• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI HIJAUAN BEBERAPA JENIS LEGUMINOSA POHON UNTUK PAKAN TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI HIJAUAN BEBERAPA JENIS LEGUMINOSA POHON UNTUK PAKAN TERNAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI HIJAUAN BEBERAPA JENIS LEGUMINOSA

POHON UNTUK PAKAN TERNAK

(Forage Production of Some Legume tree)

SAJIMIN danN.D.PURWANTARI

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

Leucaena leucocephala is one of legume tree used in the agriculture system in tropics including

Indonesia. This species produce high biomass and good quality of forage since. The attack of L. leucocephala by psyllid pest (Heteropsylla cubana) in 1986. It is needed to find alternative species, which tolerant to psyllid the quality and productivity as good as L. leucocephala. From collection of legume trees at IRIAP (Indonesian Research Institute for Animal Production), forage production of four legume tree was assessed for one year. Those four legume trees were Acacia angustisima, Leucaena diversifolia, Zapoteca tetragona

(white kaliandra) and Calliandra callothyrsus (red calliandra). Seeds of each species were planted in a row

plot 5 m x 1 m, planting space was 0.5 m within row and between row 2 m. Each row was replicated 6 times in Randomized complete block design. Data collected was from 1 year old plant, cutting interval 6 week and cutting height 100 cm. The results showed that the average high of forage production from 6 harvests was obtained by Z. tetragona which was 810.55 g/tree/harvest fresh weight, equivalent to 246.70 g/tree/harvest dry weight, followed by A. angustisima 625.27 g/tree/harvest fresh weight, equivalent 235.74 g/tree/harvest,

C. callothyrsus 376.67 g/tree/harvest fresh weight, equivalent 149.25 g/tree/harvest dry weight and L. diversifolia 172.50 g/tree/harvest equivalent 65.56 g/tree/harvest. It concluded that the high production and

resistancy to psyllid Z. Tetragona is potential apear to replace L. leucocephala. Key Words: Legume tree, Forage Production, Leucaena Resistant

ABSTRAK

Leucaena leucocephala, adalah salah satu leguminosa pohon yang telah digunakan dalam sistem

pertanian didaerah tropik termasuk Indonesia. Jenis ini mempunyai produksi biomas dan nilai gizi yang tinggi sebagai pakan ternak. Namun sejak adanya serangan hama kutu loncat pada tahun 1986, maka perlu di cari penggantinya yang tahan kutu loncat, dengan kualitas dan produktivitas yang mendekati L. leucocephala. Dari koleksi jenis leguminosa pohon yang ada di kebun percobaan Balai Penelitian Ternak, telah dilakukan pengamatan produksi hijauan empat species leguminosa pohon. Keempat species tersebut adalah Acacia

angustissima, Calliandra calothyrsus (kaliandra bunga merah), L eucaena diversifolia dan Zapoteca tetragona (kaliandra bunga putih) ditanam dalam plot larikan 5 m x 1 m. Jarak tanam dalam larikan 0,5 m dan

jarak antar larikan 2 m, tiap larikan diulang enam kali dalam rancangan acak kelompok. Parameter yang diamati adalah produksi hijauan segar dan kering selama setahun. Pengambilan data dilakukan setelah tanaman kuat dan tegar (umur 1 tahun). Tanaman dipotong dengan interval 6 minggu dan tinggi potong 100 cm. Hasil yang diperoleh menunjukkan produksi rata-rata selama 6 kali panen dengan berat segar dan kering tertinggi yaitu Z. tetragona 810,55 (246,70) g/pohon/panen kemudian diikuti A. angustissima 625,27 (235,74) g/pohon/panen; C. calothyrsus 376,67 (149,25) g/pohon/panen, L. diversifolia 172,50 (65,56) g/pohon/panen. Dengan produksi yang relatif tinggi dan tidak terserang hama kutu loncat pada Z. tetragona merupakan potensi sebagai pengganti L. leucocephala.

