Tengah pada tahun 1999, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukoharjo pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai

mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung (FMIPA Unila) melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB). Sedangkan pada tahun 2008, penulis melaksanakan Kerja Praktek (KP) di Balai Diklat Pertanian Hajimena Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Natural dan Aliansi Pers Mahasiswa (APM) Lampung.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk 1. Bapak dan ibuku, sebagai tanda hormat dan baktiku atas kesabaran dan

doanya menantiku menjadi seorang sarjana;

2. Kakak-kakak dan adikku atas kasihnya yang tak terhingga;

(8)

MOTTO

In every valley there is a way to the top (Disetiap lembah, pasti ada jalan menuju puncak)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana wata’ala karena berkat limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Mengkontruksi Persamaan Diferensial Linier Orde-n Menjadi Fungsi Green Mengunakan Metode Variasi Parameter dan Metode Transformasi Laplace.

Inilah pekerjaan paling besar yang pernah penulis lakukan, maka selayaknya penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada

1. Ibu Dra. Dorrah Aziz, M. Si. selaku pembimbing pertama atas bimbingan, arahan, saran dan bantuannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini; 2. Bapak Tiryono Ruby, M.Sc. Ph.D. selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dengan sabar dan pengertian ;

3. Bapak Amanto, S.Si, M.Si. selaku pembahas dan pembimbing akademik yang telah memberikan masukkan dan saran kepada penulis;

4. Bapak Dr. Sutyarso, M.S. selaku Dekan FMIPA, beserta stafnya; 5. Seluruh dosen Jurusan Matematika FMIPA Unila dan staf-stafnya;

7. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si yang telah memberikan ilmu pengetahuan Green’s Function kepada penulis;

(10)

8. Sahabat-sahabatku: Anita, Yuni, Yulia, Hendra, Tri K, Pepi, Lika, Atma, Meilina, Nurma, Pita, Ita, Eka, Lela, dan Hani, terima kasih atas dorongan dan semangat yang diberikan selama ini;

9. Seluruh teman-teman UKMF Natural, APM Lampung, Science Generation of Mathematics’05 (SIGMA’05), Community of Science Two Thousand and Six (COSMIX), Wisma Annisa 1, LBPP LIA Bandar Lampung dan Lembaga Pendidikan Komputer PINUS atas persaudaraan dan doanya.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan, hanya Allah SWT yang dapat membalas dan memberi rahmat-Nya atas segala usaha dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Harapan penulis semoga skripsi ini tidak hanya dihargai sebagai suatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains, akan tetapi sebagai suatu sumbangsih kepada mahasiswa yang ingin mengembangkan ataupun memperbaiki penelitian di dalam skripsi ini. Banyak sekali perkembangan dan perbaikkan menarik yang penulis temukan dan ingin sekali penulis lanjutkan. Akan tetapi tidak terlaksana dan semoga dapat dilanjutkan oleh mahasiswa yang tertarik.

Bandar Lampung, Mei 2010

(11)

DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 C. Tujuan Penelitian ... ... 3 D. Batasan Masalah ... 3 E. Manfaat Penelitian ... 3

II. LANDASAN TEORI A. Persamaan Diferensial Biasa Linear Orde-n ... 4

B. Fungsi Green ... 8

C. Matriks ... 10

D. Transformasi Laplace ... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

B. Metode Penelitian ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Metode Variasi Parameter ... 22

B. Metode Transformasi Laplace ... 32

C. Kelebihan Metode Fungsi Green ... 35

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(13)

DAFTAR SIMBOL ) (x ai = Konstanta (i = 0, 1, 2, ..., n) f = Fungsi batas F, G = Fungsi Laplace D = Daerah asal x Dˆ = Operator diferensial G = Fungsi Green L = Operator diferensial S = Nilai awal W = Wronskian  = Fungsi batas ∆ = Operator Laplace  = Dirac delta

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persamaan diferensial merupakan salah satu metode matematika yang banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, industri dan teknik mesin. Dalam bidang-bidang tersebut persamaan diferensial digunakan untuk memodelkan suatu fenomena dunia nyata yang bersifat komplek. Dalam hal ini, persamaan diferensial dapat diselesaikan dengan menentukan solusinya.

Solusi persamaan diferensial adalah suatu fungsi yang memenuhi persamaan diferensial tersebut. Artinya, jika fungsi dan turunan-turunannya disubtitusikan ke dalam persamaan, diperoleh suatu pernyataan yang benar. Jika suatu solusi dari persamaan diferensial tidak terdapat konstanta dapat diselesaikan dengan menggantikan nilai-nilai awal dan syarat batas yang diketahui (Harini, 2010).

Untuk menentukan solusi khusus dengan nilai batas sulit untuk diselesaikan. Ada dua metode yang digunakan yakni metode numerik dan analitik. Salah satu metode analitik yang digunakan adalah fungsi Green.

(15)

Fungsi Green dikembangkan oleh matematikawan Inggris, George Green pada tahun 1830. Fungsi Green digunakan untuk menyelesaikan nilai batas dan secara luas digunakan pada berbagai bidang keilmuan. Bidang keilmuan yang sering menggunakan fungsi Green yakni bidang fisika, seperti pada teori medan

kuantum. Di mana teori medan kuantum melibatkan persamaan diferensial linear tak homogen. Ini dapat diartikan bahwa fungsi Green adalah solusi dasar untuk menyelesaikan persamaan diferensial linier tak homogen.

Persamaan diferensial linier orde n memiliki bentuk:

an(x)an1(x)y(n1)...a1(x)y' a0(x)yf(x) (1.1) di mana fungsi f(x) dan ai(x)(i = 0, 1, ... , n) kontinu pada suatu selang I. Jika

fungsi f(x) dari persamaan tersebut identik dengan nol disebut persamaan

homogen. Jika f(x) tidak identik nol disebut persamaan tak homogen (Finizio dan Ladas, 1988).

Maka masalahnya adalah bagaimana menentukan solusi persamaan linier orde-n tak homogen dari nilai batas pada selang I. Sedangkan persamaan diferensial tersebut mengandung koefisien-koefisien konstan. Hal ini dapat ditentukan dengan mengkontruksi persamaan diferensial linier orde-n menjadi fungsi Green menggunakan dua metode yang seringkali digunakan pada koefisien-koefisien konstan. Kedua metode tersebut adalah metode variasi parameter dan metode transformasi Laplace.

