• Tidak ada hasil yang ditemukan

-Makalah-Bioteknologi-Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "-Makalah-Bioteknologi-Pertanian"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

M.K. PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

M.K. PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

‘’

‘’ BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTANIAN’’

BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTANIAN’’

Disusun Oleh : Disusun Oleh : KELOMPOK I KELOMPOK I STEVANI TATUWO STEVANI TATUWO MARIA FERLI FEBRIYANTI MARIA FERLI FEBRIYANTI

SISKARLI GUA SISKARLI GUA FRANGKLIN BARAPA FRANGKLIN BARAPA

UNIVERSITAS NEGERI MANADO UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

(2)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas  berkat dan Rahm

 berkat dan Rahmat-Nya,penyusat-Nya,penyusunan makalah ini dapunan makalah ini dapat kami selesaikat kami selesaikan.an. Makalah ini menjelaskan tentang

Makalah ini menjelaskan tentang BioteknolBioteknologi dalam ogi dalam Bidang Pertanian.Bidang Pertanian. UraianUraian materi ini dibuat dalam teks

materi ini dibuat dalam teks yang menarik, agar si pembaca yang menarik, agar si pembaca tertarik untuk membacatertarik untuk membaca makalah ini. Dengan tujuan, yang

makalah ini. Dengan tujuan, yang membaca makalah ini diharapkan membaca makalah ini diharapkan mengerti tentangmengerti tentang materi yang disampaikan.

materi yang disampaikan.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …....……...………....………... ...2 DAFTAR ISI ………...3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. ……...……....….…..………...4 B. Rumusan Masalah ……...………....………..……..4 C. Tujuan Penulisan………... …………...…...4 D. Manfaat Penulisan………..5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Bioteknologi Pertanian...8

B. Metode Dalam Bioteknologi Pertanian …..…..………...………...8

C. Peran Bioteknologi Dalam Pertanian ………..……….15

D. Kelebihan dan Kekurangan Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian..…………..21

BAB III PENUTUP RANGKUMAN….. ………...……….22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penerapan bioteknologi sebenarnya telah dilakukan sejak za man prasejarah, antara lain untuk menghasilkan minuman beralkohol dan mengawetkan daging. Dari minuman beralkohol, anggur mungkin merupakan produk bioteknologi tertua,

kemudian disusul bir selanjutnya roti.

Bioteknologi boleh didefinisikan sebagai proses-proses biologi oleh

organisme yang dimanfaatkan oleh dan untuk kepentingan manusia. Sebenarnya  pengertian bioteknologi sangat luas. Tiap-tiap negara mempunyai definisi

masing-masing. Definisi yang seragam sebenarnya penting agar terdapat pandangan yang sama dalam mendiskusikan masalah bioteknologi baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Batasan umum yang diusulkan bagi negara anggota

organisasi untuk kerja sama dan pengembangan ekonomi (OECD = Organization for Economic Coorporation and Development) adalah bahwa: “Bioteknologi merupakan  penerapan prinsip ilmiah dan rekayasa pengolahan bahan oleh agen biologi, untuk

menyediakan barang dan jasa”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud Bioteknologi Pertanian?

2. Apa saja contoh - contoh dari Bioteknologi Pertanian? 3. Bagaimana Pemanfaatan bioteknologi dalam Pertanian?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum:

Mahasiswa dapat mengetahui peran bioteknologi dalam bidang pertanian.

Tujuan Khusus:

1. Mengetahui pengertian bioteknologi pertanian

(5)

3. Mengetahui peran bioteknologi dalam bidang pertanian

4. Mengetahui Keuntungan dan kelemahan bioteknologi dalam bidang pertanian

D. MANFAAT PENULISAN

Memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa, tentang peran bioteknologi dalam  bidang pertamnian

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

Bioteknologi pertanian merupakan salah satu cabang ilmu yang penting dalam  pengembangan bioteknologi yang diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan  pangan. Sebagai negara tropis dan agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian dalam bidang pertanian, Indonesia memiliki keragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, serta ketergantungan terhadap sektor pertanian yang amat besar, sehingga upaya pengembangan bioteknologi merupakan hal yang mutlak. Kondisi  pertanian yang tangguh hanya akan terwujud jika mendapat dukungan Iptek secara optimal. Mengikutsertakan bioteknologi dalam pengembangan pertanian merupakan  pilihan yang tepat, sebagaimana telah ditempuh Malaysia yang menetapkan bioteknologi sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan nasionalnya. Sebagai konsekuensi dari hal itu, maka upaya penelitian, pengembangan dan aplikasi bioteknologi perlu makin digalakaan.

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari mahluk hidup, semua mahluk hidup mulai dari yang sederhana (mahluk hidup ber sel satu sampai MH yang sangat kompleks). Pertanian itu ilmu yang mempelajari budidaya tumbuhan dan segala yang berkaitan dengan upaya budidaya tersebut (termasuk ilmu tanah pengolahan hasil dan agro industri). Jadi kedua ilmu ini memiliki keterkaitan yang sangat kuat, dimana Ilmu Biologi merupakan dasar dari Ilmu Pertanian terutama dalam penemuan jenis tanaman unggul, rekayasa genetika tumbuhan/hewan dan lain sebagainya.

Pengetahuan mengenai sifat suatu tanaman berdasarkan analisa sel (ilmu biologi) membuat manusia mampu menerapkan cara pembudidayaan yang tepat dan pengolahan hasilnya lebih lanjut untuk kegiatan produksi besar-besaran dan produk unggulan dalam  bidang pertanian.

Pengetahuan mengenai sifat dan karakter serangga yang berhubungan dengan iklim atau musim (ilmu biologi) membuat manusia dapat menetapkan waktu bercocok tanam yang tepat atau metode penanggulangan hama serangga tersebut (ilmu pertanian).

(7)

Bioteknologi di bidang pertanian dan perkebunan difokuskan pada agen biologi yang berupa tumbuhan budidaya yang menhasilkan bahan makanan dan sandang. Teknologi yang dikembangkan rekayasa genetik dengan bantuan mikroorganisme (bakteri). Tujuannya adalah untuk mendapatkan tanaman transgenik (GMO / Genetic Manipulation Organisme) yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Mampu membentuk pestisida sendiri dan tahan terhadap antibiotic tertentu.

2. Mampu menfiksasi nitrogen sehingga mampu memupuk diri sendiri, sehingga dapat ditanam di tempat yang gersang.

3. Mampu menghasilkan kandungan gizi yang lebih beranekaragam, tinggi dan  berkualitas baik.

4. Mampu mengkode kegiatan metabolismenya sehingga terhindar dari pencemaran genetis.

Kegiatan pada bidang pertanian dapat dibagi menjadi tiga generasi:

1) Generasi pertama adalah kegiatan menghasilkan benih ( generatif dan vegetatif ). 2) Generasi kedua adalah kegiatan menghasilkan tenik budidaya pada bidang pertanian. 3) Generasi ketiga adalah kegiatan menghasilkan produk agroindustri.

Selain itu upaya pengembangan di Indonesia yang mana sebagian besar  penduduknya adalah bertani, maka dalam bidang teknologi pertanian terus diupayakan oleh para ahli untuk mendapatkan produk unggulan dengan proses yang efektif, efisien, dan hasil yang unggul. Oleh sebab itu banyak para penelitian pengembangan pertanian yang ditujukan untuk :

a. Pemetaan, eksplorasi gen-gen penting dan sekuen genom hewan, tanaman dan mikroba yang berguna dalam perakitan genetik;

 b. Pengungkapan biokimia dan molekuler serta struktur biologi yang menjadi dasar  pertumbuhan tanaman dan hewan;

c. Penciptaan galur-galur unggul yang dapat merespon kondisi lingkungan ekstrim (cekaman abiotik dan biotik) seperti kekeringan, lahan asam, salinitas tinggi dan lain-lain;

d. Penciptaan bibit dan benih unggul yang mempunyai produktifitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit (meningkatkan produktivitas lahan), komposisi gizi yang lebih baik dan diminati pasar;

(8)

e. Penentuan biokimia dan mekanisme genetic control dalam metabolisme pada hewan, tanaman dan mikroba potensi untuk pengembangan produk bahan pangan baru ataupun bahan kimia untuk keperluan industri dan farmasi.

f. Pengembangan teknik dan metode untuk pengujian keamanan pangan. (Hoobelink, 1988: 35).

B. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

Metode yang digunakan dalam bioteknologi pertanian dapat dilakukan dengan  beberapa cara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Seleksi Perkawinan Konvensional dan Hibridisasi

Rekayasa genetik pada tanaman bukanlah suatu hal yang baru. Sejak  berkembangnya bidang pertanian, para petani telah melakukan seleksi benih sesuai

sifat-sifat yang diinginkan. Meskipun perkawinan silang yang dilakukan dapat meghasilkan tongkol-tongkol jagung yang besar, apel yang mengandung banyak air, dan bibit unggul yang diperoleh secara modern, namun cara ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak tentu. Untuk mendapatkan bibit unggul sesuai sifat-sifat yang diinginkan dilakukan dengan perkawina silang antara 2 jenis tanaman dan mengulang kembali perkawinan silang antara keturunan hibrid dengan salah satu induknya.

Pada kenyataanya, tanaman dari spesies yang berbeda pada dasarnya tidak dapat dihibridisasi, akibat sifat genetik tidak dapat diisolasi dari ta naman. Dengan bioteknologi, keterbatasan tersebut dapat diatasi. Para ilmuwan sekarang dapat memindahkan gen-gen khusus untuk sifat yang diinginkan kedalam tanaman. Proses ini berjalan cepat dan pasti karena tanaman menunjukkan beberapa keuntungan bagi para ahli genetik, yaitu :

a. Sejarah panjang dari persilangan tanaman memberikan peluang bagi ahli genetika tanaman memiliki kekayaan strain yang dapat dieksploitasi secara molekuler.

 b. Tanaman menghasilkan banyak keturunan, sehingga mutasi rekombinasi dapat ditemukan dengan mudah.

(9)

d. Batas spesies dan kompatibititas seksual bukan merupakan persoalan yang  berkepanjangan.

Perbandingan gen pada varietas yang dihasilkan dari hibridisasi konvensional dan transformasi genetik

Teknik konvensional ini memiliki keuntungan dan juga kelemahan. Keuntungan dari teknik konvensional adalah dapat menghasilkan bibit unggul sedangkan kelemahannya adalah hanya bisa dilakukan pada spesies (jenis) yang sama.

2. Kloning (menumbuhkan tanaman dari sel tunggal)

Pada umumnya sel-sel tanaman berbeda dengan hewan, tetapi satu ciri khas sel tanaman yang penting untuk bioteknologi adalah beberapa tanaman dapat melakukan regenerasi dari satu sel. Tumbuhan baru yang terbentuk memiliki tiruan baru (klon) dari sel induk. Kemampuan alami sel tanaman ini membuatnya menjadi ideal untuk penelitian genetik. Setelah materi genetik yang baru dihasilkan di dalam sel tanaman, maka sel tersebut dengan cepat membentuk tanaman dewasa dan para peneliti dapat mengetahui hasil modifikasi genetik pada waktu yang relatif singkat.

(10)

3. Fusi Protoplas

Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat dari mulai tanaman tingkat rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan  protoplas dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang

dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk menggabungkan sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat digabungkan secara seksual ataupun aseksual. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus).

Protoplas dari dua sel yang mulai bergabung

Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan tumbuh  pada tempat yang dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki kemampuan untuk  berdiferensiasi menjadi tunas dan akar serta keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang terprogram menjadi calon tanaman baru yang sangat ideal untuk rekayasa genetik. Seperti pada sel-sel tanaman, sel-sel callus dikelilingi oleh dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah rintangan yang menghambat pembentukan DNA baru. Dinding sel tersebut dapat dipecah dengan dinding selulose sehingga menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas ini dapat digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini disebut fusi protoplas.

Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic atau sibrida atau mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat kelemahan dari hibrida seksual, yaitu:

(11)

 Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antarspesies dan antargenera. Hibridisasi

somatik dapat mengatasi hal tersebut.

 Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk betina saja. Dalam

 proses pembuahan, gamet jantan hanya membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya pada tetua betina selain inti juga sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua diadakan fusi antara sitoplasma.

Fusi protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antarspesi es atau galur tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan  biasa karena adanya masalah inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka

kemungkinan untuk:

 Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara

seksual tidak kompatibel

 Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara normal

hanya dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada kentang.

 Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies lain dengan

memanfaatkan fenomena yang disebut penghilangan kromosom (chromosome elimination).

 Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau

spesies ke galur atau spesies lain.

Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:

 Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi

(menyatu)

 Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang

(12)

Skema fusi protoplas dalam menghasilkan produk

Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang berbeda. Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal serta  butuh ketelitian yang lebih (Nasir, 2002: 17-20).

4. Teknik Potongan Daun (Leaf Fragment Technique)

Transfer genetik terjadi secara alami pada tanaman dalam merespon organisme  patogen. Contohnya, suatu luka dapat terinfeksi oleh bakteri tanah yang disebut  Agrobacterium tumefaciens (Agrobacter). Bakteri ini memiliki plasmid yang besar (molekul DNA double helix yang sirkuler) yang dapat merangsang sel -sel tanaman untuk tumbuh terus-menerus tanpa terkontrol (tumor). Oleh karena itu, plasmid ini dikenal sebagai Tumor inducing  (Ti) plasmid. Sedangkan hasil dari tumor tersebut disebut crown  gall . Selama infeksi, bakteri ini mentransfer sebagian kecil materio genetik yang dimilikinya (T-DNA) ke dalam genom sel tanaman inang. Setelah diinsersi, gen-gen  bakteri tersebut diekspresi oleh sel-sel tanaman yang terinfeksi.

Plasmid bakteri memberi gagasan bagi para ahli bioteknologi sebagai sarana transfer DNA. Dalam penggunaannya, peneliti sering menyebut sebagai teknik potongan daun. Dalam teknik ini daun dipotong kecil-kecil kemudian ketika potongan daun mulai regenerasi, selanjutnya akan dikultur pada medium yang mengandung  Agrobacter  yang telah mengalami modifikasi genetik. Selama proses ini, DNA dan Ti plasmid berintegrasi ke DNA sel inang dan materi genetik pun telah terkirim. Potongan daun tersebut kemudian diberi hormon untuk merangsang pertumbuhan tunas dan akar.

(13)

Mekanisme penggabungan gen melalui teknik potongan daun

Kekurangan utama dari proses ini adalah  Agrobacter   tidak dapat menginfeksi tanaman monokotil seperti jagung dan gandum. Tanaman dikotil seperti tomat, kentang, apel, juga kedelai merupakan contoh yang cocok untuk proses ini. Namun penelitian baru- baru ini jelas menunjukkan bahwa T-DNA dapat digabungkan ke dalam spesies monokotil. Untuk bakteri yang tahan terhadap  Agrobacter   dilakukan dengan menggunakan pistol gen, yaitu dengan cara menembakkan logam kecil yang diselubungi DNA ke embrio sel tumbuhan, di sini inti sel tumbuhan tetap bisa membidik kloroplas. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat yang sesuai dengan keinginan (Amin, 2009 : 24).

5. Teknik Kultur Invitro

Kultur invitro merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman, antara lain dengan keragaman somaklonal (Pedrieri, 2001). Menrut Ahlowalia (1986), perubahan genetik dapat terjadi selama  periode kultur invitro atau karena adanya sel-sel yang mengalami mutasi. Pemanfaatan

(14)

lain teknologi tersebut untuk pengadaan bibit pada awalnya berdasarkan hasil percobaan Morel tahun 1960 pada anggrek Cymbidium.

Langkah-langkah kultur invitro

Dalam waktu yang singkat dari bahan tanaman yang sangat terbatas dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Keberhasilan tersebut mendorong dimanfaatkannya invitro sebagai teknologi perbanyakan yang banyak memberikan keunggulan daripada teknologi konvensional. Walaupun demikian terdapat beberapa kendala yang sering dihadapi dalam aplikasinya yaitu:

a. Keberhasilan teknik ini pada tanaman tahunan berkayu masih rendah sehingga aplikasinya masih terbatas pada jenis tanaman tertentu saja.

 b. Kapasitas regenerasi menurun bila sering melakukan pembaharuan c. Penurunan integritas genetik pada bibit yang dihasilkan

d. Persentase keberhasilan aklimatisasi (terutama pada tanaman tahunan berkayu) relatif masih rendah

e. Adanya patogen internal (khususnya pada tanaman tahunan berkayu) yang sulit dihilangkan

f. Diperlukan tenaga kerja yang intensif, terdidik, serta mempunyai keterampilan khusus

(15)

Pierik dalam Nurwandani, Paristiyanti (2008) menyatakan bahwa  perbanyakan melalui kultur invitro dapat dikatakan berhasil bila memenuhi beberapa

kriteria sebagai berikut:

a. Tidak merubah sifat genetik pohon induk

 b. Seleksi kuat pada bahan tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan agar bebas  penyakit

c. Teknik perbanyakan yang tidak terlalu rumit d. Kemampuan regenerasi yang tetap tinggi, dan e. Ekonomis

Pada tanaman semusim (berdinding lunak), masalah regenerasi umumnya tidak menjadi masalah. Faktor pertunasan yang tinggi dapat tercapai dengan  penggunaan formulasi media tertentu. Berbeda dengan tanaman tahunan berkayu,  banyak faktor yang menghambat proses regenerasi, antara lain:

a. Daya meristematis yang rendah  b. Tingkat oksidasi fenol yang tinggi

c. Jaringan sklerenkhima

d. Kandungan inhibitor organik yang tinggi e. Kurangnya faktor perakaran

f. Kandungan lignin yang tinggi, dan

g. Gugurnya tunas daun yang lebih dini (Lestari, 2010).

C. PERAN BIOTEKNOLOGI DALAM PERTANIAN

1. Kultur Jaringan

Teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan besar dalam bidang

 pertanian. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan perbanyakannya menggunakan  permainan komposisi media. Yang digunakan bisa segala sumber organ tumbuhan

mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi modern. Kultur jari ngan tanaman

(16)

tanaman dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titi k tumbuhnya.

Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di  perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah

sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut  bisa diperbanyak (Pedrieri, 2001).

2. Tanaman Tahan Antibiotik Kanamisin

Rekayasa genetika di bidang tanaman pertanian dilakukan dengan mentransfer gen asing ke dalam tanaman. Teknologi yang dikembangkan adalah teknologi plasmid. Plasmid dan bakteri Agrobacterium tumefaciens yang sudah disisipi gen asing yang resisten terhadap antibiotic kanamisin (plasmid hasil rekayasa) dibiakkan agar menduplikasikan diri, baru kemudian disisipkan pada kromosom tumbuhan. Pada kromosom tumbuhan transgenik sekarang sudah mempunyai sifat resisten terhadap antiotik kanamisin sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik (Nasir, 2002: 26).

3. Tanaman Penghasil Pestisida

Rekayasa genetika lainnya pada tanaman pertanian dapat dilakukan pada tumbuhan kapas dengan menyisipkan gen dari Bacillus thuringiensis. Gen yang disisipkan mempunyai sifat dapat membunuh larva dari berbagai insekta. Gen bakteri ini mengkode  protein Cry, di mana protein Cry yang diproduksi oleh tanaman akan dapat menghasilkan racun di dalam saluran pencernaan Insekta. Gen dari bakteri ini dapat dikloning dari  plasmidnya dan ditransfer ke tanaman, sehingga tanaman transgenic yang dihasilkan menjadi kebal terhadap serangan insekta. Dengan demikian gen yang disisipkan pada tanaman kapas akan menghasilkan racun yang dapat membunuh Insekta ordo Lepidoptera. Selain dari plasmid Bacillus thuringiensis gen penghasil protein Cry yang  berfungsi sebagai pestisida biologi dapat juga dikloning dari bakteri Bacillus subtilis dan

Esherichia colli (Nasir, 2002: 28).

4. Tanaman Transgenik

Rekayasa genetika dapat diakukan pada berbagai jenis tanaman, dan menghasilkan tanamanan dengan variasi gen yang terpola sesuai yang dikehendaki manusia. Tanaman

(17)

yang demikian disebut tanaman transgenik. Tanaman transgenik merupakan tumbuhan yang memiliki sifat baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh tumbuhan tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari organisme lain. Jadi tanaman transgenik itu memiliki sifat yang berbeda dari tanaman aslinya, perbedaan sifat itu disebabkan oleh adanya gen asing yang berperan dalam tanaman tersebut. Gen asing itu berada dalam tanaman transgenik karena telah sengaja dimasukkan ke tanaman tersebut. Tanaman transgenic telah dikembangkan di Indonesia. Keberadaan tanaman transgenik di Indonesia ternyata terus berkembang pesat melalui pusat-pusat penelitian dan karantina tanaman.

