• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBAHAGIAAN PESERTA DIDIK PADA MASA PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBAHAGIAAN PESERTA DIDIK PADA MASA PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBAHAGIAAN PESERTA DIDIK

PADA MASA PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 SUTERA

KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

Oleh:

SISRI WAHYUNI

NPM. 12060091

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBAHAGIAAN PESERTA DIDIK

PADA MASA PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 SUTERA

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh:

Sisri Wahyuni

*

Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons** Septya Suarja., M.Pd**

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Their research was motivated learners who are unhappy at puberty, feel uncomfortable with the changes in her body, and less able to control emotions. This study aims to describe: 1) The internal factors cause unhappiness learners at puberty. 2) External factors cause unhappiness learners at puberty. This type of research is descriptive quantitative research. The entire study population of learners who are unhappy at puberty in class VIII SMP Negeri 1 Sutera South Coastal District totaling 55 learners. Sampling using total sampling technique. The instrument used was a questionnaire. to analyze the percentage of data used techniques. Results of the study revealed that: 1) The internal factors cause unhappiness learners at puberty are in the category of pretty much. 2) External factors cause unhappiness learners at puberty are in the category of pretty much.

Keywords: Cause, unhappiness, Puberty PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa dimana anak yang sudah beranjak usia dari masa kanak-kanak ke masa pubertas atau masa dewasa awal. Remaja yang sudah memasuki masa pubertas mengalami perubahan pada organ-organ tubuh dan sudah mengenal lawan jenis. Masa remaja ini berada pada umur antara 12 sampai 21 tahun.

Menurut Mappiare, (Ali & Asrori, 2004:9) “Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya” tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa pubertas dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rintang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan produksi.

Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik. Menurut Hurlock, (Ali & Asrori, 2004:9) “Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berbeda di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar”. Memasuki

masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek efektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costtanzo, 1985:9).

Menurut Mappiare, (Ali & Asrori, 2004:9) “Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun samapi dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.” Sedangkan Hurlock, (Ali & Asrori, 2004:9) menyatakan hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun bukan 21 tahun seperti ketentuan yang sebelumnya. Pada usia ini, umunya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah.

(3)

2

Selanjutnya Prayitno (2006:6) “Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentangan kehidupan manusia. Periode remaja adalah periode dimana individu meninggalkan masa kanak-kanak ke masa dewasa”. Dalam masa ini individu mengalami banyak tantangan perkembangannya, baik dalam diri maupun diluar diri terutama lingkungan sosial. Tantangan dalam diri seperti perubahan fisik yang sangat menonjol yang memerlukan penyesuaian agar tidak timbul kesulitan bagi remaja itu sendiri. Tantangan dari lingkungan, Misalnya perilaku orang tua dan orang dewasa lainnya yang tidak konsisten atau mendua (ambigius) kadang-kadang memperlakukan remaja sebagai anak-anak dan pada saat lain menuntut remaja itu bertingkah laku sebagai orang dewasa. Untuk mengatasi kedua tantangan ini remaja perlu bantuan. Oleh karena itu orang-orang yang bekerja dengan

remaja perlu memahami hakikat

perkembangan remaja dengan benar supaya dapat membantu mereka menghadapi perkembangannya dengan tepat.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk kedalam golongan orang dewasa. Monks, dkk (Ali dan Asrori, 2004:9-10) “Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri’’ atau fase topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan mefungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya

Selanjutnya Prayitno (2006:18) menyatakan “Pubertas (pra remaja) terjadi pertumbuhan yang penting artinya bagi perkembangan remaja. Jika seorang remaja pubertas mengalami pertumbuhan yang kurang sempurna dalam ukuran tinggi, kekuatan otot, organ seksual, organ-organ bagian dalam tubuh.

Sedangkan Hurlock (2006:184) menyatakan “Pubertas berasal dari bahasa latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih mengindikasikan pada perubahan fisik dari pada perubahan perilaku yang terjadi ketika individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan. Selama berabad-abad, mayoritas orang primitif mengenal masa puber sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan setiap orang. Terjadinya perubahan tubuh pada seorang menunjukan anak tersebut siap melangkah dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Begitu banyak laki-laki dan perempuan

mampu melewati beragam ujian dari semua masa puber, mereka mendapatkan hak dan keistimewaan sebagai orang dewasa dan diharapkan mampu menghambat tanggung jawab.

Selanjutnya Hurlock (2006:184) berpendapat “Pubertas adalah masa munculnya perubahan-perubahan fisik dan perilaku”. Aristoteles berkata,” sebagian besar laki-laki mulai memproduksi sperma setelah usia 14 tahun. Pada saat yang sama rambut kemaluan mulai tumbuh. Pada saat yang sama payudara wanita mulai membesar dan haid mulai mengalir. Cairan haid menyerupai darah segar. Pada umumnya darah haid terjadi bila mana payudara sudah tumbuh setinggi dua jari.”

Berkaitan dengan perubahan-perubahan perilaku, Aristoteles (Hurlock, 2006:148) menjelaskan bahwa anak perempuan yang sedang mengalami masa pubertas menjadi mudah marah, penuh gairah, sangat rajin. Akibat perkembanggan dorongan-dorongan seksualnya, ia memerlukan pengawasan. Adapun pada anak laki-laki, gejala yang menunjukan terjadinya masa pubertas adalah mimpi basah saat tidur, terkadang penis menjadi tegang, dan bibit cair yang mengandung sperma dipancarkan. Gejala ini adalah normal bagi organ produksi laki-laki, tetapi tidak semua anak laki-laki mengalami dan menyadari.

Masa ini disebut dengan masa yang sulit karena anak memasuki tahap baru dalam kehidupannya. Disinilah peran orang tua dan guru sangat penting untuk memahami mereka. Masa puber disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditunjukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pemikirannya.

Selanjutnya Hurlock (2006:184) menyatakan “Ada beberapa pusat yang menonjol pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja”. Diantara sifat-sifat itu adalah: Pertama, pendapat lama ditinggalkan mereka ingin menyusun pendirian yang baru. Pada saat-saat mencari kebenaran itu segalah sesuatunya berubah menjadi tidak berketentuan. Kedua, keseimbangan jiwanya terganggu mereka suka menentang tradisi, mengira mereka sanggup menentukan pendapatnya tentang masalah kehidupan. Mereka menggunakan pendiriannya sendiri sebagai pedoman hidupnya. Karena itu sikap dan perbuatannya serba tidak tenang. Ketiga, suka menyembunyikan hatinya remaja puber suka

(4)

menjadi teka-teki, karena sukar diselami jiwanya. Baik perbuatan maupun tindakannya tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan corak kejiwaannya.

Sebentar ia bertindak kasar, kemudian ia tampak lemah lembut; kadang-kadang ia suka melamun, kemudian ia tampak giat dan kembali gembira. Keempat, masa tumbunnya perasaan kemasyarakatan pada masa ini sudah terjalinya masa persahabatan karena dorongan bersatu dengan teman sebaya semakin bertambah kuat, tetapi sikapnya masih menentang kewibawaan orang dewasa. Mereka lebih memperhatikan ejekan teman dari pada orang dewasa. Mereka mendirikan perkumpulan, mereka susun sendiri peraturannya, mereka memilih ketuanya, tetapi umur perkumpulan itu biasanya tidak tahan lama.

Selain pendapat Hurlock menyatakan ada beberapa pusat yang menonjol pada remaja ada juga beberapa faktor penyebab ketidakbahagiaan pada masa pubertas yang dinyatakan oleh Al-Mighwar (2006:31) “Ketidakbahagiaan pada masa pubertas di samping mempengaruhi semua bagian tubuh baik internal maupun eksternal, faktor internal yang mempengaruhi ketidakbahagiaan peserta didik yaitu adanya pengaruh pada kondisi fisik, kemudian terjadinya pengaruh sikap dan tingkah laku, dan terjadinya pengaruh pada kematangan saat memasuki masa pubertas. Sedangkan faktor eksternal juga mempengaruhi ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertasnya yaitu berpengaruh pada keluarga, pengaruh pada status ekonomi, dan pengaruh pada lingkungan tempat tinggal. Anak laki-laki maupun perempuan sama-sama mengalami kondisi yang tidak mengenakan itu. Seberapa sering intens dan beratnya penderitaan itu sangat bergantung pada seberapa cepat perubahan dan kondisi kesehatan pada saat dimulainya masa pubertas.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 1 Sutera pada tanggal 20 November 2015 yang peneliti lihat masih banyak peserta didik yang malu pada perubahan tubuhnya pada memasuki masa pubertas yaitu: masih banyak terlihat peserta didik yang tidak bahagia dengan fisiknya seperti: tubuh yang kurang tinggi, badan terlalu kurus, kurangnya rasa percaya diri pada dirinya sendiri, dan kurang bisa mengendalikan emosi .

Selanjutnya dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 4 orang peserta didik di SMP Negeri 1 Sutera pada tanggal 02 Desember 2015 tentang faktor penyebab

ketidakbahagiaan peserta didik yaitu: Peserta didik merasa tidak bahagia ketika dia tidak mendapatkan tubuh yang indah, dan peserta didik laki-laki ingin memiliki tubuh yang tinggi dan berat badan ideal, dan juga peserta didik laki-laki ingin bahu yang lebar dan lengan serta tungkai kakinya berisi, dan peserta didik perempuan ingin memiliki pinggul dan pinggang yang ramping, lengan dan tungkai kaki yang lebih kecil, peserta didik juga ingin memiliki hidung yang mancung, peserta didik perempuan yang cemas dengan payudara yang besar, dan peserta didik kurangnya rasa percaya diri dan kurang bisa mengendalikan emosi. Selain itu peserta didik dalam memasuki masa puber dia menginginkan kasih sayang dari orang lain.

Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dikemukankan di atas, peneliti tertarik mendalami dengan sebuah penelitian dengan judul “Faktor Penyebab

Ketidakbahagiaan Peserta Didik pada Masa Pubertas di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan”

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah penelitian yaitu :

1. Faktor internal penyebab ketidakbahagiaan peserta didik.

2. Faktor eksternal penyebab

ketidakbahagiaan peserta didik.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan; “Bagaimana faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan?

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Faktor internal penyebab ketidakbahagiaan peserta didik.

2. Faktor eksternal penyebab ketidak bahagiaan peserta didik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Borg and Gall, (Sugiyono, 2014:198), “Penelitian kuantitatif yang disebut sebagai metode tradisional, positivistik, scientific, dan confirmatory”. Yusuf (2005:83) mengemukakan “Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba mengambarkan fenomena secara detail”.

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2016 tempat penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten

(5)

4

Pesisir Selatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti mengetahui bahwa masih banyak peserta didik yang belum bisa atau belum siap untuk menerima perubahan-perubahan fisik pada dirinya.

Populasi penelitian ini adalah semua peserta didik yang memiliki ketidakbahagiaan pada masa pubertasnya di kelas VIII SMP Negeri 1 Sutera yaitu berjumlah 55 orang peserta didik. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik total sampling.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Yusuf (2005:133) menyatakan bahwa “Data interval adalah antara kategori dalam variabel ini dapat diketahui selisih atau jumlahnya dan satuan ukuran mempunyai unit yang sama”.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini yaitu data yang langsung diperoleh dari peserta didik yang ketidakbahagiaan pada masa pubertasnya di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Data sekunder pada penelitian ini adalah guru BK di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Rumusan yang digunakan untuk menganalisis data tentang faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Menurut Sugiyono (2013: 89) persentase dapat dihitung dengan rumus:

P = x 100%

a. 81% - 100% Sangat Banyak b. 61% - 80% Banyak c. 41% - 60% Cukup Banyak d. 21% - 40% Sedikit e. 0 % - 20% Sangat Sedikit

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor Penyebab Ketidakbahagiaan Peserta Didik pada Masa Pubertas Dilihat dari Faktor Internal di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

a. Faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh kondisi fisik.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas

dilihat dari aspek pengaruh pada kondisi fisik yang berada pada kategori sangat banyak 5,45 % frekuensi 3, kategori banyak 32,73 % frekuensi 18, kategori cukup banyak 54,55 % frekuensi 30, kategori sedikit 7,27 % frekuensi 4, dan kategori sangat sedikit 0,00 % frekuensi 0.

Pesatnya pertumbuhan dan perubahan-perubahan tubuh cenderung menimbulkan kesepaian, kelesuan, dan gejala-gejala lainnya. Dengan semakin betambahnya tugas-tugas dan tanggung jawab, sedangkan individu tidak dapat melaksanaanya dengan baik, kondisi itu sering memburuk. Gejala yang sering terjadi antara lain pencernaan dan kurangnya nafsu makan. Anemia juga sering terjadi akibat kebiasaan makan yang tidak menentu. Anak laki-laki maupun perempuan sama-sama mengalami kondisi yang tidak mengenakan itu. Seberapa sering intens dan beratnya penderitaan itu sangat bergantung pada seberapa cepat perubahan dan kondisi kesehatan pada saat dimulainya masa puber.

b. Faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh sikap dan tingkah laku

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui

bahwa faktor penyebab

ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh sikap dan tingkah laku yang berada pada kategori sangat banyak 1,82 % frekuensi 1, kategori banyak 14,55 % frekuensi 8, kategori cukup banyak 58,17 % frekuensi 32, kategori sedikit 23,64 % frekuensi 13, dan kategori sangat sedikit 1,82 % frekuensi 1.

luasnya pengaruh perubahan fisik masa pubertas juga berpengaruh pada sikap dan tingkah lakunya. Realita nenunjukan bahwa perubahan sikap dan tingkah lakunya saat itu lebih merupakan akibat dari perubahan sosial dari pada akibat perubahan kelenjer yang berpengaruh kepada keseimbangan tubuh. Bila orang tua, kakak, adik, guru-guru, dan teman-teman kurang memberikan pengertian dan simpati pada anak puber yang harapan-harapan sosialnya begitu besar, akibat psikologis yang

(6)

ditimbulkan oleh perubahan-perubahan fisik itu semakin membesar.

c. Faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh kematangan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui

bahwa faktor penyebab

ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari aspek pengaruh kematangan yang berada pada kategori sangat banyak 1,82 % frekuensi 1, kategori banyak 7,27 % frekuensi 4, kategori cukup banyak 63,63 % frekuensi 35, kategori sedikit 23,64 % frekuensi 13, dan kategori sangat sedikit 3,64 % frekuensi 2.

Pengaruh perubahan fisik banyak terjadi pada masa puber,

terutama pada anak yang

kematanganya menyimpang.

Penyimpangan kematangan anak puber tampak pada penyimpangan proses kematangan organ-organ seksnya selama satu tahun lebih dari yang norma.

Menurut Al-Mighwar (2006: 31) “Ketidakbahagiaan pada masa pubertas ada beberapa pengaruh pada

masa pubertas di samping

mempengaruhi semua bagian tubuh baik internal maupun eksternal, perubahan fisik perubahan fisik pada masa pubertas juga mempengaruhi perubahan fisik dan psikologi remaja”. Walaupun berlangsung sementara, pengaruh itu menimbulkan perubahan pada kepribadian, sikap, dan pola tingka laku.

Selanjutnya Al-Mighwar

(2006:31) menyatakan “Ada beberapa

faktor internal penyebab

ketidakbahagiaan pada masa pubertas diantaranya”:

a. Pengaruh pada kondisi fisik Pesatnya pertumbuhan dan perubahan-perubahan tubuh cenderung menimbulkan kesepaian, kelesuan, dan gejala-gejala lainnya. Dengan semakin betambahnya tugas-tugas dan tanggung jawab, sedangkan individu tidak dapat melaksanaanya dengan baik, kondisi itu sering memburuk. Gejala yang sering terjadi antara lain pencernaan dan kurangnya nafsu makan. Anemia juga sering terjadi akibat kebiasaan makan

yang tidak menentu. Anak laki-laki maupun perempuan sama-sama mengalami kondisi yang tidak mengenakan itu. Seberapa sering intens dan beratnya penderitaan itu sangat bergantung pada seberapa cepat perubahan dan kondisi kesehatan pada saat dimulainya masa puber.

b. Pengaruh sikap dan tingkah laku Luasnya pengaruh perubah-an fisik masa pubertas juga berpengaruh pada sikap dan tingkah lakunya. Realita nenunjukan bahwa perubahan sikap dan tingkah lakunya saat itu lebih merupakan akibat dari perubahan sosial dari pada akibat perubahan kelenjer

yang berpengaruh kepada

keseimbangan tubuh. Bila orang tua, kakak, adik, guru-guru, dan teman-teman kurang memberikan pengertian dan simpati pada anak puber yang harapan-harapan sosialnya begitu besar, akibat psikologis yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan fisik itu semakin membesar.

1) Suka menyendiri

Terjadinya masa puber menyebabkan remaja menarik diri dari teman-teman dan berbagai aktifitas keluarga, sering bertengkar dengan teman-teman dan anggota keluarga, sering melamun dan

mempertanyakan mengapa

keinginannya tidak dimengerti dan ia diperlakukan dengan kurang baik.

2) Jenuh

Berbagai permainan yang

dulu disenangi mulai

ditinggalkan karena merasa jemu. Dia juga merasa jemu pada tugas-tugas sekolah, aktivitas sosial dan kehidupan lainnya.

3) Beremosi tinggi

Anak puber cepat murung, khawatir, cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil. Selama masa prahaid dan awal periode haid, sensitivitas emosi dan suasana hati yang negatif ini sering terjadi.

(7)

6

4) Kurang percaya diri

Rasa percaya diri dulu yang dimiliki anak puber, kini

hilang karena akibat

menurunnya daya tahan fisik dan datangnya kritikan dari

teman-teman dan orang

tua.tidak sedikit anak laki-laki dan perempuan mengalami perasaan kurang peercaya diri ini setelah masa puber.

c. Pengaruh pada kematangan Pengaruh perubahan fisik banyak terjadi pada masa puber, terutama pada anak yang

kematanganya menyimpang.

Penyimpangan kematangan anak puber tampak pada penyimpangan proses kematangan organ-organ seksnya selama satu tahun lebih dari yang norma.

2. Faktor Penyebab Ketidakbahagiaan Peserta Didik pada Masa Pubertas Dilihat dari Faktor Eksternal di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

a. Faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh keluarga

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui

bahwa faktor penyebab

ketidakbahagiaan peserta didik dilihat dari aspek pengaruh keluarga yang berada pada kategori sangat banyak 5,45 % frekuensi 3, kategori banyak 36,36% frekuensi 20, kategori cukup banyak 49,00 % frekuensi 27, kategori sedikit 5,45 % frekuensi3, kategori sangat sedikit 3,64% frekuensi 2.

Pengaruh faktor keluarga meliputi faktor keturunan mempunyai faktor lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari pada anak lainnya sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibu atau kakeknya tinggi dan panjang.

b. Faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh status sosial ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat diketahui

bahwa faktor penyebab

ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh

status sosial ekonomi yang berada pada kategori sangat banyak 5,45 % frekuensi 3, kategori banyak 3,64 % frekuensi 2, kategori cukup banyak 61,82 % frekuensi 34, kategori sedikit 25,45% frekuensi 14, kategori sangat sedikit 3,64 % frekuensi 2.

Anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi. c. Faktor penyebab ketidakbahagiaan

peserta didik pada masa pubertas dilihat dari pengaruh lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui

bahwa faktor penyebab

ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat dari aspek pengaruh lingkungan yang berada pada kategori sangat banyak 27,27 % frekuensi 15, kategori banyak 30,91 % frekuensi 17, kategori cukup banyak dengan 32,73 % frekuensi 18, kategori sedikit 7,27 % frekuensi 4, dan kategori sangat sedikit 1,82 % frekuensi 1.

Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan.

Menurut Sunarto (2002:88) “Ada beberapa faktor internal penyebab ketidakbahagiaan pada masa pubertas diantaranya”:

a. Pengaruh keluarga

Pengaruh faktor keluarga meliputi faktor keturunan mempunyai faktor lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat lebih tinggih atau panjang dari pada anak lainnya sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibu atau kakeknya tinggi dan panjang.

b. Status sosial ekonomi

Anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga yangg status sosial ekonominya tinggi.

c. Pengaruh lingkungan

Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan

(8)

7

berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab ketidakbahagiaan pada masa pubertas adalah terbagi dua yaitu internal dan eksternal. Internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang mana seorang individu tidak bahagia karena individu tidak mendapatkan tubuh yang indah dan tidak bisa mengendalikan emosinya serta merasa cemas dengan keadaan fisik yang sedang individu alami. Sedangkan eksternal yaitu faktor dari luar diri individu yang mana seorang individu tidak merasa bahagia ketika tidak mendapatkan perhatian dari orang tua, guru, teman sebaya, status ekonomi yang rendah dan pengaruh pada lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Faktor Penyebab Ketidakbahagiaan Peserta Didik pada Masa Pubertas di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut: 1. Faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta

didik pada masa pubertas dilihat pada faktor internal berada pada kategori cukup banyak.

2. Faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas dilihat pada faktor eksternal berada pada kategori cukup banyak.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran kepada:

1. Peserta didik

Hendaknya peserta didik lebih bisa memahami tentang perubahan tubuhnya pada memasuki masa pubertas.

2. Guru BK

Diharapkan kepada guru BK sebagai pembimbing peserta didik di sekolah untuk lebih mengarahkan peserta didik tersebut bisa memahami bagaimana perubahannya pada masa pubertas. 3. Kepala sekolah

Hendaknya kepala sekolah meningkatkan dan mengembangkan kualitas calon guru BK di sekolah untuk memberikan arahan kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat memahami, menerima dan mengetahui apa itu masa pubertas. 4. Pengelola Program Studi BK

Diharapkan kepada pimpinan prodi BK

dapat mempersiapkan dan

mengembangkan kualitas calon guru BK yang akan memasuki dunia kerja baik di lapangan maupun di sekolah secara profesional.

5. Peneliti selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan acuan untuk meneliti lebih lanjut khususnya mengenai faktor penyebab ketidakbahagiaan peserta didik pada masa pubertas.

KEPUSTAKAAN

Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Bandung: Pustaka Setia.

Hurlock, Elizaberh. 2006. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepangjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Prayitno, Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. 2002. Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Asdi Mahasatya.

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Karya yang baik adalah karya yang dapat menggetarkan batin yang menikmati, getaran itu memberikan dampak perubahan atas ketertarikan dari karya yang dilihatnya,

[r]

This research used “Freedom Writers” movie subtitles as primary data which will be analyzed by researcher through tenor dimensions and

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah : (1) Memperoleh pemahaman dari unsur-unsur kebudayaan universal masyarakat Gunung Kawi Kabupaten Malang, yang terdiri dari:

⊡ Mendiskusikan metode untuk mengandalikan komunikasi untuk memastikan bahwa kebutuhan informasi terpenuhi sepanjang proyek 4 Menggambarkan bagaimana mengatur

Analisis Probit Log Fraksi Etanol Umbi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia L.) Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 .... Analisis Probit Log Fraksi Etanol Umbi Bawang Dayak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching secara

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi menganggap kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan dan keterampilan. Individu yang memiliki efikasi