• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERIAL TESTING REGULATIONS UNDER STATUTORY LAW BY LAW NUMBER 14 OF 1985 CONCERING THE SUPREME COURT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERIAL TESTING REGULATIONS UNDER STATUTORY LAW BY LAW NUMBER 14 OF 1985 CONCERING THE SUPREME COURT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MATERIAL TESTING REGULATIONS UNDER STATUTORY LAW BY LAW NUMBER 14 OF 1985 CONCERING THE SUPREME COURT

( Case Study Supreme Court Decision Number 48 P/HUM/2014) Bian Dwiputra Mangindaan1, Nurbeti1, Suamperi1

Legal Studies Program, Faculty of Law, University of Bung Hatta Email : Bian.dwiputra@gmail.com

ABSTRACT

Testing of material laws and regulations under the Act prusuant to Act number 14 of 1985 about Supreme Court, is a prayer one authority from the Supreme Court to review Test or assess Operating materially legislation under legislation about wheater a rule of contents (material) As opposed with legislation. The author the carefully be name subscribe with formulation of the problem as follows: 1). How testing procedure under legislation act by act number 14 of 1985 about Supreme Court. 2). Is testing trends legislations under the act operates material. Methodes taht authors usethe qualitative analysis of data normative data sources primary legal material, secondary, and tertiary. Conclusions: 1). In litigation procedure judicial that is clear and written in article 31 A has arranged the steps to apply for the case to be filed to the Supreme Court so that absence of errors in applying it. 2). There is a tendencywhich is visible from the tersting regulations, regulations under which in pratice or implementation regulation is closely related to the law, and there fopr a lot of different parties which tested the ministerial regulation to the Supreme Court because it conflicted with the constitutional rights of Indonesian citizens.

Keywords : Regulations, Material Testing, Supreme Court A. Latar Belakang Masalah

Semenjak dilahirkan didunia, maka manusia telah mempunyai hasrat untuk hidup secara teratur. Hasrat untuk hidup secara teratur tersebut dipunyainya sejak lahir dan selalu

berkembang didalam pergaulan hidupnya. Namun, apa yang di anggap teratur oleh seseorang, belum tentu dianggap teratur oleh pihak – pihak

(2)

lainnya.1 Manusia juga merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar sesama, dengan demikian kebutuhan kehidupan akan saling terpenuhi.2 Dalam hal tersebut di Indonesia Sistem Pemerintahan yang dipakai ialah Presidential yakni dimana Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan3

Sebagai badan kehakiman di Negara Kesatuan Republik Indonesia Mahkamah Agung dianggap sudah mapan menjalankan tugas-tugasnya yakni : Fungsi Peradilan, Fungsi Pengawasan, Fungsi Pengaturan, Fungsi Memberi Nasihat, dan Fungsi Administrasi. Salah satu fungsi yang ada pada Mahkamah Agung ialah

1 Soerjono Soekanto,2008, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm1.

2 R.Soeroso,2013, Pengantar Ilmu Hukum,

Sinar Grafika, Jakarta,hlm 59

3 Soehino,1993,Hukum Tata Negara

Sistem Pemerintahan Negara, edisi pertama,Liberty Yogyakarta,hlm 11

Fungsi Peradilan yaitu merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia diterapkan secara adil, tepat dan benar. Fungsi peradilan erat kaitan dengan hak uji materil, yaitu wewenang menguji/menilai secara materil peraturan perundangan dibawah undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) yang bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi, hal ini terdapat dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Pentingnya peranan Mahkamah Agung dalam Menciptakan ( The Supreme Law Of The Land ) agar tercipatanya keadilan yang sebenar-benarnya, menjadi dasar bagi penulis

(3)

dalam melakukan penelitian yang diberi judul : PENGUJIAN MATERIL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIBAWAH UNDANG-UNDANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 48 P/HUM/2014).

Berdasarkan uraian, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah :

1. Bagaimanakah Prosedur Pengujian Materil Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung ?

2. Apakah Kecenderungan Pengujian Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang-Undang secara materil ?

B. Meode Penelitian

Dalam pengumpulan data untuk mendapatakan bahan – bahan guna menyempurnakan tulisan ini penulis melakukan penelitian ini dengan cara:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu melakukan penelitian dengan menggunakan literatur – literatur kepustakaan atau penelitian terhadap asas – asas hukum.

2. Sumber data

Sumber data digunakan dalam penelitian ini adalah data Sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari sumber yang telah ada terdiri dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan – bahan hukum yang mengikat karena berdasarkan peraturan PerUndang– Undangan yang berlaku saat ini yang

(4)

dikeluarkan oleh pemerintah Peraturan PerUndang-Undangan tersebut yakni : 1). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

3). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung

4). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung

5). Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti : Undang– Undang, hasil–hasil penelitian, karya-karya dari kalangan hukum, dan sebagainya.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi tentang hukum primer dan skunder seperti :

kamus bahasa hukum, kamus bahasa Inggris, kamus bahasa Belanda, kamus ilmiah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen atau studi kepustakaan yaitu penelitian mengambil bahan dari literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti di Perpustakaan Fakultas Hukum Andalas, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Perpustakaan Universitas Bung Hatta.4

C. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kekuasaan Kehakiman di Indonesia.

Kekuasaan kehakiman di Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar sejak Masa Reformasi, diawali dengan adanya TAP MPR RI Nomor X/MPR/1999 tentang

4

Burhan Ashofa, 2004, Metodologi

(5)

Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara menuntut adanya pemisahan yang tegas antara fungsi-fungsi judikatif dan eksekutif.5

Selanjutnya Kekuasaan Kehakiman di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan dengan adanya Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengubah sistem penyelenggaraan negara di bidang judikatif atau kekuasaan kehakiman sebagaimana termuat dalam bab ix tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 24, Pasal 24A, Pasal 24B, Pasal 24C dan Pasal 25.

Kekuasaan kehakiman yang semula diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang

5 Jimly Asshiddiqie,2006, Konstitusi dan Konstitusional, Sekertariatan Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Indonesia,

Jakarta,hlm 186

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dirubah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan karena Undang-Undang ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka diganti dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.6

2. Prinsip Dasar Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (1)

6

https://advosolo.wordpress.com/2012/07/04/kekuas aan-kehakiman-di-indonesia/diakses pada tanggal 13 September 2016 Pukul 14.04 WIB

(6)

menyatakan Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.

Kekuasaan kehakiman di Indonesia dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Dengan demikian dalam sistem hukum nasional yang berlaku, penyelesaian hukum dalam perkara yang individual konkret hanya ada pada satu tangan yaitu pada kekuasaan kehakiman. Hal

demikian berlaku tidak saja untuk perkara-perkara konkret yang berkaitan dengan persengketaan hukum yang terjadi di antara sesama warga negara, tetapi juga berlaku untuk perkara-perkara yang menyangkut sengketa antara warga negara dan pemerintah.7

3. Sejarah Singkat Mahkamah Agung Sejarah panjang berdirinya Mahkamah Agung RI tidak dapat dilepaskan dari masa penjajahan atau sejarah penjajahan di bumi Indonesia ini. Hal mana terbukti dengan adanya kurun – kurun waktu, dimana bumi Indonesia sebagian waktunya dijajah oleh Belanda dan sebagian lagi oleh Pemerintah Inggris dan terakhir oleh Pemerintah Jepang. Oleh karenanya perkembangan peradilan di Indonesia pun tidak luput dari pengaruh kurun waktu tersebut.

7

https://kgsc.wordpress.com/prinsip-dasar-kekuasaan-kehakiman/ diakses pada tanggal 13 September 2016 Pukul 14.43 WIB

(7)

Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda Pada tahun 1807 Mr. Herman Willem Deandels diangkat menjadi Gubernur Jenderal oleh Lodewijk Napoleon untuk mempertahankan jajahan-jajahan Belanda di Indonesia terhadap serangan-serangan pihak Inggris. Deandels banyak sekali mengadakan perubahan-perubahan di lapangan peradilan terhadap apa yang diciptakan oleh Kompeni. 4. Tugas Dan Kewenangan

Mahkamah Agung

Tugas Pokok Mahkamah Agung adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, disamping itu

Mahkamah Agung juga

mempunyai tugas seperti mengajukan 3 orang anggota

Hakim Mahkamah Konstitusi dan juga memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi.8

Mahkamah Agung juga memiliki beberapa wewenang di antaranya sebagai berikut:

a. Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan.

b. Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan perundang-undangan dibawah Undang-undang.

c. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.

5. Tinjauan Tentang Pengujian Materil Peraturan

8

https://felicia2505site.wordpress.com/2013/10/17/t ugas-wewenang-ma-mk-ky/ diakses pada tanggal 13 September 2016 Pukul 19.55 WIB

(8)

undangan dibawah Undang-Undang.

Pembahasan judicial review di Indonesia mempunyai sejarah panjang sejalan dengan pembentukan Negara Republik Indonesia. Perdebatan tentang pengujian peraturan perundang-undangan oleh pengadilan ini muncul sejak pembahsan Undang-Undang Dasar 1945 pada Rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan pada Rapat Besar Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Wacana perlunya kekuasaan kehakiman diberi hak untuk menguji peraturan perundang-undangan terus bergulir. Pada tahun 1974, bersamaan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang mana Mahkamah Agung diberi

kewenangan untuk menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang.

Ketentuan demikian diikuti dalam Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung. Undang-Undang tentang Mahkamah Agung dengan melakukan perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 berdsarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Salah satu perubahan penting adalah perubahan Pasal 31 dan Pasal 31A. Kedua Pasal tersebut selain mengatur tentang Judcial review yang semula hanya hak uji materil menjadi hak uji materil dan hak uji formil, juga memuat secara singkat kewenangan, legal standing, formal dan materi permohonan, diktum putusan, dan publikasi putusan dalam Berita Negara/Berita Daerah.9

9 Ibid, hlm127

(9)

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Prosedur Pengujian Materil

Peraturan Perundang-undangan di

bawah Undang-Undang

berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985.

Didalam prosedur pengujian materil peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang berbagai kekeliruan dapat terjadi berdasarkan pertimbangan hukum. Pada Putusan Hak Uji Materil Nomor 48 P/HUM/2014 yang perkaranya tentang permohonan keberatan hak uji materil terhadap Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 25/M/-DAG/PER/5/2014 Tentang Harga Patokan Petani Gula Kristal Putih Tahun 2014.

Alasan Permohonan

mengatakan bahwa kapasitas termohon hanya untuk menetapkan harga patokan gula nasional yang telah disepakati bersama dengant

ujuan mengingkatkan kemampuan produksi pangan secara mandiri yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, bukan sebaliknya yang dilakukan termohon yang telah menentukan harga sendiri dan merugikan para petani, khususnya petani tebu. Oleh karena itu ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 25/M-DAG/PER/5/2014 tentang Penetapan Harga Patokan Petani Gula Kristal Putih Tahun 2014, telah melanggar peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yakni ;

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 4 huruf a dan g menyebutkan :

a. Meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri

g. Penyelenggara pangan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi

(10)

Daya Ikan, dari Pelaku Usaha Pangan.

2. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, mengatur kebijakan perdagangan disusun berdasarkan asas adil dan sehat.

3. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan menyebutkan:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

b. Mengingkatkan pengguna dan perdagangan produk dalam negeri c. Mengingkatkan kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan

4. Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014, menyebutkan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban mendorong peningkatan dan melindungi produksi barang kebutuhan pokok dan barang penting dalam negeri

untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Prosedur dalam

mengajukan gugatan ke Mahakamh Agung di atur dalam Perma Nomor 1 Tahun 1993 adalah:

1. Gugatan Hak Uji Materil masuk dalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan didaftar oleh direktorat Tata Usaha Negara (Pasal 1). Pada awalnya, pendaftaran dan register perkara hak uji materil masuk dalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara di Mahkamah Agung. 2. Hukum acara yang diberlakukan untuk memeriksa dan memutus gugatan Hak Uji Materil (Pasal 2) : a. Majelis Hakim Agung memeriksa dan memutus gugatan hak uji materil tersebut dengan menrapkan ketentuan hukum acara yang berlaku bagi sebuah perkara contentiosa.

(11)

b. Badan Peradilan tingakat pertama dan tingkat banding yang menerima gugatan mengenai hak uji materil dalam perkara perdata, pidana, tata usaha negara memeriksa dan memutus perkara tersebut sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku bagi perkara masing-masing.

3. Gugatan hak uji materil hanya dapat diajukan oleh penggugat sekali saja dan tidak dapat diajukan peninjauan kembali (PK).

2. Kecenderungan Pengujian Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang-Undang secara materil.

Pada tahun 2014 perkara hak uji materil yang diterima oleh Mahkamah Agung yang mendominasi paling banyak adalah Peraturan Menteri yang merupakan perkara paling banyak diterima oleh Mahkamah Agung.

Kekuatan hukum pada peraturan menteri sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diakui keberadaanya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan peruundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Dari pernyataan tadi terdapat dua syarat agar peraturan-peraturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 memiliki kekuatan mengikat sebagai peraturan perundang-undangan, yaitu;

1. Diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi 2. Dibentuk berdasarkan kewenangan.

Di Tahun 2014 Perkara Hak Uji Materil yang didominasi paling banyak ialah Peraturan Menteri. Peraturan Menteri merupakan jenis peraturan delegasi yang utama dari suatu undang-undang mengingat dalam sistem pemerintahan presidensial delegasi dari Undang-Undang kepada Menteri secara langsung untuk mengatur Peraturan Menteri tidaklah

(12)

wajar. Mengingat kedudukan Peraturan Menteri yang demikian dan mengingat substansi Peraturan Menteri yang sangat terkait dengan pelaksanaan suatu Undang-Undang maka sangat wajar banyak pihak yang menguji suatu Peraturan Menteri karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang yang memberikan delegasi dan melanggar hak-hak konstitusional Warga Negara Indonesia.

E. Penutup 1. Simpulan

a. Prosedur Pengujian Materil Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang-Undang dalam prosesnya yang tidak singkat serta melalui beberapa tahap dan ketentuan yang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung. Didalam Pasal 31 A sudah jelas

dan tertulis ketentuan dalam mengajukan permohonan keberatan hak uji materil, dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya kekeliruan dalam menafsirkan prosedur yang sudah ada dalam ketentuan Undang-Undang yang mengaturnya. Tetapi masih banyak juga putusan yang di tolak oleh Mahkamah Agung karena tidak memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti pada perkara putusan Nomor 48 P/HUM/2014 yang mana penolakan perakra ini disebabkan tidak singkronya alasan-alasan pemohon dengan peraturan-peraturan yang lebih tinggi.

b. Kecenderungan Pengujian Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang-Undang secara materil pada Tahun 2014 yang mendominasi perkara paling banyak pada saat itu ialah Peraturan Menteri ini disebabkan

(13)

karena mengingat kedudukan suatu Peraturan Menteri serta pelaksanaanya yang sangat terkait dalam Undang-Undang yang wajar banyak pihak untuk mengajukan perkara pengujian materil kepada Mahkamah Agung karena dianggap bertentangan dengan hak-hak konstitusional Warga Negara Indonesia.

2. Saran

a. Sebelum mengajukan gugatan ada baiknya segala sesuatu itu harus dilihat dan dicermati baik-baik agar tidak ada kekeliruan dalam mengajukan hal tersebut. Sebab prosedur yang sudah ada dan tertulis

dalam ketentuan Undang-Undang harus benar benar dijalankan dan diperhatikan dengan seksama.

b. Didalam kecenderungan pengujian peraturan-perundang-undangan dibawah undang-undang secara materil memungkinkan kewajaran berbagai pihak untuk mengajukan uji materil terhadap Peraturan Menterike Mahkamah Agung karena

merasa hak-hak

konstitusionalnya terancam. Yang mana Peraturan Menteri ini sangat erat kaitanya dengan pelaksanaan Undang-Undang.

Ucapan Terimakasih

Dalam Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang tak terhingga nilainya. Kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ibu Nurbeti, S.H., M.H selaku

pembimbing I dan Bapak Suamperi S.H., M.H selaku Pembimbing II sekaligus sebagai ketua bagian Hukum Tata Negara yang mana telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan baik berupa petunjuk-petunjuk, saran-saran maupun pendapat yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

(14)

Selanjutnya ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Ibu Dwi Astuti Palupi S.H., M.H Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta 2. Ibu Dr. Sanidjar Pebrihariati S.H., M.H Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

3. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis.

4. Karyawan/karyawati Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta. 5. Terima kasih atas segala pengorbanaan, perhatian, dan do’a tulusnya Papi saya Anton Mangindaan dan Mami saya Zulfia Hadi yang saya sayangi serta Abang saya Andre Saputra Mangindaan.

5. Terima kasih atas segala pengorbanaan, perhatian, dan do’a tulusnya Papi saya Anton Mangindaan dan Mami saya Zulfia Hadi yang saya sayangi serta Abang saya Andre Saputra Mangindaan.

6. Terima Kasih untuk keluarga besar saya yang ada di Padang serta berperan menggantikan keluarga inti saya untuk Ndos dan Om Ad serta Adek Sepupu saya Salsabilla.

7. Ucapan terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan saya Fakultas Hukum Angkatan 2013 dan Parak Jambu Squad yang tidak ada nyerahnya.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku

Adnan Buyung Nasution,2007, Arus Pemikiran Konstitualisme Hukum dan Peradilan, Kata Hasta Pustaka, Jakarta:

Ahmad Syahrizal,2006, Peradilan Konstitusi, Pradnya Paramita, Jakarta:

Burhan Ashofa,2004, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta:

Immam Soebechi,2016, Hak Uji Materiil, Sinar Grafika, Jakarta:

Jimly Asshiddiqie,2006, Konstitusi dan Konstitusional, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Indonesia, Jakarta:

Mahftu Effendi,2014,Mengkaji Model Rumusan Acara (Ius Constituendum) Pengujian Peraturan PerUndang-Undangan di Bawah Undang-Undang Oleh Mahkamah Agung, Puslitbangkumdil Balitbang MA RI, Jakarta:

Moh. Mahfud MD,2013, Perdebatan Hukum Tata Negara Pascaamandemen Konstitusi, RajaGrafindo Persada, Jakarta:

(15)

Nurbeti,2010, Hukum Lembaga Negara, Bung Hatta University Press, Padang:

B. Peraturan perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Perubahan Atas Undang-Undang Nomro 14 Tahun 1985

C. Sumber Lain

Advosolo,https://advosolo.wordpress.com/ 2012/07/04/kekuasaan-kehakiman-di-indonesia/ pada tanggal 13 September 2016 Aryo,http://aryokarlan.blogspot.co.id/2009 /03/sejarah-mahkamah-agung-ri.html pada tanggal 13 September 2016 Eduka,http://www.edukasippkn.com/2015/ 09/tugas-dan-wewenang-ma-mahkamah-agung.html pada tanggal 13 September 2016

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah optimalisasi bandwidth internet yang terbatas agar dapat diakses oleh seluruh user di Local Area Network dan otomatisasi queue perangkat

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh nyata varietas tanaman yang diuji terhadap tinggi tanaman, namun tidak terdapat pengaruh nyata

Dengan adanya masalah tersebut, dalam penelitian ini ingin meneliti apakah ada pengaruh dari terpaan tayangan iklan produk kecantikan Maybelline Clear Smooth All

• Dalam sistem common law dan civil law, badan yudikatif mempunyai hak menguji (toetsingsrecht)  menguji apakah peraturan-peraturan hukum yang lebih rendah dari UU sesuai atau

Hakim pada Pengadilan Tinggi Padang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Padang dengan membuktikan dakwaan Primair Pasal 114 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

The Supreme Court Regulation Number 2 of 2008 concerning Regulation of the Supreme Court of the Republic of Indonesia regarding the Compilation of Sharia Economic

1960 tentang Perairan Indonesia Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the law of the sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-

Perbedaan status ini muncul sebagai akibat dari perbedaan dalam transaksi pertukaran ketika pengepul memberikan pinjaman dana secara terus- menerus dan pengrajin tidak mampu