• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dana Desa Pada Pemerintahan Desa (studi kasus pada Kecamatan V Koto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dana Desa Pada Pemerintahan Desa (studi kasus pada Kecamatan V Koto"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu Pengelolaan Dana Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Sosial Ekonomi.

M. Rinaldi Aulia (2016) dengan judul skripsi Analisis Pengelolaan Dana Desa Pada Pemerintahan Desa (studi kasus pada Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman Tahun Anggaran 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana desa yang dilaksanakan di Nagari Campago dan Nagari Sikucur, yaitu dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawabannya apakah sudah didasarkan pada prosedur dan aturan yang berlaku, apakah prinsip-prinsip pengelolaannya sudah mampu diwujudkan. Dan faktor-faktor penunjang dan penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan pemanfaatan dana desa. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif.

Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang proses pengelolaan dana desa pada desa di Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, osbservasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh dua nagari, yaitu Nagari Sikucur dan Nagari

(2)

Campago cukup baik, yaitu mulai dari perencanaan sampai dengan pertangungjawabannya. Dari segi perencanaan, wali nagari dari kedua nagari mengadakan musrenbang terlebih dahulu setelah itu menyusun APBNagari. Dari segi pelaksanaan, wali nagari meminta TPK untuk menjalankan kegiatan yang telah diberikan kepadanya. Dari segi penatausahaan, Bendahara TPK dan Bendahara Nagari bertugas membuat pembukuan dan laporan pertanggungjawaban dana desa. Dari segi pertanggungjawaban, laporan pertanggungjawaban yang disampaikan oleh wali nagari kepada bupati melalui camat sedikit terlambat dikarenakan dana desa yang diterima datangnya terlambat dan juga kemampuan SDM yang kurang memadai.

Penelitian Faizatul Karimah, choirul shaleh dan ike wanusmawatie (2013), yang meneliti tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan secara normatif dan admistratif sudah baik. Namun, secara substansi ada beberapa hal yang harus di perbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan, pengawasan, pertanggung-jawaban, dan transparansi yang belum maksimal karena masyarakat tidak banyak mengetahui akan adanya kegiatan tersebut. Peran stakeholder pada pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon masih belum maksimal. Hanya kepala desa yang terlibat aktif dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi dana desa mulai dari perencanaan, mekanisme penyaluran dan pencairan dana, pelaksanaan, pengawasan, pertanggungjawaban sampai pada transparansi anggaran.

(3)

Sedangkan stakeholder lain seperti karang taruna, tim penggerak, masyarakat dan BPD peranannya hanya sebatas pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan dalam penyusun Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan tahap pelaksanaan dengan terlibatnya dalam pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon. Hasil-hasil pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon yang didanai oleh anggaran alokasi dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan manusia.

Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini ingin melihat dan menggambarkan bagaimana pengelolaan Dana Desa ini dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat, peneliti melihatnya dari apa yang akan dikelola dengan menggunakan Dana Desa atau hasil dari penggunaan Dana Desa tersebut mampu atau tidak memberikan perubahan bagi sosial ekonomi masyarakat kemudian pada penelitian ini penulis juga ingin mengetahui prinsip-prinsip apa saja yang diterapkan dalam pengelolaan Dana Desa serta tahapyang dilalui, selain itu didalamnya juga membahas bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Dana Desa. Dalam pemilihan lokasi penelitian juga ada perbedaan, penelitian ini dilakukan di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu.

2.2 Pengelolaan Dana Desa

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 49/PMK.07/2016 tentang tatacara pengalokasian, penyaluran, penggunaan, pemantauan dan evaluasi Dana Desa, Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan

(4)

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Penggunaan dana desa ini diperuntukkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dengan cara melakukan pembangunan infrastruktur desa dan melakukan program pemberdayaan masyarakat desa. Penanggungjawab dalam pengelolaan dana desa adalah pemerintahan desa, karena memiliki jabatan tertinggi didesa sehingga memiliki wewenang dalam mengatur keuangan desa. Dalam proses pengelolaan dana desa kepala desa dibantu Pelaksanaan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Pelaksanaan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa adalah perangkat desa yang dipilih dan ditunjuk oleh kepala desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa, yakni sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.

Keberhasilan dalam pengelolaan Dana Desa (DD) sangat ditentukan oleh dukungan dan peran serta semua pihak khususnya instansi pengelola dana desa mulai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan dan tim pengelola tingkat Desa serta masyarakat desa melalui pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.