Kata Kunci: Leguminosa Pohon, Produksi, Leucaena, Tahan Hama

PENDAHULUAN

Usaha peningkatan produktivitas ternak ruminansia menghadapi kendala utama dalam

hal penyediaan pakan hijauan. Fluktuasi pakan hijauan ini baik kualitas maupun kuantitas sangat terasa setiap waktu. Penurunan produksi ternak tidak dapat dihindari ketika keadaan

(2)

hijauan terbatas terutama pada musim kering. Padahal hijauan bagi ternak ruminansia merupakan porsi terbesar untuk ransum pakannya. Melihat kenyataan ini, Indonesia yang merupakan negara berdimensi pertanian memiliki kekayaan sumber daya lahan dan sekaligus merupakan potensi sumber hijauan yang berpeluang untuk dimanfaatkan. Menurut SOEHAJI (2002) bahwa peternakan harus mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal seperti lahan sebagai sumber hijauan pakan ternak. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk dapat menyediakan pakan hijauan yang berkualitas tinggi dan berkesinambungan sepanjang waktu. Keadaan ini dapat terpenuhi dengan mengetahui tanaman pakan serta kendala dalam pengembangannya.

Tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala) yang telah diperkenalkan pemerintah Indonesia tahun 1974 yaitu lamtorogung (L. leucocephala K8). Lamtoro menjadi populer karena mempunyai banyak kegunaan sebagai jenis pohon serbaguna (JPSG) atau ‘Multi Purpose Tree Species’ (MPTS) yang telah banyak ditanam masyarakat. Kemampuan tumbuh yang cepat dengan menghasilkan hijauan dan sangat disukai ternak atau sebagai pupuk hijau. NULIK et al. (2004) melaporkan tanaman lamtoro mempunyai ketahanan pemangkasan berulang dengan produktivitas dan nilai nutrisi tinggi sehingga banyak dikembangkan. Tanaman tersebut telah menjadi pakan andalan di Nusa Tenggara Timur. Namun semenjak adanya serangan hama kutu loncat (Heropsylla cubana) tahun 1986 mengakibatkan tanaman ini kurang berarti bahkan mengakibatkan kerugian bagi yang memanfaatkan lamtoro. Tetapi beberapa petani dilahan kering masih menginginkan lamtoro sebagai pelindung tanaman kopi, bahan kayu bakar dan daunnya untuk pakan ternak (SEMBIRING et al., 1991).

Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menjajagi kemungkinan penggunaan tanaman jenis leguminosa lain yang memiliki produksi hijauan sama dengan tanaman lamtoro sebagai pakan ternak. Menurut LAI (1988) leguminosa pohon juga merupakan andalan untuk menyediakan pakan ternak khususnya pada musim kemarau di mana produksi rumput menurun.

Berdasarkan hal itu, telah dilakukan pengukuran produksi beberapa jenis leguminosa pohon dikebun percobaan Balitnak Bogor. Percobaan lapang telah dilaksanakan untuk mengevaluasi beberapa jenis tanaman leguminosa pohon yang mempunyai prospek baik.

MATERI DAN METODE

Pengamatan produksi hijauan leguminosa pohon dilakukan di kebun koleksi tanaman pakan ternak Balitnak selama satu tahun. Lokasi penelitian pada ketinggian tempat 500 m dpl, jenis tanah latosol, pH 5,2, air 2000 – 2500 mm per tahun. Suhu maksimum 28,4°C, minimum 19,3°C dan kelembaban relatif 84,7%.

Tanaman yang diamati adalah Acacia angustisima (lamtoro merah), Leucaena diversifolia (lamtoro tahan kutu loncat), Zapoteca tetragona (kaliandra bunga putih) dan Calliandra callothyrsus (kaliandra bunga merah). Bahan tanam menggunakan biji yang disemaikan dalam polybag selama 3 bulan kemudian dipindah ke lapang dan setelah pertumbuhan establish (1 tahun) dilakukan pemerataan dengan tinggi potong 1 m dari tanah kemudian interval potong selanjutnya setiap 6 minggu. Tanaman ditanam dalam plot baris 5 m x 1 m. Jarak tanam dalam baris 0,5 m dan jarak antar baris 2 m. Rancangan percobaan acak kelompok dengan 4 jenis tanaman sebagai perlakuan dan 6 ulangan. Parameter yang diamati pertumbuhan (tinggi, jumlah cabang tanaman), produksi hijauan segar dan kering.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi cabang tanaman

Hasil pengamatan pertumbuhan cabang utama empat jenis leguminosa pohon yang diamati rata-rata per pohon pada umur 6 minggu terlihat pertumbuhannya berbeda nyata (P < 0,05). Kaliandra putih menunjukkan jumlah tunas yang tertinggi kemudian diikuti C. calothyrsus, A. angustisima dan L. diversifolia seperti pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Rataan diameter, tinggi dan jumlah tunas/tanaman beberapa jenis legum pohon

Jenis tanaman Diameter pohon utama (cm) Tinggi cabang utama (cm) Jumlah cabang tanaman

Z. tetragona 2,45a * 32,97b 6,67a

C. callothysus 1,25b 36,12a 5,00b

A. angustisima 1,37b 28,72c 4,33b

L. diversifolia 1,45b 25,43c 3,67c Angka yang diikuti huruf sama dalam kolom sama tidak berbeda nyata (P < 0,05)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa tanaman dengan diameter pohon induk lebih besar, memiliki jumlah tunas lebih banyak (6,67) dengan tinggi cabang mencapai 32,97 cm. Jumlah cabang per pohon yang lebih banyak disebabkan batang induk lebih besar dan mempunyai cadangan makanan lebih banyak yang mempengaruhi pertumbuhan tunas baru dan kecepatan tumbuh lebih cepat. Hal serupa juga dilaporkan SAJIMIN et. al (2004) dari hasil pengamatan pada leguminosa pohon D. rensonii yang memiliki diameter batang lebih besar kecepatan tumbuh lebih cepat. Keadaan ini juga terjadi pada Z. tetragona yang pertumbuhan tunasnya lebih cepat dengan pohon lebih besar dibandingkan dengan jenis yang lain. Hal ini akan mempengaruhi produksi hijauan.

Produksi hijauan

Hasil pengukuran produksi empat jenis leguminosa pohon selama satu tahun dengan interval pemotongan 6 minggu rata-rata produksi dapat dilihat pada Tabel 2 dan menunjukkan adanya perbedaan nyata (P < 0,05) produksi berat segar maupun berat kering. Rataan produksi berat kering tertinggi adalah Z. tetragona kemudian diikuti

A. angustisima, C. callothyrsus dan terendah L. diversifolia. Lebih tingginya pada Z. tetragona disebabkan tanaman tersebut memiliki jumlah tunas lebih banyak dan diameter pohon lebih besar, tingkat pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maupun produksi setiap pemotongan juga terlihat lebih tinggi seperti yang terlihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa empat jenis leguminosa pohon selama 6 kali potong dengan produksi segar maupun kering per panen rata-rata tertinggi Z. Tetragona. Pada pemotongan ke-V meningkat hingga 117,67% pada musim kering dari pemotongan ke-2 pada musim hujan dari 666, 67 g/pohon. L. diversifolia meningkat 22,7% dari 83,3 g/pohon dan C. Callothyrsus 38,5% dari 3225,0 g/pohon. Sementara itu, pada musim kering pada panen ke-5 rata-rata produksi jenis A. angustisima menurun 26,9% dari 825,0 g/pohon/panen.

Hal tersebut terjadi diduga ada pengaruh dari sebaran hujan yang tidak merata (Gambar 3). Pada bulan Juni hingga bulan Oktober (potong ketiga dan keempat) airnya rendah kemudian potong kelima – enam produksi naik lagi karena air dan hari hujan meningkat. Air rendah akan mempengaruhi persediaan air tanah dan hara yang dapat diserap tanaman.

Tabel 2. Total produksi hijauan beberapa jenis leguminosa pohon pada interval potong 6 minggu dari 6 kali panen (satu tahun)

Jenis tanaman Berat segar (g/tanaman /potong Berat kering (g/tanaman /potong) Berat segar (t/ha/tahun) Berat kering (t/ha/tahun) Z. tetragona 810,55a * 246,70a 48,6 14,8 C. callothysus 376,67c 149,25b 22,6 8,9 A. angustisima 675,27b 235,74a 40,5 14,1 L. diversifolia 172,50d 65,56c 10,3 3,9

(4)

Gambar 1. Produksi hijauan berat segar dari potong ke I sampai ke VI

Gambar 2. Produksi hijauan berat kering dari potong ke I sampai ke VI

Gambar 3. Air dan hari hujan dilokasi penelitian selama satu tahun 0 5 10 15 20 25 30 35 40 I II III IV V VI Pemotongan ke g /p ot o n g

Z. tetragona C. callothysus A. angustisima L. diversifolia

0 20 40 60 80 100 1200 1400 I II III IV V VI Pemotongan ke g/poto ng

Z. tetragona C. callothysus A. angustisima L. diversifolia

0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 bulan ke mm/ b u la n hari hujan curah hujan

(5)

Menurut THORNE (1979) bahwa air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan hasil tanaman. Air memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman untuk menyusun jaringan yang aktif untuk fotosintesa, pereaksi dalam proses fotosintesa dan hidrolisa seperti pencernaan pati, pelarut garam, gula dan bahan terlarut lain yang bergerak dari sel ke sel lain serta memelihara suhu daun.

Kisaran air yang tersedia dalam tanah yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman terletak antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Berdasarkan hal tersebut maka air sangat berperan pada produksi tanaman dan ini nampaknya juga berpengaruh pada produksi hijauan.

Pada Gambar 3 terlihat bahwa sebaran hujan yang tinggi terjadi pada bulan Oktober hingga bulan Mei dengan hari hujan kurang dari 10 hari per bulan dan air rata-rata 5,3 – 68,2 mm. Sebaran hujan demikian sangat berpengaruh pada air yang terdapat dalam tanah juga rendah. Menurut BUCKMAN dan BRADY (1982), banyaknya air dan lamanya dalam tanah akan berpengaruh terhadap pH tanah. Tanah yang terlalu jenuh air akan menurunkan pH tanah sehingga mengurangi ketersediaan unsur-unsur hara yang dapat diambil oleh akar tanaman. Keempat jenis leguminosa pohon tersebut nampaknya juga dipengaruhi oleh air. Namun jenis Z. tetragona penurunan produksi tidak tinggi, hal ini menunjukkan ketegaran tanaman yang baik.

Melihat pada air bulanan, maka jika dilakukan perhitungan produksi 6 kali potong sehingga total produksi hijauan kering dalam setahun yang dikonversikan ke luasan per ha (populasi tanaman 10000) akan mencapai produksi 14.8 ton/ha/tahun pada jenis Z. tetragona, 14,14 ton/ha/tahun pada jenis A. angustisima, 8,9 ton/ha/tahun pada C. Callothyrsus dan 3,9 ton/ha/tahun pada L. diversifolia. Hasil tersebut pada berat kering lebih tinggi 10 kali dibandingkan dengan L. Leucocephala K28 1,43 ton/ha/tahun (PURWANTARI, 2005). Jenis kaliandra putih selain memiliki produksi tinggi juga mempunyai kecernaan lebih tinggi dibandingkan dengan Acacia vilosa. Hasil ini telah dilaporkan WINA et al. (2001) daun kaliandra putih memiliki kecernaan bahan kering dalam cairan rumen sebesar 62,23% dan

protein kasar 71,45% sedangkan A. vilosa 55,71% dan 68,07%. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti lamtoro yang telah populer sebagai pakan ternak.

KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa leguminosa pohon Z. tetragona produksi hijauannya tertinggi dibandingkan dengan jenis C. callothyrsus, A. angustisima dan L. diversifolia dan memiliki pertumbuhan tunas yang lebih cepat. Produksi hijauan juga dipengaruhi oleh sebaran hujan. Serangan hama tidak nampak pada keempat jenis leguminosa pohon tersebut, sehingga dapat direkomendasikan sebagai pakan ternak untuk pengganti L. leucocephala (lamtoro).

DAFTAR PUSTAKA

BUCKMAN, H.O. and N.C. BRADY. 1982. Ilmu Tanah. Terj. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. p. 428. LAI, R. 1988. Soil erosion Control with alley

cropping. Fith International Soil Conservation Confrence. 18 – 29 Januari 1988. Bangkok, Thailand.

NULIK,J.,D.KANA HAU,P.TH.FERNANDEZ dan S. RATNAWATI. 2004. Adaptasi beberapa leucaena species di Pulau Timor dan Sumba. NTT. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor.

PURWANTARI,N.D. 2005. Forage production of some lesser-known Leucaena sprcies grown on acid soil. Indones. J. Agric. sci. 6(2): 46 – 51. SAJIMIN,B.R.PRAWIRADIPUTRA,N.D.PURWANTARI,

E.SUTEDI dan SUMARTO. 2004. Studi produksi leguminosa pohon Desmodium rensonii sebagai pakan ternak. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor.

SEMBIRING, H., M. THAMRIN, N.L. NURIDA, R. HARDIANTO, G. KARTONO dan A. ABDURAHMAN. 1991. Tanaman legum serba guna dalam sistem usahatani lahan kering di daerah aliran sungai Brantas. Sistem usahatani Konservasi di Das Jratunseluna dan Das Brantas. Risalah Lokarkarya. Hasil Penelitian P3HTA/UACP-FSR. Bandungan, 25 – 26 Januari 1991. Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

(6)

SOEHAJI. 2002. Kebutuhan Inovasi Teknologi Peternakan dan Veteriner dalam Menunjang Agribisnis Pertanian. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. 30 September – 1 Oktober 2002. Puslitbang Peternakan, Bogor.

THORNE, D.W. 1979. Soil, water and crop production. Avi. Publishing CO, wesport. Connecticut. p. 353.

WINA, E., TOHARMAT, T dan H. BANSI. 2001. Nutritional Value of red Leucaena (Acacia

villosa) and white-flover Calliandra

(Calliandra tetragona) as New Protein sources for Ruminant. Pros. Seminar Pengembangan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. hlm. 105 – 106.

Gambar

Tabel 1 memperlihatkan bahwa tanaman  dengan diameter pohon induk lebih besar,  memiliki jumlah tunas lebih banyak (6,67)  dengan tinggi cabang mencapai 32,97 cm
Gambar 1. Produksi hijauan berat segar dari potong ke I sampai ke VI

Referensi

Dokumen terkait

Sampai saat ini belum ada data besaran luas lahan eksisting dan sebarannya, besaran daya tampung lahan berdasarkan potensi produksi tanaman hijauan pakan dari lahan

Dari hasil analisis data, model pertumbuhan diameter pohon yang didapat baik dengan menggunakan model yang digunakan Alder (1980) maupun dengan menggunakan perangkat lunak

Hasil ini hampir sama yang dilaporkan Middleton (1982) dengan menggunakan beberapa jenis rumput yang berbeda baik rumput menjalar maupun rumput tegak di mana interval

Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pertumbuhan beberapa jenis tanaman leguminosa pakan yang sesuai untuk

Tujuan penelitian ini untuk (1) mengetahui potensi hijauan pakan dan kapasitas tampung ternak sapi yang terdapat di area pohon kelapa, (2) mengetahui komposisi botanis dan produksi

Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana nilai pertumbuhan (tinggi tanaman, diameter batang dan lebar daun) dan produksi (berat segar tajuk, berat kering tajuk dan kadar

Pohon Tengkawang dengan tinggi total yang paling besar memiliki produksi buah yang paling sedikit karena pohon ini terletak pada topografi lereng yang diduga

(1994) tersebut dapat dinyatakan bahwa pakan kering komplit dari hasil penelitian ini (khususnya P 2 ) cukup efisien pengaruhnya terhadap pertumbuhan ternak domba, karena