• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Organizational behavior; social perseption, individual differencess: self concept, personality, ability, attitudes and emotion.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kasus Organizational behavior; social perseption, individual differencess: self concept, personality, ability, attitudes and emotion."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Coach Knight : The Will to Win

1971, Robert Montgomery Knigt aka “The General” disewa untuk memimpin program basket Universitas Indiana. Selama tiga dekade berikutnya, ia mengumpulkan salah satu catatan paling membuat iri dalam sejarah basket perguruan tinggi. Selama dia menangani UI, “the Hoosiers” (julukan UI) memenangkan kejuaraan basket tiga kali dan tumbuh menjadi salah satu waralaba olahraga paling dominan di akhir abad ke-20

Karir Knight yang bagus membuat dia masuk ke lima besar pelatih dengan kemenangan paling banyak di Divisi 1. Kontraknya dilaporkan bernilai lebih dari 1.5 juta dollar. Karena kepelatihannya sangat dihargai tinggi, dia diberikan control penuh atas setiap aspek dari program bola basket.

Selama bertahun-tahun, Coach Knight menjadi terkenal bukan hanya karena pencapaian yang mengagumkan tetapi juga karena gairah dan gaya kepemimpinannya. Dari para pemainnya, dia tidak mengharapkan kurang dari semua hal terbaik yang dapat mereka berikan, sepanjang waktu. Sayangnya, kinerja serta gairah tanpa henti dari Coach Knight untuk selalu unggul tidak selalu sama baiknya dengan rekor menang-kalahnya. Pada akhirnya, pendekatan uniknya akan permainan tidak hanya menghasilkan daftar pencapaian yang luar biasa tetapi juga daftar kontroversi yang juga sama menakjubkannya.

Menanggapi banyaknya tuduhan kepada dirinya, Coach Knight mengakui, “Beberapa kontroversi yang ada adalah hal yang benar. Saya memang melakukan beberapa hal bodoh, dan untuk beberapa di antaranya, saya minta maaf (meskipun untuk beberapa hal lainnya, saya masih menikmatinya).

Dan pada 10 September 2000, presiden Universitas Indiana, Myles Brand memecat Bob Knight. Dalam pemecetan tersebut, ia menguraikan “tuduhan bahwa pelatih telah mengasari” mahasiswa dan menunjukkan “pola perilaku yang tidak dapat diterima”.

The Will to Win (Keinginan untuk Menang)

Selain gairah untuk menang, Knight punya obsesi untuk kerja keras dan persiapan yang dibutuhkan untuk menang secara konsisten: “Di antara hal-hal yang saya percaya….salah satu hal yang ada di puncak: pentingnya persiapan. Kami berbicara dalam pembinaan tentang “pemenang” – anak-anak…yang tidak hanya akan membiarkan diri mereka atau tim mereka kalah. Pelatih menyebutnya keinginan untuk menang. Tetapi saya tidak. Saya pikir penekanannya terjadi di hal yang salah. Semua orang punya keinginan untuk menang. Hal yang jauh lebih penting adalah mempunyai keinginan untuk mempersiapkan kemenangan.”

Layaknya anak laki-laki yang tumbuh di kota kecil Orrville, Ohio, Knight belajar nilai disiplin, pelajaran yang kemudian menjadi ciri khasnya. Knight ingat: “Ayah saya adalah laki-laki paling disiplin yang pernah dia lihat. Kebanyakan orang, mereka mendengar kata disiplin dan hal pertama yang mereka pikirkan adalah tentang cambuk dan kursi. Saya telah mempelajari definisi saya sendiri. Dan hal tersebut membutuhkan waktu yang lama. Disiplin: lakukan hal yang harus

(2)

kau lakukan dan lakukan semampu yang kamu bisa, dan lakukan itu dengan cara yang sama sepanjang waktu.”

Sebagai pelatih, Knight menuntut disiplin di lapangan setiap hari. Dia tidak punya pemain favorit. Jika rekruitmen baru atau pemain di starting lineup bermain buruk, orang tersebut akan secara cepat menemukan dirinya sendiri di bangku cadangan atau jadi tim cadangan. Dalam wawancara pada tahun 1998 dengan majalah Esquire, Knight harus mengatakan hal ini kepada pemain guard bintangnya, Keith Smart (Smart baru saja dinobatkan menjadi Most Outstanding

Player tahun 1987 di Final Four): “Jika ada masalah dengan Keith Smart, kau akan melihatnya di

bangku cadangan. Begitulah ia menangani ego di Indiana. Kau lihat, bangku cadangan memberikanmu pesan, kemudian pesan itu terkirim ke otakmu, dan otakmu akan membuat Keith Smart bermain lebih baik.”

Kadang-kadang, Knight juga terkenal akan membuang pemain dari latihan jika tidak cukup bekerja keras. Jika terus-terusan begitu, ia akan mengancam mengambil beasiswa atau mengeluarkan mereka dari tim sama sekali. Bob Knight melihatnya sebagai tugas pribadi untuk menampilkan “pantang menyerah, semangat tak kenal lelah untuk mengajar anak-anak memahami permainan bola basket dan membawa pemahaman serta rasa komitmen ini dalam semua lapisan masyarakat.”

Sebagai tambahan selain menjalankan program bola basket, Bob Knight mengajar kursus yang dikenal sebagai “Metode Melatih” di Universitas Indiana.

Saya memikirkan hal itu selama 29 tahun. Saya bahkan tidak sanggup mulai untuk mengatakan kepada Anda jumlah catatan yang saya terima dari anak-anak atau orang-orang yang mengambil kelas tersebut dan mengatakan bahwa kelas itu adalah kelas terbaik yang pernah mereka ambil. Saya berani bertaruh bahwa 99% dari anggota fakultas di Indiana tidak pernah menerima surat dari anak-anak, mengatakan bahwa kelas ini adalah kelas paling penting atau kelas terbaik untuk masa depan. Dan saya mendengar hal tersebut secara konstan.

Dipenuhi dengan perencanaan yang cermat dan latihan tanpa cela, Coach Knight melatih bola basket. Alat untuk melatih termasuk push-up, wind sprint, dan penghinaan secara lisan. Beberapa pengamat merasa ia mendorong pemainnya terlalu keras, di luar batas-batas fisik dan psikologis yang wajar. Biografer John Feinstein mengatakan seperti ini:

Knight percaya – dan rekor atas dirinya seperti mendukung hal tersebut – bahwa sistem yang telah ia rancang bertahun-tahun adalah cara terbaik untuk bermain bola basket. Dia selalu berkata demikian kepada pemainnya. “Ikuti aturan kami, lakukan persis seperti yang dikatakan kepadamu dan kau tidak akan kalah,”. “Tapi anak-anak, kalian harus mendengarkanku.” Anak-anak mendengarkannya. Mereka selalu mendengarkannya. Tetapi mereka tidak selalu bisa mencerna dan terkadang, meskipun mereka melakukannya, mereka tidak selalu dapat melaksanakan seperti apa yang dikatakan kepada mereka.

(3)

Anak-anak perlu memahami bahwa kau – kau, pelatih – tidak akan puas hanya dengan kemenangan. Anak-anak akan puas dengan apa yang kau toleransi. Jika pelatih mentoleransi kesalahan, anak-anak akan puas dengan kesalahan. Steve Risley, yang bermain untuk kami pada 1978 hingga 1981, pernah berkata kepadaku di wawancara. “Dia selalu menginginkan permainan yang sempurna. Mungkin dia akan melatih selamanya dan tidak akan mendapatkannya.” Saya pikir mungkin hal itu benar. Terdapat beberapa waktu dimana saya lebih sedih ketika kami menang dibandingkan ketika kami kalah.

Salah satu usaha Knight untuk menanamkan “keinginan untuk menang” diilustrasikan dengan pemenang mengambil semua latihan yang ia ciptakan sewaktu melatih di West Point. Selamanya diabadikan sebagai “Bobby Ball”, salah satu mantan pemain di Angkatan mendeskripsikan pengalamannya.

Latihannya cukup sederhana. Pemain membentuk dua garis. Knight akan menggelindingkan bola ke lantai. (Setiap pemain dari setiap garis) akan terjun menyambut bola dan pertandingan dimulai (untuk melihat siapa yang mendapatkan bola dan mencetak skor). Hal itu seperti sepakbola tanpa bantalan, helm, dan efek peredam rumput.

Relationship with Players (Hubungan dengan para pemain)

Salah satu hubungan paling publik yang dimiliki Knight adalah dengan pemain bintang Steve Alford yang bermain di NBA dan kemudian melatih bola basket. Alford menggambarkan:

Saya tahu saya berada di tangan seorang pelatih basket yang besar. Saya kurang yakin, bagaimanapun, dengan seseorang seperti apa dia. Saya tidak dapat memahami kebutuhan dia untuk mengintimidasi orang-orang. Semua orang disekitarnya – pemain, asisten pelatih, fakultas, penulis olahraga terlihat tidak nyaman dengan hadirnya dia.

Bagian terburuk dari itu adalah, bagiku, kata kotor… saya tidak pernah (mendengar kata-kata tersebut) dalam jumlah sebanyak itu dan penuh kemarahan di belakang dia. Triknya, menurut salah seorang kakak angkatan, adalah untuk memahami bahwa Pelatih menggunakan kata-kata kotor untuk melatih, terdengar aneh.

Dan Dakich menawarkan saran untuk berurusan dengan kata-kata kotor mantan pelatihnya: “Ketika dia memanggilmu bajingan, jangan dengarkan. Tapi ketika dia mulai berkata kepadamu kenapa kamu itu bajingan, dengarkan. Dengan seperti itulah kau akan jadi lebih baik.”

Putra termuda Knight, Patrick, bermain untuk ayahnya di Indiana. Mengomentari keputusan Patrick untuk bergabung dengan tim ayahnya, Knight berkata “Patrick akan dilatih olehku selama 5 tahun, dan ketika selesai, memilikiku sebagai ayah dan pelatih Patrick akan membuatnya bangga.” Dalam suatu insiden yang terekspos public, Coach Knight dituduh menendang anaknya sewaktu pertandingan. Knight kemudian mengatakan bahwa dia tadinya akan menendang kursi dan Patrick tidak sengaja ada di dekat situ. Akhirnya, anaknya menjadi asisten pelatih.

Beberapa mantan pemain Knight menjadi pelatih di universitas (Mike Krzyzewski di Universitas Duke) dan NBA (termasuk Isiah Thomas dan Mike Woodson). Knight sangat bangga dengan

(4)

anak-anak yang dididiknya. Dia mengikuti nasib mereka dan terkadang menelepon mereka setelah kemenangan atau kekalahan besar.

The Many Faces of Coach Knight

Dalam kata-katanya, “Pelatih haruslah tirani, seorang yang lembut, orangtua. Banyak hal mengenai melatih sama halnya menjadi actor. Kau harus membuat dirimu sendiri menjadi beberapa hal pada waktu yang berbeda-beda. Terkadang apa yang kamu lihat belum tentu itu adalah dirimu sendiri.

Menurut salah satu penulis biografi, “Pendukung Knight…melihatnya sebagai seorang disiplin yang kuno yang karakternya dibangun atas cinta yang kuat. Sebagai respon terhadap kritik, Knight mengatakan: “Istri saya berpikir terkadang saya ini kuno. Apa yang harus saya katakan? Saya hanya menganggukkan kepala dan terus seperti itu.” Istrinya, di lain pihak, melihatnya seperti ini: “Orang-orang terkadang melihatnya sebagai seseorang yang temperamental. Dan yang saya lihat sehari-hari adalah yang saya katakan sebagai gairah yang besar untuk hidup. Dia memiliki gairah untuk setiap hal yang ia lakukan. Setiap hal.”

Respon terkait kritik yang mengatakan bawah “passion” dirinya terkadang melewati batas dan bahwa dia memiliki masalah dalam mengontrol amarah. Knight mengakui, “Ya tentu saja saya memiliki temperamental, tapi seringkali yang orang-orang lihat sebagai amarah adalah gairah saya yang berlebih yang bersemangat dalam membantu anak-anak untuk menjadi yang terbaik pada hal-hal yang akan mereka lakukan”

Knight bermain di kejuaran bola basket di Ohio State. Salah satu mantan rekan timnya, Mel Nowell, memuji Knight sebagai pelatih terbaik yang pernah dia kenal, tetapi dia tidak akan mengirimkan anaknya untuk dilatih Knight. Orangtua lain mungkin tidak setuju. Ada seorang anak yang mengalami kecelakaan tragis dan mengalami paralisis seumur hidup. Knight menghabiskan waktunya selama beberapa bulan ke depan untuk mengumpulkan dana dan ketika anak itu kembali ke sekolah, Knight menamainya kapten tim 1982 yang tidak akan pernah dimainkan anak tersebut.

Mentor Knight yang menjadi legenda di New York City, Joe Lapchick suatu waktu bertanya: “Seberapa penting bagimu untuk orang-orang menyukaimu?”

“Aku tidak pernah memikirkan hal itu. Aku suka dihargai sebagai pelatih, tapi aku tidak peduli apakah orang menyukaiku atau tidak”

“Bagus, jika kau khawatir apakah orang akan menyukaimu atau tidak, kau tidak akan pernah membuat keputusan tegas dengan benar.”

Link to Infamy (Hal-hal Buruk tentang Coach Knight)

Peson Bob Knight menjadi magnet untuk kontroversi. Pada tahun 1985 pada saat pertandingan melawan Purdue, Coach Knight sangat marah dengan keputusan wasit. Karena frustasi, dia mengambil kursi plastik di belakangnya dan melemparkannya ke lantai. Tidak kena orang tapi semua bisa melihatnya.

(5)

Dia adalah laki-laki yang melemparkan kursi: bermulut kotor, temperamental, penyerobot : banteng yang akan menyerobot setiap orang yang ada di jalannya – pemain, fans, direktur, sekretaris, bahkan anaknya sendiri. Dia seorang yang tak bisa disentuh, lepas kendali, kebanyakan testosterone, menyerbu di sekitar staffnya, keluarganya, dan istrinya. Menunggu dirinya meledak pada provokasi pertama. Orang-orang yang tidak tahu Bob Knight yakin mereka tahu tentang dirinya, sedangkan orang-orang yang sudah berteman bertahun-tahun mengatakan mereka tidak tahu sama sekali.

Knight mengatakan, “Sekian tahun kemudian, saya masih tidak paham apa itu ketenaran dan juga umur yang panjang itu.”

The Beginning of the End – A Policy of Zero Tolerance

Pada tahun 2000, Sport Illustrated merilis laporan investigasi tentang kenapa sejumlah pemain bertalenta meninggalkan program bola basket Universitas Indiana. Pada 14 Maret 2000, CNN/Sport Illustrated menayangkan temuannya dalam laporan bahwa beberapa mantan pemain Knight berbicara tentang pelecehan verbal dan fisik.

Selama investigasi, rekaman video muncul (diperoleh dari anggota staff yang dipecat oleh Knight) tentang latihan bola basket UI tahun 1997. Dalam video yang agak buram dan berdurasi panjang, terlihat Coach Knight mencekik leher Neil Reed. Reed menyatakan bahwa ia tersedak, meskipun Knight membantah dan berargumen bahwa tidak ada dia mencekik.

Sebagai respon terhadap insiden ini, Knight mengatakan bahwa dia memang memegang semua pemain yang bermain untuknya. Knight mengatakan bahwa dia memegang pemain untuk meletakkan mereka di posisi yang benar, dan telah menggunakan cara itu selama 36 tahun karir melatihnya. Knight melihat hal ini bukanlah hal yang tidak biasa dan mengatakan bahwa suatu hal yang ia lakukan dengan satu pemain ia lakukan pula dengan banyak pemain.

Sebagai respon terhadap laporan Sports Illustrated, Dewan Pengawas UI mengadakan investigasi internal. Melihat 20 tahun terakhir karir Knight yang diwarnai kritik tapi juga banyak pendukung setia, Knight diskors selama 3 pertandingan dan didenda sebesar $30.000 karena perilaku yang kurang bisa mengontrol amarah dan berkonfrontasi dengan orang-orang. Sebagai tambahan terhadap skors dan denda, pada Senin 15 Mei 2000, kebijakan “zero tolerance” dikeluarkan. “Setiap insiden baru tentang perilaku yang tidak pantas akan berujung pada pemecatan secepatnya.”

The Final Straw

“Zero tolerance” akan berakhir kurang dari empat bulan, pada September 2000 Coach Knight bermasalah dengan muridnya.

Kent Harvey 19 tahun, anak tiri dari mantan pembawa acara radio yang mengkritik Knight, mengklaim bahwa pelatih telah mencengkeram lengannya dan mengutuknya setelah Harvey berperilaku tidak sopan kepada orang yang lebih tua. Knight mengatakan dia tidak pernah meninggikan suaranya tetapi dia mengaku telah mencengkeram lengan Harvey dan menguliahinya tentang adab yang santun kepada orang yang lebih tua.

(6)

Dalam hitungan hari, Knight dipecat. Postcript

Pada musim gugur 2000, Bob Knight tidak punya tim untuk dilatih.

Maret 2001, Texas Tech menawari Knight untuk melatih meskipun ditolak petisi 50 profesor tapi Knight tetap disambut oleh fansnya.

Gaji pokoknya $250.000

Tidak ada ketentuan yang dimasukkan terkait perilaku/tindakan personal

Tim basket yang dia warisi tidak pernah menang selama empat tahun. Knight kemudian mengubah segalanya. Pada tahun pertamanya, timnya mencetak rekor 23-9. Hasil ini diikuti dengan tiga musim kemenangan berturut-turut, semua dicapai dengan pemain-pemain yang tidak pernah ia recruit. Coach Knight telah kembali

Pada 5 Februari 2003, Bob Knight mencapai 800 kemenangan dalam karirnya Tapi apakah dia berubah?

Waktunya selama di Texas Tech tidak luput dari kontroversi. Desember 2003 dia berkata kotor selama wawancara langsung di radio ESPN.

Februari 2004 ada tuduhan Knight berkonfrontasi verbal dengan rektor universitas sehingga ia ditegur.

Juni 2004, Knight ditawari perpanjangan kontrak hingga 2009\ Analisis Kasus

Referensi

Dokumen terkait

membangun kemitraan pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dibuktikan denagn kerja sama dengan dari BLH Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan hasil penelitian

Urgensi penyelesaian ABMA/T untuk akuntabilitas dan tata kelola aset yang baik dengan fakta bahwa penyelesaian aset yang akan dialihkan haknya pada pihak ketiga masih

Tujuan penelitian ini adalah memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air di Kecamatan Cidahu, mengkaji variasi dari data deret waktu mata air yang

Kompleksitas yang terlibat dalam beroperasi di Negara-negara berbeda dan mempekerjakan kategori karyawan yang berbeda kebangsaan adalah suatu variable kunci yang

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu simpan terhadap kualitas soyghurt dengan penambahan susu bubuk krim atau skim yang ditinjau dari jumlah koloni

Alhamdulillahhirobbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Hubungan

Pada praktikum ini tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung secara auskultasi dan pengukuran dilakukan pada lengan bagian atas. Tekanan darah dari praktikan