Pengelolaan Dana Desa diharapkan atas dasar transfaran dan swakelola agar tidak terjadi penyelewengan dana dan agar dana yang tersalurkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat, sebab itulah pengelolaan dana desa dimulai dari tahap perencanaan, perencanaan ini diselenggarakan dengan musrenbang yang bertujuan agar masyarakat memberikan gagasannya dana desa dikelola untuk apa sehingga rencana pembangunan yang akan dilaksanakan didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa serta melibatkan seluruh elemen masyarakat. Dengan begitu perencanaan berarti

(5)

pengumpulan gagasan, ide atau pendapat dari masyarakat. Selanjutnya pengelolaan meliputi pelaksanaan penggunaan dana desa yang diharapkan melibatkan masyarakat, tujuannya agar masyarakat desa diberikan kepercayaan untuk dapat mengelola proyek yang bersumber dari dana APBN dengan mekanisme swakelola. Selanjutnya dilakukan pemantauan dan evaluasi yang tujuannya agar pengelolaan dana diawasi secara ketat untuk mengurangi kebocoran anggaran maupun berbagai penyimpangan, dalam pemantauan dan evaluasi tidak cukup jika hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga formil saja bahkan anggota masyarakat juga bisa turut mengawasi, sehingga pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan atau bisa sesuai dengan kepentingan masyarakat. 2.3 Dana Desa (DD)

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran pendapatan belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat (dalam PP Nomor 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa ).

Filosofi dana desa yaitu meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan publik didesa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. Dana Desa yang kini digulirkan setiap tahun kepada seluruh desa dalam pengunaannya harus dapat dipertangungjawabkan. Pertanggungjawaban keuangan merupakan suatu dimensi penting dalam penggunaan keuangan termasuk Dana Desa.

(6)

Pertanggungjawaban ini mengingatkan bahwa desa yang dulunya melaksanakan pembangunan hanya mendapat bantuan keuangan yang terbatas dan pengelolaannya masih sangat sederhana, akan tetapi setelah kebijakan dana desa diberlakukan sekarang ini, desa mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri.

Penggunaan Dana Desa memiliki dua bidang yang diprioritas dan harus dijalankan yaitu bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang ke duanya ini menjadi prioritas kegiatan, anggaran dan belanja Desa yang disepakati dan diputuskan melalui Musyawarah Desa. Pada bidang pembangunan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, prioritas penggunaan dana desa diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan desa, meliputi: (dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2015 tentang penggunaan dana desa untuk pembangunan desa pasal 5).

a. pemenuhan kebutuhan dasar.

b. pembangunan sarana dan prasarana Desa. c. pengembangan potensi ekonomi lokal. dan

d. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Pada bidang pemberdayaan masyarakat prioritas penggunaan dana desa untuk program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok

(7)

masyarakat dan desa. Antara lain sebagai berikut (dalam Peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi republik Indonesia nomor 5 tahun 2015 tentang penggunaan dana desa untuk pembangunan desa pasal 11) : a. Peningkatan kualitas proses perencanaan Desa.

b. Mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya.

c. Pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa.

d. Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa.

e. Penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat. f. Dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa

dan Hutan Kemasyarakatan.

g. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui: 1) kelompok usaha ekonomi produktif

2) kelompok perempuan 3) kelompok tani

4) kelompok masyarakat miskin 5) kelompok nelayan

6) kelompok pengrajin

7) kelompok pemerhati dan perlindungan anak 8) kelompok pemuda

(8)

Tabel 2.1 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/KotaTahun Anggaran 2015

No Nama Daerah Alokasi

(dalam rupiah) I Provinsi Sumatera Utara

1 Kab. Asaha 49.651.593

2 Kab. Dairi 36.494.629

3 Kab. Deli Serdang 105.940.761

4 Kab. Karo 67.583.746

5 Kab. Labuhanbatu 21.663.628

6 Kab. Langkat 67.300.828

7 Kab. Mandailing Natal 99.394.520

8 Kab. Nias 46.241.140

9 Kab. Simalungun 102.699.807

10 Kab. Tapanuli Selatan 57.679.485

11 Kab. Tapanuli Tengah 43.043.384

12 Kab. Tapanuli Utara 64.235.734

13 Kab. Toba Samosir 60.617.160

14 Kab. Padang Sidempuan 12.256.060

15 Kab. Pakpak Bharat 15.040.704

16 Kab. Nias Selatan 121.416.580

17 Kab. Humbang Hasundutan 41.284.514

18 Kab. Serdang Bedagai 64.319.789

19 Kab. Samosir 35.153.931

20 Kab. Batu Bara 39.707.460

21 Kab. Padang lawas 79.483.465.

22 Kab. Padang Lawas Utara 100.361.763 23 Kab. Padang Lawas Selatan 16.387.486 24 Kab. Labuhan Batu Utara 23.982.021

25 Kab. Nias Utara 32.208.325

26 Kab. Nias Barat 29.154.095

27 Kab. Gunungsitoli 27.854.226

Jumlah 1.461.156.834

Sumber : https://bukuhariananggaran.files

Tabel 2.2 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016

No Nama Daerah Jmlh Desa

Per Desa

Per Kab Alokasi Formula Jumlah I Provinsi Sumatera Utara 5418 565.64 0 3.064.637 .520 228.644.68 6 3.293.282.20 6 1 Kab. Asaha 177 565.64 0 100.118.2 80 11.285.752 111.404.032 2 Kab. Dairi 161 565.64 0 91.068.04 0 7.142.603 98.210.643 3 Kab. Deli Serdang 380 565.64 0 214.943.2 00 22.820.444 237.763.644

(9)

4 Kab. Karo 259 565.64 0 146.500.7 60 7.339.550 153.840.310 5 Kab. Labuhanbatu 75 565.64 0 42.423.00 0 6.199.618 48.622.618 6 Kab. Langkat 240 565.64 0 135.753.6 00 15.275.455 151.029.055 7 Kab. Mandailing Natal 377 565.64 0 213.246.2 80 9.662.640 222.908.920 8 Kab. Nias 170 565.64 0 96.158.80 0 7.577.701 103.736.501 9 Kab. Simalungun 386 565.64 0 218.337.0 40 12.067.738 230.404.778 10 Kab. Tapanuli Selatan 211 565.64 0 119.350.0 40 7.713.086 127.063.126 11 Kab. Tapanuli Tengah 159 565.64 0 89.936.76 0 6.626.233 96.562.993 12 Kab. Tapanuli Utara 241 565.64 0 136.319.2 40 5.712.062 142.031.302 13 Kab. Toba Samosir 231 565.64 0 130.662.8 40 5.867.497 136.530.337 14 Kab. Padang Sidempuan 42 565.64 0 23.756.88 0 3.758.478 27.515.358 15 Kab. Pakpak Bharat 52 565.64 0 29.413.28 0 4.342.027 33.755.307 16 Kab. Nias Selatan 459 565.64

0 259.628.7 60 12.708.532 272.337.292 17 Kab. Humbang Hasundutan 153 565.64 0 86.542.92 0 6.067.226 92.610.146 18 Kab. Serdang Bedagai 237 565.64 0 134.056.6 80 10.246.170 144.302.850 19 Kab. Samosir 128 565.64 0 72.401.92 0 6.465.578 78.867.498 20 Kab. Batu Bara 141 565.64

0 79.755.24 0 9.354.169 89.109.409 21 Kab. Padang lawas 303 565.64 0 171.388.9 20 6.911.064 178.299.984 22 Kab. Padang Lawas Utara 387 565.64 0 218.902.6 80 6.658.877 225.561.557 23 Kab. Padang Lawas Selatan 52 565.64 0 29.413.28 0 7.369.765 36.783.045 24 Kab. Labuhan Batu Utara 82 565.64 0 46.382.48 0 7.430.773 53.813.253 25 Kab. Nias Utara 112 565.64

0

63.351.68 0

8.932.700 72.284.380 26 Kab. Nias Barat 105 565.64

0 59.392.20 0 6.027.684 65.419.884 27 Kab. Gunungsitoli 98 565.64 0 55.432.72 0 7.081.264 62.513.984 Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id

(10)

Tabel 2.3 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 No Nama Daerah Jmlh Desa Per Desa

Per Kab Alokasi Formula Jumlah I Provinsi Sumatera Utara 5418 720.442 3.903.354 .756 294.617.73 4 4.197.972.49 0 1 Kab. Asaha 177 720.442 127.518.2 34 14.454.327 141.972.561 2 Kab. Dairi 161 720.442 115.991.1 62 10.105.628 126.096.790 3 Kab. Deli Serdang 380 720.442 273.767.9 60 29.292.326 303.060.286 4 Kab. Karo 259 720.442 186.594.4 78 9.741.648 196.336.126 5 Kab. Labuhanbatu 75 720.442 54.033.15 0 8.336.132 62.369.282 6 Kab. Langkat 240 720.442 172.906.0 80 19.957.743 192.863.823 7 Kab. Mandailing Natal 377 720.442 271.606.6 34 12.441.884 284.048.518 8 Kab. Nias 170 720.442 122.475.1 40 10.451.108 132.926.248 9 Kab. Simalungun 386 720.442 278.090.6 12 15.956.928 294.047.540 10 Kab. Tapanuli Selatan 211 720.442 152.013.2 62 9.656.744 161.670.006 11 Kab. Tapanuli Tengah 159 720.442 112.550.2 78 8.842.956 123.393.234 12 Kab. Tapanuli Utara 241 720.442 114.550.2 78 7.072.304 180.698.826 13 Kab. Toba Samosir 231 720.442 173.626.5 22 7.041.625 173.463.727 14 Kab. Padang Sidempuan 42 720.442 166.422.1 02 4.391.637 34.650.201 15 Kab. Pakpak Bharat 52 720.442 30.258.56 4 5.020.897 42.483.881 16 Kab. Nias Selatan 459 720.442 37.462.98

4 16.135.592 346.818.470 17 Kab. Humbang Hasundutan 153 720.442 110.227.6 26 7.285.660 117.513.286 18 Kab. Serdang Bedagai 237 720.442 170.744.7 54 13.105.061 183.849.815 19 Kab. Samosir 128 720.442 92.216.57 6 7.811.227 100.027.803 20 Kab. Batu Bara 141 720.442 101.582.3

22 11.795.034 113.377.356 21 Kab. Padang lawas 303 720.442 218.293.9 26 9.882.445 228.176.371 22 Kab. Padang Lawas Utara 387 720.442 278.811.0 54 9.270.857 288.081.911

(11)

23 Kab. Padang Lawas Selatan 52 720.442 37.462.98 4 8.559.478 46.022.462 24 Kab. Labuhan Batu Utara 82 720.442 59.076.24 4 9.570.695 68.646.939 25 Kab. Nias Utara 112 720.442 80.689.50

4

11.134.690 91.824.194 26 Kab. Nias Barat 105 720.442 75.646.41

0 8.088.286 83.734.696 27 Kab. Gunungsitoli 98 720.442 70.603.31 6 9.214.822 79.818.138 Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id 2.4 Otonomi Desa

Otonomi adalah kewenangan dan kewajiban daerah dalam mengatur dan menjalankan rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan otonomi adalah meningkatkan partisipasi masyarakat, dan lembaga yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintahan desa. Lembaga inilah yang menjadi ujung tombak pemerintahan yang berhadapan langsung dengan masyarakat.

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Provinsi, kabupaten atau kota, dan desa merupakan kategori daerah otonom mulai dari tingkat teratas hingga terbawah yang memiliki kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang jelas serta hak dan wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri.

Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah, sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. sebagai kesatuan

(12)

maka desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan (Wijaya.2003 : 165).

Sebagai wujud demokrasi, maka di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas terhadap pelaksanaan peraturan Desa, anggaran pendapatan dan belanja desa serta keputusan kepala desa. Untuk itu kepala desa dengan persetujuan badan perwakilan desa mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan dengan pihak lain, menetapkan sumber-sumber pendapatan desa, menerima sumbangan dari pihak ketiga dan melakukan pinjaman desa. Kemudian berdasarkan hak atas asal usul desa bersangkutan. kepala desa dapat mendamaikan perkara atau sengketa yang terjadi di antara warganya.

Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara kesatuan republik Indonesia dan tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor pertauran perundang-undangan yang berlaku.

2.5 Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Sosial Ekonomi 2.5.1 Pengertian Kesejahteraan

Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang

(13)

dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Kalau menurut HAM, maka definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa setiap laki laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.

Adapun pengertian kesejahteraan menurut UU tentang kesejahteraan yakni suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.

2.5.2 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan, dan lebih sering dibahas secara terpisah. Sosial diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Dalam konsep sosiologi, manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain karena pada dasarnya mereka saling membutuhkan.

Sedangkan ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolaan rumah tangga. Ekonomi dipahami sebagai usaha pembuatan keputusan dan pelaksanaannya berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat yang terbatas diantaranya berbagai anggotanya dengan mempertimbangkan kemampuan usaha, kemampuan, dan keinginan

(14)

masing-masing (Damsar, 2011:11). Kegiatan ekonomi merupakan gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara moral maupun material. kebutuhan pokok manusia merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sosial yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai kesatuan. Sosial ekonomi adalah perilaku sosial masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dan bagaimana seseorang berusaha menekuni kebutuhan sehari-hari serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

2.5.3 Kesejahteraan Sosial Ekonomi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Sosial diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat seperti status, peran, interaksi, solidaritas, kelompok sosial, stratifikasi, struktur, dan lainnya. Berarti Kesejahteraan dalam bidang sosial terkait dengan terpenuhinya dan mudahnya segala kegiatan sosial masyarakat misalnya interaksi antar individu ataupun kelompok, interaksi antar desa maupun wilayah .

Sedangkan pada bidang ekonomi terkait dengan mudahnya masyarakat melakukan kegiatan ekonomi misalnya menjual hasil bumi, memajukan usaha-usaha masyarakat, kemudian adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Dana Desa yang diberikan oleh pemerintah pusat digunakan sebagai pembangunan desa pada bidang prasarana jalan dan parit. Dari pembangunan jalan dan parit ini tentunya sebagai sarana mempermudah masyarakat untuk melakukan kegiatan

(15)

ekonomi kemudian didalam aktivitas pembangunan jalan dan parit masyarakat sebagai pekerjanya sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Pengembangan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari tiga segi berikut ini:

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolak pemikirannya adalah pengenalan bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

b. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu. Dalam rangka memperkuat potensi ekonomi masyarakat ini upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta terbukanya kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang ekonomi.

c. Mengembangkan ekonomi masyarakat juga mengandung arti melindungi masyarakat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah. Upaya melindungi masyarakat tersebut tetap dalam rangka proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.

2.6 Teori fungsional struktural Robert K.Merton

Pendekatan fungsionalisme struktural dibangun atas asumsi dasar bahwa masyarakat merupakan organisme biologis yang saling terhubung dan berkaitan. Oleh karena itu penekanan dari pendekatan ini umumnya diberikan kepada institusi sosial. Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu

(16)

bagian akan membawa perubahan pula pada bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat bagian atau elemen yang bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya (George Ritzer,2011:21).

Menurut Merton analisis struktural-fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kultur. Sasaran studi struktural fungsional antara lain adalah : peran sosial, pola institusi, proses sosial, pola kultur, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, dan perlengkapan untuk pengendalian sosial (George Ritzer,2010:137-138). Konsep-konsep utama dalam teori struktural fungsionalisme adalah disfungsi, fungsi, dan keseimbangan.

Menurut Merton disfungsi terjadi sebagaimana struktur atau institusi dapat menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur ataupun institusi yang dapat menimbulkan akibat negatif terhadap sistem sosial. fungsi didefenisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu. Konsep fungsi terdiri dari fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (latent). Menurut pengertian sederhana, fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi yang tersembunyi adalah fungsi yang tak diharapkan.

Sebagaimana para penganut teori struktural fungsional melihat masyarakat dengan menganalogikan masyarakat ibarat organisme biologis. Terdiri dari unsur-unsur(struktur) yang masing-masing mempunyai fungsi dan unsur tersebut bekerja sama dalam suatu kesatuan yang saling mempengaruhi.

(17)

Begitu juga dengan instansi pemerintahan desa yang terdiri dari Kepala desa, perangkat desa, badan permusyawaratan desa (bpd), lembaga kemasyarakatan desa dan masyarakat desa yang saling berhubungan satu sama lain dan saling bekerjasama.

Didalam pencapaian keberhasilan pengelolaan Dana Desa sangat dibutuhkan elemen-elemen yang saling berkaitan misal antar pemerintah desa dengan masyarakatnya sebagaimana pemerintah desa harus bekerja sesuai fungsinya begitu juga dengan masyarakat desa yang harus menjalankan fungsinya dalam pengelolaan Dana Desa. Tujuannya agar apa yang akan dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan bagi pemerintah desa dan juga masyarakat. Jika ditinjau dari segi fungsi, maka pengelolaan Dana Desa harus mampu membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di bidang sosial ekonomi.

2.7 Konsep Perencanaan Pembangunan Dari Bawah (Bottom Up Planning)

Konsep Perencanaan Pembangunan dari bawah (Bottom Up Planning) adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang pemerintahan, bottom up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun besrdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator. Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan penunjang keberhasilan dan ke

(18)

efektifan pembangunan desa. Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari pelibatan peran serta masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai obyek, tetapi harus dipandang pula sebagai subyek pembangunan. Sehingga konsep yang ditawarkan Bottom Up Planing ini dianggap relevan dalam pembangunan pedesaan pada saat ini sebab mengikut sertakan masyarakat sejak awal sampai akhir kegiatannya. Dengan kata lain gagasan serta partisipasi masyarakat merupakan faktor utama pembangunan desa, sedangkan pemerintah hanyalah berperan memberikan arahan, bimbingan dan bantuan fasilitas yang diperlukan.

Partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa adalah keterlibatan masyarakat desa baik secara emosional, mental maupun fisik, dalam proses pembangunan desa yang mendorong mereka menyumbangkan kemampuan sekaligus merasa ikut bertanggung jawab atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan menjadi keinginan bersama yakni meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa. Masyarakat desa dianggap yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat desa dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan pembangunan. Masyarakat desa-lah yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapi serta juga potensi yang dimiliki daerahnya.

Pembangunan pedesaan harus diletakkan dalam konteks: sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana

(19)

pembangunan untuk memberdayakan masyarakat, dan sebagai upaya mempercepat dan memperkokoh pembangunan ekonomi daerah dalam arti luas secara efektif dan kokoh. Pembangunan pedesaan bersifat multi dimensional dan multi aspek, oleh karena itu perlu dilakukan analisis pembahasan yang lebih terarah dan dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan aspek diluar pedesaan (fisik, dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosial-budaya, spasial, internal dan eksternal) (Adisasmita. 2006:24).

Pembangunan pedesaan menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat adalah sangat tepat dan relevan. Disamping itu seharusnya dikembangkan pula pendekatan spasi (tata ruang), mengingat potensi dan kondisi geografis masing-masing desa berbeda-beda. Jika ingin dicapai keberhasilan, maka rencana pembangunnya harus disusun berdasarkan kemampuan berkembangannya masing-masing desa yang bersifat spasial, sehingga perlu dilakukan penataan dan pengekolaan tata ruang pedesaan secars efektif, efisien dan dinamis.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta terlibat, memanfaatkan dan menikmati pembangunan. Dalam proses pembangunan masyarakat tidak semata-mata diperlakukan sebagai objek, tetapi lebih sebagai subjek dan aktor atau pelaku. Ada beberapa tahap partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu (Soetomo.2006: 9-10);

1) Partisipasi masyarakat dalam perumusan program yang membuat masyarakat tidak semata-mata sebagai penikmat dari sebuah program, tapi

(20)

juga pembuat sebuah program karena telah ikut terlibat dalam proses pembuat atau perumusan sebuah program, dengan begitu masyarakat akan merasa memiliki tanggung jawab bagi keberhasilan programnya

2) Keterlibatan masyarakat dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan program juga akan membawa dampak positif dalam jangka panjang, kemandirian masyarakat akan lebih cepat terwujud karena masyarakat menjadi terbiasa untuk mengelola program-program pembangunanpada tingkat lokal.

3) Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi akan membawa dampak positif bagi penyempurnaan dan pencarian alternatif yang terus-menerus. Hasil evaluasi yang dilakukan akan menjadi umpan balik bagi perbaikan dan penyempurnaan program berikutnya.

4) Partisipasi dalam menikmati hasil. Melalui bentuk partisipasi ini hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati secara lebih merata oleh seluruh lapisan masyarakat secara proposional. Apabila keterlibatan masyarakat dalam memikul beban pembangunan diberi makna sebagai bentuk kewajiban dan tanggung jawab, maka partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat sebagai hak warga masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh” terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan

(21)

berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan.

Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan penunjang keberhasilan dan keefektifan pembangunan desa. Begitu juga pengelolaan Dana Desa yang sejak awal pengelolaan Dana Desa hingga akhir melibatkan masyarakat menjadikan hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Desa dapat sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat hasil tersebut sangat efektif dan efisien serta membantu masyarakat dan memudahkan aktifitas sosial ekonomi masyarakat.

Gambar

Tabel 2.2 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran  2016
Tabel 2.3 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran  2017  No  Nama Daerah  Jmlh  Desa  Per  Desa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yang berjudul Pelestarian Situs Sejarah Batur Agung Sebagai Objek Wisata Sejarah Di Banyumas, ini memiliki tujuan (1) menjelaskan latar

[r]

Kemudian pengertian nazhir dalam Pasal 1 butir (4) Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyatakan Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda

[r]

Victor Situmorang , Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta; Ghalia

Pada umumnya nama keluarga yang bermakna asosiatif dalam bahasa Kaili dan bahasa Inggris diambil dari nama keluarga berdasarkan nama tempat, nama yang mengikuti nama

Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (X1), Sumber Daya Manusia

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dibuat batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model