• Tidak ada hasil yang ditemukan

Failover Dua Jalur ISP Pada Mikrotik RouterOS. (Studi Kasus : Fakultas Teknologi Informasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Failover Dua Jalur ISP Pada Mikrotik RouterOS. (Studi Kasus : Fakultas Teknologi Informasi)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi

Peer Connection Classifier

Load Balancing dan

Failover Dua Jalur ISP Pada Mikrotik

RouterOS

(Studi Kasus : Fakultas Teknologi Informasi)

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Wahyu Eka Surya Perangin angin (672011241) Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom.

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

September 2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

Implementasi Per Connection Classifier Load Balancing

dan Failover Dua Jalur ISP Pada Mikrotik RouterOS

(Studi Kasus : Fakultas Teknologi Informasi)

1)Wahyu Eka Surya Perangin angin, 2) Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom.

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : 1)672011241@gmail.com, 2) wiwinsulistyo@staff.uksw.edu. Abstract

Internet Service Provider (ISP) is a service provider on the Internet calling services with other services that are interconnected.Faculty of Information Technology Satya Wacana Christian University has two ISP to be combined using Mikrotik and set up both ISP using Load balancing and failover.Load Balancing is techniques to distribute the traffic load on two or more lines in a balanced connections, so that traffic can run optimally, maximize throughput, minimize response time and avoid overload on one connection line. Load balancing with PCC (Per Connection Classifier) which divides the connection based on the path and not on the packages. Failover is one of the techniques in a backup internet connection, if one connection is problematic then the connection will be able to switch automatically.

Abstrak

Internet Service Provider (ISP) adalah sebuah perusahaan penyedia layanan pada

jasa sambungan internet dengan jasa lainnya yang saling berhubungan. ISP ini memiliki infrastruktur sebagai sarana telekomunikasi yang terkoneksi pada internet.Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana memiliki 2 koneksi ISP yang akan digabungkan dengan menggunakan Mikrotik RouterOS dan mengatur kedua jalur ISP menggunakan Load balancing serta FailoverLoad Balancing adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Salah satu metode load balancing adalah PCC (Per Connection Classifier) yang membagi koneksi berdasarkan jalur dan bukan pada besar paket. PCC menggunakan algoritma hasing dalam menentukan jalur koneksi. Failover adalah salah satu teknik dalam membackup koneksi internet, jika salah satu koneksi bermasalah maka koneksi akan dapat berpindah secara otomatis.

Kata Kunci : ISP (Internet Service Provider), Load Balancing, Failover, PCC

1Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 2Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

(7)

2 1. Pendahuluan

Internet sebagai media informasi tentunya harus memiliki kualitas koneksi yang baik. Apakah koneksi yang diberikan telah optimal berdasarkan kecepatan dan respon time terhadap client. Untuk memenuhi kebutuhan maka dibutuhakannya peningkatan koneksi dalam jaringan mulai dari hardware serta software, Salah satunya adalah dengan menambahkan ISP (Internet Service Provider) dan menggunakan resource yang ada.

Fakultas teknologi informasi adalah salah satu fakultas tehnik yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana yang mengintegrasikan internet sebagai salah satu penunjang proses belajar mengajar dalam perkuliahan. Pada kasus ini fakultas teknologi informasi memberikan koneksi internet berupa hotspot yang dapat diakses oleh mahasiswa FTI (Fakultas Teknologi Informasi ). Hotspot yang diberikan terasa masih kurang dalam hal merespon request dari client karena hanya menggunakan satu ISP yaitu Telkom. Fakultas teknologi informasi memiliki dua ISP yaitu Telkom dan Indosat. Dari permasalahan diatas penulis menerapakan load balancing sebagai pengatur jalur agar

response time menjadi lebih cepat, serta menerapkan failover untuk menjaga jika

sewaktu-waktu salah satu dari ISP mengalami kerusakan atau down.

Load balancing adalah pendistribusian beban trafic pada dua atau lebih jalur

koneksi secara seimbang agar dapat berjalan secara optimal dan memaksimalkan

throughtput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu

beban trafik, salah satu metode yang digunakan adalah metode PCC (Peer Connection

Classifier). Metode ini menspesifikasikan suatu paket menuju gateway suatu koneksi

tertentu serta mengelompokkan jalur berdasarkan src-address, dst-address, src-port, dan

dst-port [1]. Faillover adalah tehnik jaringan degan memberikan dua jalur koneksi atau

lebih jika salah satu jalur koneksi mati maka koneksi akan tetap berjalan dengan adanya jalur koneksi lain atau gateway. Load balancing metode PCC serta failover ini dapat dikonfigurasi meggunakan mikorik RouterOS, RouterOS merupakan sistem operasi dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer menjadi router network (PC Router) yang handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk ip network dan jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP, Lembaga Pendidikan, Perusahaan Komersial, Provider Hotspot [2].

Dari permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini memilih judul “Implementasi Per Connection Classifier Load Balancing dan Failover Dua Jalur ISP pada Mikrotik RouterOS (Studi Kasus : Fakultas Teknologi Informasi)”.

2. Kajian Pustaka

Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Implementasi Load Balance pada Jaringan Multihoming Menggunakan Router dengan Metode Round Robin menjelaskan bahwa metode Round Robin merupakan salah satu metode load balance yang sederhana dalam mengembangkan beban. Load balance dengan algoritma Round Robin yaitu menggunakan kedua gateway secara bersamaan dengan membagi beban secara berurutan dan bergiliran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah algoritma yang digunakan pada penelitian sebelumnya menggunakan algoritma Round Robin sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengguakan algoritma Hashing yang berfungsi

(8)

3

sebagai pengatur jalur atau gateway dan tidak membagi beban hanya menetukan gateway berdasarkan src-address, dst-address, src-port dan dst-port [3].

Pada penelitian yang berjudul Implementasi Failover Menggunakan Jaringan VPN dan Metronet pada Astridogroup Indonesia mengatakan bahwa dengan menggunakan konfigurasi failover, yang dikontrol oleh mikrotik, qos pertukaran data dari kantor pusat ke kantor cabang dan sebaliknya dapat mendekati 100%, dikarenakan gangguan terhadap salah satu koneksi dapat di backup oleh koneksi yang lain. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah media transisi yang digunakan, pada penelitian ini penulis menggunakan jaringan wireless sebgai media transisi sedangkan pada penelitian sebleumnya menggunakan kabel UTP (Unshielded Twisted-Pair) [4].

Penelitian sebelumnya yang berjudul Implementasi Load Balancing Dua Line ISP Menggunakan Mikrotik RouterOS menambahkan setting banwitdh dengan mengguakan winbox yang dapat membagi dari server ke komputer-komputer yang akan dipakai dengan mengatur max limit. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak menerapkan max limit karena pada penelitian ini hanya membuat alternatif jaringan dalam pengembangan [5].

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diguankan dalam penelitian ini adalah metodeyang di kembangkan oleh Cisco pada materi Designing for Cisco Internetwork Solutions (DESGN) yang mendefinisikan secara terus menerus siklus hidup layanan yang dibutuhkan untuk pengembangan jaringan komputer. Tahapan dalam pengembangan jaringan yang akan meliputi sesuai dengan metode penelitian PPDIOO adalah Prepare (persiapan), Plan (perencanaan) Design

(perancangan), Implement (implemetasi), Operation (operasional) and

Optimization (optimasi).

Gambar 1 Tahapan Penelitian [6]

Tahap penelitian pada gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap pertama pada tahap Prepare disusun rencana software dan hardware yang dibutuhkan dengan menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan jaringan terhadap rancangan arsitektur yang diusulkan. Tahap keduat ahap Plan ini meliputi karakteristik area dan menilai jaringan yang ada, untuk menentukan apakah infrastruktur system yang ada, area, dan lingkungan operasional dapat mendukung

(9)

4

sistem yang diusulkan. Tahap ketiga Design membahas tentang detail logis perancangan infrastruktur yang sesuai dengan mekanisme sistem, merancang mekanisme sistem yang akan berjalan sesuai kebutuhan dan hasil analisis. Tahap keempat Implement merupakan fase penerapan semua hal yang telah direncanakan sesuai desain dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Tahap kelima Operate merupakan fase dilakukannya uji coba sistem yang dijalankan secara realtime. Tahap keenam Optimize melibatkan manajemen proaktif jaringan. Tujuan dari manajemen proaktif adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah sebelum masalah baru yang muncul dikemudian hari akan mempengaruhi jaringan [7].

Adapun perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam membangun jaringan ini terdapat pada tabel 1.

Tabel 1 Kebutuhan dalam Penelitian Analisis Kebutuhan Hasil Analisis Kebutuhan Jenis Layanan Hotspot, internet dan web server

Skalabilitas Sedang , terdapat sekitar 50 user

Explandable Dapat diperluas

Lokasi Jaringan hotspot FTI

Medium transisi  Kabel

 Nirkabel

ISP 2 Koneksi ISP yaitu Telkom dan Indosat

Perangkat keras 1. PC Router OS 5.20 MikroTik 2. WiFi Router Board 433 MikroTik 3. Notebook, telepon genggam , personal

computer yang terhubung ke hotspot FTI

- Processor Dual Core - 512MB RAM

Perangkat Lunak 1. Sistem operasi Windows 7

2. Sistem operasi MikroTik RouterOS pada router serta Winbox

3. Tools yang ada di dalam Mikrotik

RouterOS

Managebility dan Monitoring System

Hanya dapat dilakukan di dalam laboratorium jaringan (Laboran)

Keamanan Tidak diterapkan

Alokasi biaya Sudah cukup tersedia

(10)

5

Tabel 1 merupakan kebutuhan dalam penelitian ini mulai dari jenis layanan hingga pada sumber daya manusia yang ada, tabel 1 sangat dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Pada tahap perancangan ini dilakukan pengamatan terhadap jaringan yang sebelumnya dengan cara melihat topologi yang ada pada fakultas teknologi informasi dan dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2 Topologi Jaringan FTI (Fakultas Teknologi Informasi) [8]

Pada gambar 2 terlihat bahwa kedua ISP berada pada jaringan berbeda seperti yang terlihat pada lingkaran yang berwarna merah pada gambar 2, sehingga dari gambar 2 tersebut peneliti akan menggabungkan kedua ISP yakni Telkom dan Indosat agar berada pada jaringan yang sama sehingga dapat diterapkannya metode load balancing PCC dan failover.

Langkah-langkah dalam implementasiatau penerapan penelitian ini adalah terdapat pada gambar 4.

Gambar 3 Langkah-langkah Implementasi [9]

Gambar 3 meruapakan tahapan yang dilakukan oleh penliti dalam melakukan penelitian ini .tahap awal yang dilakukan adalah dengan mengkonfigurasi ethernet dan IP address pada tiap ethernet yang ada menggunakan winbox yang ada pada mikrotik. Gambar 4 adalah tampilan konfigurasi ethernet dan IP address pada winbox.

(11)

6

Gambar 4 IP address pada setiap interface dan IP DNS server

Konfigurasi selanjutnya yang dilakukan adalah konfigurasi NAT (Network Address Translation) berguna agar client dapat terhubung dengan internet. NAT akan mengubah alamat sumber paket yaitu alamat client yang memiliki IP address private agar dapat dikenali oleh internet yaitu dengan cara mentraslasikannya menjadi IP address public. Pengaturan NAT ini menggunakan metode maquerading NAT. Konfigurasi NAT ini sesuai dengan gambar 5.

Gambar 5 Konfigurasi NAT

Proses selanjutnya adalah dengan mengatur mangle pada mikrotik. Mangle berguna untuk melakukan penandaan, penandaan yang dilakukan sesuai dengan kondisi dan syarat yang kita inginkan, setelah itu hasil dari penandaan akan digunakan untuk kebutuhan tertentu berdasarkan action yang dipilih.Proses penandaan ini berdasar pada hasil stateful packet inspection, yaitu src-IP, dst-IP, src-port dan dst-port. Dari parameter tersebut kemudian dapat dilakukan connection-mark dan routing-mark, yang kemudia dapat digunakan untuk pengolahan paket yang spesifik. Selain itu terdapat chain yang merupakan tahapan dari proses pengolahan data, sehingga penandaan dapat dilakukan dengan lebih spesifik sesuai dengan chain yang ada. Pada roses mangle ini terdapat metode PCC dimana penandaan connection dilakukan dengan menggunakan hasil hashing.

(12)

7

Dari proses pengaturan mangle pada gambar 6 maka konfigurasi yang ada pada mikrotik adalah terdapat pada gambar 7 yang merupakan hasil konfigurasi dari mark-connection dan mark-routing.

Gambar 7 Konfigurasi Mangle pada Winbox

Tahap selanjutnya adalah dengan mengkonfigurasi dari failover dan alur dari failover terdapat pada gambar 8

Gambar 8 Alur Failover [9] Keterangan :

- Jalur 1 =“1” dan jalur

2 = “0” merupakan hasil algoritma hashing, yang akan digunakan sebagai pengingat dimanakah paket akan di tandai koneksi dan rouitngya.

Berdasarkan gambar 8 dijelaskan bahwa pcc bekerja dengan bantuan algoritma hashing yang akan menghasilkan output. Output tersebut didapat dengan cara melakukan penjumlahan dari beberapa field IP header kemudian dibagi oleh penyebut yang telah ditentukan,pada penelitian ini pembagi adalah 2 karena ISP yang digunakan 2 ISP, dan sisanya jika dibandingkan dengan remainder tertentu, jika sama, maka paket akan di capture. Proses pemilihan ini dapat diambil dari source-address, destination-address, dst-port. Source-address

(13)

8

dan destination-address dapat diambil dari IP paket header dan src-port dan dst-port diambil dari TCP atau UDP paket header. Salah satu metode hash yang dapat digunakan adalah Modulo, modulo merupakan sebuah operasi bilangan yang menghasilkan sisa pembagian dari suatu bilangan yang menghasilkan sisa pembagian dari suatu bilangan terhadap bilangan lainnya. Perhitungan dari algoritma ini adalah dengan menjumlahkan source-address + port-address + destination-address + destination-port dan membagi dengan jumlah ISP yang digunakan dengan metode modulo, contohnya :

Source-address = 192.168.2.1 Destination-address = 173.149.39.179 Source-port = 1234 Destination-port= 8080 Hashing = 192+168+2+1+1234+173+194+39+179+8080 = 10261 Hashing = 10261 mod 2 Hashing = 1

Hasil dari hashing “1” tersebut merupakan remainder sebagai gateway untuk jalur1 dan sebaliknya jika hasil dari modulo tersebut “0” remainder gateway jalur2, dengan angka” 2” tersebut adalah banyaknya ISP yang digunakan dalam sistem load balancing. Setelah proses algoritma hashing selesai maka akan diteruskan berdasarkan jalur gateway didapat berdasarkan mark-connection penanda ISP dan diteruskan ke mark-routing berdasarkan jalur dan selanjutnya masuk kedalam akses berdasarkan akses ISP yang didapat, pada tahap akhir maka akan dilewatkan berdasarkan gateway yang telah ditentukan. Proses selanjutnya adalah dengan pembuatan failover yang berguna untuk menangani jika terjadi pemutusan koneksi pada salah satu ISP. Fitur yang digunakan adalah memanfaatkan proses pemeriksaan gateway dengan mengirim ICMP echo request kepada sebuah alamat yang dapat digunakan untuk mendeteksi kegagalan sebuah jalur. Dengan cara ini maka kegagalan jalur yang disebabkan oleh gagalnya sebuah hop dalam proses transaksi data juga terdeteksi. Pada proses failover ini jalur gateway akan berpindah secara otomatis karena telah adanya pengaturan routing pada RouterOS mikrotik [9].

4. Hasil dan Pembahasan

Pada sistem pengujian kinerja load balancing ini untuk melihat sistem yang telah dibangun dapat berjalan secara optimal, dengan cara melihat sistem kerja dari load balancing itu sendiri serta melihat kualitas jaringan yang digunakan pada load balancing.

Untuk melakukan pengujian, penulis menggunakan beberapa tools, seperti tools winbox, tools downloader seperti IDM (internet download manager), axence NetTools dan speedtest. Tampilan dari axence NetTools adalah seperti gambar 9

(14)

9

Gambar 9 Tampilan axence NetTools [10]

Pengujian ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu pengujian browsing, download, faiover dan Qos (Quality Of service). Pengujian dilakukan dengan menggunakan 17 client sebagai sampel dalam penelitian ini kebutuhan hardware dan software pada tabel 1 maka penelitian ini dapat memumpuni untuk dilakukannya pengujian.

1. Pengujian Browsing

Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui penyebaran koneksi yang dikirim pada masing-masing interface, jika mark-connection pada masing-masing interface memiliki jumlah koneksi yang sama atau berimbang maka bisa dikatakan PCC sudah berjalan dengan baik.

Tabel 2 Pengujian perhitungan dalam penentuan jalur No Src . Address Src. Port Dst. Address Dst. Port Jumlah Sisa Bagi Mark-Connection ISP1 ISP2 1 192 167 77 1 54013 54 251 103 48 80 54549 1 √ 2 192 167 77 1 54435 31 13 78 8 443 55008 0 √ 3 192 167 77 1 54443 74 125 68 188 40004 94902 0 √ 4 192 167 77 1 54461 74 125 68 188 443 55359 1 √ 5 192 167 77 1 54511 112 80 248 60 80 55091 1 √ 6 192 167 77 1 54633 140 205 203 109 8015 63305 1 √ 7 192 167 77 1 54670 74 125 68 105 80 55122 0 √ 8 192 167 77 1 54809 219 83 126 17 80 55334 0 √ 9 192 167 77 1 54811 219 83 126 17 80 55336 0 √ 10 192 167 77 1 54877 106 10 137 175 443 55748 0 √ 11 192 167 77 1 55019 173 194 150 90 443 56069 1 √ 12 192 167 77 1 55020 74 125 68 138 443 55868 0 √ 13 192 167 77 1 55161 31 13 79 246 443 55973 1 √ 14 192 167 77 1 55192 54 251 150 89 80 55816 0 √ 15 192 167 77 1 55577 40 118 107 213 443 56498 0 √ 16 192 167 77 1 55923 31 13 78 17 443 56505 1 √ 17 192 167 77 1 56051 54 221 209 6 443 56984 0 √ Total 7 10

Hasil tabel 2 diatas adalah koneksi yang ditandai dengan “ISP1” dan “ISP2” hal ini berarti PCC telah menandai koneksi yang terjadi yang selanjutnya diterukan ke dalam proses routing yaitu koneksi ditandai dengan “ISP1” dan

(15)

10

“ISP2” dan diteruskan ke routing-mark “Jalur1” dan “Jalur2” berdasarkan gateway yang telah diuat dalam routing-rule.Untuk melihat apakah hasil capture tersebut memang benar melalui jalur yang telah dilalui berdasarkan konfigurasi yang telah dibuat maka dapat dibuktikan dengan melakukan perhituungan algoritma hasing dalam penentuan koneksi.

2. Pengujian Download

Pengujian ini bertujuan untuk melihat proses download dengan menggunakan semua gateway yang tersedia secara bersama-sama san kecepatan download tiap gateway berimbang.

Gambar 10 Pengujian Download

Pengujian download yang dilakukan penulis adalah dengan mengunduh file dari situs www.youtube.com menggunakan tools IDM dengan file berformat mp4. Parameter yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan melihat penyebaran koneksi dan besar trafik download dari masing-masing interface. Hasil dari gambar 10 adalah hasil download yang dilakukan secara bersamaan oleh penulis, dan hasil yang diperoleh penulis cukup berimbang dengan penyebaran koneksi ditandai dengan “ISP1” dan ”ISP2” dari hal ini berarti PCC telah membagi koneksi yang terjadi cukup seimbang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa load balancing telah berhasil membagi koneksi secara cukup merata pada masing-masing gateway.

3. Pengujian Failover

Pengujian failover berguna untuk mengetahui perilaku sistem jika terjadi pemutusan koneksi pada salah satu jalur koneksi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengujian ini terdiri dari tiga bagian yaitu pengujian pada protokol ICMP, TCP dan UDP. Pada pengujian ICMP dilakukan dengan cara salah satu client melakukan PING ke suatu situs yang telah ditentukan yaitu situs www.ftiuksw.org, kemudian dilakukan pemutusan satu jalur koneksi dengan cara mendisable interface yang digunakan sebgai gateway pada saat melakukan PING.

(16)

11

Gambar 11 Pengujian Failover ICMP

Pada pengujian failover pada gambar 11 ICMP ini dilakukan pemutusan koneksi pada salah satu gateway yang sebelumnya kedua gateway yang ada yaitu “ISP1” dan “ISP2” dalam keadaan hidup maka dari pengujian yang dilakukan berdasarkan gambar 12 maka hasil yang didapat adalah seperti gambar dibawah ini.

Gambar 12 Hasil Pengujian Failover ICMP

Dari gambar 12 terlihat RTO (Request Time Out) hal ini terjadi karena adanya perpindahan jalur koneksi yang pertama menggunakan “ISP1” berubah menjadi jalur koneksi dari “ISP2”, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian ICPM dalam failover berjalan dengan baik karnea setalah dilakukannya pemutusan jalur PING dapat berjalan.Selanjutnya penulis melakukan pengujian terhadap protocol TCP yaitu dengan PC client melakukan download salah satu video pada situs www.youtube.com kemudian dilakukan pemutusan koneksi, berikut adalah gambar perilaku sistem ketika terjadi pemutusan salah satu koneksi :

Gambar 13 Proses TCP dengan ada pemutusan satu gateway

Setelah melakukan pemutusan koneksi seperti pada gambar 13 proses download tidak berjalan tetapi pada saat pemutusan jalur dari gateway

(17)

12

“ISP2” proses download harus di pause terlebih dahulu selanjutnya di start kembali. Hal ini terjadi karena protocol akan menjalin koneksi sebelum pengirim data. Pengiriman akan menginisiasi untuk menjalin koneksi terlebih dahulu dengan penerima yang disebut three-way handshake. Maka dari itu ketika prose transmisi data, gateway yang digunakan berganti maka akan terjadi pemindahan koneksi secara otomatis. Pengujian pada protokol UDP dilakukan dengan cara melakukan panggilan video menggunakan situs www.facebook.com. Setelah panggilan video berjalan kemudia dilakukan pemutusan salah satu koneksi, setelah pemutusan dilakukan secara bergantian ternyata proses video call tetap berjalan dan tidak terputus. Hal ini berbeda dengan protocol TCP karena pada protokol UDP ini tidak melakukan proses three-way handshake karena pada saat pengiriman data tidak melakukan transmisi data walaupun gateway yang digunakan berpindah atau berganti UDP tetap berjalan.

4. Pengujian Qos (Quality Of Service)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas layanan internet pada jaringan berdasarkan parameter delay, packet loss, dan throughtput. Didalam pengujian ini penulis menggunakan standarisasi QOS TIPHON untuk mengetahui bagus tidak kualitas jaringan yang telah diuji. Tahap pengujian QOS ini adalah dengan cara menjalankan tools axence netTools untuk melihat hasil dari setiap client dalam melakukan PING ke situs www.ftiuksw.org. Pada penelitian menggunakan 3 client yang diujikan berdasarkan hari yaitu selama 10 hari berturut-turut sehingga dapat mewakili perlilaku jaringan yang ada.

Tabel 3 Standar delay menurut TIPHON

Tabel 4 Hasil pengujian delay

Client

Status Gateway Delay (ms)

ISP1 ISP2 ISP1 ISP2 ISP1 ISP2 Hidup Hidup Mati Hidup Hidup Mati

PC1 65 114 171 PC2 48 48 131 PC3 156 38 125 PC4 37 171 98 PC5 32 131 66 PC6 36 125 79 PC7 39 71 80 PC8 36 67 64 PC9 40 101 70 PC10 43 46 145 PC11 56 47 104

Kategori Degredasi Delay

Sangat bagus <150 ms

Bagus 150 ms s/d 300 ms

Sedang 300 ms s/d 450 ms

(18)

13 PC12 45 52 107 PC13 67 48 99 PC14 51 60 65 PC15 39 68 43 PC16 46 111 58 PC17 48 45 97 Rata-rata (ms) 52 79 94 Keterangan Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus

Hasil pada tabel 4 dengan pengujian delay yang dilakukan dengan cara menjalankan tools axence netTools untuk melihat hasil dari setiap client dalam melakukan PING ke situs www.ftiuksw.org

Tabel 5 Standarisasi packet loss menurut TIPHON

Kategori Degradasi Packet Loss

Sangat bagus 0% s/d 3%

Bagus 3% s/d 15%

Sedang 15% s/d 25%

Buruk 25% s/d 30%

Tabel 6 Hasil pengujian packet loss

Client

Status Gateway Packet Loss (%)

ISP1 ISP2 ISP1 ISP2 ISP1 ISP2 Hidup Hidup Mati Hidup Hidup Mati

PC1 3% 2% 0% PC2 1% 1% 2% PC3 5% 1% 4% PC4 0% 3% 6% PC5 2% 2% 5% PC6 0% 3% 3% PC7 0% 3% 2% PC8 5% 5% 1% PC9 1% 4% 6% PC10 1% 1% 8% PC11 0% 2% 1% PC12 0% 5% 1% PC13 4% 1% 1% PC14 2% 5% 1% PC15 1% 2% 2% PC16 2% 4% 2% PC17 1% 4% 1% Rata-rata (ms) 2% 3% 3% Keterangan Sangat Bagus Bagus Bagus

Dari hasil pengujian dari tabel 6 ini dapat dilihat bahwa hasil dari pengujian ini bagus, karena menurut standarisasi dari TIPHON. Packet loss terjadi disebabkan oleh jaringan yang digunakan terjadi noise atau ganguan

(19)

14

menyebabkan naik turunnya kecepatan internet. Selanjutnya pengujian jitter. Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin.Di dalam implementasi jaringan, nilai jitter ini diharapkan mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat empat ketegori penurunan kualitas jaringan berdasarkan nilai jitter sesuai dengan versi TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network). Pengujian Qos selanjutnya adalah troughput, troughput adalah bandwidth yang sebenarnya (aktual) yang diukur dengan satuan waktu tertentu dan pada kondisi jaringan tertentu yang digunakan untuk melakukan transfer file dengan ukuran tertentu. Pengujian throughput ini dilakukan dengan menggunakan tools speedtest.cbn.net.id. yang terlihat pada gambar 14.

Telkom Indosat

Gambar 14 Hasil test bandwith untuk melihat throughput

Tabel 7 Standarisasi Throughtput menurut TIPHON

Kategori Degradasi Throughtput (%)

Sangat bagus 100 %

Bagus 75 %

Sedang 50 %

(20)

15

Tabel 8 Hasil pengujian throughtput

Tabel 8 merupakan hasil dari pengujian throughtput dimana hasil yang didapat oleh peneliti berdasarkan standarisasi TIPHON adalah berada pada kategori degradasi “Bagus”. Selanjutnya dilakukannya perbandingan PCC load balancing dengan jaringan sebelumnya, perbandingan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan perbandingan ini adalah dengan melakukan monitoring jaringan menggunakan axence NetTools selama 10 menit dengan jangka waktu selama 10 hari secara berturu–turut, pengujian ini menggunakan tiga client yang masing-masing terhubung kedalam jaringan yang telah diimplementasi load balancing pada jaringan hotspot fakultas teknik informatika. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan ping ke situs www.ftiuksw.org. Data yang diperoleh oleh penulis adalah sebagai berikut.

Tabel 9 Rata-rata pengujian Load Balancing

Pengujian Response Time (ms) Packets

Min Max Average Sent Lost Lost

(%) Hari - 1 25 75 40 206 10 5 Hari – 2 24 80 35 229 3 1 Hari – 3 25 71 38 189 6 3 Hari – 4 25 74 39 205 11 5 Hari – 5 25 73 38 205 1 0 Hari – 6 24 71 39 206 2 1 Hari – 7 24 67 38 204 1 0 Hari – 8 25 84 39 206 0 0 Hari – 9 25 73 39 204 0 0 Hari - 10 24 71 39 206 2 1 Rata-rata 25 74 38 206 4 2 Troughput (Mbps) Bandwith (Mbps) Throughput (%) Status Ket. ISP1 ISP2

8,32 10,7 76,9 Hidup Hidup Bagus 2,78 5,3 52,4 Mati Hidup Bagus 4,15 5,3 78,3 Hidup Mati Bagus

(21)

16

Gambar 15 Grafik Rata-rata pengujian Load Balancing

Tabel 10 Rata-rata pengujian tanpa Load Balancing

Pengujian

Response Time (ms) Packets

Min Max Average Sent Lost Lost

(%) Hari - 1 55 542 164 210 24 11 Hari – 2 34 639 132 212 8 4 Hari – 3 39 595 162 208 7 3 Hari – 4 40 595 170 208 33 16 Hari – 5 53 388 88 214 6 3 Hari – 6 37 764 200 208 29 14 Hari – 7 40 284 71 211 3 1 Hari – 8 54 485 96 210 7 3 Hari – 9 36 554 141 214 17 8 Hari - 10 36 943 291 209 17 8 Rata-rata 42 579 151 210 15 7

(22)

17

Gambar 16 Grafik rata-rata pengujian tanpa Load Balancing

Dari hasil data yang ada ini penulis melakukan perbandingan berdasarkan response time. Response time adalah waktu tanggap yang diberikan oleh antar interface ketika user merequest/ mengirim permintaaan. Response time atau waktu tanggap memiliki fungsi untuk mengetahui seberapa cepat suatu jaringan dapat merespon permintaan dari user. Hasil dari respon pada tabel 12 dapat dilihat bahwa respon pada “ISP1” atau tanpa menggunakan load balancing lambat karena terjadinya kepadatan trafik pada jaringan akibat banyaknya user yang me-request. Dari hasil penelitian pada grafik 1 dan grafik 2 dapat dilihat bahwa waktu tanggap dari setiap user berbeda karena adanya faktor yang mempengaruhi dalam response time yaitu adanya pengoptimalan pada jaringan dengan menerapkan load balancing serta failover, dengan adanya penerapan load balancing dan failover ini jelas dapat membagi jalur secara optimal sehingga response time menjadi lebih cepat.

5. S

impulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan tahap-tahap penelitian ini adalah :

1. Penerapan load balancing pada jaringan Fakultas Teknik Informasi

menggunakan metode PCC tergolong cukup bagus terbukti dari beban koneksi yang seimbang pada setiap gateway ISP1 dan ISP2, tetapi besar paket yang dilewatkan pada masing-masing interface tidak seimbang, hal ini dikarenakan PCC hanya membagi berdasarkan koneksinya atau berdasarkan jalur yang telah ditentukan bukan dari besar paket yang dilewatkan.

2. Sistem pada jaringan yang telah diimplementasikan telah dapat mengatasi masalah ketika salah satu gateway mengalami putus koneksi, dengan cara memindahkan secara otomatis ke gateway yang masih aktif pada protokol

(23)

18

ICMP, UDP sedangakan pada protokol TCP beban koneksi tidak dapat berpindah secara otomatis karena adanya proses three-way handshake. 3. Pada penerapan load balancing yang dilakukan oleh peneliti didapat hasil

bahwa hal yang mempengaruhi dalam response time adalah karena kepadatan trafik pada jalur koneksi dan bukan berdasarkan besar bandwidth.

4. Penerapan load balancing pada jaringan Fakultas Teknik Informasi

menggunakan metode PCC dan failover berjalan dengan bagus sesusai dengan standarisasi TIPHON karena response time dihasilkan menjadi lebih cepat dan tidak adanya terjadi overload.

5. Pada pengujian Qos (Quality of Service) terlihat bahwa pengujian berjalan optimal karena berada pada degradasi sangat bagus.

6. Load balancing pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembagian jalur koneksi.

Dari kesimpulan diatas maka penulis mencoba memberikan saran yang mungkin dapat berguna pada penelitian selanjutnya yaitu untuk menyeimbangkan beban yang lebih baik, sebaiknya menggunakan provider yang sama, serta load balancing menggunakan metode PCC ini tidak terbatas hanya pada dua jalur koneksi saja.Penerapan load balancing dengan metode PCC dan Failover dapat diterapkan pada jaringan yang lebih luas lagi pada penelitian selanjutnya.

6. P

ustaka

[1] Sumarno Eko dan Hasmoro Hanugrah Probo . 2013. “Implementasi Metode

Load Balancing Dengan Dua Jalur”. Karanganyar : Indonesia Jurnal on Networking and Security (IJNS).

[2] Zamzami, Nurul Fadilah. 2010. “Implementasi Load Balancing dan

Failover Menggunakan Mikrotik Router OS Berdasarkan Multihomed Gateway Pada Warung Internet Diga”. Bandung : Politeknik Telkom.

[3] Wirawan, I Made Widhi, dan Sumarianta, Komang Tris. 2011.

“Implementasi Load Balancing Pada Jaringan Multihoming Menggunakan Router Dengan Metode Round Robin”. Bali : Jurusan Ilmu Komputer Universitas Udayana.

[4] Harsapranata, Agni Isador. 2015. “Implementasi Failover Menggunakan Jaringan VPN dan Metronet Pada Astridogroup Indonesia”. Jakarta : Metronet Astridogruop Indonesia.

[5] Arianto Eris, dkk. 2014. “Implementasi Load Balancing Dua Line ISP Menggunakan Mikrotik RouterOS (Studi Kasus Sistem Jaringan LAN di PT. Wahana Semesta Bangka)”. Yogyakarta : Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri.

(24)

19

[6] CiscoZine. 2009. “The PPDIOO Network Lifecyle

http://www.ciscozine.com/the-ppdioo-network-lifecycle”. Diakses tanggal 10 juli 2016.

[7] Laboran Fakultas Teknologi Informasi. 2016. “Topologi Jaringan FTI”. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.

[8] Wijaya, Fabianus Andi. 2014. “Analisis Unjuk Kerja Load Balancing Jaringan 3G/HSDPA Menggunakan Metode PCC pada PC Router Mikrotik”. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Darma.

[9] Sivasubramanian, Balaji.2010. “Analizing The Cisco Enterprise Campus Architecture http://www.ciscopress.com/articles/article”. Diakses tanggal 10 juli 2016

[10] http://axence.net/en/axence-nettools diakses 10 juli 2016. [11] http://www.mikrotik.co.id diakses tanggal 10 juli 2016

[12] ETSI. 2002. “Harmonization Over Networks (TIPHON).In General aspects of Quality of Service http://www.etsi.org/deliver”. diakses tanggal 10 juli 2016.

Gambar

Gambar 1 Tahapan Penelitian [6]
Tabel 1 Kebutuhan dalam Penelitian  Analisis Kebutuhan  Hasil Analisis Kebutuhan  Jenis Layanan  Hotspot, internet dan web server  Skalabilitas  Sedang , terdapat sekitar 50 user
Gambar 2 Topologi Jaringan FTI (Fakultas Teknologi Informasi) [8]
Gambar 4  IP address pada setiap interface dan IP DNS server
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa media cetak diatas adalah media cetak yang dibuat untuk media promos i acara Pemilihan Cak dan Ning Surabaya, dengan warna terang dan model yang ceria

Tidak hanya itu, penelitian ini juga menyoroti tentang dampak dari penggunaan media sosial sebagai ruang publik virtual bagi mahasiswa yang dapat memicu

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja sasaran ini atas dukungan dari kegiatan APBD Kabupaten dimana alokasi sumber dana DAK pada tahun 2016 untuk pengadaan sarana

a asy syar arak akat at me meng ngga gado dops psi i bu buda daya ya ya yang ng tidak sesuai dengan kepribadian bangsa tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. '.+onth

Lebih lanjut dikemukakan bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada mungkin terjadi sebagai hasil dari penetapan tujuan-tujuan yang menjadi prasyarat untuk pengendalian

Bioesei yang dilakukan terhadap keempat isolat Bacillus (NTT3a, NTT3e, SGT3g dan INT1c) menunjukkan bahwa NTT3a, INT1c dan SGT3g mampu menghambat pembentukan pigmen ungu pada

Perseroan menargetkan wisatawan yang akan berkunjung ke Tanjung Lesung tahun 2014 sebanyak 275 ribu orang, atau meningkat 10% dari kunjungan tahun 2013 sebanyak 250 ribu