a. Tanaman Transgenik Toleran Salin

Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat dikembangkan tanaman transgenik toleran salin. Rekayasa genetika mentransfer gen dari padi liar yang toleran terhadap salin ke padi yang biasa digunakan sebagai bahan pangan melalui fusi protoplasma. Dapat juga ditransfer dari sejenis jamur yang tahan salin kepada tanaman yang akan dijadikan tanaman transgenik. Beberapa tomat, melon, dan  barley transgenik yang toleran dengan salin.

 b. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan

Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah kering, kutikula yang tebal mengurangi kehilangan air, dan kesanggupan menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarkan enzim trehalose. Tembakau salah satu tanaman transgenik yang dapat toleran dengan suasana kekeringan.

Mekanisme ketahanan tanaman terhadap kekeringan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu ‘drought escape’ atau lolos dari kekeringan, ‘dehydration  postponment’ atau penundaan terhadap proses dehidrasi, dan ‘dehydration

tolerance’ atau toleransi terhadap proses dehidrasi (Turner, 2003). Pada saat terjadi kekeringan, akan terjadi perubahan metabolisme dalam akar tanaman yang menghasilkan signal-signal biokimia pada tunas dan secara otomatis menyebabkan penurunan kecepatan tumbuh, konduksi stomata, fotosintesis, dan tekanan osmotik dalam jaringan/sel tanaman (Bressan, 1998). Salah satu

(18)

salinitas, suhu rendah dan factor stres lainnya adalah akumulasi asam amino dan amida, serta gula yang berperan dalam meningkatkan tekanan osmotik sel (Bohnert et al., 1995). Kuznetsov et al. (1999) melaporkan bahwa akumulasi asam amino asparagin, prolin dan arginin dalam sel tanaman kapas meningkat sebagai reaksi terhadap suhu tinggi dan defisiensi air. Aspek-aspek tersebut merupakan indikator terjadinya perubahan metabolism nitrogen. Peningkatan prolin selain  berkorelasi dengan defisiensi air, juga berkorelasi dengan salinitas (Kuznetsov

and Shevyakova, 1997).

Ketahanan tanaman terhadap kekeringan secara umum dipengaruhi oleh hormon ABA yang berperanan dalam mediasi pengendalian aktivitas stomata. Produksi hormon tersebut disandi oleh gen ERA1, sehingga penghambatan aksi gen tersebut menyebabkan tanaman menjadi sangat sensitif terhadap kekeringan. Sebaliknya dengan menutup ekspresi gen tersebut, maka stomata akan tertutup sehingga kehilangan air tanaman dapat dikendalikan dan tanaman mampu tetap  bertahan dalam kondisi kekeringan (Pei et al., 1998; Cellier et al., 1998).

c. Tanaman Transgenik Resisten Hama

Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenic  pertama yang menggunakan gen Bt toksin, disusul famili tembakau, yaitu tomat dan kentang. Dengan sinar ultraviolet gen penghasil insektisida pada tanaman dapat diinaktifkan. Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella parathypi, yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampicillin. Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herhisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman transgenik  jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Bt toksin gen juga direkayasa ke tanaman kapas bahkan multiple-gene dapat direkayasa genetika  pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik

menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet. Sejumlah tanaman transgenik toksin Bt telah berhasil diproduksi, antara lain kapas (Bt toksin terhadap cutton boll worm, produksi Monsanto, St. Louis, Missouri, Amerika Serikat; kini diuji coba secara terbatas di Sulawesi Selatan), kentang (Bt toksin terhadap Colorado bettle, produksi Mycogen, San Diego,

(19)

California, Amerika Serikat), jagung (Bt toksin terhadap pengerek batang European, produksi Ciba Seed, Greensboro, California Utara, Amerika Serikat. d. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit

Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari daun barli (DB4) yang memakai promoter 35S cauliflower mosaic virus (CaMV), dengan mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap serangan Phytophthora infestans sebagai k ontrol, menunjukkan bahwa klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang disebabkan oleh P. infestans mengalami penurunan lebih dari 55% jika dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan P. infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat direduksi. Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi protein selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV, misalnya dari protein selubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) dengan kontrol promotor 35S CaMV, mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan dihasilkan  jagung transgenik yang bebas dari serangan virus (Sitepoe, 2001: 47).