(16)

diferensial linier orde-n menjadi fungsi Green menggunakan metode variasi parameter dan metode transformasi Laplace.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi persamaan diferensial linier orde-n menjadi fungsi Green menggunakan metode variasi parameter dan metode

transformasi Laplace.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi hanya mengkonstruksi persamaan diferensial orde-n menjadi fungsi Green menggunakan metode variasi parameter dan metode transformasi Laplace.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara terperinci adalah:

1. Menyelesaikan masalah nilai batas pada persamaan diferensial orde-n.

2. Mempermudah dalam menentukan solusi persamaan diferensial untuk fungsi f sebarang.

3. Memberikan informasi efektifitas dan efesiensi fungsi Green dalam menyelesaikan masalah nilai batas persamaan diferensial orde-n dengan menggunakan metode variasi parameter dan metode transformasi Laplace.

(17)

II. LANDASAN TEORI

A. Persamaan Diferensial Linier Orde-n

Definisi 2.1 Persamaan Diferensial

Suatu persamaan yang melibatkan suatu fungsi yang dicari dan turunannya. Jika fungsi yang tidak diketahui hanya terdiri dari satu variabel bebas disebut persamaan diferensial biasa. Jika fungsi yang dicari terdiri dari dua atau lebih variabel bebas disebut persamaan diferensial parsial (Bronson dan Costa, 2007).

Definisi 2.2 Persamaan Diferensial Linear Suatu persamaan diferensial dalam bentuk standar

y' f(x,y) (2.1)

Jika f(x,y) dapat dituliskan sebagai f(x,y) = -p(x)+q(x), persamaan diferensial tersebut adalah linear yang berbentuk

y’ + p(x)y = q(x) (2.2) (Bronson dan Costa, 2007).

(18)

Definisi 2.3 Orde dan Degree

Suatu persamaan diferensial biasa orde-n adalah persamaan berbentuk: F

x, y, y', y",, y(n)

0 yang menyatakan hubungan antara peubah bebas

x, peubah tak bebas y(x) dan turunannya yaitu y', y",,y(n). Jika turunan yang tertinggi dalam persamaan diferensial itu adalah turunan ke-n, maka persamaan diferensial tersebut mempunyai orde (tingkat). Jika turunan yang tertinggi dalam persamaan diferensial itu berderajad k, maka persamaan diferensial mempunyai derajad (Kartono, 2002).

Definisi 2.4 Persamaan Diferensial Linier Orde-n

Suatu persamaan diferensial linear orde-n adalah persamaan yang berbentuk ( ) ( ) ( ) 0( ) ( ) ' 1 ) 1 ( 1 0 x a x y a x y a x y f x an n        (2.3)

Di mana koefisien-koefisien an(x),an1(x),,a0 dan f(x)merupakan fungsi- fungsi yang kontinu pada suatu selang I dan bahwa koefisien pertama

0 ) (x

an untuk setiap xI. Selang I disebut selang definisi (selang asal) dari persamaan diferensial itu. Jika fungsi f(x) identik dengan nol, maka persamaan (2.3) homogen. Jika f(x) tak identik nol, persamaan (2.3) disebut takhomogen. Bila semua koefisien an(x),an1(x),,a0 adalah tetap,

persamaan (2.3) dikatakan persamaan diferensial linear dengan koefisien konstanta (Finizio dan Ladas, 1998).

(19)

Definisi 2.5 Persamaan Diferensial Tak Homogen Orde-n

Misalkan L(y)a0(x)an1(x)y(n1) a1(x)y' a0(x)y (2.4) di mana ai(x)(i0,1,2,,n1) adalah kontinu pada interval yang

diinginkan. Dan yf(x), maka dapat dituliskan sebagai

L(y) = y(2.5) Anggap yp melambangkan solusi tertentu dari persamaan (2.5) dan anggap yhsolusi homogen atau komplementer mewakili solusi umum untuk

persamaan homogen L(y) = 0 ( Bronson dan Costa, 2007).

Teorema 2.1 Solusi umum untuk L(y) = y adalah

yyhyp (2.6) ( Bronson dan Costa, 2007).

Bukti:

Jika y1(x), y2(x),,yn(x) adalah solusi bebas linear dari L(y) = 0 dan yp(x)adalah solusi partikuler dari L(y) = f (x), maka solusi umum L(y) = f

adalah

yh(x) yp(x)= c1y1(x)c2y2(x)cnyn(x) yp (2.7) c1,c2,,cn konstan. Jika ypdan yqadalah solusi dari L(y) = f, maka L(yq-yp) = L(yq)-L(yp) = f – f = 0

yq-yp = c1y1c2y2 cnyn yq = c1y1c2y2 cnyn+yp Jadi benar bahwa yyhyp

(20)

Definisi 2.6 Wronskian

Suatu himpunan fungsi {y1(x),y2(x),,yn(x)} pada interval axb, yang memiliki sifat bahwa setiap fungsi memiliki n-1 turunan pada interval ini, adalah determinan adalah

) 1 ( ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 2 1 2 1 2 1 ' ' ' ) , , , (     n n n n n n n y y y y y y y y y y y y W        (2.8)

(Bronson dan Costa, 2007).

Definisi 2.7 Metode Variasi Parameter

Suatu solusi tertentu dari persamaan diferensial linear orde ke-n L(y) = y

memiliki bentuk

ypv1y1v2y2 vnyn (2.9) di mana yiyi(x)(i1,2,,n)diberikan dalampersamaan

yhc1y1c2y2 cnyn (2.10) dan vi(i1,2,,n)adalah fungsi yang tidak diketahui dari x yang masih harus ditentukan. vi ditentukan dengan menyelesaikan persamaan-persamaan linear berikut untuk memperoleh v : i'

) ( ' ' ' 0 ' ' ' ' ' 0 ' ' ' ) 1 ( ) 1 ( 2 2 ) 1 ( 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 x y v y v y v y v y v y v y v y v y v n n n n n n n n n                       (2.11)

(21)

B. Fungsi Green

Definisi 2.9 Fungsi

Sebuah fungsi f adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap obyek X dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai tunggal f(x) dari himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah hasil (Purcell, Varbeg dan Ringdon, 2004).

