• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Referensi-referensi Penunjang dan Jurnal Teori Struktur Modal

Dalam struktur modal, terdapat beberapa teori (Firnanti, 2011), yaitu:

a. Agency Theory

Agency theory atau teori keagenan merupakan teori mengenai struktur

kepemilikan perusahaan yang dikelola oleh manajer bukan pemilik. Manajemen merupakan agen dari pemegang saham. Para pemegang saham

mendelegasikan wewenang kepada agen supaya bertindak atas

kepentingan para pemegang saham tersebut (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Hapsari, 2007).

Manajer profesional bukan agen yang sempurna dari pemilik perusahaan, sehingga belum tentu bertindak untuk kepentingan pemilik, atau dengan kata lain setiap pengambilan keputusan, manajer akan memaksimalkan kepuasan dirinya sendiri.

Teori keagenan menjelaskan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham berkaitan dengan aktivitas pencarian dan bagaimana dana tersebut diinvestasikan.

(2)

b. Asymmetric Information Theory

Brealey dan Myers (2003:511) menyatakan bahwa Asymmetric

Information adalah “a fancy term indicating that managers know about their companies prospect, risk, and values than do outside”. Brealey dan

Myers menyatakan bahwa manajer mempunyai pengetahuan lebih luas daripada investor. Hal ini dibuktikan dengan perubahan harga saham akibat suatu keputusan yang diambil manajer. Dalam asymmetric

information theory dijelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap lebih tertutup atau terbukanya perusahaan untuk membagi informasi kepada pihak luar.

c. Static Trade-off Theory

Adanya trade off theory pada struktur modal dapat menjelaskan perbedaan struktur modal yang ditargetkan antara perusahaan.

Perusahaan dapat melakukan perhitungan mengenai struktur modal optimal dengan mempertimbangkan peningkatan nilai perusahaan dan biaya yang akan muncul. Teori ini menyatakan bahwa tingkat profitabilitas mengimplikasikan hutang yang lebih besar karena lebih tidak beresiko bagi para pemberi hutang.

d. Pecking Order Theory

Teori ini menjelaskan mengenai pemilihan sumber pendanaan yang membandingkan antara sumber pendanaan internal dan eksternal, namun teori ini tidak menjelaskan mengenai kombinasi pendanaan perusahaan, melalui hutang atau ekuitas. Pecking order theory menyatakan bahwa

(3)

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang.

Struktur Modal

Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Martono dan Harjito, 2004:240). Sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan seluruh hutang (baik jangka panjang maupun jangka pendek) dengan modal sendiri (Hidayati. dkk, 2001).

Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang mencerminkan perimbangan antara keseluruhan modal eksternal (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 1999).

Weston dan Copeland (1997), struktur modal merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Apabila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham.

Windraesti (2012), struktur modal merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal

(4)

sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan.

Teori struktur modal sangatlah penting karena (1) setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal sendiri-sendiri (2) besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut of rate pada pengambilan keputusan investasi.

Penggunaan dari masing-masing jenis modal mempunyai pengaruh berbeda terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Penggunaan modal asing akan menurunkan keuntungan perusahaan sebab harus membayar bunga dan bunga sebagai pengurang laba. Bunga juga dimanfaatkan sebagai pengurang pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang kompensasinya berupa pembayaran dividen diambilkan dari keuntungan setelah pajak, sehingga tidak mengurangi pembayaran pajak.

Struktur modal dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio (Agus Sartono: 2001) yaitu:

a) Debt Ratio (Rasio Hutang)

Debt ratio merupakan rasio antara total hutang (total debt) dengan

total asset (total assets) yang digunakan untuk mengukur besarnya dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka

(5)

pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt

ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin

baik. Semakin tinggi debt ratio ini menunjukkan perusahaan semakin berisiko. Semakin berisiko, kreditor meminta imbalan semakin tinggi. Rumus yang digunakan yaitu:

ܦܾ݁ݐܴܽݐ݅݋ =ܶ݋ݐ݈ܽܣ݇ݐ݅ݒܽܶ݋ݐ݈ܷܽݐܽ݊݃

b) Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang dengan Modal Sendiri)

Debt to equity ratio merupakan imbangan antara hutang yang

dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Rumus yang digunakan yaitu:

ܦܾ݁ݐݐ݋ܧݍݑ݅ݐݕܴܽݐ݅݋ =ܶ݋ݐ݈ܽܯ ݋݈݀ܽܵ݁݊݀݅ݎ݅ܶ݋ݐ݈ܷܽݐܽ݊݃ c) Time Interest Earned Ratio

Time interest earned ratio sering disebut juga sebagai coverage ratio yaitu rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban

bunga. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang

diperolehnya atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga. Rumus yang digunakan yaitu:

(6)

ܶ݅݉ ݁ܫ݊ݐ݁ݎ݁ݏݐܧܽݎܴ݊݁݀ܽݐ݅݋ =ܮܾܽܽݏܾ݈݁݁ݑ݉ ܾݑ݊݃ܽ݀ܽ݊݌݆ܽܽ݇ܤܾ݁ܽ݊ܤݑ݊݃ܽ d) Fixed Charge Coverage Ratio

Fix charge coverage ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Karena mungkin saja perusahaan menggunakan aktiva tetap dengan cara leasing, sehingga harus membayar angsuran tertentu. Rumus yang digunakan yaitu:

ܨ݅ݔ݁݀ܥℎܽݎ݃݁ܥ݋ݒ݁ݎܽ݃݁=ܧܤܫܶ + ܤݑ݊݃ܽ + ܲ݁݉ ܾܽݕܽݎܽ݊ܵ݁ݓܽ

ܤݑ݊݃ܽ + ܲ݁݉ ܾܽݕܽݎܽ݊ܵ݁ݓܽ

e) Debt Service Coverage

Debt service coverage digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Jadi sama dengan leverage yang lain, hanya dengan memasukkan angsuran pokok pinjaman. Rumus yang digunakan yaitu;

ܦܾ݁ݐܵ݁ݎݒ݅ܿ݁ܥ݋ݒ݁ݎܽ݃݁= ܮܾܽܽݏܾ݈݁݁ݑ݉ ܾݑ݊݃ܽ݀ܽ݊݌݆ܽܽ݇ ܤݑ݊݃ܽ + ܵ݁ݓܽ + ܣ݊݃ݏݑݎܽ݊݌݋݇݋݇݌݆݅݊ܽ݉ ܽ݊(1 − ݐܽݎ݂݅݌݆ܽܽ݇)

Terdapat beberapa komponen struktur modal suatu perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 1998), yaitu:

1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari sepuluh tahun. Komponen ini terdiri dari:

(7)

a. Hutang hipotik (mortgage), yaitu bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran tertentu.

b. Obligasi (bond), yaitu sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.

2. Modal sendiri (equity), yang terdiri dari:

a. Saham preferen (preferred stock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang

b. Saham biasa (common stock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki saham berarti dia membeli prospek dan siap menanggung segala resiko sebesar dana yang ditanamkannya

Menurut Windraesti (2012), penggunaan leverage mempunyai implikasi penting dan memberikan manfaat, yaitu: pembayaran bunga adalah tax

deductable, yang menurunkan biaya efektif hutang, debtholder memperoleh return yang pasti, melalui financial leverage dimungkinkan laba per lembar

saham atau eraning per share (EPS) akan meningkat, dan kendali terhadap operasi perusahaan oleh pemegang saham yang ada tidak berubah.

Disamping manfaat, penggunaan leverage juga memiliki kelemahan, yaitu: semakin tinggi debt ratio semakin berisiko perusahaan karena semakin tinggi beban tetap, dan jika sewaktu-waktu perusahaan kesulitan keuangan dan

(8)

operating income tidak cukup untuk menutup beban bunga, maka akan

menyebabkan kebangkrutan.

Menurut Myers (1984) pecking order theory menyatakan bahwa: (a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (external

financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang

paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan external. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Santika dan Sudiyatno, 2011).

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun struktur modal perusahaan menurut Brigham dan Houston (2011: 188), yaitu:

1. Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Makin besar risiko bisnis perusahaan, makin rendah pula rasio hutang yang optimal.

(9)

2. Fleksibiltas finansial, atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh modal dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan dalam kondisi-kondisi yang buruk sekalipun.

3. Sikap manajemen. Semakin agresif manajer akan semakin terdorong untuk menggunakan hutang yang lebih banyak dalam usaha mereka untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi.

4. Stabilitas penjualan. Perusahaan dengan penjualan stabil akan lebih mampu dan aman melakukan hutang alam jumlah yang lebih besar serta mengeluarkan beban tetap lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan penjualan tidak stabil.

5. Struktur aset. Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang. 6. Profitabilitas. Perusahaan dengan return on investment (ROI) yang tinggi

biasanya menggunakan relatif hutang yang sedikit.

7. Pajak. Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak dan pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tariff pajak yang tinggi. Jadi, makin tinggi tarif pajak suatu perusahaan maka makin besar pula keunggulan dari hutang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial

(10)

yang diindikatori oleh total asset, maka perusahaan akan menggunakan hutang

dalam jumlah yang besar pula. Semakin besar ukuran perusahaan

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva yang semakin tinggi pula (Sari dan Haryanto, 2013:3).

Ketika ukuran perusahaan diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar, perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan jaminan dengan asumsi pemberi pinjaman percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup.

Struktur Aktiva

Struktur aktiva adalah komposisi relatif aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Joni dan Lina (2010: 87) struktur aktiva merupakan rasio yang menggambarkan proporsi total aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dengan total aktiva perusahaan (tangibility).

Apabila struktur aktiva (kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang saham akan semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap manajer (Kartini dan Arianto, 2008:12). Semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Tindakan manajemen akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana dari luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan. Dengan kata lain, keputusan pendanaan (struktur modal)

(11)

melibatkan para pemilik saham perusahaan atau pemilik perusahaan yang merupakan bagian-bagian dari struktur kepemilikan.

Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, sesuai dengan pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan pertama dengan dana internal berupa laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri semakin meningkat.

Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Dengan kata lain, keputusan pendanaan atau struktur modal sangat berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya profitabilitas suatu perusahaan.

Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio (Sartono: 2001), yaitu:

a) Gross Profit Margin

Gross profit margin merupakan perbandingan penjualan bersih

dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun dan begitu pula sebaliknya. Rumus yang digunakan yaitu:

(12)

ܩݎ݋ݏݏ݌ݎ݋݂݅ݐ݉ ܽݎ݃݅݊ = ݆ܲ݁݊ݑ݈ܽܽ݊ − ܪܽݎ݃ܽ݌݋݇݋݇݌݆݁݊ݑ݈݆ܽܽ݊ܲ݁݊ݑ݈ܽܽ݊ b) Net Profit Margin

Net profit margin atau marjin laba bersih merupakan keuntungan

penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Net

profit margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak

dengan penjualan. Rumus yang digunakan yaitu: ܰ݁ݐ݌ݎ݋݂݅ݐ݉ ܽݎ݃݅݊ =ܮܾܽܽݏ݁ݐ݈݁ܽℎ݌݆݆ܽܽ݇ܲ݁݊ݑ݈ܽܽ݊ c) Return on Investment (ROI)

Return on investment atau return on assets menunjukkan kemapuan

perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva. Rumus yang digunakan yaitu:

ܴ݁ݐݑݎ݊݋݊݅݊ݒ݁ݏݐ݉ ݁݊ݐ=ܮܾܽܽݏ݁ݐ݈݁ܽℎ݌݆ܽܽ݇ܶ݋ݐ݈ܽܽ݇ݐ݅ݒܽ d) Return on Equity (ROE)

Return on equity digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setlah dipotong pajak atau EAT. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar-kecilnya utang perusahaan dimana semakin besar utang yang dimiliki perusahaan maka rasio ini juga akan semakin besar. Rumus yang digunakan yaitu:

(13)

ܴ݁ݐݑݎ݊݋݊݁ݍݑ݅ݐݕ =ܮܾܽܽݏ݁ݐ݈݁ܽℎ݌݆ܽܽ݇ܯ ݋݈݀ܽݏ݁݊݀݅ݎ݅ e) Profit Margin

Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus yang digunakan yaitu:

ܲݎ݋݂݅ݐ݉ ܽݎ݃݅݊ =݆ܲ݁݊ݑ݈ܽܽ݊ܧܤܫܶ f) Earning Power

Earning power merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Jika perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga akan meningkat. Rumus yang digunakan yaitu:

ܧܽݎ݊݅݊݃݌݋ݓ݁ݎ=ܶ݋ݐ݈ܽܣ݇ݐ݅ݒܽ ×݆ܲ݁݊ݑ݈ܽܽ݊ ܮܾܽܽݏ݁ݐ݈݁ܽℎ݌݆݆ܽܽ݇ܲ݁݊ݑ݈ܽܽ݊

Risiko Bisnis

Terdapat dua aspek yang harus dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan akan diperoleh di masa depan. Sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan.

(14)

Risiko bisnis berkaitan dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu perusahaan di masa mendatang, yang mengacu pada variabilitas keuntungan yang diharapkan sebelum bunga dan pajak (EBIT). Risiko bisnis merupakan akibat langsung dari keputusan investasi perusahaan, yang tercermin dalam struktur aktivanya.

Risiko bisnis dipengaruhi oleh beberpa faktor, yaitu:

(a) Variabilitas permintaan terhadap produk perusahaan

Semakin stabil penjualan produk perusahaan, dengan asumsi hal-hal lain tetap (ceteris paribus), semakin kecil risiko bisnis.

(b) Variabilitas harga jual

Semakin mudah harga jual berubah, semakin besar risiko bisnis. (c) Variabilitas biaya input

Semakin tidak menentu biaya input, semakin besar risiko bisnis. (d) Kemampuan menyesuaikan harga jual bila ada perubahan biaya input

Semakin besar kemampuan perusahaan menyesuaikan harga jual dengan perubahan biaya, semakin kecil risiko bisnis.

(e) Tingkat penggunaan biaya tetap (leverage operasi)

Semakin tinggi tingkat penggunaan biaya tetap, semakin besar risiko bisnis.

Mengacu pada beberapa penelitian terdahulu, terdapat empat faktor yang mempengaruhi struktur modal, yaitu: ukuran perusahaan, struktur aktiva, profitabilitas dan risiko bisnis.

(15)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul

Penelitian Variabel Penelitian Alat Analisis Hasil 1. Farah Margaretha dan Rizky Ramadhan (2010) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di BEI Capital structure, size, tangibility of assets, profitability, liquidity, growth,

non-debt tax shield, age, investment Regresi Berganda Size, tangibility of assets, profitability, liquidity, growth of assets, age berpengaruh signifikan terhadap capital structure. Sedangkan variabel non-debt

tax shield dan investment tidak berpengaruh signifikan terhadap capital structure 2. Friska Firnanti (2011) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di BEI Capital structure, firm size, profitability, business risk, time interest earned, asset growth Regresi Berganda Profitability mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap capital structure. Variabel time interest earned dan asset growth mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap capital structure. Sedangkan variabel size dan

business risk tidak

berpengaruh signifikan terhadap

(16)

3. Nina Febriyani dan Ceacilia Srimindarti (2010) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan LQ-45 di BEI Periode 2006-2008 Capital structure, tangibility of assets, the chance of growth, profitability, size Regresi Berganda Tangibility of assets, profitability, size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap capital structure, the chance of growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap capital structure 4. Sugeng Haryanto (2012) Karakteristik Perusahaan dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif Capital structure, the intensity of assets, size, degree of operating leverage (DOL), sales growth structure, profitability, growth opportunity, business risk Regresi Berganda The intensity of assets, size, DOL, sales growth structure, ROA, growth opportunity, business risk berpengaruh signifikan terhadap capital structure 5. Kartini dan Tulus Arianto (2008) Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Capital structure, profitability, ownership structure, size, growth of asset Regresi Berganda Profitability, ownership structure, size, growth of asset berpengaruh secara signifikan terhadap capital structure

(17)

6. Joni dan Lina (2010) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Leverage, profitability, firm size, assets growth, dividend, assets structure, business risk Regresi Berganda

Assets growth dan assets structure

memiliki pengaruh positif terhadap

leverage. Variabel firm size, businees risk dan dividend

tidak memiliki pengaruh terhadap leverage, profitability memiliki pengaruh negatif terhadap leverage 7. Jaladri Angleng Windraesti (2012) Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris di BEI Leverage, dividend, growth sales, tangibility of assets, earnings volatility, age Regresi Berganda Dividend, earnings volatility dan age

tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage. Variabel growth sales, tangibility of assets berpengaruh positif terhadap leverage Sumber: Jurnal yang telah di publikasikan

2.3 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan memerlukan modal untuk melaksanakan dan

mengembangkan usahanya. Secara umum, ada dua bentuk dasar pembiayaan pada perusahaan yaitu modal sendiri dan modal ekstern. Modal sendiri berarti modal yang bersumber dari internal yaitu dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan seperti laba ditahan dan penyusutan. Metode pendanaan ini disebut dengan pendanaan intern (internal financing). Modal ekstern adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yaitu dana yang berasal dari para kreditur, pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam

(18)

perusahaan. Metode ini sering disebut sebagai pendanaan ekstern (external

financing).

Terdapat dua macam pemenuhan kebutuhan dana yang bersumber dari luar perusahaan yaitu pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari para kreditur dan pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari para pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Pendanaan dengan hutang (debt financing) merupakan metode pendanaan yang berasal dari kreditur.

Manajer keuangan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal dalam pemenuhan komposisi hutang dan modal yang optimal. Struktur modal optimal adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan (Weston dan Copeland, 1997:19). Sedangkan Husnan (2000:299) menyatakan bahwa semua struktur modal adalah baik, tetapi kalau mengubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik.

Menurut Riyanto (1990:226), dengan mendasarkan pada konsep biaya modal, maka struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang dapat menimbulkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital).

Struktur modal dalam penelitian ini dinyatakan dengan leverage

ratio/debt ratio. Leverage ratio merupakan perbandingan yang bertujuan

untuk mengukur seberapa besar suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Penelitian ini menggunakan rasio leverage antara total kewajiban dengan total aset (debt ratio) sebagai indikator variabel dependen struktur modal.

(19)

Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena ukuran perusahaan mempengaruhi jumlah dana yang dibutuhkan perusahaan dan bagaimana cara perusahaan memperoleh pendanaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat diukur dari nilai penjualan (Febriyani dan Srimindarti: 2010), nilai logaritma dari total aktiva (Margaretha dan Ramadhan: 2010).

Struktur aktiva diukur dengan FATA ratio berpengaruh positif terhadap

leverage keuangan (Hapsari, 2007). Perusahaan yang memiliki aset tetap

dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar. Karena dari skalanya, perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Besarnya aset tetap juga dapat digunakan sebagai jaminan hutang perusahaan. Struktur aktiva dapat diukur dengan membandingkan antara aktiva tetap dan total aktiva. Semakin besar struktur aset maka aset tetap tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan hutang.

Profitabilitas yang tinggi merupakan daya tarik bagi penanam modal di perusahaan. Tingkat profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya sendiri. Selain itu, profitabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang dan bunganya.

Risiko bisnis perusahaan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya. Tingkat risiko bisnis perusahaan juga mempengaruhi minat pemodal untuk menanamkan modalnya pada suatu perusahaan dan mempengaruhi perusahaan

(20)

untuk mendapatkan dana. Perusahaan yang memiliki banyak hutang akan mengakibatkan meningkatnya risiko kebangkrutan yang dihadapi perusahaan, karena semakin banyak pula kewajiban yang harus dipenuhinya. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai risiko bisnis yang tinggi akan berusaha menjaga porsi hutang mereka agar tidak membahayakan going concern perusahaan. Risiko bisnis dapat diukur dengan natural logaritma dari standar deviasi laba operasional perusahaan. Selain itu juga dapat menggunakan rasio perubahan EBIT terhadap perubahan sales dan standar deviasi dari perbandingan laba bersih dan total ekuitas.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

UKURAN PERUSAHAAN STRUKTUR AKTIVA PROFITABILITAS RISIKO BISNIS STRUKTUR MODAL

(21)

2.4 Hipotesis Penelitian

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal

Menurut Margaretha dan Ramadhan (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur modal yaitu size, tangibility of assets, profitability,

liquidity, growth, non-debt tax shield, age, investment.

Menurut Haryanto (2012), struktur modal dipengaruhi oleh stabilitas penjualan, stabilitas aktiva, intensitas aktiva, ukuran perusahaan, Degree of

Operating Leverage (DOL), pertumbuhan penjualan, Return on Assets (ROA),

pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis.

Pada penelitian Margaretha dan Ramadhan (2010) menyimpulkan bahwa

size, tangibility of assets, profitability, liquidity, growth of assets, age

berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan variabel non-debt

tax shield dan investment tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur

modal. Sedangakn pada penelitian Haryanto (2012) menyimpulkan bahwa stabilitas penjualan, stabilitas aktiva, intensitas aktiva, ukuran perusahaan,

Degree of Operating Leverage (DOL), pertumbuhan penjualan, Return on Assets (ROA), pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ukuran perusahaan, struktur aktiva, profitabilitas dan risiko bisnis secara

(22)

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perusahaan mengembalikan hutang. Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil karena perusahaan besar dapat memberikan jaminan dalam hal pelunasan hutang yang lebih besar dan memiliki accessibility perusahaan ke pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Pada penelitian Margaretha dan Ramadhan (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industry manufaktur di BEI menyimpulkan bahwa size (ukuran perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal

Struktur aktiva adalah komposisi relatif aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan (Febriyani dan Srimindarti: 2010). Perusahaan yang memiliki struktur aktiva dengan porsi aktiva tetap yang lebih tinggi lebih mudah dalam melakukan pinjaman terhadap pihak eksternal karena dinilai memiliki

securable assets (aktiva jaminan) yang lebih baik. Apabila struktur aktiva

(kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang saham akan semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap manajer (Kartini dan Arianto, 2008:12). Hal ini karena kepentingan pemilik (principal) dan manajer

(23)

(agent) tidak selalu sejalan, sumber daya perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Pada penelitian Margaretha dan Ramadhan (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industry manufaktur di BEI menyimpulkan bahwa tangibility of assets (struktur aktiva) berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H3 : Struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001: 122). Perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil. Hal ini disebabkan return yang tinggi akan menyediakan sejumlah dana internal yang relatif besar yang diakumulasikan sebagai laba ditahan. Hal ini sesuai dengan pecking order

theory yang menyatakan bahwa pendanaan internal lebih disukai oleh

perusahaan.

Pada penelitian Umar Mai (2006) dan Suwarto dan Ediningsih (2002) dalam Febriyani dan Srimindarti (2010), profitability (profitabilitas)

(24)

berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H4 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal

Joni dan Lina (2010) menyatakan bahwa suatu perusahaan dinilai menghadapi risiko bisnis jika ia menghasilkan laba yang berfluktuasi antara satu periode dengan periode yang lain. Level risiko bisnis suatu perusahaan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasionalnya. Risiko bisnis juga dapat terjadi apabila perusahaan memiliki hutang yang terlalu tinggi porsinya. Perusahaan dinilai perlu menyediakan dana dalam jumlah yang memadai guna persiapan pelunasan hutangnya serta adanya beban bunga yang ditanggung perusahaan.

Pada penelitian Haryanto (2012) menunjukkan bahwa business risk (risiko bisnis) berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

(25)

Dari kerangka pemikiran tersebut maka ringkasan hipotesis dalam penelitian yaitu:

H1 : Ukuran perusahaan, struktur aktiva, profitabilitas dan risiko bisnis secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

H3 : Struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

H4 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka PemikiranUKURANPERUSAHAANSTRUKTURAKTIVAPROFITABILITASRISIKO BISNIS STRUKTURMODAL

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh cara mengajar guru yang berbeda terhadap ha- sil belajar dan sikap siswa dan apakah ada hu- bungan linier antara

bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, kemandirian daerah, dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup baik serta masih terdapat

Melalui setiap proses tahapan yang sudah dilakukan dan juga melalui proses validasi desain oleh pakar dan pengujian produk oleh user maka dapat disimpulkan bahwa sistem

Penelitian dilakukan kepada 100 responden, hasil yang didapat dalam penelitian ini yaitu: bahwa kinerja pelayanan jaringan gas bumi masih belum sesuai dengan yang diharapkan

Pengetahuan dan aplikasi yang konsisten terhadap prosedur-prosedur dan kebijaksanaan pengambilan contoh dalam inspeksi keamanan pangan dan peraturan pelaksanaan yang berkaitan

Tujuan pembelajaran khusus telah diperlakukan secara semestinya (benar) apabila tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang dibawa guru ke dalam kelas belajar diinformasikan

Pada artikel ini dibahas tiga penaksir rasio untuk rata-rata populasi pada sampling acak sederhana menggunakan koefisien variasi dan median, yang merupakan review dari

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Badan Amil Zakat Provinsi Riau terdapat beberapa permasalahan antara lain: Laporan keuangan yang disajikan pada laporan tahunan