Perusahaan Perseorangan
1. Pengertian perusahaan perseorangan
Perusahaan perseorangan adalah salah satu bentuk usaha yang dimiliki oleh seseorang dan ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dan kegiatan perusahaan (Basswasta:2002). Perusahaan perseorangan adalah usaha yang didirikan oleh seorang pengusaha (Hatta:)
Perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dimiliki, dikelola, dan dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab penuh terhadap semua resiko dan aktivitas perusahaan (Murti Sumarai, Jhon Suprianto:2003).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan perseorangan adalah suatu bentuk usaha yang didirikan, dimiliki, dan dikelola seseorang. Perusahaan perseorangan banyak sekali dipakai di Indonesia. Bentuk perusahaan ini biasanya dipakai untuk kegiatan usaha kecil, atau pada saat permulaan mengadakan kegiatan usaha, misalnya dalam bentuk toko, restaurant, bengkel, dll.
Walaupun jumlah perusahaan yang ada relatif banyak, tetapi volume penjualan masing-masing relatif kecil jika dibandingkan perusahaan lain.
Untuk pendirian perusahaan perseorangan, izin yang dikenakan secara relatif dapat dikatakan lebih ringan dan sederhana persyaratannya dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya. Selama ini
pemerintah tidak menentukan suatu kategori khusus tentang bentuk usaha ini, jadi tidak ada pemisahan secara hukum antara perusahaan dan kepentingan pribadi. Semua urusan perusahaan menjadi satu dengan urusan pribadi si pemilik perusahaan.
Jika seseorang menginginkan mendirikan perusahaan, dengan pilihan jenis usaha yang resiko perusahaan tidak begitu besar, kapital sendiri dari perusahaan yang didirikan tidak membutuhkan terlampau banyak dan apabila pengusaha memang ingin mengurus dan memimpin sendiri serta ingin menanggung akibat hukum yang mungkin terjadi tanpa bantuan orang lain adalah pilihan yang tepat jika ingin membentuk badan usaha perseorangan.
Pada masa sekarang ini pemerintah lebih memperhatikan pengimbangan usaha perusahaan-perusahaan kecil sebagai salah satu strategi pembangunan.
• Pengembangan perusahaan kecil melibatkan sejumlah besar sumber daya alam.
• Dalam jangka pendek dapat mengatasi masalah pembagian pendapatan yang pincang dan masalah pengangguran.
• Mempertinggi kemampuan produktif dari sumber daya manusia, karena mereka belajar pada tempat mereka bekerja.
• Meningkatkan kecepatan perubahan struktur ekonomi di semua daerah, juga penyebaran kegiatan ekonomi secara geografik.
2. Ciri-ciri perusahaan perseorangan
Adapun ciri-ciri perusahaan perseorangan antara lain : 1. Dimiliki perseorangan (individu atau perusahaan keluarga) 2. Pengelolaannya sederhana
3. Modalnya relative tidak terlalu besar
4. Kelangsungan usahanya tergantung pada para pemiliknya
5. Nilai penjualannya dan nilai tambah yang diciptakan relative kecil 3. Keburukan Perusahaan Perseorangan
1. Tanggung jawab tidak terbatas
Dalam perusahaan, tanggung jawab perusahaan terletak di tangan pemilik perusahaan, sehingga seluruh resiko atas perusahaan ditanggung oleh pemilik perusahaan. Jika perusahaan tidak dapat melunasi
seluruh hutangnya maka kekayaan pribadi menjadi jaminannya. 2. Besarnya perusahaan terbatas
Penanaman modal yang dijalankan oleh perusahaan perseorangan adalah terbatas, walaupun pemilik berusaha memperluas perusahaan, kredit yang diperolehpun terbatas pula.
3. Kelangsungan perusahaan tidak terjamin
Meninggalnya pemimpin atau dipenjarakannya pemilik perusahaan atau sebab lain sehingga tidak bisa mengelola perusahaan menyebabkan berhentinya aktivitas perusahaan.
4. Sumber keuangan terbatas
Karena pemiliknya hanya satu orang, maka usaha-usaha yang dilakukan untuk memperoleh sumber dana hanya bergantung pada kemampuan pemilik perusahaan.
5. Kesulitan dalam manajemen
Dalam perusahaan semua kegiatan seperti pembelian, penjualan, pembelanjaan, pencarian kredit, pengaturan karyawan dan sebagainya, dipegang oleh seorang pemimpin. Ini lebih sulit dibandingkan apabila manajemen dipegang beberapa orang.