5. Peran Bioteknologi Pertanian Modern Terbaru

Adapun contoh-contoh aplikasi bioteknologi modern sat sekarang ini. Beberapa  jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi adalah sebagai  berikut:

1. Padi Golden Rice

Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan  bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu  produknya adalah pari jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang mengalami

(20)

A sangat penting untuk penglihatan, respon kekebalan, perbaikan sel,  pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan

embrionik.

 Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.

6. Kentang Russet Burbank

Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal  penyediaan bibit, saat ini teknik kultur jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam  jumlah besar yang identik dengan induknya. Contoh varietas kentang baru adalah kentang Russet Burbank yang memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng.

7. Tomat FlavrSavr

Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu  jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat  berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke tempat yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.

8. Tembakau Rendah Nikotin

Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin. Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin, sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau

(21)

misalnya dengan meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang telah berhasil adalah mengabungkannya dengan aroma  buah lemon.

D. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTANIAN

Peran bioteknologi pertanian sangat banyak manfaatnya, mulai dari segi keunggulan produk yang dihasilkan maupun dari segi keefekifan dalam menanam serta  banyak manfaat lainnya, manfaat-manfaat itu diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Menghasilkan keturunan dengan sifat yang unggul.

2) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta melipatgandakan hasil pertanian

3) Menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi.

4) Terciptanya tanaman yang tahan dalam berbagai hama serta kondisi. 5) Terciptanya tanaman yang dapat membuat pupuknya sendiri.

6) Mengurangi pencemaran lingkungan serta menekan biaya produksi. 7) Memudahkan petani dalam proses budidaya tanaman

Selain itu, keefektifan memberikan banyak manfaat, bioteknologi pertanian  juga memiliki beberapa kelemahan, kelemahan-kelemahan itu diantaranya adalah:

1) Terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari tanaman transgenik ke tanaman lain.

2) Adanya efek kompensasi.

3) Muncul hama target yang tahan terhadap insektisida. 4) Munculnya efek samping terhadap hama nontarget. 5) Biaya untuk memuatnya relatif tinggi.

6) Membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam perakitannya diperlukan orang-orang yang memiliki keahlian khusus.

7) Pencemaran biologi yang dapat lebih berbahaya daripada pencemaran kimia dan nuklir

8) Dapat memunahkan varietas aslinya jika tidak dijaga kelestariannya 9) Merugikan petani kecil

(22)

BAB III PENUTUP

RANGKUMAN

 Bioteknologi pertanian merupakan salah satu cabang ilmu yang penting dalam

 pengembangan bioteknologi yang diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan. Penerapan bioteknologi pada bidang pertanian bertujuan untuk memperoleh varietas unggul suatu tanaman, meningkatkan hasil panen dan kualitas  produk, serta daya tahan suatu tanaman terhadap berbagai jenis penyakit.

 Bioteknologi di bidang pertanian difokuskan pada agen biologi yang berupa

tumbuhan budidaya yang menhasilkan bahan makanan dan sandang.

 Teknologi yang dikembangkan dalam bioteknologi pertanian adalah rekayasa

genetik dengan bantuan mikroorganisme (bakteri), bias juga alga

 Metode yang digunakan dalam bioteknologi pertanian dapat dilakukan dengan

 beberapa cara diantaranya adalah Seleksi perkawinan konvensional dan hibridisasi, Kloning (menumbuhkan tanaman dari sel tunggal), Fusi protoplas, Teknik potongan daun (leaf fragment technique) dan Teknik kultur invitro.

 Peranan bioteknologi pertanian sangatlah banyak namun secara garis besar dan yang

telah umum diketahui yaitu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu 1. Kultur  jaringan, 2. Tanaman tahan antibiotic kanamisin, 3. Tanaman penghasil pestisida, 4.

Tanaman Transgenic. Peranan yg pertama yaitu kultur jaringan hanya dengan menggunakan metode yang relative sederhada dengan memotong bagian yang  bersifat meristematik. Selanjutnya untuk 3 peranan yang lain telah menggunakan

metode genetic misalnya untuk tanaman transgenic tahan salin atau kadar garam menggunakan gen dari padi liar menggunakan fusi protoplasma.

 Bioteknologi pertanian memberikan banyak manfaat, manfaat-manfaat itu

diantaranya adalah sebagai berikut: menghasilkan varietas yang unggul, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta melipatgandakan hasil pertanian, menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi, terciptanya tanaman yang tahan dalam berbagai hama serta kondisi, terciptanya tanaman yang dapat membuat pupuknya sendiri, dan mengurangi  pencemaran lingkungan serta menekan biaya produksi.

(23)

 Bioteknologi pertanian terdapat kelemahannya, adapun dampak negatif yang dapat

ditimbulkan adalah terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari tanaman transgenik ke tanaman lain, adanya efek kompensasi, muncul hama target yang tahan terhadap insektisida, munculnya efek samping terhadap hama nontarget,  biaya untuk memuatnya relatif tinggi, membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam perakitannya diperlukan orang-orang yang memiliki keahlian khusus serta dapat memunahkan varietas aslinya jika tidak dijaga kelestariannya

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ahlowalia, B. S. 1986. Limitation to the use of Somaclonal Variation in Corp Improvement. P. 14-27. In. J. Serial (Ed.). Somaclonal variation and corp improvement. Martinus Nijhoff Publisher. USA.

Amin, Mohamad. 2009. Pengantar Bioteknologi Dan Prinsip-Prinsip Dasar DNA  Rekombinan. Malang: FMIPA UM.

Bohnert H.J., D.E. Nelson, and R.G. Yensen. 1995. Adaptation to Environmental Stress. Plant Cell 7: 1099-1111.

Bressan, R.A. 1998. Stress Physiology. In L. Taiz and E. Zeiger Eds. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc. MA. p. 725-734.

Hobbelink, henk.1988. Bioteknologi dan Pertanian Dunia Ketiga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Kuznetsov, V.V., V.Y. Rakitin, and V.N. Zholkevich. 1999. Effects of Preliminary Hea Shock Treatment on Accumulation of Osmolytes and Drought Resistance in Cotton Plants during Water Defisiency. Physiologia Plantarum 107: 399-406. Lestari, Endang Gati. 2010. Perbaikan Tanaman Melalui Kultur in Vitro.  (Online).

(http://www.scribd.com/doc/13452322/Perbaikan-Tanaman-Melalui-Kultur-in-Vitro, diakses tanggal 08 Maret 2015).

 Nasir, M. 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Generika Tanaman. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

 Nurwandani, Pristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Pedrieri, S. 2001. Mutation Induction and Tissue Culture and Improving fruits, Plant Cell, Tissue, and Organ Culture. 64: 185-210.

Pei, Z.W., M. Ghassemian, C.M. Kwak, P. Mccourt, and P. Schroder Jr. 1998. Role of Famesyltransferase in ABA Regulation of Guard Cell Anion Channels and Plant Water Loss Science 282: 287-290.

Sitepoe M., 2001. Rekayasa Genetika. Jakarta: Grasindo.

Turner, N.C. 2003. Drought Resistance: A Comparison of Two Research Frameworks. In  N.P. Saxena Ed. Management of Agricultural Drought.FAO-ICRISAT. India.  p. 89-102.

(25)

Referensi

Dokumen terkait

bioteknologi modern saat ini sudah menggunakan prinsip ilmiah dalam pemanfaatan organisme dalam menghasilkan suatu produk.. Perbedaan antara bioteknologi konvensional

 Menyajikan data hasil pengamatan tentang perbedaan penerapan bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern pada

 Di bidang pangan, dengan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi

Penggunaan teknik kultur jaringan tanaman untuk mempelajari biologi, fisiologi, biokimia dan bioteknologi tanaman, serta aplikasinya untuk perbanyakan bibit dan

Bioteknologi berasal dari kata: Bios: hidup; Teuchos: alat; Logos: ilmu; sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang

Kabupaten Penajam Paser Utara mempunyai potensi cukup besar untuk tanaman pangan, pada tahun 2010 mengalami peningkatan, luas panen padi sawah pada tahun 2010 menjadi 15.854 Ha

Bidang Pangan Aplikasi bioteknologi secara konvensional dalam bidang pangan baik produksi makanan atau minuman banyak dilakukan dengan cara : • Fermentasi - Proses fermentasi

Analisa Perencanaan Rekap Ruang Perencanaan Rekap Ruang dibagi berdasatkan 3 fungsi utama yang ditetapkan pada pusat penelitian Bioteknologi di bidang Pertanian di Kutai Barat , yaitu