Definisi 2.10 Diferensial

Andaikan y = f(x) terdeferensiasi dari peubah bebas x dan andaikan bahwa dx dan dy. Maka, (x)adalah kenaikkan sebarang peubah bebas x. dx, disebut diferensial peubah bebas x, sama dengan (x). Di mana ( y)adalah

perubahan aktual dalam peubah y sewaktu x berubah dari x berubah dari x ke x+(x)yaitu yf

x(x) f(x)

. Dy, disebut diferensial peubah tak-

bebas y, yang didefinisikan oleh dyf'(x)dx (Purcell, Varbeg dan Ringdon, 2004).

Definisi 2.11 Turunan

Turunan fungsi f adalah fungsi lain f' yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah h c f h c f c f h ) ( ) ( lim ) ( ' 0    

(22)

Definisi 2.12 Integral

F suatu anti turunan dari f pada selang I jika DxF(x) f(x) pada I yakni jika F’(x) = f(x) untuk semua x dalam I (Purcell, Varbeg dan Ringdon, 2004).

Definisi 2.13 Fungsi Green

Fungsi Green, G(x) untuk operator-∆ dan wilayah batas D (domain D) pada titik x0Dadalah fungsi yang didefinisikan untuk xDseperti bahwa 1. G(x) memiliki turunan-turunan yang kontinu, kecuali pada titik x = x0 yakni ∆G = 0

2. G(x) = 0 untuk xX

3. Fungsi G(x) terbatas pada x0dan mempunyai turunan kontinu

dimanapun (Strauss, 1992).

Definisi 2.14 Fungsi Green Persamaan Diferensial Seandainya

Dˆxf(x) f(t) (2.12) di mana Dˆ adalah operator diferensial. Maka solusi dari x

DˆxG(x,t)(x-t) (2.13) dapat dihitung dengan

f(x)

G(x,t)f(t)dt. (2.14) (Gatti, dkk. , 2007)

(23)

Definisi 2.15 Fungsi Green Persamaan Diferensial Linear Orde-n

Fungsi G(x,t) dari persamaan (1.1) dikatakan fungsi Green untuk masalah nilai awal persamaan diferensial di atas jika memenuhi kondisi berikut ini:

1. G(x,t) terdefinisi pada daerah R=I x I dari semua titik (x,t) dengan x dan t terletak dalam selang I.

2. n n x x x t x      G G G G( , ), , 2 ,..., 2

, merupakan fungsi yang kontinu pada R=I x I. 3. Untuk setiap x0dalam selang I dan fungsi fC(I), fungsi

x x p x x t f t dt y 0 ) ( ) , ( )

( G adalah solusi persamaan diferensial (1) yang

memenuhi kondisi awal yp(x0)yp'(x0)yp"(x0)...yp(n1)(x0)0 (Sugiarto, 2002).

C. Matriks

Definisi 2.16 Matriks

Suatu matriks (matrix) adalah jajaran empat persegi panjang dari bilangan- bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Matriks ditulis sebagai berikut

            nn n n n n a a a a a a a a a       2 1 2 22 21 1 12 11 (2.15) (Rorres, 2004).

(24)

Definisi 2.17 Determinan

Suatu hasilkali elementer (elementary product) dari suatu matriks A, n x n adalah hasilkali dari n entri dari A, yang tidak satu pun berasal dari baris atau kolom yang sama (Rorres, 2004).

Teorema 2.2 Jika A adalah suatu matriks bujursangkar dengan dua baris atau dua kolom yang proporsional maka det(A) = 0 (Rorres, 2004).

Bukti:

Anggap 1 + 1 ≠ 0 dalam K. Jika dipertukarkan dua baris yang identik, akan diperoleh matriks A. Oleh karena itu, A A, dan dengan demikian A = 0. Sekarang anggap 1 + 1 = 0 dalam K. Maka

 = 1, di mana

 i1,i2,...,in atau   j1,j2,...,jnuntuk setiap Sp. Karena A memiliki dua baris yang identik, dapat mengatur suku-suku dari A menjadi

pasangan-pasangan yang terdiri dari suku-suku yang setara. Karena setiap pasangan adalah 0, determinan A = nol. ■

Definisi 2.18 Minor dan Kofaktor

Jika A adalah suatu matriks bujur sangkar, maka minor anggota aij dinyatakan oleh Mij dan didefinisikan sebagai determinan sub-matriks yang masih tersisa setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan dari A. Bilangan (-1)i+jMij dinyatakan oleh Cij dan disebut kofaktor anggota aij (Rorres, 2004).

(25)

Teorema 2.4 Perluasan Kofaktor

Determinan suatu matriks A n x n bisa dihitung dengan mengalikan anggota- anggota pada sebarang baris (atau kolom) dengan kofaktornya dan

menjumlahkan hasil kali yang didapatkan; yaitu, untuk setiap 1 ≤ i ≤ n dan 1 ≤ j ≤ n,

det(A) = a1j C1j + a2j C2j + ... + anj Cnj adalah perluasan kofaktor di sepanjang kolom ke-j, dan det(A) = a1i C1i + a2i C2i + ... + ani Cni

adalah perluasan kofaktor di sepanjang kolom ke-i (Rorres, 2004). Bukti:

Determinan dari matriks A yang berukuran n x n di mana n1 dinyatakan dengan

      n j n j ij ij j i ij ijA a M a A 1 1 ) 1 ( det untuk i = 1, 2, 3, ... , n

jika sebarang matriks A, maka determinan dari A

                 nn n n n n n n a a a a a a a a a a a a a a a a A 3 2 1 3 33 32 31 2 23 22 21 1 13 12 11 ... ... ... ) det(    

Kofaktornya dapat ditentukan dengan menghubungkan Cij dan Mij yang terdapat pada baris ke-i dan kolom ke-j dari susunan ”papan periksa”

(26)

                                ... ... ...

