• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XI/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XI/2013"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 40/PUU-XI/2013

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 27 TAHUN 2009

TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 40/PUU-XI/2013

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [Pasal 15 ayat (1) huruf e] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON

1. Widodo Putu Prawiro 2. Suhartono

ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Selasa, 23 April 2013, Pukul 13.40 – 14.15 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) M. Akil Mochtar (Ketua)

2) Hamdan Zoelva (Anggota)

3) Maria Farida Indrati (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir: A. Pemohon:

1. Widodo Putu Prawiro 2. Suhartono

B. Pendamping Pemohon: 1. Benyamin A.

2. Bayu Suseno 3. Saidi

(4)

1. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Sidang dalam Perkara Nomor 40/PUU-XI/2013 dalam Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Saudara Pemohon, sebagaimana biasa, aturan di Mahkamah sebelum memulai lebih lanjut, saya persilakan memperkenalkan diri terlebih dahulu, siapa yang hadir dalam ruang sidang ini? Duduk saja, Pak, duduk saja. Perkenalkan, siapa?

2. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Bapak, Ibu Hakim yang kami muliakan. Perkenankan saya mengucapkan selamat siang dan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa hari ini kami berdua beserta rekan-rekan bisa menghadap Bapak, Ibu Hakim yang kami muliakan.

Nama saya Widodo Putu Prawiro sebagai Pemohon I, bertempat tinggal di Cilincing, Jakarta Utara. Pekerjaan saya adalah wiraswasta dan menggeluti dalam bidang budaya dalam Yayasan Lembaga Budaya Nusantara.

Kami kira itu sebagai perkenalan saya.

3. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, yang berikutnya, siapa lagi yang hadir di situ? Bapak perkenalkan satu per satu, siapa? Duduk saja, Pak, duduk saja. Itu kan bisa diangkat itu. Coba, Petugas, dibantu itu!

4. PEMOHON: SUHARTONO

Ya, perkenalkan, saya Suhartono. Alamat Mahoni, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pekerjaan wiraswasta. Terima kasih.

5. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Oke. Pemohon yang … yang lain, siapa lagi?

SIDANG DIBUKA PUKUL 13.40WIB

(5)

6. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Hanya berdua, Pak.

7. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Cuma dua, yang lain siapa? Saudara perkenalkan!

8. PENDAMPING PEMOHON: BENYAMIN

Selamat siang, Pak Hakim yang kami muliakan dan Ibu Hakim yang kami hormati. Nama saya Benyamin A. sebagai pendamping dari Bapak Putu yang hadir pada siang hari ini. Terima kasih.

9. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Oke. Terus yang lain, siapa?

10. PENDAMPING PEMOHON: BAYU SUSENO

Selamat siang, nama saya Bayu Suseno sebagai pendamping Pemohon I dan Pemohon II. Terima kasih.

11. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oke. Berikutnya?

12. PENDAMPING PEMOHON: SAIDI

Selamat siang, nama saya Saidi sebagai pendamping dari Bapak Putu dan Bapak Suhartono.

13. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Baik. Sebagaimana biasa bahwa sesuai dengan ketentuan undang-undang, saya persilakan kepada Saudara Pemohon untuk menguraikan secara singkat saja, apa yang menjadikan alasan permohonan Saudara dan pasal berapa dari undang-undang yang Saudara permasalahkan ini? Kemudian, apa yang menjadi dasar atau batu uji di dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sehingga kemudian Saudara berkesimpulan untuk meminta sesuai dengan permohonan Saudara. Silakan.

(6)

14. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Terima kasih. Uji materi tentang Undang-Undang Nomor 27 ayat (15) Pasal 1 huruf e yang kami adukan kepada Bapak, Ibu Hakim, yang kami rasa, MPR, dalam hal melaksanakan tugas dan kewajibannya. Kami sebagai warga negara, sebagai rakyat jelata, merasa terombang-ambing karena pernyataan dari wakil rakyat yang mengistilahkan adanya empat pilar dalam berbangsa dan bernegara. Yang pertama adalah Pancasila, kemudian Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kemudian Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Yang pertama, yang kami jadikan tumpuan dalam gugatan ini karena kata-kata pilar adalah sangat bertentangan dengan kaidah kata dasar yang telah dinyatakan oleh founding fathers. Karena di sini Pancasila adalah merupakan dasar, kemudian merupakan filosofi bangsa, jiwa, dan pandangan hidup bangsa, kemudian juga filosofi bangsa, dan nurani bangsa, dan perjanjian luhur.

Dengan adanya mendiskreditkan Pancasila hanya sekadar pilar, maka timbullah gejolak di dalam masyarakat, baik melalui media sosial,

apakah itu Facebook, Twitter, dan lain sebagainya. Sehingga, kami

merasa tertuntut jiwa saya berdua untuk meminta fatwa atau meminta keputusan dari Hakim Mahkamah Konstitusi, apakah kata-kata pilar itu secara hukum disahkan oleh lembaga negara yang terhormat sebagai penjaga gawang keadilan, dalam hal ini Mahkamah Konstitusi. Karena antara pilar sama dasar, jelas sangat berbeda. Ibaratnya nasi sama tiwul yang sama-sama sebagai pengisi perut, itu pun sudah beda sama sekali.

Jadi, itulah yang mendorong kami berdua untuk melakukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi karena merupakan penjaga gawang terakhir dalam hal undang-undang di bawah Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Saya kira itu yang perlu saya tegaskan, Bapak Hakim yang kami muliakan, mengapa kami berdua mengajukan class action atau uji materi ini. Semoga dalam pertemuan ini, Bapak Hakim dan Ibu Hakim yang kami muliakan masih memiliki nurani bagaimana untuk tidak mengubah fakta sejarah kehendak founding fathers dan perjanjian luhur yang telah disepakati bersama para pendahulu kita. Saya kira itu saja, Pak Hakim. Terima kasih.

15. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Baik. Begini, Pak, ya. Jadi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi bahwa Hakim Panel ini diwajibkan untuk memberi nasihat terhadap Pemohon seperti Bapak-Bapak ini yang permohonannya berkaitan dengan hal-hal yang Bapak mohonkan. Nanti dicatat saja karena nanti masih diberikan waktu untuk memperbaiki

(7)

permohonan yang Bapak ajukan ini yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yang pertama ya, Para Pemohon ini menguji Pasal 15 ayat (1) huruf e ya yang menyatakan bahwa pimpinan MPR bertugas mengoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oke, itu adalah undang-undang tentang … 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, dan DPD, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Kalau melihat permohonan yang diajukan ini, belum jelas atau tidak jelas ini maksud dari permohonan Bapak ini apa, ya. Kenapa? Karena tidak menguraikan duduk permasalahannya yang diajukan dalam permohonan ini. Karena kita agak sulit mengerti yang diinginkan oleh

Bapak ini apa, ya. Misalnya Bapak tidak menguraikan legal standing ya,

kedudukan hukumnya daripada Bapak-Bapak ini, terutama 2 Pemohon ini apa? Perorangan warga negara Indonesiakah, badsan hukumkah, badan hukum privatkah, badan hukum publik, atau satuan masyarakat hukum adat? Karena itu masing-masing punya konsekuensi, ya.

Nah, legal standing itu pintu masuk ke dalam perkara ini. Walaupun sudah dikutip itu Putusan MK Nomor 06 dan Nomor 11 itu ya, tahun 2005 dan 2007 di dalam permohonan ini, tetapi bukan hanya mengutip, itu diuraikan gitu lho, ya.

Jadi, misalnya Bapak-Bapak ini adalah perorangan warga negara Indonesia, ya. Lalu perorangan warga negara Indonesia itu hak dan/atau kewenangan konstitusional Bapak-Bapak ini, itu ada di dalam Undang-Undang Dasar 1945, ya. Kemudian kewenangan konstitusional itu dirugikan oleh berlakunya undang-undang, terutama pasal yang Bapak minta ini, yang mau diuji ini. Itu harus diuraikan. Apa kerugiannya dengan berlakunya undang-undang tersebut dan berlakunya pasal tersebut, ya? Kemudian kerugian itu harus bersifat spesifik ya, khusus ya. Bisa kejadian yang sebenarnya, bisa juga kerugian itu bersifat potensi ya, kerugiannya.

Nah, lalu ada hubungan sebab-akibat antara kerugian yang Bapak derita itu dengan permohonan yang … atau dengan berlakunya

undang-undang itu, ya. Nah, lalu tentu kemudian diuraikan di dalam legal

standing itu juga kalau seandainya permohonan ini dikabulkan, maka potensi atau kerugian dari Bapak-Bapak ini menjadi hilang ya, menjadi hilang tidak ada lagi kerugiannya. Nah, itu legal standing-nya.

Bapak tadi menguji pasal … berapa tadi itu? 15 ya, huruf e ayat (1). Tetapi batu ujinya apa di dalam Undang-Undang Dasar 1945 itu, yang menjamin hak-hak Bapak-Bapak ini apa? Mulai dari Pasal 1 sampai pasal berapa di dalam Undang-Undang Dasar 1945 itu? Harus disebutkan, Pak, batu uji. Di permohonan ini belum ada. Mau Pasal 28D kek, mau Pasal 1 ayat (2) kek, Undang-Undang Dasar 1945, nanti ya Bapak-Bapaklah yang harus menguraikannya. Hubungannya bahwa hak Bapak-Bapak itu dijamin di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal

(8)

sekian, yang kemudian menurut Bapak bahwa dengan berlakunya Undang-Undang tersebut, kemudian pasal yang dimohonkan itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan pasalnya pasal berapa.

Oleh sebab itu, batu ujinya harus ada. Jadi kalau tidak ada batu uji, kita mau menguji pakai apa ini undang-undang … undang-undang ini? Walaupun disebut bahwa menguji itu undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi kan tidak semuanya, ada hal-hal yang secara spesifik diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 itu.

Nah, jadi supaya fokuslah kepada inti masalahnya. Fokus saja, enggak usah terlalu banyak cerita, ya mulai dari Bhinneka Tunggal Ika, filsafatnya, Empu Tantular, Prapanca, Pancasila, dan lain-lain, saya kira itu kita sudah mengertilah. Jadi, enggak usah terlalu panjang soal-soal begitu, lalu tidak fokus ya.

Nah, jadi diingat ya, Bapak harus menguraikan legal standing atau kedudukan hukum, batu ujinya harus ditulis pasal berapa. Lalu di dalam legal standing itu harus menguraikan tentang kerugian dan hubungan sebab-akibat daripada diujinya pasal tersebut.

Intinya kan Bapak keberatan bahwa MPR itu diberi wewenang untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar. Lalu dalam kerangka

menjalankan wewenang itu, mereka punya konsep 4 pilar, kan gitu?

Yang menurut … menurut Bapak-Bapak itu salah, kan kira-kira gitu?

Bukan itu, tetapi karena menurut Bapak-Bapak itu kewenangan MPR itu bersumber dari pasal yang diuji (suara tidak terdengar jelas), pasal yang Bapak-Bapak uji ini, kewenangannya, maka Bapak minta dibatalkan pasal ini. Nanti kalau dibatalkan, misalnya pasal ini, maka MPR itu tidak

berwenang lagi dia memasyarakatkan itu, kan gitu. Nah, dengan

dibatalkannya pasal ini, sehingga hak kerugian atau potensi kerugian Bapak-Bapak itu menjadi hilang, kan kira-kira begitu itu. Jadi begitu.

Nah, lalu itu beberapa hal yang harus Bapak ingat ya, harus diperbaiki dalam … fokus saja enggak usah … enggak usah terlalu ke sana-kemari gitu persoalannya. Yang jelas ini perorangan warga negara Indonesia ya … apa namanya … punya hubungannya begini, akibatnya begini, hak kami dijamin dalam Undang-Undang Dasar pasal sekian, lalu Bapak harus pakai batu ujinya pasal berapa dalam Undang-Undang Dasar itu, ya.

Nah, bisa Bapak melihat ini contoh permohonan yang sudah umum

di MK ini, standarnya sudah ada. Jadi kewenangan Mahkamah, legal

standing, pokok permohonan, petitum.

Nah, petitumnya enggak usah panjang-panjang. Petitumnya tinggal Bapak minta bahwa pasal … berapa tadi ini? Pasal 15 ayat (1) huruf e ini … ini miknya juga sudah … itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Satu, menyatakan bahwa Pasal 15 ini ayat (1) huruf e bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Yang kedua, menyatakan Pasal 15 ayat

(9)

(1) huruf e itu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Yang ketiga, memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara, itu standar sudah.

Nah, jadi atau, “Kalau Mahkamah berpendapat lain, mohon putusan

yang adil dan patut menurut hukum,” itu normal, kan gitu. Atau Bapak

minta konstitusional bersyarat namanya, misalnya bahwa Pasal 15 ayat (1) huruf e itu konstitusional sepanjang dibaca seperti ini, misalnya, misalnya ya, tapi intinya itulah supaya lebih fokus. Ini permohonan Bapak ini masih kurang lengkap. Ya Bapak catat dulu semua nasihat-nasihat Hakim ini, lalu diberi kesempatan untuk memperbaiki.

Itu dari saya, Pak Hakim Pak Hamdan saya persilakan. Bapak dengar dulu ya, dicatat semua nasihat Hakim.

16. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA

Ya, terima kasih. Tadi sudah disampaikan oleh Ketua, permohonan ini belum jelas ya, baik dari sisi legal standing, alasan-alasan, juga di petitumnya atau permohonannya.

Intinya, legal standing itu seperti tadi juga disampaikan bahwa tidak semua orang bisa memohon pengujian undang-undang. Hanya orang-orang yang tertentu yang berhak, orang-orang yang tertentu itu adalah orang-orang yang merasa dirugikan hak konstitusionalnya atau haknya yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar karena adanya pasal dalam undang-undang itu.

Jadi, Saudara harus menunjukkan, “Pasal ini merugikan saya,” begitulah. Merugikan bukan merugikan biasa, tapi merugikan hak konstitusional, artinya hak yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar dan itu harus bisa diuraikan. Di sini sama sekali tidak ada.

Nah, kalau itu tidak memenuhi legal standing, nanti perkara ini tidak akan diperiksa oleh MK karena Saudara dianggap tidak memenuhi syarat untuk mengajukan premohonan ke sini. Jadi itu akibatnya kalau tidak jelas Saudara menguraikan hal itu.

Kemudian yang kedua, permohonan pengujian undang-undang itu menguji salah apa benar undang-undang itu kan begitu, ya. Saudara hendak menyatakan bahwa Pasal 15 ayat (1) huruf e itu salah, kan begitu? Karena itu harus dibatalkan, kan itu inti permintaannya? Ya kan? Nah, salahnya di mana? Paling tidak, yang pertama Saudara sebutkan salahnya, bertentangan dengan pasal sekian Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Harus ditulis, pasal mana? Pasal berapa di Undang-Undang Dasar Tahun 1945 bertentangan? Karena ukuran salah-benar suatu undang-undang itu, dalam perkara di MK itu adalah berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Namanya sendiri Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan konstitusi.

(10)

Kutip dulu, pasal yang mana undang-undang itu bertentangan? Boleh juga dengan pembukaan, boleh juga dengan pasal-pasalnya. Tapi harus ada pasalnya.

Jikalau latar belakang sejarah dari pasal, filosofi, apa, itu terserah uraiannya nanti, tapi pasalnya dulu yang pasti. Nah, kalau tidak jelas pasalnya, langsung ke filosofi sejarah, budaya, dan lain sebagainya, dia

tidak ada maknanya, menjadi kabur, kan gitu. Saudara tidak

menyebutkan pasalnya, pasal berapa Undang-Undang Dasar Tahun 1945, untuk mengukur salah-tidaknya undang-undang itu, pasal itu, tidak ada. Langsung cerita tentang filosofi budaya yang jauh, jauh ke sana.

Jadi yang terlihat seperti itu lho. Itu maksudnya ya. Itulah yang dimaksud tadi, batu uji tadi.

17. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Terima kasih.

18. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA

Pasal berapa di Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu, yang bertentangan?

Nah, sekarang, sepintas tadi apa yang sudah disampaikan, Saudara keberatan dengan empat pilar. Istilah empat pilar yang tidak sesuai dengan makna bahwa Pancasila itu adalah dasar, kok dijadikan pilar? Gitu lho.

Nah, masalahnya di mana? Apakah di undang-undangnya atau karena di luar undang-undang, itu juga dikasih lihat karena di sini menguji undang-undang ya, menguji undang-undang. Apa ada dalam

undang-undang itu yang menyebutkan empat pilar? Ataukah itu

persoalan praktik? Atau persoalan sosialisasi MPR yang tidak ada dalam undang-undang? Itu juga persoalan yang berbeda. Dua persoalan berbeda yang juga … apa … upaya hukumnya juga bisa berbeda.

Nah, itu harus Saudara kaji, ya? Saya kira itu, saya kira, tambahan dari saya. Terima kasih.

19. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Terima kasih.

20. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

(11)

21. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI

Terima kasih, Pak Ketua. Ya. Di sini, permohonan ini memang belum jelas apa maksudnya, lebih jelas yang Bapak paparkan tadi di sini, ya.

Selain itu, tata cara penulisannya ini ada yang agak keliru. Kalau kita menulis pasal, itu dengan P, kalau ayat itu angka di dalam kurung, ya. Jadi, di sini Pasal 3 ayat (a). Ayat (a) ini enggak mungkin ini ya, di PMK Nomor 6. Kalau ayat itu pasti huruf dalam kurung, tapi kalau huruf a, apa pun mesti huruf a dan huruf b, gitu ya.

Di sini, di dalam halaman 4, konsiderans juga alasan konsiderans alasan permohonan pembatalan Pasal 15 ayat (e) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009. Ini kan maksudnya tadi kan, Pasal 15 ayat (1) huruf e. Jadi, penulisannya kok di sini keliru? Nanti dalam putusannya juga akan keliru nanti, ya.

Nah, yang perlu dijelaskan betul-betul adalah apakah ada hak atau kewenangan konstitusional Bapak yang dirumuskan dalam konstitusi? Lihat pasal-pasal konstitusi bahwa setiap warga negara berhak ini, setiap orang berhak ini, itu dilihat, Bapak. Dan apakah hak dan kewenangan itu terlanggar oleh Pasal 15 ayat (1) huruf e tadi?

Selain itu, kemudian apakah hak dan kewenangan itu bersifat spesifik dan aktual, atau setidak-tidaknya berpotensi menuntut (suara tidak terdengar jelas) yang wajar, dapat dipastikan akan terjadi.

Jadi, kalau undang-undangnya itu merumuskan itu, apakah Bapak akan bisa terlanggar dengan pasal itu? Ada hubungan sebab-akibat antara pasal yang diatur itu dengan kerugian Bapak.

Nah, dan kemudian, seandainya permohonan ini dikabulkan, maka kerugian itu, kemungkinan tidak akan terjadi. Itu yang harus dijelaskan, maka tadi dikatakan harus ada batu uji yang ditunjuk dalam konstitusi. Apakah 28A, apakah 28B, dan sebagainya, kita lihat dalam pasal-pasal itu, ya.

Nah, kemudian juga ada hal-hal yang misalnya di sini ada sayang, dasar Indonesia merdeka, itu kini oleh lembaga legislatif, dan eksekutif, serta yudikatif sekadar dijadikan sebagai sebuah pilar. Yang dimaksud yang mana? Apakah MA atau MK pernah mengatakan empat pilar, misalnya? Makanya dalam putusan-putusan MK enggak pernah seperti itu, ya. Karena selama ini sosialisasi adalah oleh MPR.

Nah, kemudian juga harus dilihat di sini kalau Pasal 15 ini yang diuji itu adalah ini. Pimpinan MPR bertugas mengoordinasikan Anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang dilihat adalah ini. Apakah kalimat ini, apakah frasa ini, itu bertentangan dengan salah satu pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945?

Jadi, yang diuji adalah norma dalam pasal ini, ya. Jadi bahwa oh, di sini enggak ada malahan yang mengatakan bahwa empat pilar, enggak

(12)

ada. (Suara tidak terdengar jelas) sebagai dasar negara, enggak ada, tapi di sini Pancasila … MPR memasyarakatkan. Nah, apakah ini bertentangan atau tidak? Ini yang harus Bapak gali, Bapak rumuskan, kalau ini kemudian salah satu melakukan memasyarakatkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu dengan empat pilar, nah berarti implementasi dari pasal ini, itu salah, itu yang harus Bapak jelaskan ya.

Nah, kemudian dalam petitum, petitum ini halaman 16 dikatakan, “Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon.” Kita sudah terima. Ya karena sudah di … disidangkan, jadi di sini mestinya mengabulkan permohonan itu.

Dan kemudian, di sini, tidak … apa … tidak mudah untuk merumuskan petitum ini karena petitum itu kalau banyak sekali gini, nanti putusannya malah mengaburkan apa yang diputuskan, maka Bapak harus mengatakan bahwa Pasal 15 ayat (1) huruf e bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kalau itu sudah dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka petitum yang ketiga dinyatakan Pasal 15 ayat (1) huruf e tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, itu saja. Kalau ini panjang-panjang lebar ini, nanti malah enggak jelas apa putusannya. Ini harus dirangkum kembali, dijelaskan siapa Pemohon itu, warga negara Indonesia, atau Bapak punya kelompok lembaga LSM, atau bagaimana. Terus apa yang dimohonkan dan putusannya itu dimohonkan sebagai berikut.

Dan terakhir, di sini memang ada memerintahkan pemuatan

putusan ini dalam Berita Negara dan juga ada ex aequo et bono, yang

meminta keputusan yang seadil-adilnya. Ini yang harusnya masuk dalam petitum. Tapi petitum ini harus dipersingkat, harus jelas apa yang dimohonkan. Saya rasa itu.

22. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Siap, Ibu. Kami boleh sedikit (…) 23. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, sebentar, Pak, sebentar! Belum saya silahkan, Bapak tunggu dulu.

24. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Terima kasih.

25. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ini kan lagi nasihat dari Hakim, ya. Saudara mau mengemukakan apa?

(13)

26. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Saya mau ucapkan terima kasih atas saran dan nasihat (…) 27. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, jadi begini makanya, tadi itu nasihat Hakim semua. 28. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Ya.

29. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Karena itu kewajiban menurut undang-undang. 30. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Ya.

31. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Yang untuk itu, Saudara diberikan waktu paling lama 14 hari untuk (…)

32. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO 2 minggu.

33. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Untuk memperbaiki ya permohonan Bapak ini. 34. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Siap.

35. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Mereformasi ulang ya.

36. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Siap.

(14)

37. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Sesuai dengan hal-hal atau nasihat-nasihat dari Hakim tadi ya, petitumnya juga diperbaiki, batu ujinya dimasukkan pasal berapa, alasan permohonannya dipersingkat saja, langsung masalahnya apa, tetapi legal standing-nya atau kedudukan hukumnya, Bapak-Bapak itu jangan hanya memasukkan normanya saja, tapi hubungannya harus diceritakan, sehingga Bapak-Bapak ini adalah warga negara … perorangan warga negara Indonesia yang mempunyai kedudukan hukum ya karena ada kerugian konstitusional, dan lain sebagainya yang diatur dalam Undang-Undang Dasar itu.

Nah, untuk itu, kan bisa buka website MK itu banyak

putusan-putusan, di dalam putusan-putusan itu ada contoh-contoh permohonan para pihak, semuanya dimuat lengkap di situ. Itu sudah standar, Pak, tinggal uraiannya saja yang berbeda, bergantung masalahnya.

38. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Siap.

39. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

He em. Nah, oleh karena itu, itu tadi, diberikan waktu 14 hari ya. 40. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Ya.

41. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Kalau misalnya 14 hari tidak ada perbaikan, maka Bapak-Bapak dianggap (…)

42. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Batal.

43. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Tidak batal ya, menggunakan permohonan yang pertama ini, ya. Jadi, tetap diberikan waktu karena itu ketentuan undang-undang 14 hari, kesempatannya tidak harus menunggu 14 hari, baru masuk.

(15)

44. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Siap.

45. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, sebelum masuk 14 hari pun, kalau memang bisa cepat masuk, ya nanti cepat akan dipanggil lagi untuk disidangkan lagi.

46. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Siap.

47. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ya, sidang Panel ya. Jelas, ya?

48. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Jelas.

49. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Oke. Baiklah, dengan demikian (…) 50. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Satu lagi, maaf, Bapak Hakim. Mohon diberi sedikit waktu untuk memohon apa yang kira-kira harus fokus saya kerjakan.

Karena begini, memang saya sudah berusaha minta kopi-kopi di bawah. Dan ini kami ambil dari contoh yang ada.

Kemudian yang kedua bahwa secara materi, jelas kami tidak dirugikan adanya sosialisasi dari MPR. Yang menjadi masalah adalah di

dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kata dasar itu tidak ada,

kemudian yang menjadi masalah, bagaimana MPR menerjemahkan sosialisasi itulah yang menjadi pokok permasalahannya, sehingga

timbullah pilar, empat pilar. Kenapa enggak kata dasar, tapi pakai pilar

yang lain. Itu yang menjadi concern bagi kami. Mohon Bapak dan Ibu yang kami muliakan berkenan memberikan sedikit, secercah bagaimana celah-celah ini bisa kami manfaatkan. Karena secara undang-undang, jelas kami tidak keberatan adanya Pasal 15 ayat (1) huruf e. Cuma pelaksanaan dari MPR, itulah yang kami masalahkan, sehingga timbullah dualisme di dalam masyarakat ada pilar, ada dasar, ini yang saya mohon

(16)

agar kami bisa menuangkan di dalam revisi permohonan kami nanti. Terima kasih.

51. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Oke, jadi begini, Pak. Kalaulah itu yang menjadi persoalan Bapak, maka itu tidak berkaitan dengan kewenangan Mahkamah. Jadi itu soal implementasi. Kalau soal implementasi norma itu, itu bukan wewenang Mahkamah lagi ya, Pak, ya. Kita itu ... wewenang kita adalah kalau norma yang ada di dalam pasal suatu undang-undang itu dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 karena Bapak menguji Pasal 15 huruf e ayat ... Pasal 15 ayat (1) huruf e itu, maka itu dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, lalu itu dibatalkan, kan begitu, itu wewenang kita.

52. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

53. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Tapi kalau berkaitan dengan soal implementasi dan Bapak keberatan atas soal itu, itu bisa diajukan langsung ke MPR, sebagai warga negara bisa. Jadi ajukan di sana bahwa dengan argumentasi misalnya seperti permohonan ini walaupun kalau permohonan ini kan mengikuti format MK. Kalau ke sana, mungkin formatnya dalam bentuk satu tulisan rangkaian, sehingga terjadi keberatan terhadap pelaksanaan sosialisasi yang menggunakan nomenklatur 4 pilar itu, kan gitu?

54. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

55. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Nah, karena itu soal penerapan. Nah, itu tadi makanya saya bilang, kalau kita nanti batalkan Pasal 15 ayat (1) huruf e itu, maka enggak ada lagi wewenang MPR itu, mensosialisasi itu, jadi hilang dia karena normanya sudah dibatalkan oleh kita kan ... bukan dibatalkan, dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Nah, jadi dua hal itu.

Nah, selagi Bapak mau menggunakan menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945, Bapak harus ikuti tadi nasihat-nasihat Hakim itu tadi.

(17)

56. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Terima kasih.

57. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, tetapi kalau yang Bapak persoalkan soal implementasi itu, kita pun tidak berwenang karena memang wewenang lembaga negara ini masing-masing, ya, Pak, ya?

58. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

59. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Kita hanya bisa membatalkan undang-undang. Jadi kalau misalnya melarang dia untuk ... ya, kan memang dalam undang-undang enggak ada itu empat pilar memang, itu satu istilah yang diciptakan oleh MPR ... MPR-lah saya katakan, dalam rangka mempermudah sosialisasi, kan kira-kira seperti itu. Tetapi bukan hanya Bapak saja yang persoalkan, banyak sebenarnya orang yang mempersoalkan itu, enggak tepat, ya kan. Pilar, dasar itu punya pengertian yang berbeda, kan begitulah. Di sini kan Bapak sudah uraikan (...)

60. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Betul-betul (...)

61. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Secara filosofi, sosiologisnya, begini, begitu. Kalau itu yang ingin Bapak kehendaki tanpa mempersoalkan Undang-Undang MD3 istilahnya itu, ya Bapak bisa mencabut saja permohonan ini, lalu membuat surat secara resmi ke MPR dengan kajian Bapak ini, itu lebih anu ... lebih elegan. Semuanya terpulang kepada Bapak, ya.

62. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Siap.

63. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

(18)

64. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

65. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Toh, di sini juga tidak dipungut biaya itu, ini, dan segala macam kan?

66. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

67. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Nah, tinggal Bapak datang saja ke sini yang makan biaya. Kalau di sini, enggak ada yang minta biaya sama Bapak. Mau dicabut, monggo, silakan. Mau terus, perbaiki karena ada kewajiban.

68. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Maaf, sekali lagi. Kalau seandainya kami teruskan, apakah kami

harus menyerahkan 12 sheet fotokopi lagi atau cukup satu saja, Bapak

Hakim?

69. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Perbaikannya, ya kalau Bapak enggak ... enggak cukup biaya juga untuk memperbanyak 12, kan permohonannya sedikit saja, Pak.

70. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

71. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Yang lampiran ini sudah enggak perlu lagi, kan? 72. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

(19)

73. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Enggak perlu lagi, lampirannya sudah cukup. Yang permohonannya saja. Kalau permohonannya kan, kalau difotokopi 12 lembar ... eh, 12 rangkap kan masih (...)

74. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya, masih (...)

75. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Masih mampu kan?

76. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Betul, betul, siap.

77. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya karena undang-undangnya bilang 12. 78. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Ya.

79. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Tapi kalau enggak, ya paling kurang enamlah dibikin, ya? 80. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO

Siap, siap.

81. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ya, Pak, ya?

82. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Siap.

83. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

(20)

84. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

85. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Mulai dari hari ini, tentu dicatat oleh Mahkamah, ya. Nah, nanti setelah itu, Bapak akan dipanggil lagi untuk sidang kembali, ya?

86. PEMOHON: WIDODO PUTU PRAWIRO Ya.

87. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Baik. Dengan demikian sidang dalam Perkara Nomor 40/PUU-XI/2013 saya nyatakan selesai dan sidang ditutup.

Jakarta, 23 April 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d.

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004 SIDANG DITUTUP PUKUL 14.15 WIB

KETUK PALU 3X

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan produk pembiayaan yang ada di Koperasi Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum, pembiayaan bagi hasil manakah yang mampu mendominasi seluruh pembiayaan yang

Tampilan tabel memuat karakteristik umum dari DAS dan nilai-nilai tangkapan yang didapatkan di outlet (watershed summary), analisis sedimen, hidrologi (erosi, sedimentasi dan

Dengan penjelasan yang sama, kalau tidak ada faktor lainnya yang berpengaruh, minimum p a d a Maret dan September p a d a fluks meteor yang terdeteksi pada MWR Kototabang

Apabila dilihat dari capaiannya di tahun 2017, maka capaian Nilai Tukar di atas angka 100 dan telah melampaui target tahun 2017 adalah untuk nelayan, pengolah dan petambak

mekanisme dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros lainnya, dimana daya yang dipindahkan relatif kecil. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan

1) Pertama-tama keluarga calon mempelai laki-laki akan mengutus seseorang untuk menemui keluarga calon mempelai perempuan dalam rangka merundingkan tentang berapa nilai

Rata- rata kecepatan pertumbuhan panjang dari Siganus javus Betina yaitu sebesar 0,0172cm/hari, dimana pendugaan umur nol dari ikan Siganus javus Betina memiliki

Secara hukum, pengelolaan keuangan daerah yang dimaksudkan dalam rangka perwujudan kewajiban pemerintah daerah harus dilakukan dengan sejumlah prinsip, yakni: efisien, efektif,