• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN LUAS WILAYAH DAN JALAN KELURAHAN SUNGAI KELEDANG KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG. Oleh: RINA PURNAMA SARI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETAAN LUAS WILAYAH DAN JALAN KELURAHAN SUNGAI KELEDANG KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG. Oleh: RINA PURNAMA SARI NIM"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

Oleh:

RINA PURNAMA SARI

NIM. 120 500 177

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(2)

PEMETAAN LUAS WILAYAH DAN JALAN

KELURAHAN SUNGAI KELEDANG

KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

Oleh:

RINA PURNAMA SARI

NIM. 120 500 177

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(3)

KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

Oleh :

RINA PURNAMA SARI

NIM. 120 500 177

KaryaIlmiahSebagai Salah SatuSyarat

untukMemperolehSebutanAhliMadyapada Program Diploma III

PoliteknikPertanianNegeriSamarinda

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Pemetaan Luas Wilayah Dan Jalan Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang

Nama : Rina Purnama Sari

NIM : 120500177

Program Studi : Geoinformatika Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing

Ir. Saini, MP.

NIP. 196006261987031003

Penguji I,

Dwinita Aquastini, S.Hut, MP NIP. 1970021419987032002

Penguji II,

Andrew Stefano ST, MT NIP. 19760315 200912 1002

Menyetujui,

Ketua Program Studi Geoinformatika

Husmul Beze, S.Hut, M.Si NIP. 19790613200812003

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. M. Masrudy, MP NIP.196008051988031003

(5)

ABSTRAK

RINA PURNAMA SARI. Pemetaan Luas Wilayah Dan Jalan Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang (di bawah bimbingan Saini).

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya perubahan wilayah di Kelurahan Sei Keledang akibat adanya pemekaran pada tanggal 23 September 2014. Kelurahan Sei Keledang dimekarkan menjadi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Sei Keledang dan Kelurahan Gunung Panjang.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui luas wilayah Kelurahan Sungai Keledang, mengukur total panjang jalan baik itu jalan utama maupun jalan cabang serta memetakan luas wilayah dan jalan Kelurahan Sungai Keledang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data di lapangan secara langsung yaitu data primer berupa panjang jalan dan luas wilayah Kelurahan Sei Keledang. Pengambilan data tersebut dilakukan menggunakan GPS navigasi dengan cara tracking dan mengambil titik koordinat batas dan jalan yang akan dipetakan. Dan data sekunder yang berupa peta administrasi Kota Samarinda Tahun 2014 dan wawancara dengan pegawai di Kelurahan Sungai keledang. Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran titik koordinat adalah GPS navigasi. Perangkat lunak yang digunakan untuk memetakan wilayah adalah ArcGis 10.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan Sungai Keledang memiliki areal seluas 281.65 hektar, total panjang jalan utama (arteri) adalah 3483,11 meter sedangkan total panjang jalan cabang (lokal) adalah 6003,64 meter.

Kata kunci: Luas Wilayah, Jaringan Jalan,

(6)

RIWAYAT HIDUP

Rina Purnama Sari. Lahir pada tanggal 01 Desember 1993 di Kota Tarakan, Provinsi Kalimatan Utara. Merupakan anak kedua dari enam bersaudara pasangan Bapak Abdullah dan Ibu Gustaniah.

Tahun 2000 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 013 Tembelunu dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 001 Sembakung dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 001 Sembakung dan berijazah pada tahun 2012. pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Geoinformatika Diploma III(D3).

Selama menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda aktif dalam himpunan mahasiswa Geoinformatika (HIMA GI) dan Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (MAPA POLITANI). Mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapang) di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimatan Timur dan PT. Kutai Agro Jaya, Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara pada bulan April-Mei 2015.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Adapun maksud penyusunan Karya Ilmiah ini adalah salah satu persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.Md) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta dan kakak yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moral maupun materil,

2. Bapak Ir, Saini MP,selaku dosen pembimbing 3. Ibu DwinitaAquastini, S.Hut, MPselaku penguji I 4. Bapak Andrew Stefano ST, MTselaku penguji II

5. Bapak HusmulBeze, S,Hut, M.Siselaku Ketua Program Studi Geoinformatika 6. Bapak Ibu Dosen, Seluruh staf dan teknisi Program Studi Geoinformatika 7. Seluruh teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Karya Ilmiah

ini,

Semoga amal baik dan keikhlasannyaakan mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT, amin. Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak sekali kekurangan, untuk itu Penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.

Rina Purnama Sari

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I.PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 3

B. Batas Wilayah Desa ... 4

C. Pengertian Jalan ... 5

D. Sistem Informasi Geografi (Sig) ... 9

E. Pengertian Kartografi... 16

F. DasarTeori Peta... 17

G. Global PositionSistem (GPS) ... 21

H. Map Source... 22

I. ArcGis 10 ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Alat dan Bahan ... 28

C. Prosedur Penelitian ... 29

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 32

B. Pembahasan ... 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran... 38 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Nomor Tubuh Utama Halaman 1 Tampilan ArcGis 10………. 24 2 Table of Contents……… 25 3 Search……….. 26 4 Toolbar Tools……… 26 5 Toolbar Standar……… 27 6 ArcCatalog……… 27

7 Hasil Peta Kelurahan Sungai Keledang………... 34

Lampiran 8 Pengambilan Titik Batas………. 43

9 Pengukuran Jalan Utama (Arteri)……….. 43

10 Pengukuran Jalan Cabang (Lokal)………... 44

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh utama Halaman

1 Hasil Pengukuran Luas Kelurahan Sungai Keledang…... 32

2 Hasil Pengukuran Jalan……… 32

Lampiran

3 Data Koordinat Batas...……….. 41

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada era pembangunan dewasa ini ketersediaan peta menjadi sesuatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagaimana kemajuan di bidang ilmu dan teknologi yang demikian pesat, wahana atau teknik pemetaan sudah demikian berkembang, baik dalam teknik pengumpulan datanya maupun proses pengolahanya dan penyajianya baik secara spasial maupun sistem informasi kebumian. Cakupan wilayah-wilayah kajianya menjadi tidak terbatas, demikian pula wilayah-wilayah kerjanya. Dimana dewasa ini pemanfaatan peta semakin dibutuhkan oleh banyak pihak baik pemerintah maupun pihak swasta. Semakin banyaknya macam peta, semakin banyak pula instansi yang mengelola peta tersebut, dengan berbagai macam software/perangkat lunak yang digunakan. Maka dari itu sekarang banyak pesaing- pesaing pembuatan peta (Syarifuddin, 2013).

Selanjutnya dinyatakan pemetaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses terpadu yang mencakup pengumpulan, pengolahan dan visualisasi dari data spasial (keruangan). Data spasial umumnya didefinisikan sebagai data keruangan yang terkait dengan permukaan Bumi (termasuk dasar laut) serta obyek, fenomena dan proses yang berada, terjadi atau berlangsung di atasnya. Produk suatu proses pemetaan adalah suatu informasi spasial yang dapat divisualisasikan dalam bentuk atlas (kertas maupun elektronis), peta (kertas maupun digital), basis data digital maupun Sistem Informasi Geografis (SIG).