di mana, C11M11,C21 M21,C12 M12,C22M22, dan sebagainya. Misalkan matriks umum 3 x 3

           33 32 31 23 22 21 13 12 11 3 3 a a a a a a a a a Ax

maka matriks kofaktornya

      33 32 23 22 11 a a a a C ,         33 31 23 21 12 a a a a C ,        32 31 22 21 13 a a a a C            33 32 31 23 22 21 13 12 11 3 3 a a a a a a a a a Ax =a11(a22a33a32a23)a12(a21a33a31a23)a13(a21a32a31a22) =a11C11 a12C12 a13C13 ■

Teorema 2.3 Aturan Crammer

Jika Ax = b adalah suatu sistem dari n persamaan linear dengan n faktor yang tidak diketahui sedemikian rupa sehingga det(A)0, maka sistem ini

memiliki solusi yang unik. Solusinya adalah ) det( ) det( ,..., ) det( ) det( , ) det( ) det( 2 2 1 1 A A x A A x A A x n n    (2.16)

di mana Aj adalah matriks yang diperoleh dengan mengganti entri-entri pada kolom ke-j dari A dengan entri-entri pada matriks

(27)

b =             n b b b  2 1 (Rorres, 2004). Bukti: Diketahui bahwa ( ) ) det( 1 1 A adj A A  dan Axb Maka,                                n nn n n n n b b b c c c c c c c c c A x A adj A x A x Ax        2 1 2 1 2 22 12 1 21 11 1 ) det( 1 ) ( ) det( 1 b b b

Matriks yang diperoleh

                      nn n n n n n n n c b c b c b c b c b c b c b c b c b A x       2 2 1 1 2 22 2 12 1 1 21 2 11 1 ) det( 1

Maka entri pada baris ke-j dari x adalah ) det( 2 2 1 1 A j c b c b j c b xj n n     

(28)

Misal:                      nn nj n nj n n n j j n j j j a a b a a a a a b a a a a a b a a a A             1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 22 21 1 1 1 1 1 1 12 11 det(Aj)b1c1jb2c2j bncnj ) det( ) det( A A xjjD. Transformasi Laplace

Definisi 2.19 Transformasi Laplace

Misalkan f(t) merupakan statu fungsi dari t terdefinisi untuk t > 0. Kemudian

Integral;

  0 ) ( dtt f

e st , jika ada dinamakan suatu fungsi dari s, katakan F(s).

Fungsi F(s) ini dinamakan transformasi Laplace dari f(t) dan dinotasikan oleh

L{f(t)}=

   0 ) ( ) (s e f t dt F st (2.17)

Operasi yang baru ditunjukkan yang menghasilkan F(s) dari fungsi f(t) yang diberikan, disebut transformasi Laplace (Kartono, 2002).

Definisi 2.20 Transformasi Laplace Invers

Jika L{f(t)}= F(s) maka f(t) dinamakan transformasi Laplace Invers dari F(s) dan dinotasikan dengan f(t) = L1{F(s)}. Kemudian untuk mencari

(29)

)} ( { 1 s F

Lkita harus mencari suatu fungsi dari t yang transformasi Laplacenya adalah F(s) (Kartono, 2002).

Berikut adalah beberapa fungsi F(s) dan transformasi Laplace inversnya 1{ ( )}

s F

L.

Tabel 2.1 Transformasi Laplace Invers

No. F(s)L{f(t)} 1{ ( )} ( ) t f s F L  1. s 1 1 2. 2 1 s t 3. ... , 2 , 1 , 0 1 1   n sn n! tn 4. a s 1 at e 5. 2 2 1 a sa at sin 6. 2 2 a s sat cos 7. 2 2 1 a sa at sinh 8. 2 2 a s sat cosh

(30)

Definisi 2.21 Konvolusi

Konvolusi dari dua fungsi f(x) dan g(x) adalah

x dt t x g t f x g x f 0 ) ( ) ( ) ( * ) ( (2.18)

(Bronson dan Costa, 2007).

Teorema 2.4 Konvolusi

Jika L{f(t)}F(s)dan L{g(t)}G(s), maka

{ ( ) ( ) } ( ) ( ) 0 s G s F dt u t g u f L t  

(2.19)

Jika L1{f(t)} F(s)dan L1{g(t)}G(s), maka

{ ( ) ( )} { ( ) ( ) } 0 1

   x dt u t g u f L s G s F L (2.20)

(Bronson dan Costa, 2007). Bukti: Diketahui bahwa 

 

x x sv su dv v g e s G du u f e s F 0 0 ) ( ) ( , ) ( ) ( maka,



          0 0 ) ( 0 0 ) ( ) ( ] ) ( [ ] ) ( [ ) ( ) ( dudv v g u f e dv v g e du u f e s G s F v u s sv su

(31)

 

                0 0 0 0 ] ) ( ) ( [ ) ( ) ( : Misalkan t t u st t t u st dt du u t g u f e dudt u t g u f e u t v t v u

 L t f u g t u du 0 } ) ( ) ( { ■

Teorema 2.5 Transformasi Laplace Dari Turunan

Transform Laplace dari turunan ke-n (n = 1, 2, 3, …) dari y(x) adalah [ n( )] n ( ) n1 (0) n2 '(0)  (n2)(0) (n1)(0) y sy y s y s s Y s t y L  (2.21)

Jika kondisi awal untuk y(x) pada x = 0 diberikan oleh

1 1 1 0, '(0) , , (0) ) 0 (     n n c y c y c y  (2.22)

maka (2.21) dapat ditulis ulang sebagai

L(yn(x))snY(s)c0sn1c1sn2 cn2scn1 (2.23) (Bronson dan Costa, 2007).

Bukti : Jika n = 2 maka

   0 ) ( " )] ( " [y t e y t dt L st

(32)

) 0 ( ' ) 0 ( ) ( )) 0 ( ) ( ( ) 0 ( ' )] ( ' [ ) 0 ( ) ( ' ) 0 ( ' ) )( ( ' | ) ( ' )] ( " [ 2 ' 0 0 0 y sy s Y s y s sY s y t y sL y dt t y e s y dt se t y t y e t y L st st st               

     

Jika kondisi awal untuk y(x) pada x = 0 diberikan oleh y(0)c0, y'(0)c1 Persamaan menjadi 0 1 2 ) ( )) ( ' ' (y x s Y s c c L    ■

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil, tahun ajaran 2009/2010 di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Lampung.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat studi literatur dengan mengkaji jurnal-jurnal dan buku-buku teks yang berkaitan dengan bidang yang diteliti. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

a. Metode variasi parameter

1. Mengkaji persamaan diferensial linear orde-n dan solusi umumnya pada fungsi Green.

2. Menentukan solusi umum persamaan diferensial homogen.

3. Mengganti semua konstanta sembarang c dari solusi umum dengan fungsi tak diketahui v dari x pada solusi khusus .

(34)

4. Menentukan persamaan yang terdiri dari n persamaan dari konstanta dengan menggunakan aturan Cramer.

5. Menentukan determinan Wronskian dari persamaan yang didapat dan

menggantikan kolom ke-k dengan             1 0 0  .

6. Setelah solusi umum fungsi Green persamaan diferensial didapat, akan ditunjukan bahwa fungsi Green G(x,t) untuk persamaan diferensial.

b. Metode transformasi Laplace

1. Transformasi Laplace pada kedua sisi dari persamaan diferensial, sehingga diperoleh aljabar Y(s).

2. Mengambil transformasi Laplace invers untuk memperoleh L1{Y(s)}. 3. Dengan menggunakan teorema konvolusi, diperoleh solusi umum fungsi Green persamaan diferensial didapat, akan ditunjukan bahwa fungsi Green G(x,t) untuk persamaan diferensial.

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Variasi Parameter

Sebuah persamaan diferensial linier orde-n memiliki bentuk:

an(x)ynan1(x)yn1 ...a1(x)y' a0(x)yf(x) (4.1) di mana ai(x)(i0,1,...,n). Jika ) ( ) ( ) ( x a x a x a n j i

di mana (j = 0, 1, ... , n-1) dan an(x)0, maka

( ) ) ( ) ( x x a x f n   (4.2)

Didefinisikan operator diferesial L(y) dengan

y y an x y n a x y a x y (n) ) ( ' ) ( ... ) ( 1 0 ) 1 ( 1        L (4.3)

di mana ai(x)(i0,1,...,n1)adalah kontinu pada interval yang diinginkan. Maka dapat ditulis ulang sebagai:

Ly (x) (4.4)

sehingga solusi umum untuk persamaan (4.4) adalah

(36)

dengan yh merupakan homogen atau komplementer mewakili solusi umum untuk persamaan homogen L(y) = 0 dan yp adalah solusi tertentu dari persamaan (4.4). Misalkan y1(x),y2(x),...,yn(x) solusi basis untuk persamaan diferensial

homogennya, maka

yhc1y1(x)c2y2(x)...cnyn(x) (4.6) dengan c1,c2,...,cn merupakan konstanta. Misalkan solusi tertentunya:

ypv1(x)y1 v2(x)y2 ...vn(x)yn (4.7) di mana yiyi(x)(i1,2,...,n)dan vi (i1,2,...,n)fungsi yang tidak diketahui dari x, yang masih harus ditentukan.

Untuk menentukan vi, pertama-tama diselesaikan dengan persamaan linier berikut secara simultan. Sehingga diperoleh vi':

) ( ' ... ' ' 0 ' ... ' ' ' ' 0 ' ... ' ' ) 1 ( ) 1 ( 2 2 ) 1 ( 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 x y v y v y v y v y v y v y v y v y v n n n n n n n n n                    (4.8) ),..., ( ), ( 2 1 x y x

y dan yn(x)adalah n solusi-solusi yang independen secara linier untuk persamaan L(y) = 0 yang sama, maka wronskian-nya adalah bukan nol. Ini berarti sistem (4.8) mmemiliki determinan bukan nol dan dapat diselesaikan secara unik, untuk memperoleh v1'(x),v2'(x),...,vn'(x).

) 1 ( ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 2 1 2 1 2 1 ... ' ... ' ' ... ) ,..., , (     n n n n n n n y y y y y y y y y y y y W    (4.9)

(37)

Sistem (4.8) merupakan sistem persamaan linier yang terdiri dari n faktor yang memiliki solusi unik dengan det (A) 0, sehingga dengan aturan crammer vi'

menjadi: ) 1 ( ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 2 1 2 1 ) 1 ( ) 1 ( 1 ) 1 ( 1 ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 1 1 2 1 1 1 2 1 ... ' ... ' ' ... ... ... ... 0 ' ... ' ' ... 0 ... '                n n n n n n n n n i n i n n n i i n i i i y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y v           (4.10) di mana i = 1, 2, ... , n,                0 0 φ dan det(Ai)= ) 1 ( ) 1 ( 1 ) 1 ( 1 ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 1 1 2 1 1 1 2 1 ... ... ... 0 ' ... ' ' ... 0 ...            n n n i n i n n n i i n i i y y y y y y y y y y y y y y y        (4.11) sedangkan det(A) = ) 1 ( ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 2 1 2 1 ... ' ... ' ' ...    n n n n n n y y y y y y y y y    (4.12)

(38)

Misalkan kolom ke-i diganti dengan             1 0 0  , maka vi(x) ) 1 ( ) 1 ( 1 ) 1 ( 1 ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 1 1 2 1 1 1 2 1 ... 1 ... ... 0 ' ... ' ' ... 0 ...            n n n i n i n n n i i n i i y y y y y y y y y y y y y y y       (4.13) di mana i = 1, 2, … , n.

Untuk itu, persamaan (4.10) dapat ditulis:

)] ( , ... ), ( ), ( [ ... 1 ... ... 0 ' ... ' ' ... 0 ... ) ( ' 2 1 ) 1 ( ) 1 ( 1 ) 1 ( 1 ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 1 1 2 1 1 1 2 1 x y x y x y w y y y y y y y y y y y y y y y x v n n n n i n i n n n i i n i i i                    (4.14) )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ). ( ) ( ' 2 1 x y x y x y w x x v x v n i i   (4.15) dt t y t y t y w t t v x v x x n i i

0 )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ). ( ) ( 2 1  (4.16)

Subsitusi persamaan (4.14) ke dalam persamaan (4.7)

) ( )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ). ( ... ) ( )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ). ( ) ( )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ). ( 0 0 0 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 x y dt t y t y t y w t t v x y dt t y t y t y w t t v x y dt t y t y t y w t t v y n x x n n x x x x n n p

       t dt t y t y t y w x y t v x y t v x y t v y x x n n n p

    0 ) ( . )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( 2 1 2 2 1 1  (4.17)

(39)

Misalkan ( , ) )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( 2 1 2 2 1 1 t x t y t y t y w x y t v x y t v x y t v n n n G     (4.18) Maka 

x x p x t t dt y 0 ) ( ). , (  G (4.19)

Masukkan persamaan (4.15) ke dalam persamaan (4.5) yyhyp = 

x x h x t t dt y 0 ) ( ). , (  G (4.20)

Jadi, solusi untuk persamaan diferensial linier orde n adalah

y =

x x h x t t dt y 0 ) ( ). , (  G (4.21)

Fungsi G(x,t) dikatakan fungsi Green untuk masalah nilai awal persamaan diferensial linear orde-n jika memenuhi kondisi berikut ini:

2. G(x,t) terdefinisi pada daerah R=I x I dari semua titik (x,t) dengan x dan t terletak dalam selang I.

2. n n x x x t x      G G G G( , ), , ,..., 2 2

, merupakan fungsi yang kontinu pada R=I x I.

3. Untuk setiap x0dalam selang I dan fungsi fC(I), fungsi

x x p x x t f t dt y 0 ) ( ) , ( )

( G adalah solusi persamaan diferensial (4.1) yang

(40)

Akan ditunjukkan bahwa G(x,t) = ) ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( 2 1 2 2 1 1 t y t y t y w x y t v x y t v x y t v n n n   

merupakan fungsi Green untuk persamaan diferensial linier orde-n.

1. Seperti yang telah diketahui bahwa det(A)≠0 pada persamaan (4.12) merupakan determinan wronskian w[y1(x), y2(x),...,yn(x)]. Jadi jelas bahwa w[y1(x), y2(x),...,yn(x)]0,t

x0,x

dan G(x,t) terdefinisi

). , ( tx

2. Persamaan diferensial linear orde-n merupakan persamaan yang memiliki fungsi kontinu dalam suatu interval I yang mengandung x0.

G(x,t) = )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( 2 1 2 2 1 1 t y t y t y w x y t v x y t v x y t v n n n   

adalah fungsi Green

yang didefinisikan oleh penyelesaian solusi dari persamaan diferensial linear orde n. Di mana v1(t),v2(t),...,vn(t) dan y1(x), y2(x),..., yn(x) kontinu ( tx, ). Ini dikarenakan y1,y2,..., yn dan turunan-turunannya kontinu sampai dengan orde ke n-1. Berikut adalah turunan-turunan dari G(x,t). )' ( ) ( ... ) ( ' ) ( ) ( ' ) ( )] ( ..., ), ( ), ( [ ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( [ 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 x y t v x y t v x y t v x t y t y t y w x y t v x y t v x y t v x n n n n n                 G v1(t),v2(t),...,vn(t) dan y1'(x), y2'(x),..., yn'(x) kontinu ( tx, ). ) ( " ) ( ... ) ( " ) ( ) ( " ) ( )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( [ 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 x y t v x y t v x y t v x t y t y t y w x y t v x y t v x y t v x n n n n                  G

(41)

v1(t),v2(t),...,vn(t) dan y1"(x), y2"(x),..., yn"(x) kontinu ( tx, ).  n n n n n n n x t y t y t y w x y t v x y t v x y t v x              [ ( ), ( ),..., ( )] ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( [ 2 1 2 2 1 1 G =v1(t)y1n(x)v2(t)y2n(x)...vn(t)yn(t) v1(t),v2(t),...,vn(t) dan y1"(x),y2"(x),...,yn"(x) kontinu ( tx, ).

Jadi terbukti jika G(x,t), n n x x x      G G G , ... , , 2 2

merupakan fungsi yang kontinu pada R = I x I.

3. Setelah persamaan (4.12) dikontruksi menjadi fungsi Green, didapat solusi khususnya, y x x t t dt x x p( ) ( , ). ( ) 0 

G Bila y x x t t dt x x p( ) ( , ). ( ) 0 0 0 

G  = 0 dan x x x dt x t x x y x x p ( , ). ( ) ) , ( ) ( ' 0  

    G (t) G Akan dibuktikan G(x,x) = 0, (x). )] ( , ... ), ( ), ( [ ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( ) , ( 2 1 2 2 1 1 x y x y x y w x v x y x v x y x v x y x x n n n     G

(42)

dan memiliki determinan yakni det(A) = ) 1 ( ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 2 ' 1 2 1 2 1 ... 1 ' ... ' 0 ... 0 ... 0    n n n n n n n y y y y y y y y y y y y     1 0 ... ' 0 ... 1 ' ... 0 ' ... 0 ... 1 ' ... ' 0 ... 0 ) 1 ( 2 ) 1 ( 1 2 1 2 1 ) 1 ( ) 1 ( 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 1          n n n n n n n n n n n n n y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y         

Determinan tersebut mengandung nilai n ganjil dan genap. Akan diperlihatkan bahwa semua elemen yang terkandung sama dengan nol. Untuk n ganjil, y1v1y2v2 ...ynvn ) 2 ( ) 2 ( 2 ) 2 ( 1 2 1 2 1 ) 2 ( ) 2 ( 3 ) 2 ( 1 3 1 3 1 2 ) 2 ( ) 2 ( 3 ) 2 ( 2 3 2 3 2 1 ... ' ... ' ' ... ... ... ' ... ' ' ... ... ' ... ' ' ...              n n n n n n n n n n n n n n n n n n n y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y         

(43)

= ) 1 ( ) 2 ( 2 ) 2 ( 1 ' 2 1 2 1 2 1 ... ' ... ...    n n n n n n n y y y y y y y y y y y y   

Berdasarkan sifat determinan, jika ada dua baris yang terdiri dari

elemen-elemen yang sama, maka determinannya sama dengan nol. Maka, untuk n ganjil y1v1y2v2 ... ynvn 0. Untuk n genap, y1v1 y2v2 ... ynvn ) 2 ( ) 2 ( 2 ) 2 ( 1 2 1 2 1 ) 2 ( ) 2 ( 3 ) 2 ( 1 3 1 3 1 2 ) 2 ( ) 2 ( 3 ) 2 ( 2 3 2 3 2 1 ... ' ... ' ' ... ... ... ' ... ' ' ... ... ' ... ' ' ...               n n n n n n n n n n n n n n n n n n n y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y          ) 1 ( ) 2 ( 2 ) 2 ( 1 ' 2 1 2 1 2 1 ... ' ... ...      n n n n n n n y y y y y y y y y y y y   

Berdasarkan sifat determinan, jika ada dua baris yang terdiri dari

elemen-elemen yang sama, maka determinannya sama dengan nol. Maka untuk n genap y1v1y2v2 ... ynvn 0

(44)

Karena w[y1(x),y2(x),...,yn(x)]0maka G(x,x) = 0. Akibatnya x x x dt x t) (x, x y x x p'( ) ( , ). ( ) 0  

    G (t) G menjadi : dt x x y x x p

  0 ) ( ' G(t) '( ) ) 0 0 0 0   

dt x x y x x p (t G "( ) ( , ). ( ) 0 2 2 x x x x dt x x y x x p

      G (t) G "( ) 0 0 0 0 2 2 0    

dt x x y x x p (t) G  ( ) ( , ). ( ) 0 2 2 1 1 ) 1 ( x x x x dt x x y x x n n n n n p

             G (t) G

       0 0 0 0 ) ( 1 1 0 ) 1 ( x x n n n p dt x x y G(t)

Jadi terbukti untuk setiap x0dalam selang I dan fungsi fC(I), fungsi

x x p x x t f t dt y 0 ) ( ) , ( )

( G adalah solusi persamaan diferensial (1) yang

memenuhi kondisi awal yp(x0) yp'(x0) yp"(x0)...yp(n1)(x0)0

Setelah diselidiki, persamaan (4.21) memenuhi kondisi dikatakan fungsi Green. Untuk itu terbukti, bahwa solusi dari persamaan (4.1) merupakan

(45)

fungsi Green setelah dikontruksi menggunakan metode variasi parameter.

B. Metode Transformasi Laplace

Diketahui bahwa persamaan diferensial linear orde n dengan koefisien-koefisien konstan:

an(x)ynan1(x)yn1...a1(x)y'a0(x)yf(x)

di mana ai(x)(i0,1,...,n)konstan dan semua nilai dari y,y',...,y(n1) dengan

selang x0 dan ( ) ) ( ) ( x x a x f n   .

Maka transform Laplace dari turunan ke-n (n1,2,3,...)dari y(x) adalah

)) ( ( ) ( ) ( ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( 0 ' 1 1 1 x L y a x L y a x L y L f x a y L x a n n n n        (4.22) di mana ( ( )) ( ) (0) (0) ... (0) (0) ) 1 ( 2 2 1 ) (nnn  n   n  ny sy y s y s s Y s x y L ( ( )) (0) (0) ... (0) (0) ) 1 ( 2 2 1 ) 1 (n  n  n   n  ny sy y s y s x y L (4.23) L(y'(x))sY(s)y(0) L(y(x))Y(s)

Jika kondisi awal untuk y(x) pada x = 0 diberikan oleh

1 1 1 0, '(0) ,..., (0) ) 0 (     n n c y c y c y

(46)

Persamaan (4.23) dapat disederhanakan menjadi L(yn(x))snY(s)c0sn1c1sn2 ...cn2scn1 L(yn1(x)) sn1Y(s)c0sn2 ...cn2scn1 (4.24)  0 ' ) ( )) ( (y x sY s c L   L(y(x))Y(s)

Jika c0,c1,...,cnadalah kontanta-konstanta yang diketahui adalah nol, maka persamaan (4.24) menjadi

L(yn(x))snY(s)

L(y(n1)(x)) sn1Y(s) (4.25) 

L(y'(x))sY(s)

Subsitusi persamaan (4.25) kedalam persamaan (4.22)

Sesuai definisi bahwa L

f(x)

F(s)maka persamaan (4.24) menjadi

) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ... ) ( ) ( ) ( ) ( 1 1 0 1 x s Y s a x sY s a x Y s F s a s Y s x a n n n n        [ ( ) ( ) ... 1( ) 0( )] ( ) ( ) 1 1 x s a x s a x Y s F s a s x a n n n n        0 1 ) 1 ( 1( ) ... ) ( 1 ) ( ) ( a s a s x a s x a s F s Y n n n n       (4.26)

(47)

Misalkan 0 1 ) 1 ( 1( ) ... ) ( 1 a s a s x a s x a n n n n       =W(s)1 maka, ) ( ). ( ) (s F s W s Y  1 (4.27) Diketahui Y(s)L1(y(x))

Berdasarkan definisi (2.19) bahwa Y(s) dan F(s) adalah transformasi Laplace dari y(x) dan f(x). Sudah pasti F(s) diketahui dan persamaan (4.27) merupakan

kebalikan dari y(x).

Karena persamaan (4.1) untuk x0 maka solusi partikular dari persamaan (4.1) adalah yp(x) f(x).w(x)=

x dt t x w t 0 ) ( ) (  Dan solusi umum dari persamaan (4.1) adalah

Dengan w(x-t) = G(x,t), dimana G(x,t) merupakan fungsi Green dari persamaan diferensial linier orde n.

yyh

x dt t x w t f 0 ) ( ) (

Selanjutnya akan dibutikan w(x-t) adalah fungsi green.

1. w(x-t) terdefinisi untuk ( tx, ). Karena w(x-t) berada pada selang ( x , di 0, ) mana x menuju titik t.

2. w(x-t) kontinu ( tx, ) karena 0 1 ) 1 ( 1( ) ... ) ( 1 a s a s x a s x an nn n    memiliki

(48)

3. y(x) = yyh

x dt t x w t f 0 ) ( )

( adalah solusi dari persamaan (4.1). Dan

memiliki kondisi awal y(0)y'(0)...yn1(0)0.

C. Kelebihan Metode Fungsi Green

Metode fungsi Green digunakan untuk menyelesaikan masalah nilai batas kedalam bentuk integral. Metode fungsi Green digunakan jika fungsi Green diketahui dan jika integral dari persamaan diferensial dapat dievaluasi.

Metode fungsi Green merupakan solusi linear dari masalah-masalah persamaan diferensial tingkat tinggi. Jika digunakan pada

persamaan diferensial linier orde-n dengan fungsi sembarang untuk nilai batas yang diketahui pada selang kontinu, maka dengan mudah akan didapatkan solusinya. Hal ini dikarenakan, fungsi Green memiliki turunan dengan model analitis dalam Domain pada fungsi f sebarang.

Contoh:

Kontruksi persamaan diferensial berikut ini y''y 2cosx

menjadi fungsi Green dengan selang x0 melalui dua metode yakni 1. Metode variasi parameter

2. Metode transform Laplace

(49)

Penyelesaian:

1. Metode variasi parameter y''y 2cosx

Merupakan persamaan diferensial linier tak homogen orde dua dan derajad nol. Memiliki solusi umum yyhyp. Akan dicari 2yh terlebih dahulu, yang berarti mencari solusi umum persamaan diferensial homogen, yaitu y''y0

Persamaan karakteristik dari persamaan diferensial ini 210

Akar-akar persamaan karakteristik: 1 i dan 2i

Jadi, solusi homogennya: yhC1sinxC2cosx Dalam masalah nilai awal

Untuk y(0)0, ini berati bahwa x = 0 maka y = 0

2 2 1 2 1 0 0 cos 0 sin 0 cos sin C C C x C x C y     

Untuk y'(0)0, ini berati bahwa x = 0 maka y'= 0

1 2 1 2 1 0 0 sin 0 cos 0 sin cos ' C C C x C x C y     

(50)

Nilai C dan 1 C di subsitusi ke solusi homogen. Maka solusi homogennya: 2 yhC1sinxC2cosx

yh 0sinx0cosx yh 0

Fungsi-fungsi v , 1 v dan 2 v3ditentukan dari persamaan :

) ( ) ( sin cos '' 0 cos ' sin ' ' x a x f x v x v x v x v n     Untuk itu x x y x x y x x y x x y sin ) ( ' cos ) ( cos ) ( sin ) ( 2 2 1 1     

Merupakan determinan wronskian dari persamaan homogen.

t t t t t y t y t y W sin cos cos sin )] ( ), ( ), ( [ 1 2 3 

=(sintsint)(cost cost) =sin2tcos2t

= (sin2tcos2t)

=1

Sekarang menentukan vi, di mana i = 1, 2. Karena n genap, maka:

t t t t t t t v cos ) cos 0 ( ) 1 cos sin 0 ( sin 1 cos 0 ) ( 1         

(51)

1 cos 0 sin ) ( 2 t t t v  =(sint0) =sint

) cos sin cos sin 1 ) sin ( cos cos sin ) , ( )] ( ), ( [ ) ( ) ( ) ( ) ( ) , ( 2 1 2 2 1 1 x t t x t x t x t x x y x y w t v x y t v x y t x          G G Karena ) ( ) ( ) ( x a x f x n

, diketahui f(t) = 2cos t dan an(t)= 1

Maka (x)2cosx , diperoleh:

     x x x p tdt x t t x dt t x t t x dt t t x y 0 2 0 cos cos 2 . sin cos 2 . sin ) cos 2 .( cos sin cos sin ) ( ) , ( 0  G

     x x x x dt x x dt x x tdt t x tdt x 0 0 0 0 2 2 2 sin cos 2 2 2 cos 1 sin 2 cos sin cos 2 cos sin 2 x x x x x x x x x x x x x x t x t t x x x sin 2 cos sin 2 2 sin 2 2 cos sin 2 2 sin cos 2 2 cos sin 2 sin 2 4 2 cos 1 cos 2 2 2 sin 2 sin 2 2 2 2 0 0                                   

(52)

Jadi yp = x sinx

Solusi umun persamaan diferensial ini adalah x x x y y y y h p sin ) (    2. Metode Laplace y''y2cosx

Dengan mengambil transformasi Laplace dari kedua ruas persamaan diferensial dan dengan menggunakan syarat-syarat yang diberikan, kita peroleh

L(y'')L(y)L(2cosx)

diberikan nilai awalnya y'(0)0,y(0)0, jadi L(y''(x))s2Y(s)sy'(0)y(0) ) ( 0 0 ) ( )) ( '' ( 2 2 s Y s s Y s x y L     L(y(x))Y(s) Maka L(y'')L(y)L(2cosx) s2Y(s)+ 1 2 ) ( 2   s s s Y 1 2 ) ( ) 1 ( 2 2    s s s Y s ) 1 )( 1 ( 2 ) ( 2 2    s s s s Y

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penempatan perkuatan pada dinding dengan luasan yang kecil tidak terjadi lendutan karena jumlah perkuatannya (stiffner-nya) banyak

NO NUPTK NAMA JENJANG TEMPAT TUGAS KECAMATAN KUALIFIKASI TMT Pendidik [MK] LPTK NOMOR PESERTA BIDANG STUDI SERTIFIKASI 790 9041754656300013 Yuli Astuti SMP SMP NEGERI 42 SURABAYA

Pada dasarnya perhitungan kebutuhan untuk pelayanan IVA harus berasal dari unit puskesmas (battom up) dengan dasar besaran jumlah sasaran tiap jenis pelayanan IVA untuk

Hasil dari penelitian ini bertentangan dari temuan penelitian Gupta dan Roos (2001), yang menyatakan bahwa saat dua perusahaan melakukan merjer dan akuisisi maka akan terjadi

Pengamatan penerapan pedoman keselamatan kerja untuk pekerjaan galian tanah dilakukan dengan meninjau langsung obyek penelitian yaitu proyek- proyek konstruksi yang sedang dalam

looked like he knew he wasn ’ t going to like his orders. Damn

Adanya kontradiksi antara teori mengenai tanggungjawab sosial dengan berbagai penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan