Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia
KEBIJAKAN
OTONOMI KHUSUS PAPUA
Direktur Jenderal Otonomi Daerah
Yogyakarta, 18 September 2017
“Forum Kebijakan Strategis
untuk Pembangunan Papua”
PERJALANAN UU PEMDA
Total : 133 DOB Provinsi : 1 Kabupaten : 87 Kota : 25
Total : 246 Usulan DOB Provinsi : 33 Kabupaten : 185 Kota : 28 Total : 110 DOB Provinsi : 7 Kabupaten : 94 Kota : 9 UU No. 22/1999
PERTUMBUHAN JUMLAH DAERAH OTONOM
UU No. 32/2004
TUJUAN PEMBENTUKAN DOB
MEMPERCEPAT
PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN
RAKYAT,
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT,
PELAYANAN PUBLIK &
PENINGKATAN DAYA
SAING
MENGOPTIMALKAN
KINERJA
PEMERINTAHAN
DAERAH DLM
PENCAPAIAN TUJUAN
OTDA
1
2
6
1. KAB. MAMBERAMO RAYA 2. KAB. MAMBERAMO TENGAH 3. KAB. YALIMO
5. KAB. NDUGA 6. KAB. PUNCAK 7. KAB. DOGIYAI 4. KAB. LANNY JAYA
8. KAB. INTAN JAYA 9. KAB. DEIYAI
PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM DI PAPUA
TAHUN 2007-2009
7
1. KAB. TAMBRAUW 2. KAB. MAYBRAT
PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM DI PAPUA BARAT
TAHUN 2007-2009
DATA EVALUASI PERKEMBANGAN DOB
THN 2007-2009
Kinerja Bidang Pendidikan:
31 Daerah (54%) dari 57 DOB mempunyai kinerja pelayanan pendidikan dibawah rata-rata nasional.
Kinerja Bidang Kesehatan:
35 Daerah (61%) dari 57 DOB mempunyai kinerja pelayanan kesehatan dibawah rata-rata nasional.
Kinerja Bidang Sosial Ekonomi:
33 Daerah (58%) dari 57 DOB mempunyai kinerja sosial ekonomi dibawah rata-2 nasional, 7 Daerah (14%) dari 57 Daerah mendapatkan
Opini BPK Tidak Wajar dan Tidak Memberikan Pendapat.
Sumber:
9 PERINGKAT KINERJA DAERAH OTONOM PEMBENTUKAN TAHUN 2007 -2009 PERINGKAT KINERJA DAERAH OTONOM DI PAPUA DAN PAPUA BARAT PEMBENTUKAN TAHUN 2007 -2009 0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000
GRAFIK PERBANDINGAN CAPAIAN KINERJA DAERAH OTONOM PEMBENTUKAN TAHUN 2007 - 2009
Sumber : Hasil Evaluasi Kinerja Pemda Direktorat Evaluasi Kinerja & Peningkatan Kapasitas Daerah Ditjen Otda Tahun 2016
PERINGKAT KINERJA DAERAH BARU DI PAPUA DAN PAPUA BARAT TERHADAP 57 DAERAH
OTONOM PEMBENTUKAN 2007 - 2009
PERINGKAT
NOMOR NAMA KABUPATEN SKOR STATUS 37 KABUPATEN YALIMO 2.1092 T 39 KABUPATEN MAYBRAT* 2.0308 T 41 KABUPATEN PUNCAK JAYA 1.9119 S 42 KABUPATEN INTAN JAYA 1.7599 S 43 KABUPATEN MAMBERAMO TENGAH 1.6730 S 44 KABUPATEN DOGIYAI 1.4364 S 45 KABUPATEN TAMBRAUW* 1.3093 S 46 KABUPATEN DEIYAI 1.2709 S 47 KABUPATEN NDUGA 1.1664 S 49 KABUPATEN MAMBERAMO RAYA 1.1117 S 50 KABUPATEN LANNY JAYA 0.6237 R
Keterangan : T = Tinggi S = Sedang R = Rendah * = Papua Barat
Besaran PAD Terhadap Seluruh Pendapatan Dalam APBD selain di Papua
dan Papua Barat
Besaran PAD Terhadap Seluruh Pendapatan Dalam
APBD di Papua & Papua Barat, 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 10 Sumber : Hasil Evaluasi Kinerja Pemda Direktorat Evaluasi Kinerja &
Peningkatan Kapasitas Daerah Ditjen Otda Tahun 2016
NO.
PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM TAHUN 2007 – 2009 DI PAPUA DAN PAPUA BARAT
Besaran PAD Terhadap Seluruh Pendapatan Dalam APBD 1 KABUPATEN MAYBRAT 2.49 2 KABUPATEN TAMBRAUW 0.74 3 KABUPATEN DEIYAI 1.05 4 KABUPATEN DOGIYAI 1.03 5 KABUPATEN INTAN JAYA 0.75 6 KABUPATEN LANNY JAYA tdi
7 KABUPATEN MAMBRAMO RAYA 1.13 8 KABUPATEN MAMBERAMO TENGAH 1.48 9 KABUPATEN NDUGA 0.36 10 KABUPATEN PUNCAK 2.42 11 KABUPATEN YALIMO 1.54
Besaran PAD Terhadap Seluruh Pendapatan Dalam
APBD 57 DOB Pembentukan 2007-2009
11 Sumber : Hasil Evaluasi Kinerja Pemda Direktorat Evaluasi Kinerja &
Peningkatan Kapasitas Daerah Ditjen Otda Tahun 2016
Belanja Publik Terhadap Total
APBD selain di Papua dan Papua
Barat Belanja Publik
Terhadap Total APBD di Papua &
Papua Barat 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00 NO.
PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM TAHUN 2007 – 2009 DI PAPUA DAN PAPUA BARAT
Belanja Publik Terhadap Total APBD 1 KABUPATEN MAYBRAT 62.53 2 KABUPATEN TAMBRAUW 79.02 3 KABUPATEN DEIYAI 97.19 4 KABUPATEN DOGIYAI 69.34 5 KABUPATEN INTAN JAYA 73.99 6 KABUPATEN LANNY JAYA tdi
7 KABUPATEN MAMBRAMO RAYA 64.26 8 KABUPATEN MAMBERAMO TENGAH 77.67 9 KABUPATEN NDUGA 67.40 10 KABUPATEN PUNCAK 70.90 11 KABUPATEN YALIMO 79.87
12
tdi = tidak ada informasi
Sumber : Hasil Evaluasi Kinerja Pemda Direktorat Evaluasi Kinerja & Peningkatan Kapasitas Daerah Ditjen OTDA Tahun 2016
CAPAIAN KINERJA BELANJA PUBLIK TERHADAP TOTAL
APBD DI PAPUA & PAPUA BARAT
NO NAMA KABUPATEN CAPAIAN
KINERJA
1 KABUPATEN DEIYAI 97.19
2 KABUPATEN YALIMO 79.87
3 KABUPATEN TAMBRAUW 79.02
4 KABUPATEN MAMBERAMO TENGAH 77.67
5 KABUPATEN INTAN JAYA 73.99
6 KABUPATEN PUNCAK 70.90
7 KABUPATEN DOGIYAI 69.34
8 KABUPATEN NDUGA 67.40
9 KABUPATEN MAMBRAMO RAYA 64.26
10 KABUPATEN MAYBRAT 62.53
11 KABUPATEN LANNY JAYA tdi
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
GRAFIK CAPAIAN KINERJA BELANJA PUBLIK TERHADAP TOTAL APBD DI PAPUA & PAPUA BARAT
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
DI PAPUA & PAPUA BARAT
13
Sumber : Hasil Evaluasi Kinerja Pemda Direktorat Evaluasi Kinerja & Peningkatan Kapasitas Daerah Ditjen OTDA Tahun 2016
CAPAIAN KINERJA BELANJA UNTUK URUSAN PENDIDIKAN
DAN KESEHATAN DI PAPUA & PAPUA BARAT
NO NAMA KABUPATEN CAPAIAN
KINERJA
1 KABUPATEN DEIYAI 23.42
2 KABUPATEN YALIMO 18.78
3 KABUPATEN DOGIYAI 18.59
4 KABUPATEN LANNY JAYA 17.55
5 KABUPATEN MAYBRAT 16.25
6 KABUPATEN MAMBRAMO RAYA 14.72
7 KABUPATEN INTAN JAYA 14.36
8 KABUPATEN MAMBERAMO TENGAH 12.62