Lebih lanjut dinyatakan peta adalah sarana untuk memperoleh gambaran data ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan

(12)

2

dimengerti. Jadi peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah. Peta disini dapat diuraikan lagi menjadi beberapa jenis sesuai kebutuhan dan tujuan yang diinginkanya, seperti peta administratif yang mana di dalamnya terdapat peta batas kelurahan.

Kelurahan Sungai Keledang adalah merupakan pemerintahan yang ada di dalam Kecamatan Samarinda Seberang. Pada tanggal 23 September 2014 telah ditandatangani sebuah berita acara penetapan batas wilayah kelurahan pemekaran yaitu Kelurahan Sungai Keledang menjadi Kelurahan Sungai Keledang (induk) dan Kelurahan Gunung Panjang. Kejadian ini menyebakan adanya perubahan luas wilayah di Kelurahan Sungai Keledang. Berdasarkan hal inilah maka penelitian dilakukan untuk mengukur kembali luas wilayah Kelurahan Sei Keledang terbaru.

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui luas wilayah Kelurahan Sungai Keledang.

2. Mengetahui total panjang total jalan utama (Arteri) dan total panjang jalan cabang (Lokal) Kelurahan Sungai Keledang

3. Memetakan jalan utama (Arteri) dan jalan cabang (Lokal) yang mengitari Kelurahan Sungai Keledang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan hasil sebagai berikut:

1. Mengetahui luas wilayah dari Kelurahan Sungai Keledang dan total panjang jalan baik jalan utama (Arteri) maupun jalan cabang (Lokal) yang terdapat pada Kelurahan Sungai Keledang

(13)

2. Untuk pembangunan selanjutnya pemerintah dapat mengetahui pembagian Jalan Utama (Arteri) dan Jalan Cabang (Lokal).

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Daerah Penelitian

Anonim

(2013)

menyatakan Sungai Keledang adalah salah satu kelurahan di kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia. Nama kelurahan ini berasal dari sebuah sungai yang dahulu mengalir di wilayah ini dan ditepinya banyak terdapat pohon buah Keledang. Namun, seiring perkembangan zaman, sungai ini tidak terlihat lagi karena disesaki oleh rumah-rumah penduduk sehingga kelurahan ini merupakan salah satu dari kelurahan terpadat di Samarinda. Kantor Kelurahan Sungai Keledang terletak di Jl. Datu Iba. Dimana batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara : Kelurahan Baqa

Selatan : Kelurahan Gunung Panjang Barat : Sungai Mahakam

Timur : Rapak Dalam

B. Batas Wilayah Desa

Menurut Handoyono (2003) dalam Prayitno (2013) peta batas wilayah Desa (Peta BWD) adalah peta yang menyajikan batas-batas administrasi desa yang telah ditetapkan atau disepakati oleh kedua desa yang berbatasan, atau telah ditegaskan atau telah di verifikasi. Beberapa jenis peta batas wilayah: 1. Peta Hasil Penetapan Batas

Peta yang dibuat secara kartometrik dari peta dasar yang telah ada dengan tidak melakukan pengukuran dilapangan.

2. Peta Hasil Penegasan Batas Peta batas yang dibuat dengan peta dasar yang ada ditambah dengan data yang di peroleh dari hasil pngukuran dilapangan.

(15)

3. Peta hasil verifikasi

Peta batas yang telah dibuat oleh daerah (dalam hal provinsi) dan hasilnya dilakukan verifikasi oleh Tim PPBD pusat sebelum ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri.

C. Pengertian jalan

Jalan raya adalah suatu sarana penunjang yang paling penting dalam bidang tranportasi darat, karena dengan adanya jalan ini dapat menghubungkan lokasi dengan daerah yang satu dengan lokasi daerah yang lainnya. Oleh karena itu baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan jalan perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Banyak perencanaan dan pelaksanaan yang tidak memenuhi ketentuan sehingga jalan tidak dapat memberi hasil yang optimal bagi pemakainya. Ketentuan atau syarat tersebut atau syarat tersebut sangat erat hubungannya dengan keadaan daerah setempat dan keamanan serta kenyamanan yang dituntut dalam suatu perjalanan (Sumino, 2010).

Selanjutnya dinyatakan bahwa jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, berdasarkan status, fungsi, dan jumlah lalu lintas yang menggunakannya.

1. Klasifikasi jalan berdasarkan statusnya

a. Jalan Nasional adalah jalan yang pembangunannya dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat menggunakan dana dari APBN.

b. Jalan Provinsi adalah jalan yang pembangunannya dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi.

c. Jalan Kabupaten/ Kotamadya adalah jalan yang pembangunannya dilaksanakan oleh Pemerintah Kota/Pemerintah Kabupaten.

(16)

6

d. Jalan Desa yaitu jalan yang dibuat dan dipelihara dari swadaya masyarakat desa/ kampung setempat serta diperlukan untuk kegiatan lokal.

e. Jalan Tol adalah jalan yang dibangun dan dikelola oleh pihak swasta. Pengguna jalan apabila melewati jalan ini harus membayar untuk mengembalikan investasi yang dikeluarkan oleh pengelola.

2. Klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya

a. Jalan Utama adalah jalan yang melayani lalu lintas tinggi antara kota-kota penting atas kota-kota-kota-kota pusat produksi dan pusat – pusat eksport. Jalan – jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani lalu – lintas yang cepat dan berat.

b. Jalan Sekunder yaitu jalan yang melayani lalu–lintas cukup tinggi atau sedang antara kota–kota penting dengan kota yang lebih kecil serta melayani daerah sekitarnya.

c. Jalan Penghubung yaitu jalan yang melayani aktivitas daerah, yang juga dipakai penghubung antara jalan–jalan dengan golongan yang sama atau golongan yang berbeda.

3. Klasifikasi jalan berdasarkan lalu–lintas harian rata – rata

Klasifikasi jalan menurut fungsinya seperti yang sudah dijelaskan di atas dapat dibagi lagi dalam kelas – kelas yang penempatannya sangat ditentukan oleh perkiraan besarnya lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut. Kelas -kelas tersebut adalah :

a. Kelas I

Kelas jalan yang mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu lintas cepat dan berat.

(17)

b. Kelas II

Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan sekunder. Dalam komposisi lalu lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelas jalan ini selanjutnya didasarkan komposisi dan sifat dibagi dalam tiga kelas.

1) Kelas II A

Jalan – jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, dimana dalam komposisi lalu-lintasnya terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan bermotor, untuk lalu lintas lambat harus disediakan jalur tersendiri.

2) Kelas II B

Jalan – jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf dimana dalam komposisi lalu – lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.

3) Kelas II C

Jalan – jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal dimana dalam komposisi lalu – lintasnya terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. c. Kelas III

Kelas jalan ini mencakup semua jalan – jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.

(18)

8

Menurut Anonim (2006) dalam Prastiwi (2012) jalan-jalan di lingkungan perkotaan terbagi dalam jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Adapun sistem jaringan jalan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Berdasarkan sistem jaringan jalan 1) Sistem jaringan jalan primer

Sistem Jaringan Jalan primer disusun mngikuti ketentuan peraturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi.

2) Sistem jaringan jalan sekunder

Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang yang menghubungkan kawasan-kawasan yang memiliki fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai keperumahan.

b. Berdasarkan fungsinya 1) Jalan arteri primer

Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu kejenjang kota kedua.

2) Jalan kolektor primer

Jalan kolektor adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

3) Jalan lokal primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan

(19)

persil. Atau kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota dibawahnya, atau kota jenjang ketiga sampai persil. 4) Jalan arteri sekunder

Jalan arteri skunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

5) Jalan lokal sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya dan kawasan sekunder dengan perumahan.

D. Sistem Informasi Geografi (SIG) 1. Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu system informasi dapat memadukan data grafis dengan data teks (atribut) dimana objek yang di ikat secara gegrafi di bumi (georefrence) (Anonim, 2001).

Menurut Paryono (1994), Sistem Informasi geografi adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi Geografis.

Sistem Informasi geografi (SIG) adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dalam bantuan data atribut dan spasial (Prahasta, 2001 dalam Syarifuddin, 2013).

(20)

10

2. Komponen-komponen dalam SIG

Untuk membuat suatu perencanaan pembangunan atau pengambilan keputusan yang berkaitan dengan spasial diperlukan analisis data yang bereferensi geografiss. Analisis ini harus didukung oleh sejumlah konsep-konsep ilmiah dan sejumlah data yang handal. Data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan akan dipecahkan harus dipilih dan diolah melalui pemrosesan yang akurat. Untuk keperluan tersebut SIG menyediakan sejumlah komponen atau subsistem masukan data, pengelolaan data, manipulasi dan analisis data, dan keluaran data (Prahasta, 2001 dalam Syarifuddin, 2013).

a. Masukan data (data input)

Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang digunakan untuk memasukan data dan merubah bentuk data asli ke dalam bentuk data yang dapat diterima dan dipakai dalam SIG. Pemasukan data ke dalam SIG dilakukan dengan 3 cara, yakni :

1) Pelarikan (Scanning)

Pelarikan atau penyiaman adalah proses pengubahan data grafis kontinyu menjadi data diskrit yang terdiri atas sel-sel penyusunan gambar (pixel.) Pelarikan untuk gambar peta kini dapat dilakukan dengan portable scanner yang kini banyak beredar di pasaran. Data hasil penyiaman disimpan dalam bentuk raster. Data raster ini dapat diubah menjadi data vektor melalui proses digitasi. SIG berbasis raster banyak yang menyukai karena pengolahannya lebih mudah, proses tumpang susun (overlay) peta dapat dilakukan secara lebih cepat.

(21)

2) Digitasi

Digitasi adalah proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital, dalam struktur vektor. Pada struktur vektor ini data disimpan dalam bentuk titik (point), garis (lines) atau segmen, data poligon (area) secara matematis-geometris Contoh tipe data titik adalah kota, lapangan terbang, pasar. Tipe data garis diantaranya adalah sungai, jalan, kontur topografik. Tipe data poligon/area antara lain ditunjukkan oleh bentuk-bentuk penggunaan lahan, klasifikasi tanah dan daerah aliran sungai. Tipe-tipe data geografis tersebut dapat saling berinteraksi atau berinteraksi dengan data lain. Misal, data penggunaan lahan dapat berinteraksi dengan data jenis tanah. Pada beberapa perangkat lunak SIG berbasis windows, seperti Map Info dan ArcView, digitasi dapat dilakukan pada tampilan peta screen monitor komputer, yang merupakan display data hasil penyiaman. Digitasi dalam hal ini lebih dikenal dengan istilah stretching. Digitasi dengan cara ini dianggap lebih memiliki akurasi yang lebih baik dari pada digitasi dengan menggunakan digitizer table. Proses digitasi ini merupakan langkah dalam SIG yang paling banyak menyita waktu.

3) Tabulasi

Basis data dalan SIG dikelompokkan menjadi dua, yakni basis data grafis dan basis data non-grafis (atribut). Data grafis adalah peta itu sendiri, sedangkan data atribut adalah semua informasi non-grafis, seperti derajat kemiringan lereng, jenis tanah, nama tempat, dan lain-lain.

(22)

12

basis data tabuler. Data tabel ini kemudian dikaitkan dengan data grafis untuk keperluan analisis.

b. Pengelolaan data

Pengelolaan data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari input data. Beberapa langkah penting lainnya, seperti pengorganisasian data, perbaiakan, pengurangan, dan penambahan dilakukan pada subsistem ini. c. Manipulasi dan Analisis data

Fungsi sub sistem ini adalah untuk membedakan data yang akan diproses dalam SIG. Untuk merubah format data, mendapatkan parameter dan proses dalam pengelolaan dapat dilakukan pada subsistem ini. Upaya evaluasi terhadap subsistem ini perlu terus dilakukan, karena subsistem ini merupakan sentra dalam proses kerja SIG, dimana informasi baru yang akan dihasilkan ditentukan dalam proses subsistem ini. Beberapa fasilitas yang biasa terdapat dalam paket SIG untuk manipulasi dan analisis, meliputi empat unsur yakni: fasilitas penyuntingan, interpolasi spasial, tumpang susun, modeling, dan analisis data.

1) Penyuntingan

Sebenarnya sebagian fungsi penyuntingan ini telah dilakukan dalam subsistem manajemen data (khususnya data spasial), tetapi ada yang belum dikerjakan secara detail yakni pemutakhiran (updating) data. Sebagai contoh pemutakhiran data spasial antara lain peta pola persebaran pemukiman.

(23)

2) Interpolasi spasial

Interpolasi spasial merupakan jenis fasilitas SIG yang rumit, bahkan dapat dikatakan bahwa langkah ini tidak dapat dilakukan secara manual. Setiap titik pada koordinat tertentu dalam peta memuat sejumlah informasi koordinat dan nilai-nilai tertentu suatu variabel yang dikehendaki. Misal pemasukan data berupa posisi koordinat dan kemiringan lereng dapat diinterpolasi. Hasil dari proses interpolasi tersebut adalah peta kontinyu dimana setiap titik pada peta digital tersebut menyajikan informasi berupa nilai riil.

3) Tumpang susun (overlay)

Tumpang susun ini sebenarnya merupakan langkah di dalam SIG yang dapat dilakukan secara manual, tetapi cara manual terbatas kemampuannya. Bila peta yang akan ditumpang susunkan lebih dari 4 lembar peta tematik, maka akan terjadi kerumitan besar dan sukar dirunut kembali dalam menyajikan satuan-satuan pemetaan baru. Software SIG yang berbasis raster dapat melakukan proses tumpang susun secara lebih cepat daripada software SIG berbasis vektor. Proses tumpang susun lebih cepat pada SIG berbasis raster karena proses ini dilakukan antar pixel dari masing-masing input data peta pada koordinat yang sama, tidak harus merumuskan lagi topologi baru untuk satuan pemetaan baru yang dihasilkan dari proses ini sebagaimana yang terjadi pada SIG berbasis vektor.

4) Pembuatan model dan analisis data

Bila input data telah masuk dan tersusun dalam bentuk basis data, maka proses pembuatan model (modeling) dan analisis data menjadi

(24)

14

efisien, dapat dilakukan kapan saja dan dapat dipadukan dengan input data peta baru. Pada bagian inilah terletak manfaat SIG yang besar, yakni ketika seluruh data telah tersedia dalam bentuk digital.

5)

Keluaran data (data output

)

Subsistem ini berfungsi untuk menayangkan (displaying) informasi baru dan hasil analisis data geografiss secara kuantitatif maupun kualitatif. Wujud keluaran ini berupa peta, tabel atau arsip elektronik (file). Keluaran data ini tidak hanya ditayangkan pada monitor, tetapi selanjutnya perlu disajikan dalam bentuk cetakan (hardcopy), dengan maksud agar dapat dibaca, dianalisis, dan diketahui persebarannya secara visual (khusus untuk data peta).

3. Data-data yang digunakan dalam SIG

Data-data yang digunakan dalam SIG umumnya dapat dibagi menjadi 3 yaitu (Anonim, 2010).

a. Data grafis

Data grafis dibagi menjadi data-data raster dan data-data digital:

1) Data raster adalah semua data digital yang didapat dari hasil scanning dan data-data lain yang belum dalam format vector.

2) Data digital adalah data-data digital yang didapat dari hasil digitasi yang telah dilengkapi engan data-data teks dan data-data atribut lainya. Misalnya, jaringan jalan beserta namanya, Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan anak-anak sungainya.

b. Data Tabular

Data tabular adalah data-data selain data grafis yang berupa data pendukung, berupa teks, angka dan data pendukung lain.

(25)

c. Data Vector

Data vector adalah data-data digital atau data-data yang telah diubah kedalam bentuk digital dan telah dilengkapi dengan data-data objek atau informasi objek.

4. Prosedur dalam SIG a. Input

Tahap ini meliputi pemasukan data, yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat digitizer, mouse, keyboard, scanning, dan sebagainya. b. Analisis

Analisis ini meliputi kegiatan-kegiatan seperti overlay, pembuatan peta tematik dan sebagainya.

c. Output

Hasil analisis dari penggabungan beberapa peta dapat berupa peta tematik, diagram model, atau yang lain. Secara umum hasil output dibagi menjadi dua yaitu output grafis dan output non-grafis. Output grafis seperti peta tematik, grafis dan sebagainya. Sedangkan non grafis yaitu data-data hasil analisis yang berupa data-data teks.

5. Sumber Data

Menurut Paryono (1994), Sistem informasi geografiss memerlukan data masukan agar dapat berfungsi dan memberikan informasi lain hasil analisisnya. Data masukan tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu:

a. Data lapangan, data ini diperoleh langsung dari pengukuran lapangan secara langsung. Contoh data hasil pengukuran lapangan adalah data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, dan lain sebagainya

(26)

16

berdasarkan teknik perhitungan. Pada umumnya data ini merupakan sumber data attribute.

b. Peta analog, antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya. Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dan sebagainya. Referensi spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya dipermukaan bumi pada peta digital yang dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vector.

c. Data citra pengindraan jauh, citra pengindraan jauh yang berupa foto udara atau radar dapat diinterprestasikan terlebih dahulu sebelum dikonversikan ke dalam bentuk digital melalui pelarikan atau scanning. Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah diadakan koreksi seperlunya. Data penginderaan jauh biasanya ditampilkan dalam format raster.

E. Pengertian Kartografi

Kartografi di definisikan sebagai gabungan dari ilmu seni dan teknik dalam pembuatan (penggambaran) peta. (Sosrosodarsono, 1997 dalam Syarifuddin, 2013). Pengertian ilmu seni dan teknik dapat diuraikan lebih terperinci lagi sebagai berikut:

1. Ilmu yaitu penentuan ukuran kertas (A0, A1, A3 dan sebagainya), symbol yang digunakan, ukuran pena/pensil/rapido yang digunakan dan jenis kertas yang digunakan kertas kalkir, drafting film, dan lain-lain.

2. Seni yaitu penghalusan gambar, pewarnaan gambar, penggunaan simbol. Penggunaan huruf, dan lain-lain.

(27)

3. Teknik yaitu pengeplotan objek (titik, pohon, bagunan, dll), interpolasi kontur (bila menggunakan cara manual), pembuatan Grid, sistem koordinat, legenda, dan lain-lain.

F. Dasar Teori Peta 1. Peta

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambarkan pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu (Prihandito, 1988). Istilah peta digunakan di dalam bayak bidang pengetahuan sebagai suatu model penyajian, yang memungkinkan seseorang menangkap kesan struktur fenomena yang disajikan. Oleh karna itu pemetaan tidaklah sekedar menyajikan: namun juga mengetahui fenomena yang akan di petakan (Menno-jan Kraak dan Ferjan Ormeling, 2007).

Peta dapat didefinisikan sebagai gambaran dari sebagian permukaan bumi pda bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu (Basuki, 2006 dalam Syarifuddin, 2013). Lebih lanjut bahwa peta dapat digolong-golongkan berdasar beberapa hal sebagai berikut :

a. Atas dasar pengukuran 1) Peta teresteris 2) Peta fotogrametris 3) Peta radargrametris 4) Peta videografis 5) Peta satelit b. Atas dasar skala peta

1) Peta skala kecil (< 1:250.000)

(28)

18

3) Peta skala besar (1:5000 - 1:50.000)

4) Peta skala sangat besar/peta teknik (> 1:5000) c. Atas dasar isinya

1) Peta umum (topografi) 2) Peta khusus ( tematik) d. Atas dasar penyajianya

1) Peta garis adalah peta yang penyajianya dalam bentuk garis dan simbol-simbol tertentu.

2) Peta foto adalah peta yang penyajianya dalam bentuk foto yang telah direktifikasi sehingga skalanya seragam dan dilengkapi dengan garis kontur.

3) Peta digital adalh peta dalam bentuk data digital, baik dalam bentuk data vector, raster, atau kombinaasi keduanya. Hasil cetakan dari peta digital pada dasarnya adalah peta garis apabila datanya dalam bentuk vector, ataupun peta foto jika datanya dalam bentuk foto atau citra.

e. Atas dasar hirarkhinya 1) Peta manuskrip 2) Peta dasar 3) Peta induk 4) Peta turunan 2. Skala

Skala peta adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan (Anonim, 2012). Berdasarkan tipenya skala peta dibedakan menjadi 3 yaitu:

(29)

a. Skala angka

Skala angka adalah skala yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sebenarnya dengan angka. Misal 1:1.000.000 menyatakan 1 cm atau 1 inchi di peta sama dengan 1.000.000 cm atau 1.000.000 inchi di permukaan bumi.

b. Skala garis

Skala grafik ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam beberapa ruas dan setiap ruas menunjukkan satuan panjang yang sama.

c. Skala inchi/verbal

Skala verbal adalah skala yang dinyatakan dengan kalimat atau secara verbal. Skala ini sering terdapat pada peta-peta yang tidak menggunakan satuan pengukuran matrik seperti peta-peta di Inggris. Misal 1 inchi untuk 16 mil, 1 cm untuk 1 km.

3. Proyeksi Peta

Menurut Mutiara (2004) dalam Prayitno (2013) proyeksi peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisik bisa digambarkan di atas bidang datar (peta). Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi dapat diasumsikan sebagai bidang datar.

Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut bidang proyeksi yang digunakan jenis proyeksi peta terdiri dari proyeksi kerucut, proyeksi silinder, dan proyeksi azimuthal. Pemilihan proyeksi peta terdapat beberapa hal yang harus di pertimbangkan seperti yang dinyatakan oleh Mutiara (2004) dalam Prayitno (2013) yaitu:

(30)

20

a. Tujuan penggunaan dan ketelitian yang digunakan b. Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan

c. Ciri-ciri asli yang ingin di pertahankan atau syarat geometric yang akan di penuhi

4. Fungsi – Fungsi Peta

Fungsi peta adalah menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi, memperlihatkan ukuran (luas dan jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi, menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi, membantu peneliti sebelum melakukan survey dengan mengetahui kondisi daerah yang akan di teliti, menyajikan data tentang potensi suatu wilayah, alat analisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan, alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang akan diajukan , alat untuk mempelajari hubungan timbal balik antara fenomena-fenomena geografi di permukaan bumi (Nurdin, 2008 dalam Prayitno, 2013).

Fungsi peta adalah menyajikan suatu informasi tentang suatu objek kepada pembaca peta, agar informasinya mudah diterima dan cepat di pahami, maka cara penyampaiannya harus jelas, dengan bahasa sederhana. Bahasa peta adalah symbol-simbol yang merupakan system komunikasi antara pembuat peta dengan pembaca peta. Pokok permasalahannya adalah bagaimana membuat simbol- simbol dan menempatkan kedalam ruang peta sehingga pembaca dapat membacanya dengan mudah dan menafsirkan artinya dengan benar.

Sehubungan dengan informasi yang akan disajikan dalam peta, perlu kejelasan mana informasi utama dan mana informasi tambahan agar peta mudah

(31)

dipahami isinya. Dalam hal ini informasinya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

b. Informasi dasar, yaitu unsur-unsur peta dasar yang perlu atau tidak perlu disajikan sebagai latar peta tematik.

c. Informasi pokok, yaitu informasi yang berkaitan dengan tema tematik. Apakah hutan perlu diklasifikasikan atau distratifikasi. Apakah batas fungsi hutan atau batas administrasi perlu dicantumkan.

d. Informasi menunjang, yaitu informasi yang diharapkan dapat melengkapi informasi pokok untuk dicantumkan dalam peta.

Informasi apa saja yang perlu dicantumkan pada peta tematik sulit dirinci. Hal ini sangat tergantung kepada tema peta, tersediannya data dan karakteristik serta relavasinya. Apabila unsur-unsur dan informasi terlalu banyak, maka petanya akan menjadi rumit dan sukar dibaca, sedangkan informasinya terlalu sedikit, peta menjadi kurang informatif.

G. Global Position Sistem (GPS) 1. Pengertian GPS

GPS atau singkatan dari Global Positioning System merupakan suatu teknologi pemantau posisi dibumi yang memanfaatkan teknologi satelit. Untuk menjalankan sistem ini, selain satelit GPS juga dibutuhkan perangkat penerima sinyal GPS (GPS receiver). GPS receiver inilah yang berfungi sebagai titik tujuan yang menentukan lokasi bumi (Supriono, 2010).

GPS merupakan alat untuk pengambilan data spasial yang paling mudah, cepat, murah dan akurasinya bisa di pertanggung jawabkan. Saat ini GPS bukan lagi merupakan alat survey yang mahal atau terlalu rumit untuk di aplikasikan. Dengan menggunakan GPS genggam saja sudah bisa dilakukan kegiatan survei

(32)

22

dan hasil dari survei dapat digunakan sebagai data dasar dalam melakukan kegiatan perencanaan. GPS bisa menghasilkan data spasial berupa titik, garis dan polygon. Data- data menyangkut lokasi seperti lokasi infrastruktur seperti jembatan, gardu listrik, lokasi pusat pemerintahan mulai dari desa sampai ke provinsi, lokasi pusat pelayanan seperti puskesmas. Pada survei untuk fitur line dilakukan pada survei jalan, sungai atau juga perencanaan untuk saluran air dan batas wilayah dengan menggunakan GPS. Sementara data polygon atau area dapat dilakukan pada survey untuk landuse, survey untuk perencanaan wilayah lindung dan banyak lagi.

Kemudahan teknologi menjadi faktor penunjang lainnya sehingga penggunaan GPS menjadi pilihan yang paling mudah dalam mengambil data GPS. Saat ini GPS terkoneksi dengan software GIS sehingga bisa mempermudah pengolahan data dari GPS untuk langsung menjadi data digital peta dalam Software . Setelah data GPS dikonversi dalam peta digital, langkah selanjutnya adalah menambahkan data base sebanyak mungkin yang dilakukan dengan menggunakan software.

H. Map Source

Menurut Anonim (2014), MapSource adalah perangkat lunak dari Garmin untuk melihat peta, titik arah, rute dan track, dan mentransfernya dari perangkat GPS Garmin. Hal ini termasuk dengan beberapa perangkat GPS Garmin, dan dengan beberapa peta produk Garmin. Map Source berjalan pada Windows . Hal ini juga dapat dijalankan pada Linux menggunakan Wine, lihat Anggur MapSource.

Versi update dari MapSource tersedia untuk men-download secara gratis. Tapi ini tidak akan menginstal kecuali memiliki versi sebelumnya sudah

(33)

terpasang. Ada cara untuk menghindari pembatasan ini. misalnya menginstal Garmin Pusat Pelatihan atau basecamp pertama, kemudian menginstal MapSource akan bekerja. Atau melihat metode lain: Instal MapSource tanpa media yang Map Source tidak lagi didukung oleh Garmin, dan telah digantikan oleh BaseCamp. BaseCamp tersedia untuk men-download secara gratis, dan memiliki sebagian besar fitur dari MapSource. Meskipun bekerja agak berbeda, misalnya semua titik arah / track ditambahkan ke database tunggal, bukan file terpisah. BaseCamp tidak memiliki beberapa fitur yang ada di Map source, misalnya menghubungkan ke perangkat GPS dengan koneksi serial

I. ARCGIS 10

ArcGIS merupakan salah satu aplikasi perangkat lunak system informasi geografis yang dikembang oleh Environmental System Research Institute (ESRI) yang telah banyak dipakai baik akademisi, militer, pemerintah, maupun masyarakat dunia dalam membuat aplikasi yang berbasis sistem informasi geografis (Zakaria, 2011 dalam Prayitno, 2013).

Menurut Prahasta (2011) dalam syarifuddin (2013) data spasial sebagai ilustrasi dan sarana untuk menunjukan fungsionalitas atau fitur aplikasi SIG ArcMap, yang paling penting tingkat pemahaman yang baik mengenai konsep, ide, atau tujuan yang akan dicapai oleh bahasan atau materi SIG yang bersangkutan beserta urutan langkah-langkah operasionalnya (di dalam aplikasi ArcMap).

Selanjutnya dikatakan ArcGis Desktop merupakan kumpulan aplikasi perangkat lunak SIG utama yang berbasis Desktop Ms. Windows yang digunakan untuk mengomplikasikan, menuliskan, menganalisis, sharing, memetakan dan mempublikasikan informasi spasial. Sistem ini terdiri dari

(34)

24

Arcmap, ArcCatalog, ArcToolbox, ArcGlobe, ArcRader, dan model Builder dengan beberapa tingkatan fungsionalnya: ArcGIS, (terfokus pada fungsionalitas penggunaan, pemetaan, dan analisis data komprehensif), ArcEditor (menambahkan fungsionalitas pembuatan data dan editing unsur – unsur spasial lanjut), ArcInfo (merupakan perangkat lunak SIG desktop professional dengan fungsionalitas yang lengkap, termasuk tool geoprocessing yang banyak).

1. Komponen-komponen ArcMap antara lain : a) Table Of Contents (TOC)

Gambar 1. Tampilan ArcGis 10

Merupakan list atau daftar isi data yang ditampilkan dalam Map Area. TOC terdiri atas data Frame yang berisi layer-layer yang mempresentasikan data yang ada. Beberapa fungsi yang dapat dilakukan dalam TOC antara lain :

1) Menyusun susunan layer.

2) Mengaktifkan layer dan me-nonaktifkan layer.

3) Melihat system koordinat yang digunakan (Layer Properties). 4) Membuka table attribute data spatial (Open Attribute Table)

(35)

TOC juga menyediakan fasilitas symbology yang merepresentasikan muka bumi yang diwakili oleh symbol (baik bentuk maupun warna) dari feature (point, line, maupun polygon) berdasarkan attribute dapat di sesuaikan melalui TOC.

Selain symbology TOC juga dapat melakukan fungsi labeling yang mana fasilitas ini berungsi unutk mempermudah user dalam memahami isi peta tersebut.

Gambar 2. Table Of Contents b) Arc Toolbox

ArcToolbox merupakan kumpulan alat bantu yang disediakan untuk melaksanakan operasi-operasi tertentu pada ArcGis. Tampilan ArcToolbox yaitu berupa tools yang ditampilkan pada folder-folder ArcToolbox berdasarkan fungsi.

c) Search

Satu hal yang baru di ArcMap 10 yaitu terdapat fasilitas search. Fasilitas ini menyerupai alat browsing pada layanan mesin pencari. Melalui

(36)

26

fasilitas ini, user dapat mencari data spatial, data project. dan tools local server

Gambar 3. Tampilan Search d. Toolbar

Merupakan kumpulan tool yang diletakkan didalam bar. Secara logis toolbar memiliki tool-tool yang berkaitan secara erat dalam melaksanakan operasi-operasi tertentu. Berikut ini beberapa contoh tools standart yang terdapat pada ArcMap 10 yaitu :

1) Toolbar Tools

(37)

2) Toolbar Standart

Gambar 5. Toolbar Standart e. ArcCatalog 10

ArcCatalog merupakan bagian dari ArcGis yang digunakan untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing), membagi (distribution), dan menyimpan (documentation) data-data SIG. Secara sederhana fungsi dari ArcCatalog ialah manajemen data.

(38)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang sebagai wilayah yang dikaji. Data yang diperoleh di lapangan di olah di laboratorium Geomatika Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Waktu

Kegiatan penelitian ini membutuhkan waktu 8 bulan yaitu dari Januari-Agustus 2015. Meliputi, penyusunan proposal, pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan penelitian.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang di gunakan dalam kegiatan penelitian sebagai berikut :

a) GPS Navigasi, digunakan sebagai alat memperoleh koordinat di lapangan.

b) Komputer, digunakan sebagai perangkat keras untuk mengolah data yang diperoleh di lapangan.

c) ArcGis, digunakan sebagai perangkat lunak untuk mengolah data yang diperoleh di lapangan.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian sebagai berikut :

a) Peta Administrasi Samarinda Tahun 2014, digunakan sebagai acuan pengolahan data

(39)

c) Baterai, berfungsi sebagai pengganti apabila baterai yang dipakai habis. C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian ada beberapa tahapan antara lain :

a) Persiapan andministrasi

Persiapan ini antara lain pembuatan proposal, surat perijinan, pembuatan tally sheet, penyusunan rencana kerja, dan konsultasi dosen pembimbing penelitian.

b) Persiapan di laboratorium

Mempersiapakan alat-alat yang akan digunakan seperti perangkat lunak dan perangkat keras dan tidak lupa hasil data di lapangan. Pada tahapan ini dilakukan di laboratorium Geomatika Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

c) Persiapan di lapangan

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatunya untuk memperlancar penelitian antara lain:

1) Melakukan survey terlebih dahulu dimana penelitian akan dilaksanakan.

2) Mencari info batas-batas areal yang akan di laksanakan penelitian. 3) Perencanaan alat yang akan digunakan untuk penelitian yang sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi lapangan yang dilaksanakan penelitian.

(40)

30

2. Pengambilan Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung baik dengan cara pengukuran/pengambilan sampel, perhitungan, pengamatan langsung terhadap objek yang terdapat dilapangan. Data primer berupa jaringan jalan, luas wilayah Kelurahan Sungai Keledang yang diukur dengan menggunakan alat GPS navigasi yang diambil dilapangan.

b. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian karena suda tersedia dan tinggal mencari serta mengumpulkan. Data sekunder yang didapat adalah berupa peta administrasi kota Samarinda Tahun 2014. Dan hasil wawancara pada Tanggal 30 Juni 2015 yaitu bahwa kelurahan Sungai Keledang adalah kelurahan tertua. Saat ini Kelurahan Sungai Keledang merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Samarinda Seberang akan tetapi pada hari selasa Tanggal 23 September 2014 bertempat di kelurahan Sungai Keledang (induk) Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda provinsi Kalimantan timur, telah diadakan kesepakatan penetapan batas wilayah kelurahan pemekaran antara kelurahan Sungai Keledang. Pengambilan data dilapangan atau data primer dilakukan dengan menggunakan alat GPS Navigasi, dengan mencatat (easting, northing, dan elevation). Dimana pengambilan data di lapangan yaitu dengan mengambil titik-titik koordinat di setiap perubahan batas-batas Kelurahan sungai keledang, jaringan jalan berupa jalan utama (Arteri) dan jalan cabang (Lokal).

(41)

3. Pengolahan Data

Setelah data-data/tabel-tabel di atas terisi. Maka langkah selanjutnya adalah tahapan pengolahan data yang diperoleh di lapangan. Data-data yang diperoleh di lapangan kemudian dibawa ke laboratorium Geomatika Program Studi geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk dilakukan perhitungan dan pengolahan. Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan maka terlebih dahulu melakukan download data pada alat yang digunakan pada waktu penelitian di lapangn. Dalam perhitungan dan pengolahan data di lapangan, menggunakan software ArcGis.10

Pada saat pengolahan dengan software ArcGIS data yang diperoleh di lapangan akan di padukan dengan peta dasar administrasi hingga mendapatkan hasil yang akurat. Pengolahan data terdiri dari luas wilayah, jaringan jalan, ploting hasil pengukuran di lapangan, pemetaan, input data atribut. Hasil akhir yang diperoleh berupa Peta Luas Wilayah Dan Jalan Kelurahan Sungai Keledang.

(42)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian yang sudah dilakukan didapatkan data berupa dataluas wilayah dengan titik-titik koordinat (waypoint)dandata totalpanjang jalan baik itu jalan utama (arteri) maupun jalan cabang (lokal)trackingdi Kelurahan Sungai Keledang.

1. Luas Wilayah Kelurahan Sungai Keledang

Pengukuran luas dilakukan dengan metode waypoint yang menghasilkan data poligon tertutup. Hasil pengukuran ini diproses sehingga menghasilkan luas areal kelurahan Sungai keledang. Data pengukuran luas wilayah ditampilkan dalam Tabel 1 di bawah ini sedangkan titik-titik koordinat dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Luas Kelurahan Sungai Keledang

No Nama kelurahan Luas wilayah (Hektar)

1 Sungai Keledang 281,65

2. Pengukuran Jalan Kelurahan Sungai Keledang

Pengukuran jalan ini dilakukan dengan metode track. Jenis jalan yang diukur yaitu jalan utama (arteri)dan jalan cabang (lokal). Hasil pengukuran panjang jalan utama dan cabangdi lapangan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3dibawah ini dan hasil trak di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Jjalan Utama (Arteri)di Kelurahan Sungai Keledang

No Nama jalan Panjang jalan

(meter)

1 Jl. Bung Tomo 1723,11

2 Jl. APT . Pranoto 1195,82

3 Jl. Cipto mangukusumo 564,88

(43)

Tabel 3.Hasil Pengukuran Jalan Cabang (Lokal) di Kelurahan Sungai Keledang

No Nama jalan Panjang Jalan

4 Jl. Datu Iba 493,85 5 Jl. Hj. Jahrah 260,32 6 Jl. Padat Karya 323,73 7 Jl. Datu Umar 592,68 8 Jl. Reel 697,71 9 Jl. Perumahan Sumalindo 1295,35

10 Jl. Abul Sani Gani 530,26

Total 6003,64

3. Peta Luas dan Jalan Di Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang

Dari semua data-data yang di peroleh dibuat sebuah peta dengan menggunakan perangkat lunak yaitu arcgis 10, baik itu data batas wilayah maupun panjang jalan utama dan jalan cabang. Lebih jelasnya dari hasil pembuatan peta ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

(44)

Sungai Mahakam

Kelurahan Sungai Keledang Jl. B ung T omo Jl. APT. Pranoto Jl. C ipto Man gunk usum o Jl. Hj. Jahrah

Jl. Reel Jl. Perumahan Sumalindo

Jl. Datu Iba Jl. Datu Umar

Jl. Nuruddin

Jl. Abdul Sani Gani

Jl. Padat Karya

Kelurahan Rapak Dalam Kelurahan Baqa

Kelurahan Gunung Panjang

513000 513000 514000 514000 515000 515000 516000 516000 99 41 00 0 99 42 00 0 99 42 00 0 99 43 00 0 99 43 00 0 99 44 00 0 99 44 00 0 Peta

Batas dan Jalan Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang

1:20,000

Dibuat Oleh: Rina Purnama Sari

NIM. 120500177 Skala :

Keterangan : Jalan Utama Jalan Cabang

Kelurahan Sungai Keledang Kelurahan Baqa

Kelurahan Rapak Dalam Kelurahan Gunung Panjang Sungai Mahakam Batas Kelurahan

2

U

Areal yang dipetakan

Proyeksi Sistem Grid Datum Sumber Peta:

1. Peta Administrasi Kota Samarinda Tahun 2014

2. Data Lapangan GPS Garmin 60 csx Tanggal 12-14 Juli 2015 : Transverse Mercerator

: Grid UTM

: WGS 84 UTM Zona 50S

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

(45)

B. Pembahasan 1. Luas Wilayah Kelurahan Sungai Keledang

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan langsung diperoleh luas arealKelurahan Sungai Keledang,luas secara keseluruhan berdasarkan data dari Tabel 1 yang diolah menggunakan program aplikasi ArcGis 10 yaitu seluas 281.65 hektar. Sebelum terjadinya pemekaran luas wilayah Kelurahan Sungai Keledangyaitu seluas 589,14 hektar, setelah adanya pemekaran luaskelurahan Sungai Keledang menjadi 281,65 hektar. Dengan adanya pemekaran ini luas kelurahan Sungai Keledang mengecil dari luas wilayah sebelumnya.

Batas Kelurahan Sungai Keledang yang terbaru setelah terjadinya pemekaran adalah pada bagian Utara berbatasan dengan Kelurahan Baqa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gunung Panjang, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Rapak Dalam dan sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Mahakam. Batas sebelah Selatan mengalami perubahan setelah terjadinya pemekaran, yang dulunya sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Harapan Baru sekarang berbatasan dengan Kelurahan Gunung Panjang.

2. Pengukuran Jalan Kelurahan Sungai Keledang

Pengukuran telah dilakukan berdasarkan pengambilan data di lapangan sehingga diperoleh data berupa datatrack, kemudian data - data tersebut diolah menggunakan softwareArcGis 10 dengan cara menginput semua data sesuai keadaan jalan yang ada di lapangan atau dengan melihat sketsa jalan KelurahanSungai Keledang. Pengambilan data-data di lapangan diambil di kiri jalan sehingga tidak mengganggu kendaraan yang lewat.

(46)

35

Kelurahan Sungai Keledangadalah salah satu kelurahan yang padat penduduknya.Jalan yang ada di kelurahan ini terdapat 10 jalan yang terdiri 3 jalan utama(arteri) dan 7 jalan cabang (Lokal). Jalan utama memiliki total panjang yaitu 3483,81 meter, Sedangkan untuk jalan cabang total panjang 6003,64 meter. Total panjang jalan utama meliputi Jalan Bung Tomo dengan panjang 1723,11 meter berbatasan dengan JalanAPT Pranoto dengan panjang 119,825 meter dan Jalan Cipto Mangunkusumo memiliki panjang 564,88 meter. Sedangkan total Jalan Cabang meliputi jalan Datu Iba memiliki panjang 493,85 meter, jalan Hj. Jahrah memiliki panjang 260,32 meter, Jalan Padat Karya memiliki panjang 323,73 meter, Jalan Datu Umar memiliki panjang 592,68 meter, jalan Reel memiliki panjang 697,71 meter, Jalan Perumahan Sumalindo memiliki panjang 1295,35 meter danJalan Abdul Sani Gani memiliki panjang 530,26 meter.

Pada jalan utama (arteri) seluruh kondisi jalan sudah baik,beraspal (cor) dan memiliki 2 jalur sehingga lalu lintas berjalan dengan lancar, aman dan jarang terjadi kecelakaan. Terdapat simpang 3 pada ujung jembatan Mahakam dimana dipasang traficklight. Sepanjang jalan arteri juga sudah banyak dipasang rambu-rambu lalu lintas seperti dilarang parkir, dilarang stop dan marka jalan.Jalan cabang (lokal) kondisinya tidak sebaik seperti jalan utama karena ada beberapa titik kerusakan jalan yaitu pada Jalan Padat Karya walaupun sudah dicormasih ada jalan yang berlubang dan belum mendapatkan perbaikan jalan. Jalan Jahrah yang menyisiri Sungai Mahakam kondisinya juga sudah dicor, tetapimasihterdapat jalan yang berlubang dan belum juga diperbaiki. Jalan Datu Iba kondisi jalan sudah dicor dan relatif lebih lebar dibandingkan dengan jalan cabang lainnya. Jalan Datu Umar merupakan sambungan dari Jalan Datu Iba

(47)

dimana kondisi jalan juga sudah bagus, sudah dicor. Jalan Abdul Sani Gani dan Jalan Reelserta Jalan Perumahan Sumalindo kondisi jalan bagus, sudah dicor dan tidak ada berlubang.

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kelurahan Sungai Keledang memiliki luas 281,65 hektar dengan batas yaitu utara berbatasan dengan kelurahan baqa, selatan berbatasan dengan gunung panjang, barat berbatasan dengan sungai Mahakam dan timur berbatasan dengan rapak dalam

2. Jalan utama (arteri) ada 3 jalan dengan total panjang yaitu 3483,81 meter dan jalan cabang (lokal) terdapat 7 jalan dengan total panjang 6003,64 meter.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran-saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Perlu adanya penelitian lanjutan pada lokasi yang sama dengan alat yang berbeda dan lebih canggih sehingga data dan hasil peta lebih akurat.

2. Untuk memaksimalkan suatu penelitian disarankan kerja tim khususnya penelitian bidang pengukuran.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Sistem Informasi Geografis dengan AutoCad Map.

Andi,Yogyakarta

Anonim. 2010. http://belajarpintaronline.blogspot.com/2012/skala-peta-dan-kegunaan-peta.html. (diunduh pada tanggal 12 januari 2015)

Anonim. 2012 http://belajarpintaronline.blogspot.com/2012/02/skala-peta-dan kegunaan-peta.html. (diunduh tanggal 4 Desember 2014)

Anonim. 2013 Sungai keledang

http://dds.bps.go.id/hasilSP2010/kaltim/6400.pdf (diunduh pada tanggal 2 Februari 2015)

Menno-jan Kraak dan Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi. Gadjah Mada University Press. Hal-35. Yogyakarta.

Prastiwi, Ika. 2012. Informasi Kondisi Jalan Di Kecamatan Palaran. Karya ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Prayitno, Eko 2013. Pemetaan Batas Wilayah Dan Fasilitas Umum Dikelurahan Bukuan Kecamatan Palaran Kota Samarinda. Karya ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Paryono, 1994. Sistem Informasi Geografis. Andi, offset Yogyakarta Priahandito, A. 1988. Pengertian Peta:

http://www.google.co.id/search/q=pengertian+peta+menurutbeberapaahl i (diunduh tanggal 5 Desember 2014).

Supriono N. 2010. http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/search-engine-and-seo/2013341-cara-menggunakan-gps/#ixzz1Zua1c3Lo (Diunduh pada tanggal 5 Januari 2015).

Syarifuddin. 2013. Rekonstruksi Batas dan Jalan Wilayah Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir. Karya ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

(50)

41

Lampiran 1.

Tabel 3.Data KoordinatTitikBatasKelurahanSungaiKeledang

No Esthing(X) Nothing ( Y) Elevation (Z)

1 514662 9941531 52 2 514604 9941649 53 3 514575 9941727 52 4 514511 9941727 52 5 514346 9941833 52 6 514154 9941941 51 7 513666 9941996 51 8 513346 9942005 51 9 513346 9942064 51 10 513346 9942124 51 11 513356 9942193 52 12 513362 9942246 51 13 513372 9942345 51 14 513382 9942392 51 15 513409 9942464 51 16 513448 9942517 51 17 513481 9942560 51 18 513508 9942560 51 19 513531 9942597 51 20 513538 9942640 51 21 513564 9942696 50 22 513587 9942742 50 23 513590 9942802 50 24 513614 9942799 51 25 513650 9942808 51 26 513673 9942868 50 27 513686 9942931 50 28 513739 9943027 51 29 513796 9943093 51 30 513832 9943109 51 31 513858 9943142 50 32 513875 9943176 50 33 513921 9943205 51 34 513954 9943228 50 35 513958 9943262 50 36 513961 9943308 50 37 513977 9943321 50 38 514004 9943354 50 39 514027 9943397 49 40 514087 9943457 49

(51)

Tabel 3.LanjutanData Koordinat Batas Kelurahan Sungai Keledang 41 514139 9943516 49 42 514179 9943553 49 43 514209 9943556 49 44 514239 9943572 49 45 514270 9943601 49 46 514854 9943736 49 47 514930 9943442 48 48 515663 9942904 49 49 514715 9941627 48 50 514662 9941531 47 Lampiran 2.

Tabel 4. DataKoordinatJalanUtama (Arteri) Dan JalanCabang (Lokal) No Namajalan Panjang

(meter)

Keterangan Kondisijalan 1 Jl. Bung Tomo 1723,11 JalanUtama (Arteri) baik 2 Jl. APT. Pranoto 1195,82 JalanUtama (Arteri) baik 3 Jl. Ciptomangukusumo 564,88 JalanUtama (Arteri) baik 4 Jl. DatuIba 493,85 JalanCabang (Lokal) baik 5 Jl. Hj. Jahrah 260,32 JalanCabang (Lokal) berlubang 6 Jl. PadatKarya 323,73 JalanCabang (Lokal) berlubang 7 Jl. Datu Umar 592,68 JalanCabang (Lokal) Baik 8 Jl. Reel 697,71 JalanCabang (Lokal) baik 9 Jl.Perumahan Sumalindo 1295,35 JalanCabang (Lokal) baik 10 Jl. AbulSaniGani 530,26 JalanCabang (Lokal) baik

(52)

43

Lampiran 3

Gambar 8.Pengambilan titik batas dalam bentuk (waypoint)

(53)

Lampiran 3

(54)

45

Lampiran 4

Gambar

Gambar 1.  Tampilan ArcGis 10
Gambar 2. Table Of Contents  b)  Arc Toolbox
Gambar 4. Toolbar Tools
Gambar 5. Toolbar Standart  e.  ArcCatalog 10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelompok pasien penderita penyakit jantung yang diobati dengan menggunakan ring, peluang kegagalan penderita penyakit jantung untuk mampu bertahan hidup selama 100 bulan (±

a) Pre-renal (gagal ginjal sirkulatorik) yang disebabkan utama oleh hipoperfusi ginjal dimana terjadi hipovolemia. b) Renal (gagal ginjal initrinsik) yang disebabkan

02 Persentase narapidana yang mendapatkan layanan pembinaan narapidana sesuai standar 90 Persen 03 Persentase Narapidana/Tahanan/Anak yang mendapatkan layanan perawatan

Pada masa Pleistosen akhir hingga Holosen Awal, frekuensi jumlah serpih utuh lebih tinggi dibandingkan serpih rusak, namun pada Fase Holosen Tengah hingga Holosen Akhir,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat tebar dan pemberian pakan ampas tahu dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan biomassa, panjang mutlak

mat ai nawku htingnu hpe bai gaw gap shangut na matu, Israela ni hpe myit malai let Yehowa Karai Kasang hpang de bai gayin wa na matu hte, du na ra ai shawng lam asak hkrung lam

90 cm terdeteksi Tidak terdeteksi terdeteksi Tidak terdeteksi terdeteksi 120 cm Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak banjir lahar pascaerupsi Gunungapi Merapi 2010 terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kali Putih Kabupaten