6. Kurangnya kesempatan pada karyawan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan perseorangan ini akan tetap menduduki posisinya dalam jangka waktu yang relatif lama.
4. Kebaikan Perusahaan Perseorangan 1. Kebebasan bergerak
Pemilik perusahaan perseorangan mempunyai kebebasan yang sepenuhnya pada setiap tindakannya. Segala keputusan adalah mutlak harus dilaksanakan sesuai keputusan.
2. Menerima seluruh keuntungan
Hanya perusahaan perseorangan yang memungkinkan seluruh keuntungan diperuntukkan bagi seseorang.
3. Pajak yang rendah
Bagi perusahaan perseorangan hingga saat ini pemerintah tidak memungut pajak dari perusahaan itu sendiri. Pemungutan pajak hanya dilakukan pada pemilik yaitu, pajak penghasilan.
4. Rahasia perusahaan terjamin
Perusahaan perseorangan merupakan suatu jenis perusahaan dimana rahasia-rahasia dapat dijamin tidak akan bocor, lebih-lebih jika pemilik perusahaan itu sendirilah yang menjalankan segala tugas-tugas yang penting. Di beberapa perusahaan, keuntungan yang besar terletak atas dasar dipunyainya suatu proses atau formula rahasia yang tidak diketahui perusahaan lain.
5. Organisasi yang murah dan sederhana
Pada perusahaan perseorangan bagian-bagiannya tidak banyak seperti halnya PT karenanya ongkos yang dibutuhkan untuk itu adalah relatif rendah.
6. Peraturan minim
Jika pada persekutuan dengan firma, komanditer, PT, terdapat banyak peraturan-peraturan pemerintah yang harus dituruti maka perusahaan perseorangan hanya sedikit peraturan yang dikenakan.
7. Dorongan perusahaan
Pengusaha perusahaan perseorangan selalu berusaha sekuat tenaga agar perusahaannya mendapatkan keuntungan tanpa memperhatikan lamanya waktu bekerja dalam perusahaan.
8. Keputusan dapat cepat diambil
Keputusan-keputusan dalam perusahaan perseorangan akan dapat cepat diambil karena pemilik perusahaan dapat mengatur perusahaannya menurut kehendaknya yang sekiranya terbaik dan terefektif, juga karena tidak adanya perselisihan pendapat yang mengakibatkan perundingan yang berlarut-larut yang tentu saja merugikan apalagi dalam dunia bisnis.
9. Lebih mudah memperoleh kredit
Perusahaan perseorangan lebih mudah mendapatkan kredit karena tanggung jawab atau jaminannya tidak terbatas pada modal usaha sendiri saja tetapi juga kekayaan pribadi dari pemilik maka resiko kreditnya lebih kecil.
PENUTUP Kesimpulan
Dari beberapa pendapat para ahli diantaranya Basu swastha,Hatta dan Murti sumarai,Jhon suprianto yang memberikan pendapatnya mengenai perusahaan perseorangan dapat disimpulkan bahwa perusahaan perseorangan adalah suatu bentuk usaha yang didirikan,dimiliki,dikelola seseorang. Jika seseorang menginginkan mendirikan perusahaan, dengan pilihan jenis usaha yang resiko perusahaan tidak begitu besar, kapital sendiri dari perusahaan yang didirikan tidak membutuhkan terlampau banyak dan apabila pengusaha memang ingin mengurus dan memimpin sendiri serta ingin menanggung akibat hukum yang mungkin terjadi tanpa bantuan orang lain adalah pilihan yang tepat jika ingin membentuk badan usaha perseorangan.
Pada masa sekarang ini pemerintah lebih memperhatikan pengimbangan usaha perusahaan-perusahaan kecil sebagai salah satu strategi pembangunan.
Kelebihan perusahaan perseorangan adalah :
1. Seluruh laba menjadi miliknya. Bentuk perusahaan perseorangan memungkinkan pemilik
menerima 100% laba yang dihasilkan perusahaan.
2. Kepuasan Pribadi. Prinsip satu pimpinan merupakan alasan yang baik untuk mengambil
keputusan.
3. Kebebasan dan Fleksibilitas. Pemilik perusahaan perseorangan tidak perlu berkonsultasi
dengan orang lain dalam mengambil keputusan.
4. Sifat Kerahasiaan. Tidak perlu dibuat laporan keuangan atau informasi yang berhubungan
dengan masalah keuangan perusahaan. Dengan demikian masalah tersebut tidak dapat
dimanfaatkan oleh pesaing.
Sedangkan kelemahan perusahaan perseorangan adalah :
1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas. Artinya seluruh kekayaan pribadinya termasuk
sebagai jaminan terhadap seluruh utang perusahaan.
2. Sumber keuangan terbatas. Karena pemiliknya hanya satu orang, maka usaha-usaha yang
dilakukan untuk memperoleh sumber dana hanya bergantung pada kemampuannya.
3. Kesulitan dalam manajemen. Semua kegiatan seperti pembelian, penjualan,
pembelanjaan, pengaturan karyawan dan sebagainya dipegang oleh seorang pimpinan. Ini
lebih sulit apabila manajemen dipegang oleh beberapa orang.
4. Kelangsungan usaha kurang terjamin. Kematian pimpinan atau pemilik, bangkrut, atau
sebab-sebab lain dapat menyebabkan usaha ini berhenti kegiatannya.
B. FIRMA (FA)
1. Pengertian
Firma adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih
dengan nama bersama, dalam mana tanggung jawab masing-masing anggota firma
(disebut firmant) tidak terbatas; sedangkan laba yang akan diperoleh dari usaha tersebut
akan dibagi bersama-sama. Demikian pula halnya jika menderita rugi, semuanya ikut
menanggung (Basu Swastha, 1988:55).
Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk
menjalankan perusahaan dengan memakai nama bersama. Jadi ada beberapa orang yang
bersekutu untuk menjalankan suatu perusahaan. Nama perusahaan seperti umumnya
adalah nama dari salah seorang sekutu.
Ketentuan-ketentuan tentang firma ini diatur dalam pasal 16 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) yang bunyinya “Perseroan di bawah firma
adalah suatu persekutuan untuk menjalankan perusahaan di bawah nama bersama”.
Selain itu pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menyebutkan inti dari firma
yaitu bahwa tiap-tiap anggota saling menanggung dan untuk semuanya bertanggung
jawab terhadap perjanjian firma tersebut. Agar lebih jelas, peraturan-peraturan tersebut
diperkuat oleh pasal 16 dan 18 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Bulgerlijk
Wetboek) yang menyatakan bahwa persekutuan adalah suatu perjanjian, dimana dua
orang atau lebih sepakat untuk bersama-sama mengumpulkan sesuatu dengan maksud
supaya laba yang diperoleh dari itu dibagi antara mereka.
Walaupun para anggota mempunyai kesatuan nama dalam menjalankan usahanya dan
perusahaan mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan masing-masing
anggota, namun pada umumnya firma bukanlah badan hukum, melainkan sebagai sebutan
dari anggota bersama-sama. Ini disebabkan karena masing-masing anggota dengan
seluruh harta benda pribadinya bertanggung jawab atas semua utang perusahaan.
Sedangkan badan hukum mempunyai pengertian bahwa tanggung jawab para anggota
terhadap utang perusahaan itu hanya terbatas pada kekayaan dari badan hukum
bersangkutan.
Untuk mendirikan persekutuan dengan firma, maka mereka yang bersekutu dapat
mendirikan dengan membuat suatu akte resmi. Akte tersebut memuat tentang apa yang
sudah disetujui mereka bersama-sama, seperti nama perusahaan yang mereka dirikan,
besarnya modal tiap sekutu, dll. Selanjutnya akte tersebut harus didaftarkan pada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan mengumumkan di dalam BNRI. Yang harus
didaftarkan ialah akte pendiriannya atau sebuah ikhtisar resmi dari akte itu. Ikhtisar resmi
tersebut memuat hal sebagi berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat kediaman para firmant (sekutu)
itu adalah umum atau terbatas untuk menjalankan sebuah cabang perusahaan.
3. Penunjukan para firmant yang tidak dikuasakan menandatangani bagi persekutuan.
4. Saat mulainya dan akan berakhirnya persekutuan.
Ikhtisar resmi dari akte pendirian itu sebagaimana sudah dikatakan harus diumumkan di
dalam BNRI. Jika kedua tersebut diabaikan (tidak mendaftarkan dan mengumumkan),
maka ini berarti bahwa persekutuan bekerja dalam segala lapangan, persekutuan didirikan
untuk waktu yang tidak terbatas dan tiap sekutu berhak menandatangani dan berbuat
perbuatan hukum bagi persekutuannya.
Uraian lainnya yang menarik adalah masalah yang menyangkut pembagian laba dalam
suatu firma. Uraian ini didasarkan pada peraturan hukum yang masih berlaku saat ini.
Cara pembagian itu adalah sebagai berikut:
5. Contoh:
Persero yang terdiri dari tuan x, tuan y dan nona z telah mendirikan suatu firma yang
mereka namakan firma xyz & CO. Gambaran sebagian dari neraca firma itu sebagai
berikut:
• Tuan x memasukkan modalnya sebanyak Rp. 400.000,-
• Tuan y memasukkan modalnya sebanyak Rp. 200.000,-
• Nona z memasukkan tenaga dan kecakapannya
Pada tutup buku, firma itu berhasil memperoleh laba sejumlah 1.600.000,-. Pembagian
keuntungan menurut undang-undang 2:1:1. dengan mengindahkan peraturan itu maka
pembagian laba tuan x,y ,dan nona z, untuk tahun buku itu adalah sebagai berikut:
Tuan X menerima ½ dari Rp. 1.600.000,- = Rp. 800.000,-
Tuan Y menerima ¼ dari Rp. 1.600.000,- = Rp. 400.000,-
Nona Z menerima ¼ dari Rp. 1.600.000,- = Rp. 400.000,- +
Jumlah seluruh laba = Rp. 1.600.000,-
6. 2. Ciri –ciri bentuk badan usaha firma
a. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
b. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.
c. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
d. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.
7. 3. Kebaikan-kebaikan Firma
a. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah untuk
memperluas usahanya.
b. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial yang lebih
besar.
c. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara para
anggota. Disamping itu, semua keputusan di ambil bersama-sama.
d. Tergabung alasan-alasan rasional.
e. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan
8. 4. Keburukan Firma
a. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas terhadap seluruh utang perusahaan. Sebagai
contoh, dapat dilihat bentuk berikut ini:
9. Anggota Investasi Dalam
Toko Pengecer Kekayaan
Pribadi
A Rp. 400.000
B Rp. 200.000
C Rp. 100.000
10. Dengan berbagai macam alasan, toko tersebut mempunyai hutang sebesar Rp. 800.000.
modal yang ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar Rp. 700.000 dipakai untuk
melunasi hutang tersebut. Sisa hutang sebesar Rp. 100.000 harus dibayar dari kekayaan
pribadi. Karena A dan B tidak memiliki kekayaan pribadi, maka sisa hutang tersebut
harus dibayar oleh C.
b. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini memungkinkan
timbulnya perselisihan paham diantara para sekutu.
c. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
Kelebihan Badan Usaha Firma
1. Karena jumlah modalnya lebih besar dibandingkan dengan usaha perseorangan, badan
usaha firma lebih mudah untuk memperluas usahanya.
2. Kemampuan manajemen badan usaha firma lebih besar karena adanya permbagian kerja
di antara para anggota. Semua keputusannya diambil bersama-sama.
3. Badan usaha firma tidak memerlukan akte, jadi pendiriannya relatif lebih mudah.
Kelemahan Badan Usaha Firma
1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas terhadap seluruh utang perusahaan.
2. Apabila salah seorang anggota membatalkan perjanjian untuk menjalankan usaha
bersama maka secara otomatis badan usaha firma menjadi bubar sehingga kelangsungan
perusahaan tidak menentu.
3. Jika salah satu anggota membuat kerugian, maka kerugian tersebut juga ditanggung oleh
anggota yang lain.
Khusus untuk poin 1 dari kelemahan badan usaha firma, perlu saya jabarkan lagi agar anda
mengetahui apa yang dimaksud dengan tanggung jawab tidak terbatas. Contohnya bisa anda
lihat berikut ini :
Ada 3 orang yang sepakat membuat usaha toko pengecer dengan menggunakan badan usaha
firma. Total modal yang diinvestasikan adalah 700 ribu dengan perincian :
Si A punya investasi di toko pengecer sebesar 400 ribu rupiah dengan kekayaan
pribadinya 0 rupiah.
Si B punya investasi di toko pengecer sebesar 200 ribu rupiah dengan kekayaan
pribadinya 0 rupiah.
Si C punya investasi di toko pengecer sebesar 100 ribu rupiah dengan kekayaan
pribadinya 100 rupiah.
Dengan berbagai alasan, toko tersebut mempunyai utang sebesar 800 ribu rupiah. Sedangkan
modal yang ditanam seluruh anggota hanya 700 ribu rupiah. Akhirnya seluruh modal yang
ditanam digunakan untuk membayar utang perusahaan dengan sisa utang 100 ribu rupiah.
Sisa utang tersebut harus dibayar dari kekayaan pribadi. Berhubung si A dan si B tidak
memiliki kekayaan pribadi, maka sisa utang tersebut harus dibayar oleh si C yang mempunyai
kekayaan pribadi sebesar 100 ribu rupiah.
Selain itu, walaupun para anggota mempunyai kesatuan nama dalam menjalankan usaha dan
perusahaan mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan masing-masing anggota,
namun pada umumnya badan usaha firma bukanlah badan hukum, melainkan sebutan dari
anggota bersama-sama.
Hal ini disebabkan karena masing-masing anggota dengan seluruh harta pribadinya bertanggung
jawab atas semua utang perusahaan. Berbeda dengan badan usaha Perseroan Terbatas yang
sudah merupakan badan hukum.
Kira-kira anda sudah paham kan dengan penjelasan saya tentang arti firma? Semoga artikel ini
bisa menambah pengetahuan anda tentang hukum bisnis. Paling tidak bisa menjadi bahan
pertimbangan anda dalam memilih badan usaha.
PERSEKUTUAN PERDATA
Persekutuan Perdata
A. Hukum Persekutuan
Di dalam hukum di Inggris hukum persekutuan dikenal dengan istilah company law adalah
himpunan hukum / ilmu hukum mengenai bentuk-bentuk kerjasama baik yang tidak berstatus
badan hukum (partnership),maupun yang berstatus badan hukum (comporation).
Di dalam hukum Belanda ,pengertian vennoots chapsretchts lebih sempit ,yaitu sekedar terbatas
pada NV ,Firma ,dan CV yang diatur dalam KUHD ,dan persekutuan perdata (maatschap) yang
dianggap sebagai induknya yang diatur dalam KUHPerdata.
Hukum persekutuan merupakan himpunan hukum atau ilmu hukum yang mempelajari
bentuk-bentuk kerjasama . jika dikaitkan dengan dunia perniagaan disebut dengan hukum persekutuan
perniagaan / hukum perusahaan sebagai kerjasama bisnis yang bersifat komersil. Di dalam
hukum Inggris disebut istilah corporation law yang mencakup kerjasama yang bersifat komersil
,dan non kormesil . Tetapi sebenarnya di dalam hukum Inggris ada pembedaan secara tegas
mengenai sifat komersial ,dan non komersial itu. Jika perlu menyebutkan sebagai business
corporation.
Persekutuan Perdata (partnership / maatschap) menurut pasal 1618 KUHPerdata adalah
perjanjian antara dua orang atau lebih mengikatnya diri untuk meamsukkan sesuatu (inbreng) ke
dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh karenanya.
Darii ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata tersebut ,dapat beberapa unsur tyang terdapat di dalam
persekutuan perdata ,yaitu :
1) adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih.
2)masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng)
3) bermaksud membagi keuntungan bersama.
Partneship dapat diartikan sebagai suatu perjanjian (agreement) diantara dua orang / lebih untuk
memasukkan uang ,tenaga kerja ,dan keahlian ke dalam atau lebih untuk mendapatkan
keuntungan yang dibagi-bagi bersama sesuai dengan bagian atau proporsi yang telah disepakati
bersama
Orang (Person) yang melakukan kerjasama di dalam persekutuan tersebut dapat berupa
perorangan ,persekutuan perdata , perusahaan yang berabadan hukum ,atau bentuk persekutuan
lainnya.
Makna bisnis (business) di dalam definisi persekutuan di atas mencakup setiap aktivitas yang
menjalankan perusahaan,perkerjaan,atau profesi.
C. Pemasukan (Inbreng)
Pasal 1619 ayat (2) KUHPerdata menentukan bahwa para sekutu perdata wajib memasukkan ke
dalam kas persekutuan yang didirikan yang tersebut. Pemasukkan (inbreng) itu dapat berupa :
1) uang
2) benda-benda apa saja yang layak bagi pemasukkan ,seperti kendaraan bermotor ,dan alat
perlengkapan kantor.
3) Tenaga kerja ,baik fisik maupun pikiran.
Menurut Hukum Perdata Belanda yakni berdasarkan Pasal 1662 ayat (2) BW (baru) Belanda
,pemasukkan tersebut tidak hanya berupa uang ,benda atau barang, dan tenaga kerja ,tetapi juga
dapat berupa hak menikmati suatu barang (genot van goederen)
D.Bentuk-Bentuk Persekutuan Perdata
1) Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu pekerjaan
bebas (profesi),seperti pengacara,dokter,arsitek,dan akuntan. Asosiasinya tidak menjalankan
perusahaan,tetapi tidak menjadikan elemen modal organisatorisnya (ciri-ciri menjalankan
perusahaan) sebagaimana unsur utamanya. Namun mereka, tidaklah menjalankan perusahaan di
bawah bersama.
2) Adakalanya pula persekutuan bertindak ke luar kepada pihak ketiga secara terang-terangan
,dan terus menerus untuk mencari laba ,makna persekutuan perdata dikatakan menjalankan
perusahaan.
3) Suatu perjanjian kerjasama dari suatu transaksi sekali segera setempat .
E. Pengurusan Persekutuan Perdata
Pembebanan pengurusan persekutuan perdata dapat dilakukan dengan dua cara,yakni:
1) Diatur sekaligus bersama-sama akta pendirian persekutuan perdata (disebut dengan sekutu
statuter).
2)Diatur dengan akta tersendiri sesudah persekutuan perdata berdiri (disebut sekutu mandater)
F. Pembagian Keuntungan dan Kerugian
Pasal 1633 ayat (1) KUHPerdata menyebutkan bahwa sebaiknya secara pembagian keuntungan
,dan kerugian oleh sekutu diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan,dengan ketentuan tidak
boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang sekutu saja. akan tetapi
berdasarkan Pasal 1633 ayat (2) boleh diperjanjiakan jikaseluruh kerugian hanya ditanggung
oleh salah seorang sekutu saja.
apabila tidak ada perjanjian yang mengatur cara pembagian keuntungan tersebut, maka
berlakulah ketentuan Pasal 1633 ayat (1) KUHPerdata yang menentukan bahwa pembagian
tersebut harus dilakukan berdasarkan asas keseimbangan,dengan ketentuan bahwa pemasukan
uang / benda yang terkecil.
G. Tanggung Jawab Sekutu
Pasal 1642 sampai pasal 1645 KUHPerdata tanggung jawa sekutu dalam persekutuan dapat
diuraikan sebagaimana berikut :
1. Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan piak ketiga,maka sekutu yang
bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan
dengan pihak ketiga itu, walaupun ia mengatakan bahwa dia berbuat untuk kepentingan
persekutuan.
a) nyata-nyata ada surat kuasa dari sekutu yang lain.
b) hasilb perbuatan / keuntungannya itu telah nyata -nyata dinikmati oleh persekutuan.
3. apabila beberapa orang sekutu persekutuan perdata hubungan dengan pihak ketiga ,maka para
sekutu tidak dapat dipertangung jawabkan sama rata,meskipun pemasukkan mereka
masing-masing tidak sama ,kecuali apabila dalam perjanjian yang dibuatnya dengan pihak ketiga itu
dengan tegas ditetapkan imbangan pertanggung jawaban masing-masing sekutu menurut
perjanjian itu.
4.Apabila seorang sekutu persekutuan perdata mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga atas nama persekutuan ,maka persekutuan dapat langsung menggugat pihak ketiga itu.
H. Berakhirnya Persekutuan Perdata
Suatu Persekutuan Perdata akan berakhir karena ;
1. Lampaunya waktu yang diperjanjikan
2. pengakhiran oleh salah satu sekutu
3.pengakhiran berdasarkan alasan yang sah.
4. selesainya perbuatan
5. hancurnya benda yang menjadi objek persekutuan
6. kematian salah satu sekutu
PERUSAHAAN BENTUK CV
A. Pengertian KomanditerMenurut pasal 19 KUHD menyebutkan, bahwa perseroan komanditer adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk satu orang atau beberapa orang pesero yang secara tanggung menanggung bertanggung-jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldscheiter) pada pihak yang lain.
Pada dasarnya persekutuan komanditer (Commanditaire Vennotschap) adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau lebih sekutu komanditer. Sekutu komanditer sendiri adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang atau barang sebagai pemasukan (inbreng) pada persekutuan dan ia tidak turut serta dalam pengurusan atau penguasaan dalam persekutuan.
Status seorang sekutu komanditer itu dapat disamakan dengan seseorang yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan dari uang, benda atau tenaga
pemasukannya itu saja, sedangkan Ia sama sekali lepas tangan dari pengurusan perusahaan. Dalam undang-undang sekutu komanditer itu diseut juga “geldschieter” (pelepas uang).
masih dapat dituntut kembali bila si debitur jatuh pailit, tetapi pada uang atau benda yang telah
diserahkan oleh sekutu komanditer kepada persekutuan, bila persekutuan itu pailit, tidak dapat dituntut kembalinya.
Persekutuan komanditer memiliki dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja dan sekutu tidak kerja (stille vennot). Sekutu kerja atau sekutu komplementer adalah sekutu yang menjadi pengurus persekutuan, sedangkan sekutu tidak kerja atau sekutu komanditer tidak mengurus persekutuan. Baik sekutu kerja maupun sekutu tidak kerja masing-masing memberikan pemasukannya, yang berwujud uang, barang atau tenaga (fisik atau fikiran) atas dasar pembiayaan bersama, artinya untung rugi dipikul bersama antara sekutu kerja dengan sekutu komanditer, meskipun tanggung jawab sekutu komanditer terbatas pada modal yang disanggupkan untuk dimasukkan.
Pasal 19 KUHD menyebutkan sebagai persekutuan dengan jalan peminjaman uang (geldscheiter) atau disebut juga persekutuan komanditer yang diadakan antara seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab secara pribadi untuk seluruhnya dan seorang atau lebih sebagai sekutu yang meminjam uang. H.M.N Purwosudjipto tidak menyetujui penggunaan istilah “orang yang meminjamkan uang atau pelepas uang” (geldscheiter) untuk menyebut sekutu komanditer. Sekutu komanditer tidak sama dengan pelepas uang.
B. Dasar Hukum Persekutuan Komanditer
Persekutuan firma diatur dalam pasal 16 s/d 35 KUHD. Tiga diantara pasal-pasal itu, yakni pasal 19, 20 dan 21 adalah aturan untuk persekutuan komanditer. Pasal 19 ayat (1) KUHD berbunyi: “De
vennootschap bij wijze van geldschieting, anders an comanndite genamd, wordt aangegaan tussen eene persoon, of tussen meerdere hoofdelijk vor het geheel aansprakelijke vennoten, en eene of meer andere personen als geldschieters.” (persekutuan secara melepas uang, yang juga disebut persekutuan komanditer, didirikan atas satua atau beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan dengan satu atau beberapa orang pelepas uang).
Letak aturan persekutuan komanditer yang ada di tengah-tengah aturan mengenai persekutuan firma, yaitu pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Letak aturan persekutuan komanditer di tengah-tengah pasal-pasal yang mengatur persekutuan firma itu sudah sepatutnya, karena persekutuan komanditer itu juga persekutuan firma dengan bentuk khusus. Kekhususannya itu terletak pada adanya sekutu komanditer, yang pada persekutuan firma tidak ada. Pada persekutuan firma hanya ada sekutu sekutu kerja
“firmant”, sedangkan dalam persekutuan komanditer, kecuali sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak kerja, sekutu yang hanya memberikan pemasukan saja, tidak ikut mengurus perusahaan.
C. Tata Cara Pendirian
Bentuk perseroan ini tidak diatur secara tersendiri dalam KUHD melainkan digabungkan bersama dengan peraturan-peraturan mengenai perseroan firma. Tata cara pendirian persekutuan komanditer ini tidak jauh berbeda dengan persekutuan firma. Pada umumnya pendirian persekutuan komanditer selalu dengan akta notaris. Untuk mendirikan CV sama dengan PT yaitu dibutuhkan minimal 2 (dua) orang sebagai Pendiri Perseroan yang juga sekaligus bertindak sebagai Pemilik Perseroan yang terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif.
pengusaha lokal artinya keikutsertaan Warga Negara Asing tidak diperbolehkan.
Setiap Pendirian CV harus dibuat dengan AKTA OTENTIK sebagai AKTA PENDIRAN dan dilakukan oleh Notaris yang berwenang di wilayah Republik Indonesia. Yang harus di lakukan pertama kali untuk
mendirikan Perseroan Komanditer (CV) adalah menetapkan Kerangka Anggaran Dasar Perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan AKTA OTENTIK sebagai AKTA PENDIRIAN oleh Notaris yang berwenang.
Di dalam akta pendirian yang memuat anggaran antara lain dimuat dalam hal-hal sebgai berikut: 1. Nama persekutuan dan kedudukan hukumnya
2. Maksud dan tujuan didirikan persekutuan 3. Mulai dan berakhirnya persekutuan 4. Modal persekutuan
5. Penunjukan siapa sekutu biasa dan sekutu komanditer 6. Hak, kewajiban, tanggung jawab masing-masing sekutu dan 7. Pembagian keuntungan dan kerugian persekutuan
Akta pendirian tersebut kemudian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana persekutuan komanditer tersebut berkedudukan. Setelah itu, iktisar akta pendirian persekutuan tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Kerangka Anggaran Dasar Perseroan Meliputi 1. Pendiri Perseroan
Harus menetapkan Nama Para Pendiri Perseroan dengan ketentuan seperti dibawah ini; a. Jumlah Pendiri minimal 2 (dua) orang dan Warga Negara Indonesia.
b. Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu pengurus baik sebagai Direktur atau Komisaris dan jika Anggota Direktur atau Komisaris lebih dari satu orang maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama atau Komisaris Utama.
2. Nama Perseroan
Harus menetapkan Nama dan Tempat kedudukan perseroan melakukan kegiatan usaha;
a. Pemakaian nama Perseroan Komanditer tidak diatur oleh secara khusus oleh Undang-undang atau Peraturan Pemerintah artinya Kesamaan atau Kemiripan nama perseroan di perbolehkan.
b. Kedudukan perseroan harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan menyebutkan nama Kota/Kabupaten sebagai tempat Perseroan melakukan kegiatan usahadan sebagai kantor pusat perseroan.
3. Maksud & Tujuan serta Kegiatan Usaha
Harus menetapkan Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha seperti dibawah ini;
a. Setiap perseroan yang didirikan dapat melakukan kegiatan usaha yang sama dengan perseroan lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan keinginan para pendiri perseroan. Namun ada beberapa bidang usaha yang hanya bisa dilaksanakan dengan ketentuan harus berbadan hukum PT. b. Untuk memudahkan anda kami menyediakan informasi mengenai Maksud dan Tujuan serta Kegiata Usaha Perseroan.
4. Modal Perseroan
Didalam anggaran dasar perseroan komanditer (AKTA PENDIRIAN) tidak disebutkan besarnya jumlah Modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor.
a. Penyebutan besarnya modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) atau Izin Operasional lainnya.
D. Hak Kewajiban dan Tanggung Jawab
Dalam melangsungkan kegiatan usahanya, aktivitas bisnis CV dilakukan oleh para pesero aktifnya. Mereka-lah yang bertanggungjawab untuk melakukan tindakan pengurusan atau bekerja di dalam perseroan tersebut. Bahkan jika ditarik lebih jauh, para pesero komplementer ini juga dapat dimintakan tanggung jawab secara tanggung renteng atas perikatan-perikatan perseroanya.
Di sisi lain, para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa terlibat dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur secara tegas di dalam Pasal 20 KUHD yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, meskipun ada pemberian kuasa sekalipun.
Implikasinya, pesero komanditer tidak perlu ikut memikul beban kerugian yang jumlahnya lebih besar dari modal yang disetorkannya ke perusahaan. Namun jika pesero komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagaimana yang dilakukan persekutuan komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan, maka sesuai dengan Pasal 21 KUHD, pesero komanditer ikut bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap semua utang dan perikatan perseroan tersebut.
Sekutu bertanggung jawab keluar adalah sekutu kerja atau sekutu komplementer (Pasal 19 KUH Dagang).
E. Berakhirnya Persekutuan Komanditer
Mengingat persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan firma (Pasal 20 KUHD) dan persekutuan firma adalah persekutuan perdata (pasal 16 KUHD) yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama, maka aturan mengenai berakhirnya persekutuan komanditer juga dikuasai oleh Pasal 1646-1652 KUHPerdata ditambah lagi dengan pasal 31-35 KUHD.
Pemecahan suatu persekutuan dengan firma yang terjadi sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian, atau karena dilepaskan atau penghentian, perpanjangannya setelah lampaunya waktu yang ditentukan, dan juga segala perubahan di dalam perjanjian yang semula, yang mengenai fihak-fihak ketiga ketiga, terjadi dengan akta resmi dan tunduk pada peraturan-peraturan tersebut dimuka tentang pendaftaran dan pengumuman dalam majalah resmi.
Kelalaian dalam hal itu berakibat bahwa pemecahan, pelepasan, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku bagi fihak-fihak ketiga.
Bilamana ada kelalaian pendaftaran dan pengumuman, dalam hal adanya perpanjangan waktu bagi persekutuan, maka berlakulah ketentuan di dalam pasal 29.
Pada peecahan persekutuan, maka sekutu-sekutu yang mendapat hak pengurusan harus membereskan urusan-urusan bekas persekutuan itu atas nama firma yang sama itu, kecuali kalau ditentukan lain dalam perjanjian, atau sekutu-sekutu bersama-sama (tidak termasuk sekutu-sekutu peminjamkan uang), secara sepenuhnya dan atas dasar kelebihan suara mengangkat pemberes lain. Bilamana pemungutan suara sama-sama berat (macet), maka Raad Van Justietielah yang akan menentukan, menurut