9 KABUPATEN NDUGA 11.16 10 KABUPATEN TAMBRAUW 11.03 11 KABUPATEN PUNCAK 10.47 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 KABUPATEN DEIYAI KABUPATEN YALIMO KABUPATEN DOGIYAI KABUPATEN LANNY JAYA KABUPATEN MAYBRAT KABUPATEN MAMBRAMO RAYA KABUPATEN INTAN JAYA KABUPATEN MAMBERAMO TENGAH KABUPATEN NDUGA KABUPATEN TAMBRAUW KABUPATEN PUNCAK
GRAFIK CAPAIAN KINERJA BELANJA UNTUK URUSAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DI PAPUA & PAPUA BARAT
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
DI PAPUA & PAPUA BARAT
CALON DOB KAB. IMEKKO
(INDUK : KAB. SORONG SELATAN)
HASIL KAJIAN BERDASARKAN PP 78/2007
3. TEKNIS
:
1. ADMINISTRASI
: Lengkap
TEKNIS CALON DOB TEKNIS KAB INDUK
Kategori 4 Faktor Utama Kategori 4 Faktor Utama
M (413) Penduduk = 95 √ Ekonomi = 70 √ Potensi Drh = 61 √ Keuangan = 75 √ SM (439) Penduduk = 100 √ Ekonomi = 70 √ Potensi Drh = 68 √ Keuangan = 75 √
2. FISIK KEWILAYAHAN
: Lengkap
Ket:
Calon DOB Kab. Imekko merupakan usulan pemekaran dari daerah induk Kab Sorong Selatan Prov Papua Barat yg telah masuk dlm Ampres berdasarkan Surat Presiden RI kpd Ketua DPR RI No. R-66/Pres/12/2013 tanggal 27 Desember 2013 Hal 65 (enam puluh lima) RUU ttg Pembentukan Provinsi/Kabupaten/Kota, namun hasil sidang Paripurna DPR RI tgl 29 September 2014 menyatakan “MENUNDA" pengambilan keputusan terhadap 65 (enam
puluh lima) RUU Pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) dan menyerahkan pengambilan keputusannya
PERMASALAHAN UMUM
DALAM PEMEKARAN DAERAH
CONSTRAINS
PERTIMBANGAN
ETNIS
1
HISTORIS
KEDRHAN
2
RENTANG
KENDALI
3
ELITE
DAERAH
5
MERASA
KURANG
PERHATIAN
6
LUASNYA
CAKUPAN
GEOGRAFIS
4
Struktur Jabatan & Eselonering Yang Terisi selain di Papua &
Papua Barat
Struktur Jabatan & Eselonering Yang Terisi di Papua & Papua
Barat
Organisasi selain di Papua & Papua Barat
Organisasi di Papua & Papua Barat 0,01 0,10 1,00 10,00 100,00
SALAH SATU MASALAH YG DI HADAPI DOB
“TERKAIT KELEMBAGAAN”
Struktur Organisasi yang Besar belum memperhitungkan Kriteria Efektivitas dan Efisiensi Kelembagaan
Aspek Aparatur yang tersedia masih belum sesuai dengan kualifikasi serta kesesuaian antara personil yang mengisi
KEBIJAKAN PENATAAN DAERAH
Penataan daerah
meliputi
pembentukan daerah
dan penyesuaian
daerah.
Pembentukan daerah
berupa pemekaran daerah
dan penggabungan
daerah. Pembentukan
daerah mencakup
pembentukan daerah
provinsi dan pembentukan
daerah kabupten/kota.
Pemekaran daerah
dilakukan melalui
tahapan daerah
persiapan provinsi
atau daerah
persiapan kab/kota
selama 3 tahun.
Pembentukan daerah
persiapan harus
memenuhi persyaratan
dasar kewilayahan dan
persyaratan dasar
kapasitas daerah; serta
persyaratan administrasi.
Pembentukan daerah dan
penyesuaian daerah dapat
dilakukan berdasarkan usulan
daerah (BOTTOM UP) dan
berdasarkan pertimbangan
kepentingan strategis nasional
(TOP DOWN).
Desain besar penataan
daerah disusun oleh
pemerintah dan
ditetapkan dengan
peraturan pemerintah
sebagai dasar pemekaran
daerah.
19
FORUM DESENTRALISASI ASIMETRIS (FORDASI) → Lahir 2 Maret 2017 di
DIY
→ Anggota terdiri dari: 1. Pemerintah Aceh 2. DKI Jakarta
3. DIY
4. Prov. Papua 5. Prov. Papua Barat
20
OTSUS
PAPUA
MRP
PENDANAAN KEWENANGAN GUB (Persetujuan pengangkatan Kapolda & Kajati) PERDASUS/ PERDASI PENGAKUAN THDP PERADILAN ADAT, MASY ADAT & HAKULAYAT AFFIRMATIVE ACTION BAGI OAP GUB/WAGUB OAP ANGGOTA DPRP PENGANGKATAN (KURSI OTSUS)
USULAN
REVISI UU
OTSUS
21
GUBERNUR
DPRP
MRP
3 Pilar Utama
ISU STRATEGIS
1. REKRUTMEN KEANGGOTAAN MRP
PERIODE 2017 – 2022
→ (Papua: 51 org, PB: 42 org)
2. PENGISIAN KEANGGOTAAN DPRP
MEKANISME PENGANGKATAN (KURSI
OTSUS)
→ (Papua: 14 org, PB: 11 org)
3. GUBERNUR TELAH MEMILIKI “DAPUR
OTSUS”
→ BIRO OTSUS (Permendagri 9/2017)
4. KETERLIBATAN KOMPONEN
MASYARAKAT, PERGURUAN TINGGI,
DAN SWASTA
22
1. .
0 5 10 15 20 25 30 % Tingkat Kemiskinan23
23
IPM Papua meningkat dari 54,45% pada tahun
2010 menjadi sebesar 57,25% di tahun 2015.
Selama periode tersebut, IPM di provinsi paling
timur Indonesia ini rata-rata tumbuh sebesar
1,01% tiap tahunnya. Meskipun nominal IPM
Papua terus meningkat setiap tahunnya, namun
pertumbuhannya selama periode 2010-2015 terus
melambat.
Untuk Papua, meskipun menjadi
satu-satunya provinsi dengan klasifikasi
IPM
rendah,
namun
pertumbuhannya
sebesar 0,88% menempati peringkat ke-21
dari 34 provinsi
TREN PERKEMBANGAN IPM PROV. PAPUA
24
Secara Umum besarnya capaian IPM Provinsi Papua Barat selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, demikian pula dengan
kabupaten/kota-nya tidak satupun yang mengalami penurunan .
Perkembangan IPM Papua Barat Tahun 2010 – 2015
25
69%
5%
26%
Persentase Penduduk Asli
Papua yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama
Pertanian
Industri
Jasa
18,29
10,13
27,38
14,58
19,55
1,63
2,00
5,96
Tidak pernah sekolah
Tidak/ belum tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Dip I/II
Tamat Dip III/ Akademi
Tamat Dip IV/ S1
Persentase Penduduk Asli Papua
yang Bekerja Menurut Tingkat
Pendidikan
26
Kualitas pendidikan dasar sangat
rendah,
masih
bermasalah
dgn
kemampuan calistung
Penduduk
tersebar
dalam
kelompok
kecil
yg
jaraknya
berjauhan
Budaya sebagian besar masyarakat
yg masih mengikutsertakan
anak-anaknya untuk bekerja/berkebun
Kelangkaan guru dengan ijazah
D-IV/S1 yg bersedia ditempatkan di
pedalaman
27 0 1.000.000.000.000 2.000.000.000.000 3.000.000.000.000 4.000.000.000.000 5.000.000.000.000 6.000.000.000.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PAPUA PAPUA BARAT
PAPUA: Rp53,518,806,687,550 PAPUA BARAT: Rp13.613.154.098.950 TOTAL: Rp67.131.960.786.500 0 500.000.000.000 1.000.000.000.000 1.500.000.000.000 2.000.000.000.000 2.500.000.000.000 3.000.000.000.000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
DANA TAMBAHAN
INFRASTRUKTUR
PAPUA: Rp13.815.357.144.000 PAPUA BARAT: Rp5.449.642.858.000 TOTAL: Rp19.264.999.972.000DANA OTSUS + DTI PAPUA: Rp66.546.663.831.550 PAPUA BARAT: Rp19.062.796.956.950
TOTAL: Rp85.609.460.788.500
DANA OTSUS
28
PAPUA
TOTAL PENDAPATAN
Rp 42,987 T
TOTAL PENDAPATAN
Rp 17,554 T
PAD
DANA PERIMBANGAN
OTSUS+DTI+DBH OTSUS
LAINNYA
Kontribusi Penerimaan dalam rangka Otsus (Dana Otsus, DTI dan DBH Otsus
Terhadap Total Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
se Papua: 16,73% dan Papua Barat 19,07%
PAPUA
PAPUA BARAT
(%)
29
(%)
PAD DANA PERIMBANGAN OTSUS+DTI+DBH OTSUS
LAINNYA
30
31
DANA OTSUS 2% DARI
PLAFON DAU NAS
DANA TAMBAHAN
INFRASTRUKTUR
DANA TAMBAHAN SDA
MIGAS
Terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan
dan kesehatan
Dimaksudkan agar sekurang-kurangnya dalam 25
Tahun seluruh kota Provinsi, Kabupaten/Kota,
Distrik
atau
pusat-pusat
penduduk
lainnya
terhubungkan dengan transportasi darat, laut,
dan udara berkualitas
Sekurang-kurangnya 30% untuk pembiayaan
pendidikan dan sekurang-kurangnya 15% untuk
kesehatan dan perbaikan gizi
32 Sumber : Paparan Gub. Papua pada Rakerda, 6 Juni 2017
32 OAP; 19,03% Tenaga Guru; 21,70% Unit Layanan; 37,87% SKPD; 21,40%
Pengelolaan Dana Otsus 20%
(pemerintah provinsi)
Pengelolaan Dana Otsus 80%
(29 kabupaten/kota)
Individu; 52,48 Tenga Guru; 9,00% Unit Layanan (Sekolah); 29,68% SKPD; 8,84%
Ada perbedaan yang cukup signifikan antara pemerintah provinsi (kelola 20%) dengan pemerintah
kabupaten/kota (kelola 80%) dalam mengarahkan dana otsus bidang pendidikan ke penerima manfaat. Untuk
pemerintah provinsi lebih dominan kepada penerima manfaat individu OAP (mis : beasiswa, bantuan lainnya),
sedangkan pemerintah kabupaten/kota lebih fokus untuk Unit Layanan (gedung sekolah, RKB, dsb).
33 Sumber : Paparan Gub. Papua pada Rakerda, 6 Juni 2017
OAP; 59,36% Tenga Medis; 5,17% Unit Layanan; 35,32% SKPD; 0,15% OAP; 32,39% Tenaga Medis; 22,00% Unit Layanan; 45,56% SKPD; 0,05%
Termasuk di bidang kesehatan, pemerintah provinsi juga tampak lebih dominan kepada penerima manfaat
individu OAP (mis : rujukan, pemberantasan penyakit, dll ), sedangkan pemerintah kabupaten/kota lebih fokus
untuk Unit Layanan (Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan, Penyediaan Biaya Operasional dan
Pemeliharaan, dll)
Pengelolaan Dana Otsus 20%
(pemerintah provinsi)
Pengelolaan Dana Otsus 80%
(29 kabupaten/kota)
34 Sumber : Paparan Gub. Papua pada Rakerda, 6 Juni 2017
OAP; 83,13% Lembaga Ekonomi; 2,01% SKPD; 14,85% OAP; 98,36% Lembaga (Kampung, Ekonomi), 1,64 %
Untuk sektor ekonomi kerakyatan, tampaknya ada kesamaan berpikir antara pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota, keduanya sama-sama lebih mengarahkan alokasi belanja otsus kepada
penerima manfaat individu OAP
Pengelolaan Dana Otsus 20%
(pemerintah provinsi)
Pengelolaan Dana Otsus 80%
(29 kabupaten/kota)
Pendidikan < 30%
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 30,00% 23,51% 15,23% 18,64% 83,36% 82,65% 81,26% 70,00% 76,49% 84,77% 81,36% 16,64% 17,35% 18,74%
BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG
DANA OTONOMI
KHUSUS (2% DAU
Nasional dikurangi
dana Respek)
30% dikelola Provinsi Papua Barat 70% dikelola kab/kota se-provinsi Papua Barat (berdasarkan indikator dan bobot)1. Jumlah Penduduk Asli Papua sebesar 30% 2. Jumlah Penduduk
sebesar 10%
3. Luas Wilayah Sebesar 20%
4. IPM sebesar 10% 5. IKK sebesar 30%
PENGGUNAAN DANA OTSUS BAGIAN KAB/KOTA
Minimal 30% Untuk Bidang Pendidikan;
Minimal 15% Untuk Bidang Kesehatan dan Perbaikan Gizi
Bidang Pengembangan Ekonomi Kerakyatan, Bidang Infrastruktur dan Bidang Affirmatif Action Sesuai Kebutuhan
Masing-masing Kab/Kota.
PENGGUNAAN DANA RESPEK
Bidang Pendidikan,
Kesehatan dan Perbaikan Gizi, Pengembangan Ekonomi Kerakyatan, Bidang Infrastruktur dan Bidang Affirmatif Action
38
38
AFIRMASI BIDANG PENDIDIKAN
BAGI ORANG ASLI PAPUA (OAP)
Pada Maret 2015, telah ditandatangani
Nota Kesepahaman/MoU antara
Mendagri, Mendikbud, dan
Menristekdikti tentang Pelaksanaan Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Bagi Orang Asli Papua di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Dalam rangka mendukung agenda
Prioritas Pembangunan Nasional
Tahun 2015-2019 yang dituangkan
dalam Nawa Cita Pemerintahan
Kabinet Kerja yakni meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia
dalam Bidang Pendidikan
Pada 19 Oktober 2015, Perjanjian
Kerjasama/MoA (Memorandum of
Agreement) antara Ditjen Otonomi
Daerah Kemendagri, Ditjen Belmawa Kemenristekdikti, Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, Gubernur Papua, dan Gubernur Papua Barat.
1
2
3
PENERIMA BEASISWA PROGRAM S/D 2017:
- ADEM 1.465 ORG
- ADik 2.973 ORG
4.438 ORG
38
4
39
PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI 1.013 ORANG
PENERIMA BEASISWA ADEM DAN ADIK TAHUN 2017
Salah Bentuk Program
Kerjasama Multi Sektor:
1. Kemendagri
2. Kemendikbud
3. Kemenristekdikti
4. Kemenhan
40
Pembangunan
bidang pendidikan
tidak bisa
dilaksanakan
dengan cara
biasa
1. Percepatan
penuntasan wajar 9
tahun;
2. Percepatan
pemenuhan tenaga
pendidikan &
kependidikan;
3. Peningkatan
kompetensi tenaga
pendidik &
kependidikan;;
4. Pengembangan model
sekolah yg adaptif.
5. Komitmen yg kuat
semua pihak, termasuk
penyelenggara
pemerintahan (pusat&
daerah), penyelenggara
pendidikan, orang tua,
dan masyarakat..
KONDISI SAAT INI
UPAYA
ARAH KEBIJAKAN
1. Rendahnya
kemampuan
“calistung”;
2. Keterbatasan
kualitas dan
kuantitas tenaga
pendidik (guru) dan
kependidikan (TU,
pustakawan, dll);
3. Penduduk yang
tersebar dalam
kelompok
kecil-kecil;
4. Kesulitan
akses/transportasi,
dll.
41
KEHADIRAN KDH DAN APARATUR
PERANGKAT DAERAH DI TEMPAT
TUGAS.
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN DANA
SINKRONISASI
&
SINERGITAS
PROGRAM
PENDAMPINGAN,
termasuk
oleh
PTN/PTS
42
TERIMA KASIH
SUMATERA KALIMANTAN
JAVA
IRIAN JAYA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA