• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI HIJAUAN DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR BEBERAPA JENIS LEGUMINOSA PAKAN TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI HIJAUAN DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR BEBERAPA JENIS LEGUMINOSA PAKAN TERNAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP

PRODUKSI HIJAUAN DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR

BEBERAPA JENIS LEGUMINOSA PAKAN TERNAK

(Effect of Cutting Interval on Dry Matter Production

and Crude Protein Content of Some Species of Forage Legumes)

Andi Ella

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar

andiella@ymail.com

ABSTRACT

Forage production and nutritional value of four species of forage cut at intervals of 30, 60 and 90 days, was carried out at the experiment station of the Assessment Institute for Agricultural Technology, South Sulawesi. Forage species used were; Desmodiun intortum (Desmodium), Aeschynomere americana, Macroptilium lathyroides, and Cajanus cajan (pigeonpea). This experiment was done based on Randomized Completely Design in a factorial arrangment. Species of forage was the main factor and cutting interval was the second factor with three replications. Results showed that the highest forage dry matter production was observed in Aeschynomene americana and Cajanus cajan for all cutting intervals (5,12 tons/ha/year) and the lowest was of Desmodium intortum (2,6 t/ha/year). The highest leaf protein content was obtained in Aeschynomene americana and, Cajanus cajan which was 24.17 and 20.37%, respectively. The lowest leaft protein content, (17.82%) was observed in Macroptilium lathyroides although it was not different from Desmodium intortum (18.23%). The highest stem protein content was also observed in Aeschynomene americana 13.43% and the lowest was in Cajanus cajan 7.18%. It was shown that the overall forage production increased as cutting interval increased, while the crude protein content of leaf and stem decreased as cutting interval increased.

Key Words: Cutting Interval, Forage Production, Forage Quality, Feed Legume ABSTRAK

Produksi hijauan, dan nilai nutrisi empat jenis hijauan pakan yang dipotong setiap interval 30, 60 dan 90 hari, telah dilakukan di Kebun Percobaan Gowa, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Jenis hijauan yang digunakan adalah; Desmodium intortum, Aeschynomene americana, Macroptilium lathyroides dan Cajanus cajan. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial, jenis hijauan merupakan faktor utama dan interval pemotongan sebagai faktor kedua, dengan tiga kali ulangan. Hasil yang diperoleh dari rata–rata produksi bahan kering hijauan tertinggi adalah Aeschynomene americana dan Cajanus cajan untuk semua pemotongan 5,12 ton/ha/tahun dan hasil terendah dari 2,6 ton/ha/tahun dari Desmodium intortum. Rata–rata kandungan protein daun tertinggi diperoleh dari Aeschynomene americana dan Cajanus cajan yaitu masing-masing 24,17 dan 20,37%, terendah adalah, Macroptilium lathyroides yaitu 17,82% meskipun tidak berbeda jauh dengan Desmodium intortum yaitu 18,23%. Sedangkan pada tangkai yang tertinggi juga dari spesies Aeschynomene americana yaitu 13,43% dan terendah dari spesies Cajanus cajan. Secara keseluruhan terlihat bahwa produksi hijauan semakin meningkat seiring bertambahnya umur pemotongan, sedangkan kandungan protein kasar mengalami penurunan kandungan protein daun seiring dengan meningkatnya interval pemotongan dari 60 sampai 90 hari, demikian pula kandungan porotein pada tangkai.

Kata Kunci: Interval Pemotongan, Produksi Hijauan, Kualitas Hijauan, Leguminosa Pakan

PENDAHULUAN

Musim dan waktu pemotongan sangat berpengaruh terhadap produksi dan kandungan

protein kasar beberapa jenis hijauan pakan. Rumput yang tumbuh secara alami didaerah tropis memberikan produksi yang rendah berkisar 3-4 t/ha dan kualitas nutrisi kurang

(2)

(Adjei dan Fianu, 1985), sehingga daya tampungnya sangat rendah yaitu berkisar satu 1 ekor/ha.

Untuk meningkatkan produksi dan kualitas pada padang penggembalaan alami sehingga daya tampungnya meningkat, maka dapat dilakukan pencampuran beberapa spesies tanaman leguminosa pada padang penggembalaan alami, namun demikian ada beberapa faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap produksi hijauan dan kualitas tanaman makanan ternak yaitu kesuburan tanah, iklim dan manajemen penggembalaan/pemotongan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pemotongan sangat besar pengaruhnya terhadap produksi dan kualitas hijauan pakan. Lazier (1981) melaporkan bahwa jarak pemotongan yang lebih lama akan memberikan produksi hijauan yang tinggi, tapi sebaliknya kandungan nutrisinya semakin berkurang. Sebaliknya, bila jarak pemotongan diperpendek maka produksi hijuannya menurun sedangkan kandungan nutrisinya meningktat. Namun, tanaman yang terlalu sering dipotong sangat peka terhadap laju pertumbuhan kembali tanaman. Tanaman dapat mati karena kesempatan untuk bertumbuh kembali terlalu pendek (Rahman et al. 2009; Bao and Hirata 2006; Da Silveira et al 2010; Middleton 1982).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh interfal pemotongan terhadap produksi dan kualitas hijauan terutama kandungan protein kasar beberapa jenis hijauan leguminosa.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Gowa, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Curah hujan tahunan rata-rata 2080 mm/th. Lokasi penelitian terletak 10 m diatas permukaan laut. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, pola faktorial. Spesies leguminosa sebagai faktor utama dan interval pemotongan (30, 60 dan 90 hari) sebagai faktor kedua dengan masing-masing tiga ulangan. Jenis leguminosa pakan yang digunakan adalah

Desmodiun intortum (desmodium),

Aeschynomere americana, Macroptilium

lathyroides, Cajanus cajan (kacang gude).

Sebelum dipindahkan ke plot percobaan tanaman dibibitkan terlebih dahulu pada kantong plastik (polybag). Setelah berumur satu bulan tanaman kemudian dipindahkan ke plot percobaan yang berukuran 4 x 3 m. Jarak tanaman dalam larikan adalah 25 cm sedangkan antara larikan adalah 50 cm. Semua plot percobaan diberi pupuk dasar urea sebanyak 50 kg/ha dan pupuk kandang sebanyak 1,5 ton/ha. Setelah tanaman berumur 3 bulan di lapangan, tanaman dipotong seragam setinggi 20 cm dari permukaan tanah dan selanjutnya dipotong sesuai dengan perlakuan yaitu setiap interval 30, 60 dan 90 hari. Setiap panen daun dan batang dipisah untuk mengetahui produksi hijauannya kemudian diambil sampel sebanyak 1 kg lalu dikeringkan dalam oven untuk mengukur produksi bahan kering. Sampel kering kemudian digiling halus dan selanjutnya dianalisa untuk mengetahui kandungan protein kasarnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan tanaman dilakukan sebanyak 6 kali untuk interval 30 hari, 3 kali untuk interval 60 hari dan 2 kali untuk interval 90 hari. Rata– rata produksi bahan kering sangat nyata dipengaruhi oleh interval pemotongan yaitu masing-masing 2,98, 3,79 dan 5,12 t/ha per tahun, meskipun hasil tertinggi 6,2 t/ha diperoleh dari jenis Aeschynomene Americana pada interval pemotongan 90 hari, produksi rata-rata bahan kering hijauan terendah yaitui 2,6 t/ha diperoleh dari jenis Desmodium

intortum (Gambar 1). Hasil yang sama juga

dilaporkan Lazier (1980) pada tanaman leguminosa Codariocalyx gyroides (syn.

Desmodium gyroides) dengan meningkatnya

interval pemotongan memberikan produksi bahan kering hijauan yang lebih tinggi.

Pada Gambar 1 juga terlihat bahwa produksi bahan kering hijauan pada interval pemotongan 30 hari dengan interval pemotongan 60 hari tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata pada species M.

lathyroides, maupun pada species C. cajan

pada pemotongan yang sama. Sedangkan pada species D. intortum perbedaan yang nyata tidak terlihat antara interval pemotongan 60 hari

(3)

0 1 2 3 4 5 6 7

D. intortum A.americana M. lathyroides C. cajan

P ro d u k si b ah an k erin g t/ h a 30 60 90

Gambar 1. Produksi bahan kering hijauan dari empat species leguminosa pakan ternak pada interval

pemotongan, 30 hari, 60 hari dan 90 hari dan 90 hari. Kondisi seperti ini biasanya dipengaruhi oleh kemampuan masing–masing species untuk bertumbuh kembali setelah mengalami stress (pemotongan). Ada tanaman yang sangat cepat pemulihannya setelah mengalami ngangguan pertumbuhan dan ada juga pemulihannya memerlukan proses yang agak lama, sehingga pertumbuhannya terganggu. Hasil analisis proximat memperlihatkan kandungan protein kasar pada daun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tangkai yang berkayu untuk semua interval pemotongan. Kandungan protein kasar pada Macroptilium

lathyroides dan Cajanus cajan menurun

dengan meningkatnya interval pemotongan, sementara Aeschynomere Americana tercatat sebagai leguminosa yang memiliki kandungan protein kasar tertinggi pada daun untuk interval pempotongan 60 hari. Kandungan protein kasar yang tertinggi dari masing-masing jenis tanaman hijauan pakan adalah Aeschynomere

Americana 26,2 % pada interval pemotongan

60 hari, kemudian disusul C. cajan pada interval yaitu 23,26% pada interval pemotongan 30 hari, dan terendah kandungan protein kasarnya pada species M. latthyroides yaitu 15,82%.

Kandungan protei kasar pada species D.

intortum dan A. Americana berbeda dari dua

species lainnya. Prosentase kandungan protein pada daun tertinggi pada interval pemotongan

60. Hasil ini berbeda dengan yang dilaporkan Ajei dan Fianu (1985) yaitu semakin lama interval pemotongan semakin berkurang kandungan protein kasar daun pada beberapa species leguminosa.

Kandungan protein kasar pada bagian tangkai (berkayu) kurang bervariasi. Pada umumnya tanaman hijauan pakan yang berkayu memiliki kandungan protein kasar rendah yaitu sekitar 6,8% ummnya pada interval pemotongan 90 hari. Semakin lama interval pemotongan semakin rendah kandungan protein kasarnya. Prosentase kandungan protein kasar pada tangkai tertinggi diperoleh pada spcies A. Americana pada interval pemotongan 60 hari dan terenda diperoleh pada species C. cajan pada pemotongan 90 hari. Pengaruh interval pemotongan terhadap kandungan protein kasar masing-masing species. Pada species D.

intortum, M. lathyroides dan C. caja,

prosentase kandungan protein tertinggi pada interval pemotongan yang lebih pendak (30 hari), sedankan pada species A. amerikana prosentase kandungan protein justru yang tertinggi pada interval pemotongan 60 hari, dan juga pada species M. lathyroides prosentase protein daun pada interval pemotongan 90 hari lebih tinggi dibandingkan dengan pemotongan 60 hari.

(4)

0 5 10 15 20 25 30

D. intortum A. americana M. lathyroides C. cajan

K an d u n g an p ro te in d au n (% ) Species tanaman 30 60 90

Gambar 2. Kandungan protein kasar dalam daun dari empat species leguminosa pakan ternak pada interval

pemotongan, 30 hari, 60 hari dan 90 hari

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

D. intortum A. americana M. lathyroides C. cajan

K an d u n g a p ro te in t an g k ai (% ) Species tanaman 30 60 90

Gambar 3. Kandungan protein kasar dalam tangkai dari empat species leguminosa pakan ternak pada

interval pemotongan, 30 hari, 60 hari dan 90 hari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman hijauan pakan ternak membutuhkan manajemen pemeliharaan yang kontinyu untuk mendapatkan produksi hijauan yang seimbang dengan komposisi nutrisi yang dikandungnya. Namun demikian, beberapa jenis hijauan tidak terlalu dipengaruhi oleh manajemen pemotongan seperti dilaporkan pada beberapa jenis leguminosa herba.

DAFTAR PUSTAKA

Adjei MB, Fianu FK. 1985. The effect of cutting interval on the yield and nutritive value of some tropical legumes on the coastal grassland of Gana. Tropical Grasslands. 19:164-171.

Bao GZ, Hirata M. 2006. Effect of devoliation frequency on the development and establishment of a vegetatively planted

(5)

turfgrass Eremechloa ophiuroides (centipede grass). Tropical Grassland. 40:102-110. Da Silva SC, Boneo AAO, Carnevalli RA, Uebele

MC, Bueno FO, Hodgson J, Matthew C, Arnold GC, Morais JPG. 2009. Sward structural caharacteristics and herbage accumulation of Panicum maximum cv. Mombaca subjected to rotational stocking managements. Scientia Agricola. 66:8-19. Lazier JR. 1981. Effect of cutting height and

frequency on dry matter production of Codariocalyx gyroides (syn. Desmodium gyroides) in Belize, Central Maerica. Tropical Grassland. 15:10-16.

Middleton CH. 1982. Dry matter and nitrogen changes in five tropical grasses as influenced by cutting height and frequency. Tropical Grassland. 16:112-117.

Rahman MM, Yasuyuki Ishii, Mitsuhiro Niim, Osamu Kawamura. 2009. Effect of clipping interval and nitrogen fertilization on oxalte content in pot grown napir grass (Pennisetum purpureum). Tropical Grassland. 43:73-78. Sullivan JT. 1978. Chemical composition of forages

with reference to the need of the grazing animal U.S. Dept. Agric. ARS. Report. 34. 107.

Gambar

Gambar 1.  Produksi  bahan  kering  hijauan  dari  empat  species  leguminosa  pakan  ternak  pada  interval  pemotongan, 30 hari, 60 hari dan 90 hari
Gambar 2.  Kandungan protein kasar dalam daun dari empat species leguminosa pakan ternak pada interval  pemotongan, 30 hari, 60 hari dan 90 hari

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun singkong memiliki protein kasar tertinggi, kadar NDICP tertinggi, ADICP terendah serta KCPK yang cukup tinggi berarti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interval pemotongan berpengaruh nyata meningkatkan produksi berat segar dan bahan kering rumput tebu salah.. Fraksi batang pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan serat kasar dan protein kasar silase beberapa jenis rumput pakan ternak dengan additif dedak jagung.. Materi

Sesuai dengan kebutuhan pakan jangkrik yang baik untuk peliharaan ialah hijauan, kacang-kacangan, buah-buahan, dan umbi-umbian yang masih muda serta sayur-

Data yang dicatat mencakup jumlah ternak yang dipotong, keterangan asal ternak yang dipotong, rata-rata berat ternak hidup dan produksi hasil pemotongan, rata-rata

Pengaruh jenis pupuk terhadap kandungan bahan kering, protein kasar dan serat kasar titonia (Tithonia deversifolia) sebagai pakan hijauan yang di tanam pada

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa produksi bahan kering dan kualitas nutrisi hijauan padang penggembalaan alam di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten

4 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa umur panen berbeda pada hijauan pakan fodder jagung yang diberi air cucian beras sebagai hara utama