• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM

NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. JOY FARM, DEPOK

Oleh :

ANDIKA PRASTYA F14104056

2009

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM

NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. JOY FARM, DEPOK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ANDIKA PRASTYA F14104056

2009

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM

NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. JOY FARM, DEPOK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ANDIKA PRASTYA F14104056

Dilahirkan pada tanggal 19 April 1986 di Jakarta

Tanggal lulus : Oktober 2009

Menyetujui, Bogor, Oktober 2009

Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(4)

Andika Prastya. F14104056. Analisis Kelayakan dan Optimasi Usaha Budidaya Bayam Merah dan Kangkung Hidroponik Dengan Sistem NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm, Depok. Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr. 2009.

RINGKASAN

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata hydro yang berarti air, dan kata ponos yang berarti kerja (Soeseno,1998). Jadi definisi hidroponik adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Ada berbagai teknik hidroponik yang dapat diterapkan, salah satunya adalah Nutrient Film Technique (NFT). NFT merupakan metode budidaya yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa jadi berkembang di dalam larutan nutrisi dan sebagian lainnya di atas permukaan larutan. Aliran larutan sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara (Chadirin, 2006).

PT. Joy Farm merupakan perusahaan yang relatif baru yang merupakan mitra dari Parung Farm yang memproduksi bayam merah dan kangkung menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). PT. Joy Farm memiliki lahan kebun seluas ± 2000 m2 yang terletak di Jl. Menceng Kelurahan Bedahan Baru, Sawangan Baru - Depok. PT. Joy Farm terletak pada 6o26’ LS dan 106o46’ BT dengan ketinggian ± 200 m dpl dan topografi permukaan yang relatif datar. Kebun ini memiliki dua bangunan greenhouse, yaitu greenhouse untuk nursery dan greenhouse untuk budidaya. Greenhouse merupakan suatu bangunan yang memiliki struktur atap atau dinding yang bersifat tembus cahaya, memungkinkan cahayanya yang dibutuhkan tanaman bisa masuk ke dalam bangunan tetapi tanaman tetap dapat terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang atau keadaan suhu yang terlalu tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Nelson dalam Lieng, 1996). Sarana produksi lain yang dimiliki adalah jaringan hidroponik sistem NFT, serta tangki penampungan dan pembuatan nutrisi.

Jaringan sistem NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm merupakan modifikasi sistem NFT menggunakan asbes yang dilapisi terpal. Sedangkan sistem NFT yang umum diterapkan di Indonesia adalah menggunakan talang air.

Kinerja teknis sistem hidroponik merupakan faktor penting untuk menentukan layak atau tidaknya sistem tersebut untuk diterapkan. Prastyo (2004) melakukan evaluasi kelayakan jaringan NFT talang air berdasarkan parameter seperti keseragaman inlet dan outlet, keseragaman kedalaman larutan nutrisi, serta keseragaman bobot tanaman. Dari hasil penelitiannya diperoleh nilai keseragaman yang mencapai 90%, sehingga sistem tersebut layak untuk diterapkan. Evaluasi kelayakan teknis terhadap sistem NFT yang diterapkan di PT. Joy Farm masih perlu dilaksanakan.

Kegiatan budidaya dengan menggunakan teknologi hidroponik membutuhkan investasi yang besar dibanding dengan kegiatan budidaya secara

(5)

konvensional, sehingga harus memperhatikan besarnya modal yang dimiliki serta kehati-hatian dalam mengalokasikan modal tersebut. Maka penilaian terhadap kelayakan finansial serta optimasi pada usaha tani tersebut juga perlu dilakukan agar usaha yang dijalani mendapatkan keuntungan yang maksimum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan teknis sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dengan asbes lapis terpal yang diterapkan di PT. Joy Farm, melakukan analisis kelayakan finansial pada usaha budidaya bayam merah dan kangkung dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm, dan melakukan optimasi usaha budidaya bayam merah dan kangkung hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT Joy Farm.

Evaluasi kelayakan jaringan NFT dilakukan dengan cara melakukan pengukuran terhadap parameter yang telah disebutkan pada bed yang terletak di bagian ujung dan tengah setiap 3 harian selama periode pertumbuhan. Kelayakan finansial dievaluasi dengan melakukan analisis Net Present Value (NPV), analisis Net B/C, analisis Gross B/C, analisis biaya pokok, dan analisis Internal Rate of Return (IRR). Optimasi produksi dilakukan dengan menggunakan program linear.

Hasil penelitian mengenai evaluasi kelayakan teknis yang dilakukan berdasarkan parameter keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik, keseragaman derajat keasaman, kedalaman aliran, dan bobot tanaman, menghasilkan nilai keseragaman yang secara umum mendekati 90% sehingga teknik hidroponik dapat diterapkan. Namun secara khusus nilai keseragaman masih kurang baik pada kedalaman aliran dan bobot tanaman, hal ini disebabkan karena terdapatnya lipatan pada terpal pelapis bed sehingga permukaan bed menjadi tidak rata.

Pada kelayakan finansial, usaha yang dilakukan oleh PT. Joy Farm pada harga jual Rp 8.400/kg akan layak jika produksi yang dilakukan sesuai target yaitu 17 kg/bed. Namun pada kenyataanya target yang diharapkan tidak tercapai sehingga usaha menjadi tidak layak. Untuk dapat melanjutkan usahanya maka diperlukan alternatif seperti melakukan negosiasi ulang terhadap pihak mitra mengenai harga jual, sehingga harga jual yang digunakan menjadi Rp 16.800/kg atau sekurang-kurangnya Rp 14.200/kg. Harga jual tersebut memberikan kelayakan pada PT. Joy Farm dalam melanjutkan usahanya. Di samping itu PT Joy Farm juga perlu menekan biaya produksi melalui penggunaan nutrisi sesuai standar dan mencari alternatif pemasaran lain.

Untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, setelah melakukan negosiasi mengenai harga jual tersebut dapat dilakukan optimasi terhadap jumlah bed yang harus diproduksi oleh masing-masing tanaman. Hasil optimal yang diperoleh adalah 24 bed per bulan untuk tanaman bayam dan 82 bed per bulan untuk tanaman kangkung. Dengan kombinasi tersebut dibutuhkan total bed produksi sebanyak 59 bed, dalam hal ini masih tersisa 5 bed dari total 64 bed yang dimiliki oleh PT. Joy Farm sehingga dapat lebih memaksimalkan produksi. Dari hasil tersebut didapatkan total keuntungan sebesar Rp 9.246.742 per bulan.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis, Andika Prastya dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 April 1986. Anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Bpk. Hartono dan Ibu. Sutinah. Penulis menempuh jenjang pendidikan dasar di SDN 12 pagi bina marga, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTPN 164 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah umum yaitu pada SMUN 74 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Penulis melakukan kegiatan praktek lapang di PT. Perkebunan Nusantara VIII Bandung, Jawa Barat pada sebuah pabrik teh hitam CTC dan Ortodoks dengan judul “ Aspek Keteknikan Pada Proses Produksi dan Distribusi Teh di PTPN VIII Perkebunan Rancabali Ciwidey, Bandung, Jawa Barat”. Selain di bidang akademik, penulis juga aktif sebagai musik programmer di Banak Studio Musik Jakarta dan pernah menjadi musik arranger untuk acara Indomie Jingle Dare 2.

(7)

i KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt atas rahmat dan hidayah-Nya serta salawat dan salam yang selalu dipanjatkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, karena berrkat suri tauladannya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Analisis Kelayakan dan Optimasi Usaha Budidaya Bayam Merah dan Kangkung Hidroponik Dengan Sistem NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm, Depok”

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, MAgr. Selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabarnya telah memberikan bimbingan dan arahannya selama ini. 2. Dr. Ir. I Wayan Astika, Msi dan Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, Msi selaku dosen

penguji.

3. Seluruh dosen pengajar di Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor, atas bekal ilmu yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

4. Keluarga besar PT. Joy Farm yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

5. Bapak, Ibu, kakak, dan adikku yang selalu memberikan kasih sayang serta doanya.

6. Omi Dwinurrahmi Assyauqi yang selalu setia, mendoakan, dan memotivasi penulis.

7. D’jakil yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

8. Teman-teman kostan yaitu Adi Budi, Busan, Salamun, Heru, Indra, anami, Siwi, iboy dan Iye atas doa dan bantuannya selama ini.

9. Semua teman-teman Teknik Pertanian angkatan 41 dan 42 yang mendukung dan memberikan dorongan yang kuat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

(8)

ii 10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, maka dari itu penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menyusun tugas akhir ini. Penulis berharap adanya masukan dan kritikan untuk tugas akhir ini sehingga menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini berguna bagi penulis maupun yang membacanya. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2009

(9)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. BAYAM ... 4

B. KANGKUNG ... 5

C. HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) ... 6

D. ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS NFT (Nutrient Film Technique) ... 7

E. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 9

F. PROGRAM LINEAR ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 17

B. PENGUMPULAN DATA ... 17

C. ANALISIS DATA ... 18

1. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS ... 18

2. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 19

3. OPTIMASI PRODUKSI ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS ... 23

B. KELAYAKAN FINANSIAL... 43

(10)

iv

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. KESIMPULAN ... 55

B. SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... ... 59

(11)

v DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema jaringan NFT PT. Joy Farm ... 18

Gambar 2. Aliran air pada inlet bed. ... 26

Gambar 3. Alat pengukur EC,Ph dan konsentrasi larutan ... 29

Gambar 4. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi kangkung ... 32

Gambar 5. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi bayam merah ... 32

Gambar 6. Sterofoam pada permukaan bed ... 36

(12)

vi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hubungan CU dengan efisiensi distribusi ... 8

Tabel 2. Kinerja Teknis sistem NFT (Prastyo, 2004) ... 9

Tabel 3. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT kangkung ... 23

Tabel 4..Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT bayam ... 24

Tabel 5. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT kangkung ... 24

Tabel 6. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT bayam merah ... 25

Tabel 7. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT kangkung ... 26

Tabel 8. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT bayam merah ... 27

Tabel 9. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT kangkung... 27

Tabel 10. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT bayam merah ... 28

Tabel 11. Data pengukuran EC pada jaringan NFT kangkung ... 30

Tabel 12. Nilai CU EC pada jaringan NFT kangkung ... 30

Tabel 13. Nilai EC Sayuran ... 31

Tabel 14. Data pengukuran EC pada inlet jaringanNFT bayam merah ... 31

Tabel 15. Data pengukuran EC pada outlet jaringan NFT bayam merah .. 31

Tabel 16. Nilai CU EC pada jaringan NFT bayam merah ... 33

Tabel 17. Data pengukuran pH kangkung ... 34

Tabel 18. CU pH pada jaringan NFT kangkung ... 34

Tabel 19. Data pengukuran pH inlet bayam. ... 35

Tabel 20. Data pengukuran pH outlet bayam ... 35

Tabel 21. CU pH pada jaringan NFT bayam merah ... 35

Tabel 22. Data kedalaman aliran inlet kangkung ... 37

Tabel 23. Data kedalaman aliran outlet kangkung. ... 38

Tabel 24. Data kedalaman aliran inlet bayam... 38

Tabel 25. Data kedalaman aliran outlet bayam ... 39

Tabel 26. CU kedalaman aliran pada inlet NFT kangkung. ... 39

Tabel 27. CU kedalaman aliran pada outlet NFT kangkung ... 40

Tabel 28. CU kedalaman aliran pada inlet NFT bayam ... 40

(13)

vii Tabel 30. CU bobot tanaman kangkung dan bayam ... 41 Tabel 31. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT kangkung ... 42 Tabel 32. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT bayam ... 42 Tabel 33. Data produksi sayuran di PT. Joy Farm tahun 2008... 43 Tabel 34. Biaya Investasi usahatani pada tahun ke-0... 45 Tabel 35. Biaya operasional usahatani hidroponik NFT dalam satu tahun . 46 Tabel 36. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm

Jika produksi sesuai target dengan harga jual Rp.8400/kg ... 47 Tabel 37. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm

Pada produksi riil dengan harga jual Rp.8400/kg ... 48 Tabel 38. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm

Pada produksi riil dengan harga jual Rp.16.800/kg ... 50 Tabel 39. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm

(14)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Biaya tanaman kangkung (Rp/kg) (DF 16%) ... 61 Lampiran 2. Biaya tanaman bayam (Rp/kg) (DF 16%) ... 62 Lampiran 3. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual

Rp. 8400 / kg. ( DF 5%) ... 63 Lampiran 4. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual

Rp. 8400 / kg. ( DF 12%) ... 64 Lampiran 5. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual

Rp. 8400 / kg. ( DF 16%) ... 65 Lampiran 6. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 8400 / kg. ( DF 5%) ... 66 Lampiran 7. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 8400 / kg. ( DF 12%) ... 67 Lampiran 8. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 8400 / kg. ( DF 16%) ... ... .... 68 Lampiran 9. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 16.800 / kg. ( DF 5%) ... 69 Lampiran 10. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 16.800 / kg. ( DF 12%) ... 70 Lampiran 11. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 16.800 / kg. ( DF 16%) ... 71 Lampiran 12. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 14.200 / kg. ( DF 5%) ... 72 Lampiran 13. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 14.200 / kg. ( DF 12%) ... 73 Lampiran 14. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual

Rp. 14.200 / kg. ( DF 16%) ... 74 Lampiran 15. Gaji karyawan (Rp / Bulan) ... 75 Lampiran 16. Metoda grafik pada pemecahan model optimasi ... 76

(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertambahan penduduk yang pesat akan menuntut pemenuhan kebutuhan pangan yang besar. Sementara itu, dengan perkembangan zaman, telah terjadi perubahan fungsi lahan pertanian menjadi berbagai macam kawasan pemukiman dan perindustrian sehingga luas lahan pertanian menjadi berkurang. Dengan adanya permasalahan ini, maka manusia dituntut untuk menemukan dan mengembangkan suatu teknologi tepat guna agar kegiatan budidaya pertanian dapat tetap berjalan. Salah satu teknologi yang telah ada dan dikembangkan adalah hidroponik.

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata hydro yang berarti air, dan kata ponos yang berarti kerja (Soeseno,1998). Jadi definisi hidroponik adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Tanaman memperoleh hara dari larutan garam mineral yang diberikan langsung ke akar tanaman, sehingga tanaman lebih memfokuskan energinya untuk pertumbuhan daripada mencari dan memperebutkan unsur hara. Dari segi prinsip dasarnya, hidroponik merupakan suatu upaya merekayasa faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, diharapkan ketergantungan tanaman terhadap alam dapat diperkecil seminimal mungkin. Prinsip rekayasa faktor lingkungan bagi tanaman memberikan kondisi dimana kegiatan budidaya hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional. Beberapa kelebihan dari teknologi hidroponik antara lain seperti kualitas tanaman yang lebih seragam, nutrisi lebih efektif dan efisien, musim panen dapat diatur, serta pekerjaan yang relatif bersih dan praktis.

Ada berbagai teknik hidroponik yang dapat diterapkan, salah satunya adalah Nutrient Film Technique (NFT). NFT termasuk cara baru bercocok tanam di Indonesia, meskipun sudah ada yang mencoba sejak 10 tahun lalu.

(16)

2 Teknik ini cocok sekali diterapkan di daerah berlahan sangat tidak subur. Sistem ini juga bisa diterapkan di dataran tinggi maupun rendah dengan tujuan akhir hasil panen berkualitas (Untung, 2000).

NFT merupakan metode budidaya yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa jadi berkembang di dalam larutan nutrisi dan sebagian lainnya di atas permukaan larutan. Aliran larutan sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara (Chadirin, 2006).

Dengan berkembangnya teknologi hidroponik ini diharapkan kegiatan budidaya pertanian dapat tetap terus berjalan meskipun telah banyak perubahan fungsi lahan.

PT. Joy Farm merupakan perusahaan yang relatif baru yang merupakan mitra dari Parung Farm yang memproduksi bayam merah dan kangkung menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). PT. Joy Farm memiliki lahan kebun seluas ± 2000 m2 yang terletak di Jl. Menceng Kelurahan Bedahan Baru, Sawangan Baru - Depok. PT. Joy Farm terletak pada 6o26’ LS dan 106o46’ BT dengan ketinggian ± 200 m dpl dan topografi permukaan yang relatif datar. Kebun ini memiliki dua bangunan greenhouse, yaitu greenhouse untuk nursery dan greenhouse untuk budidaya. Greenhouse merupakan suatu bangunan yang memiliki struktur atap atau dinding yang bersifat tembus cahaya, memungkinkan cahayanya yang dibutuhkan tanaman bisa masuk ke dalam bangunan tetapi tanaman tetap dapat terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang atau keadaan suhu yang terlalu tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Nelson dalam Lieng, 1996). Sarana produksi lain yang dimiliki adalah jaringan sistem NFT, serta tangki penampungan dan pembuatan nutrisi.

Jaringan sistem NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm merupakan modifikasi sistem NFT menggunakan asbes yang dilapisi terpal. Sedangkan sistem NFT yang umum diterapkan di Indonesia adalah menggunakan talang air.

(17)

3 Kinerja teknis sistem hidroponik merupakan faktor penting untuk menentukan layak atau tidaknya sistem tersebut untuk diterapkan. Prastyo (2004) melakukan evaluasi kelayakan jaringan NFT talang air berdasarkan parameter seperti keseragaman inlet dan outlet, keseragaman kedalaman larutan nutrisi, serta keseragaman bobot tanaman. Dari hasil penelitiannya diperoleh nilai keseragaman yang mencapai 90%, sehingga sistem tersebut layak untuk diterapkan. Evaluasi kelayakan teknis terhadap sistem NFT yang diterapkan di PT. Joy Farm masih perlu dilaksanakan.

Kegiatan budidaya dengan menggunakan teknologi hidroponik membutuhkan investasi yang besar dibanding dengan kegiatan budidaya secara konvensional, sehingga harus memperhatikan besarnya modal yang dimiliki serta kehati-hatian dalam mengalokasikan modal tersebut. Maka penilaian terhadap kelayakan finansial serta optimasi pada usaha tani tersebut juga perlu dilakukan agar usaha yang dijalani mendapatkan keuntungan yang maksimum.

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengevaluasi kelayakan teknis sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dengan asbes lapis terpal yang diterapkan di PT. Joy Farm. 2. Melakukan analisis kelayakan finansial pada usaha budidaya bayam merah

dan kangkung dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm.

3. Melakukan optimasi usaha budidaya bayam merah dan kangkung hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm.

(18)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. BAYAM

Bayam merupakan salah satu spesies dari genus amaranthus yang tumbuh di daerah beriklim tropis atau sedang. Tanaman bayam berasal dari daratan Amerika. Sampai sekarang, tumbuhan ini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2000 m dpl, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak panas. Bayam menghendaki tanah yang subur dan gembur. Derajat kemasaman (pH) yang diinginkan berkisar 6-7 (Aziz, 2002).

Tanaman bayam memiliki struktur tegak atau agak condong, tingginya mencapai 0,4 - 1 m dan bercabang. Batang lemah dan berair, daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga dalam tungkal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak bercabang, bunga berbentuk bulir.

Pada umumnya bayam dikonsumsi sebagai sayuran hijau. Salah satu jenis bayam yang dapat dimakan adalah bayam cabut (Amaranthus tricolour, L.). Spesies ini ada yang berdaun merah dan hijau (Burkill, 1975). Dalam bayam merah atau Amaranthus tricolor Linn terdapat vitamin A, B1, B2, C dan niacin. Juga terdapat mineral seperti zat besi, kalsium, mangan dan fosfor. Seperti bahan sayuran yang lain, bayam merah juga mengandung banyak serat dan di dalam daunnya terdapat karotenoid, klorofil saponin. Sementara pada batangnya ditemui alkaloid, flavonoid dan polifenol.

Panen bayam dilakukan paling lama 25 hari setelah tanam karena setelah itu kualitasnya menurun berupa daun yang kaku. Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Benih bayam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum pindah tanam. Waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim kemarau dan akhir musim hujan (Hadisoeganda, 1995).

(19)

5 B. KANGKUNG

Kangkung merupakan spesies dari genus ipoemea. Ada dua jenis tanaman kangkung yang dikenal dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas yaitu kangkung air (Ipoemea aquatic Forsk) dan kangkung darat (Ipoemea reptans Poir). Kangkung air mempunyai daun panjang dengan ujung agak tumpul barwarna hijau kelam, bunganya berwarna putih kekuning-kuningan atau kemerah-merahan dan biasa ditanam di pinggir kolam, di rawa-rawa, atau tempat berlumpur. Kangkung darat mempunyai daun yang panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau keputihan dan bunganya berwarna putih dan ditanam di tempat yang agak kering. Dalam tanaman kangkung terdapat vitamin A, B, dan C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan.

Tanaman kangkung berasal dari daerah Asia dan terdapat luas di India, Asia Tenggara, Taiwan, dan Cina yang kemudian menyebar ke Fiji, Hawai dan Florida. Kangkung termasuk tanaman yang sanggup melakukan adaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan dengan kisaran yang luas. Kangkung dapat hidup dengan baik dari ketinggian tempat di dataran medium 800 meter di atas permukaan laut hingga ke daerah tepi pantai. Tanaman kangkung dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada dataran tinggi maupun dataran rendah pada semua kondisi tanah. Kondisi tanah yang baik adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dengan kandungan air yang cukup. Derajat kemasaman (pH) yang diinginkan untuk tanaman kangkung adalah 6.5. (Subhan et al dalam Pamungkas, 2004).

Panen kangkung dapat dilakukan pada umur 25-30 hari setelah tanam. Panen dilakukan pada sore hari dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Panen dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemotong, atau dapat juga dengan cara mencabut sampai akarnya. Kangkung yang sudah dipanen dikumpulkan sebanyak 15 – 20 batang dalam satu ikatan, kemudian di simpan pada wadah yang berisi air supaya kangkung tidak layu saat dipasarkan.

(20)

6 C. HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique)

Pada tahun 1973, Cooper mengembangkan teknik hidroponik dengan memakai air sebagai medium tanam yang diedarkan ke tanaman secara tipis, supaya bagian atas dari akar masih berada di udara dan mendapat oksigen yang cukup. Fungsi medium tanah antara lain sebagai penyedia unsur hara, oksigen, air, dan sebagai tempat tegaknya tanaman. Pada teknik NFT, tanaman dipelihara dalam saluran panjang yang sempit, terbuat dari plat logam tipis tahan karat, yang mudah dibentuk. Jika tanaman dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung unsur makanan secara dangkal, maka di sekitar akar akan membentuk lapisan tipis (film) larutan mineral sebagai makanan tanaman. Oleh karena itu, teknik bercocok tanamnya disebut dengan nutrient film technique (Cooper dalam Maryam, 2004).

Nutrient Film Technique (NFT) adalah metode budidaya yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Beberapa syarat untuk membuat selapis nutrisi antara lain : kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi ke bawah benar-benar seragam, kecepatan aliran nutrisi masuk tidak boleh terlalu cepat dipertimbangkan dengan kemiringan talang, lebar talang memadai untuk menghindari terbendungnya aliran nutrisi oleh kumpulan akar, dasar talang harus rata dan tidak melengkung untuk mencapai kedalaman larutan nutrisi yang disyaratkan (Chadirin, 2006).

Bahan untuk saluran disediakan dalam berbagai bentuk dan penampang lintang oleh berbagai pabrik peralatan NFT. Di antaranya adalah berpenampang segitiga. Bentuk tersebut dapat mencegah penguapan cairan yang disalurkan. Saluran tersebut harus terbuat dari lembaran stainless steel atau alumunium yang cukup tebal dasarnya, sehingga tidak akan bengkok atau berlekuk (Cooper dalam Maryam, 2004).

Di luar negeri, para pekebun NFT menggunakan talang khusus NFT sepanjang 1.8 m yang disusun selebar 18 m untuk areal tanam. Dengan talang tersebut diharapkan tidak ada perbedaan yang mencolok dari setiap tanaman pada penyerapan nutrisi, kondisi pH, dan oksigen. Desain tersebut sudah dianggap paling effisien (Untung, 2000). Sedangkan di Indonesia belum ada

(21)

7 produsen yang membuat talang khusus NFT dengan ukuran tersebut. Para pengguna NFT di Indonesia memanfaatkan talang air rumah tangga yang lebarnya 13-17 cm dengan panjang 4 m yang disambung hingga mencapai 12 m. Talang air rumah tangga dipilih sebagai alternatif penerapan NFT karena bagian dasarnya berbentuk segi empat. Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen bagi tanaman. Bahan lain yang berbentuk bulat sebaiknya tidak digunakan, karena bentuk ini akan memungkinkan air menggenang di tengah sehingga terjadi de-oksigenasi (Untung, 2000).

D. ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS NFT (Nutrient Film Technique) Kinerja teknis sistem hidroponik merupakan faktor penting dalam menentukan layak atau tidaknya sistem tersebut untuk diterapkan (Prastyo, 2004). Keseragaman irigasi/nutrisi yang diserap oleh tanaman merupakan parameter yang harus diperhatikan dalam sistem budidaya secara hidroponik dan nilainya harus sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman tersebut, karena menentukan kualitas produksi tanaman yang dihasilkan. Selain itu keseragaman irigasi/nutrisi juga menentukan tingkat efisiensi sistem budidaya yang diterapkan, sehingga dapat diketahui baik atau tidaknya sistem hidroponik tersebut untuk diterapkan ( Pamungkas, 2004).

Parameter umum yang digunakan untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah koefisien keseragaman irigasi (CU/coefficient of uniformity) dengan rumus (Keller and Bleisner, 1990) :

Cu = 1 - x 100% ………... (1)

Dimana :

CU = Koefisien keseragaman (%). n = Jumlah titik pengamatan.

Xi = Pengukuran pada pengamatan ke i (i = 1,2,3,...,n). Xr = Nilai rata-rata hasil pengamatan.

{

∑ Xi - Xr

nXr

}

(22)

8 Keseragaman dari penyebaran air akan menentukan efisiensi distribusi air. Jika nilai keseragaman penyebaran air rendah, maka efisiensi distribusi air juga rendah. Hubungan antara nilai CU, persentase areal yang dibasahi dan nilai efisiensi distribusi dapat dilihat pada Tabel 1 (Keller and Bleisner, 1990).

Tabel 1. Hubungan CU dengan efisiensi distribusi. Area yang cukup terairi (%)

CU (%) 95 90 85 80 75 70 65 60 50 Efisiensi Distribusi (%) 94 88 90 92 94 95 96 97 98 100 92 83 87 90 92 93 95 96 97 100 90 79 84 87 89 92 93 95 97 100 88 75 81 84 87 90 92 94 96 100 86 71 77 82 85 88 91 93 96 100 84 67 74 79 83 86 89 92 95 100 82 63 71 77 81 85 88 91 94 100 80 59 68 74 79 83 87 90 94 100 78 55 65 71 77 81 86 89 93 100 76 50 61 69 75 80 84 88 92 100 74 46 58 66 73 78 83 87 92 100 72 42 55 64 70 76 82 86 91 100 70 38 52 61 68 75 80 85 90 100 68 34 49 58 66 73 79 85 90 100 66 30 45 56 64 71 78 84 89 100 56 9 29 43 54 63 71 79 86 100

Prastyo (2004) menunjukkan nilai koefisien keseragaman yang mendekati 90% pada sistem NFT dengan menggunakan talang air (Tabel 2) sehingga sistem hidroponik dapat diterapkan

(23)

9 Tabel 2. Kinerja Teknis sistem NFT (Prastyo, 2004)

Bedeng kriteria evaluasi Persentase CU CU CU CU Kebocoran (%) Inlet (%) Outlet (%) Kedalaman

aliran (%) Bobot tanaman (%)

1 0.00 86.32 85.87 88.58 65.09 2 0.00 90.72 90.70 86.79 77.87 3 0.12 91.09 90.66 4 0.00 90.29 89.79 5 0.00 85.05 84.76 86.25 68.45 6 0.06 85.99 85.21 7 1.60 90.91 90.56 87.24 70.56 8 0.44 90.25 89.73 85.84 68.37 Rata-rata 0.28 88.82 88.41 86.94 70.07

Sedangkan penelitian Maryam pada tahun 2004 menunjukkan nilai rata-rata keseragaman irigasi sebesar 78.26 %. Rendahnya nilai keseragaman ini disebabkan karena faktor teknis yaitu lubang pada lateral tidak seragam dan konstruksi pipa manifold tidak datar.

E. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Dalam melakukan analisis kelayakan finansial dilakukan analisis biaya pokok untuk mengetahui biaya yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit produk. Biaya pokok dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Bp = [ ] + BTT ………...(2) K

Keterangan :

Bp = biaya pokok (Rp/unit produk) BT = biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = biaya tidak tetap (Rp / jam)

K = Kapasitas produksi (unit produk/jam) X = jam kerja (jam/tahun)

BT X

(24)

10 Dalam perhitungan biaya pokok terdapat biaya penyusutan dan bunga modal, penyusutan merupakan penurunan nilai dari suatu alat/mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Penyusutan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

D = ... (3)

Keterangan :

D = Biaya penyusutan tiap tahun (Rp/tahun). P = Harga awal (Rp).

S = Harga akhir (Rp).

L = Perkiraan umur ekonomis (tahun).

Bunga modal merupakan bunga yang diterima apabila modal yang ada disimpan di bank. Bunga modal dari investasi pada mesin pertanian diperhitungkan sebagai biaya, karena uang yang dipergunakan untuk membeli alat tidak bisa dipergunakan untuk usaha lain. Bunga modal dapat dihitung dengan persamaan berikut :

I = ...(4)

Keterangan :

P = Harga awal (Rp).

i = Total tingkat bunga modal (i%/tahun). I = Total bunga modal (Rp/tahun).

N = Umur ekonomis alat (tahun).

Selanjutnya dalam analisis finansial terdapat beberapa indikator yang disebut kriteria investasi untuk mengukur kelayakan proyek. Kriteria investasi tersebut yaitu : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Gross B/C. P – S L i P (N+1) 2N

(25)

11 Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Dengan demikian, apabila NPV bernilai positif, dapat diartikan sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh dari proyek. Sebaliknya NPV yang bernilai negatif menunujukan kerugian (Pramudya dan Dewi, 1992). Selisih antara manfaat dan biaya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

NPV = ∑ ………..…………...(5)

Dimana :

NPV = Net Present Value Bt = manfaat tahun ke-t Ct = biaya tahun ke-t

i = Tingkat suku bunga

t = umur proyek

Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu : 1. NPV > 0, maka proyek dapat dilaksanakan atau proyek dapat dilaksanakan

dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV.

2. NPV < 0, maka proyek tidak dapat dilaksanakan dan dipertimbangkan untuk mencari alternatif proyek lain yang mungkin lebih menguntungkan. 3. NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi, jadi tergantung kepada

penilaian subyektif pengambil keputusan.

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang menjadikan NPV suatu proyek sama dengan nol. IRR biasa dinyatakan dalam persen (%). Dalam perhitungan nilai IRR dilakukan dengan cara mencoba-coba (trial dan error). Suatu usaha yang layak dilaksanakan akan mempunyai nilai yang lebih besar dari tingkat bunga komersial yang berlaku. Apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Persamaan yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut :

(Bt-Ct) (1+i)t

(26)

12 IRR = i’ + (i”-i’) ………..(6)

Dimana :

IRR = Internal Rate of Return

i’ = Tingkat suku bunga pendugaan pertama. i” = Tingkat suku bunga pendugaa kedua NPV’ = Nilai NPV pada tingkat suku bunga i’ NPV” = Nilai NPV pada tingkat suku bunga i”

Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar 1 rupiah. Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai pembilang dengan jumlah NPV negatif sebagai penyebut. Net B/C dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Net B/C = ………...(7)

Pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan kriteria, bahwa jika nilai B/C ≥ 1 maka usaha layak secara finansial tetapi jika B/C < 1 maka usaha tidak layak secara finansial.

Nilai Gross B/C merupakan perbandingan antara NPV Manfaat dan NPV biaya sepanjang umur proyek. Dalam bentuk persamaan dinyatakan sebagai berikut : Gross B/C = ……….(8) ( NPV’-NPV”) NPV’ - NPVB-C + NPVB-C Bt (1+i)t n t = 1 n t = 1 Ct (1+i)t

(27)

13 F. PROGRAM LINIER

Program linear adalah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan atau pertidaksamaan linier dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada (Soekartiwi, 1996).

Masalah optimasi bertujuan untuk memaksimumkan atau meminimumkan sebuah besaran tertentu yang disebut tujuan (objektif), yang bergantung pada sejumlah peubah masukan.

Model program linier memiliki dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan merupakan suatu tujuan yang akan dicapai dalam optimasi, sedangkan fungsi kendala merupakan masalah keterbatasan sumberdaya yang harus dipecahkan untuk mencapai suatu hasil yang optimal.

Agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik program linier, maka persoalan tersebut harus dapat dipecahkan secara matematis, jelas fungsi tujuan yang linier yang harus dibuat optimum, serta pembatasan-pembatasan dinyatakan dalam ketidaksamaan linier.

Setelah variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala ditentukan maka suatu permasalahan tersebut dapat diringkas menjadi suatu persamaan matematik. Solusi dari model matematik yang dihasilkan akan memberikan berapa jumlah sumberdaya yang optimal untuk memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya ( Mulyono, 1991).

1. Bentuk umum model Program Linear

Pada setiap masalah, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala yang bersama-sama membentuk suatu model matematik dari dunia nyata. Bentuk umum program linear adalah sebagai berikut (Mulyono, 1991) :

(28)

14 Maksimumkan atau minimumkan :

a. Fungsi tujuan : Z = c1x1 + c2x2 + …….+ cnxn………. b. Fungsi kendala : a11x1 + a12x1+……+ an1x≤ b1 (=;≥)

a21x2 + a22x2+ ……+ an1x≤ b2 (=;≥) …… + ……..+ ……+ ……≤ …… an1x+ an2x + ……+ anmx ≤ bm (=;≥)

c. Asumsi : x1, x2, ……, xn ≥ 0

Keterangan :

Xn = Banyaknya kegiatan ke-n, dimana n = 1, 2, ….., m. Berarti di sini terdapat m variabel keputusan.

Z = nilai fungsi tujuan.

Cn = sumbangan per unit kegiatan n terhadap tujuan, untuk masalah maksimisasi cn menunjukan keuntungan atau penerimaan per unit, sementara untuk masalah minimisasi ini menunjukan biaya per unit.

bm = jumlah sumberdaya ke i (i = 1, 2, …., m). Berarti terdapat m jenis sumberdaya.

anm = banyaknya sumberdaya n yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit barang ke m.

2. Asumsi Model Program Linear

Model Program Linear mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi absah. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam program linier adalah (Mulyono, 1991) :

a. Linearity

Syarat utama dari LP adalah bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus linear. Dengan kata lain jika suatu kendala melibatkan dua variabel keputusan, dalam diagram dimensi dua akan berupa suatu garis lurus.

(29)

15 b. Additivity

Nilai tujuan kegiatan tidak saling mempengaruhi. Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dianggap bahwa kenaikan dari tujuan yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai tujuan yang diperoleh dari kegiatan lain.

c. Divisibility

Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh tidak harus berupa bilangan bulat. Keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Karena itu variabel keputusan merupakan variabel kontinyu sebagai lawan dari variabel diskrit atau bilangan bulat.

d. Deterministik

LP berarti secara tak langsung mengansumsikan suatu masalah keputusan dalam suatu kerangka statis di mana semua parameter diketahui dengan kepastian.

3. Penyelesaian Model LP

Masalah LP dapat diilustrasikan dan dipecahkan secara grafik jika hanya memiliki dua variabel keputusan. Suatu cara sederhana untuk menggambarkan masing-masing persamaan garis adalah dengan menetapkan salah satu variabel dalam suatu persamaan dengan nol dan kemudian mencari nilai variabel yang lain.

Penyelesaian model LP dengan menggunakan metode simplek harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk umum yang dinamakan bentuk baku. Ciri-ciri bentuk baku model LP adalah semua kendala berupa persamaan dengan sisi kanan non negatif, semua variabel non negatif, dan fungsi tujuan dapat maksimum maupun minimum (Mulyono, 1991).

(30)

16 4. Penelitian terdahulu

Model LP telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian yang bertujuan untuk melakukan optimasi produksi, termasuk produksi pertanian.

Sutarya (2003), meneliti tentang optimasi produksi dan distribusi sayuran di PD. Pacet Segar, Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menekankan terhadap bagaimana perusahaan mampu bersaing di pasar bisnis sayuran dengan mengetahui kombinasi optimal sayuran yang diproduksi di PD. Pacet Segar. Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah dengan linear programming, dengan bantuan perangkat lunak lindo. Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi sayuran buah, daun, umbi, bunga, tunas, dan sayuran unggulan ke beberapa swalayan tertentu belum optimal.

Sondang (2004), meneliti tentang optimasi produksi anggrek yang dilaksanakan di Parung Farm. Peneliti menggunakan pendekatan linear programming dengan perangkat lunak (software) Lindo. Fungsi tujuan yang ditetapkan bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi dan kombinasi yang optimal sehingga memberikan pendapatan yang maksimal dari kegiatan pengadaan tanaman anggrek di Parung Farm.

Agus Suwito (2007), melakukan penelitian tentang optimasi produksi komoditi sayuran di PT Saung Mirwan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan linear programming dengan bantuan perangkat lunak QM.2.0 for Windows. Fungsi tujuan yang dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat produksi dan kombinasi yang optimal sehingga memberikan pendapatan yang maksimal.

(31)

17

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan Juli 2008 di PT. Joy Farm, Jl. Menceng Kelurahan Bedahan Baru, Sawangan Baru, Depok-Jawa Barat. Pengolahan data dilakukan di Bagian Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

B. PENGUMPULAN DATA

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari hasil wawancara, diskusi, pengamatan dan pengukuran di lapangan. Sedangkan data sekunder meliputi arsip dan literatur perusahaan.

Untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis, maka data yang diperlukan berasal dari pengukuran yang meliputi keseragaman pH, keseragaman EC, keseragaman kedalaman aliran, keseragaman inlet dan outlet serta keseragaman bobot tanaman. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran-pengukuran tersebut adalah :

1. EC meter. 2. pH meter.

3. Jaringan irigasi NFT.

4. Larutan nutrisi dan bak nutrisi. 5. Timbangan.

6. Pita ukur dan penggaris. 7. Gelas ukur.

8. Stopwatch.

9. Perlengkapan kerja seperti alat tulis, kalkulator, dan komputer.

Pengukuran tersebut dilakukan pada bed yang terletak di posisi tengah dan ujung seperti pada Gambar 1. Pengukuran dilakukan setiap 3 harian yang dilakukan selama periode pertumbuhan tanaman.

(32)

18 Gambar 1. Skema jaringan NFT PT. Joy Farm.

Ket :

1. Bed produksi yang terbuat dari lembaran asbes. 2. Pipa inlet.

3. Pipa ke bak nutrisi. 4. Arah aliran nutrisi.

Untuk melakukan analisis kelayakan finansial, maka data yang diperlukan adalah data produksi dan jenis biaya. Data produksi meliputi jumlah peralatan, kapasitas peralatan, jumlah tenaga kerja, jumlah bahan baku yang digunakan. Jenis biaya yang dikumpulkan antara lain biaya peralatan, biaya bahan baku.

Untuk melakukan optimasi produksi maka data yang diperlukan adalah data keuntungan penjualan masing-masing produk, biaya dan jumlah yang tersedia untuk masing-masing sumber daya.

C. ANALISIS DATA

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi evaluasi kelayakan teknis, kelayakan finansial, dan optimasi produksi.

1. Evaluasi kelayakan teknis

Untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis pada teknik hidroponik yang diterapkan dilakukan perhitungan keseragaman irigasi

1 2 3 Pompa Bak Nutrisi 1 4

(33)

19 dengan menghitung nilai variasi dari nilai konduktifitas listrik larutan (EC) dan pH larutan nutrisi pada masing-masing inlet dan outletnya, variasi nilai debit inlet dan outletnya, variasi kedalaman aliran, serta variasi bobot tanaman yang dihasilkan yang dihitung dengan menggunakan persamaan (1).

2. Analisis kelayakan finansial

Analisis kelayakan finansial yang dilakukan meliputi analisis biaya pokok, analisis Net Present Value ( NPV), analisis Benefit-Cost ratio (BC ratio) dan analisis Internal Rate of Return (IRR).

a. Analisis Biaya Pokok

Dalam analisis ini, biaya pokok tersebut diarahkan untuk perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya bayam merah dan kangkung dalam satuan Rp/kg. Dalam perhitungan biaya pokok ini terdapat komponen biaya tetap dan tidak tetap. Biaya pokok dapat dihitung menggunakan persamaan (2). Dalam perhitungan biaya pokok dihitung pula penyusutan dengan persamaan (3) dan bunga modal dengan persamaan (4).

b. Net Present Value ( NPV)

Apabila NPV bernilai positif dapat diartikan juga sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha. Sebaliknya jika NPV bernilai negatif menunjukan kerugian atau usaha dikatakan tidak layak. Selisih manfaat dan biaya dihitung menggunakan persamaan (5).

c. Tingkat Pengembalian (Internal Rate of Return)

Perhitungan yang dilakukan untuk memperoleh nilai IRR menggunakan persamaan (6).

(34)

20 d. Rasio manfaat dan biaya (Benefit Cost Ratio)

Rasio manfaat dan biaya merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari benefit yang positif dengan nilai sekarang (present value) dari benefit yang negatif. Perhitungan rasio manfaat dan biaya menggunakan persamaan (7) dan (8).

3. Optimasi produksi

Optimasi produksi budidaya bayam merah dan kangkung dengan sistem hidroponik NFT dilakukan dengan menerapkan pemrograman linear sebagai pemecahan masalah. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mempelajari latar belakang faktor-faktor perilaku dari parameter yang mempengaruhi sehingga mempermudah dalam pendefinisian masalah. b. Mendefinisikan masalah sebenarnya sehingga mendukung

terbentuknya suatu tujuan yang jelas.

c. Mempelajari sifat-sifat faktor produksi yang mempengaruhi sistem produksi dan parameter-parameter yang dapat diukur atau dihitung sehingga mempermudah pengambilan data primer.

Fungsi tujuan maksimum keuntungan

PT. Joy Farm memproduksi dua jenis sayuran yaitu bayam merah dan kangkung. Keuntungan dari masing-masing sayuran dihitung dengan cara mencari selisih antara harga jual dan biaya produksi. Yang dimaksud biaya produksi di sini adalah biaya pokok untuk memproduksi bayam merah dan kangkung.

X1 = Bayam merah X2 = Kangkung

(35)

21 Fungsi tujuan maksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut :

Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2

Dimana :

Z = Keuntungan hasil produksi (Rp/bulan).

C = Keuntungan masing-masing sayuran (Rp/bedeng).

X = Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan).

Fungsi pembatas anggaran biaya untuk pembelian nutrisi dan bibit n1X1 + n2X2 ≤ N

Dimana :

n = Biaya pemakaian nutrisi dan bibit untuk masing-masing sayuran (Rp/bedeng). Nilai ini dihitung berdasarkan ketersediaan modal untuk pembelian nutrisi dan bibit.

N = Anggaran biaya untuk nutrisi dan bibit (Rp/bulan). X = Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan).

Fungsi pembatas anggaran biaya untuk biaya listrik pemakaian pompa air p1X1 + p2X2 ≤ P

Dimana :

p =Biaya pemakaian listrik pompa air untuk masing- masing sayuran (Rp/bedeng). Nilai ini dihitung berdasarkan lama pemakaian pompa air dan daya yang digunakan oleh pompa tersebut

P = Anggaran biaya listrik pompa secara keseluruhan (Rp/bulan). X = Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan).

Fungsi pembatas greenhouse

X1 + X2 ≤ G

Dimana

G = Kapasitas greenhouse (bedeng)

(36)

22 Fungsi pembatas biaya tenaga kerja.

t1X1 + t2X2 ≤ T

Dimana

t = biaya tenaga kerja masing-masing sayuran (Rp/bedeng)

T = jumlah keseluruhan biaya tenaga kerja (Rp/bulan). X = Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan).

Optimasi produksi ini dilakukan untuk mencari jumlah tanaman yang harus diproduksi per bulan untuk mencapai keuntungan maksimum.

(37)

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS

Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis antara lain adalah keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik (EC), keseragaman derajat keasaman (pH), keseragaman kedalaman aliran, serta keseragaman bobot tanaman. Nilai keseragaman dapat dihitung dengan besarnya nilai koefisien keseragaman irigasi (CU/Coefficient Uniformity).

1. Keseragaman Debit Aliran

Pengukuran debit aliran pada sistem hidroponik NFT yang diterapkan di PT. Joy Farm terdiri dari debit inlet dan outlet pada masing-masing tanaman. CU inlet dan outlet setiap bed, dihitung dengan menggunakan data hasil pengukuran debit pada masing-masing bed kemudian dihitung dengan persamaan (1).

Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran debit inlet pada bed-bed tanaman kangkung dan bayam merah.

Tabel 3. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT kangkung.

Bed Titik

Debit inlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 1 1 4.75 5.98 5.33 6.39 4.69 2 4.79 3.85 4.96 7.03 4.60 3 5.43 4.67 5.05 7.31 5.42 4 2.70 5.14 5.05 6.64 4.74 2 1 6.15 6.06 6.01 7.03 7.38 2 6.66 6.69 5.96 6.97 7.85 3 6.06 5.98 6.17 6.82 7.56 4 5.74 6.04 6.68 6.35 7.66 3 1 5.98 5.48 5.50 5.35 8.39 2 5.33 5.39 4.75 5.13 7.55 3 5.33 5.84 4.65 4.85 9.39 4 5.39 5.62 5.36 5.09 8.53 4 1 5.42 5.14 5.13 4.31 12.11 2 5.43 5.32 5.30 4.46 12.13 3 5.41 4.76 5.29 3.80 11.94 4 5.73 5.55 5.29 4.61 11.98

(38)

24 Tabel 4. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT bayam merah.

Bed Titik

Debit inlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 1 1 3.74 4.24 4.71 4.09 4.63 2.92 4.32 2 3.52 3.71 5.41 4.21 4.51 4.10 4.31 3 4.46 5.02 6.28 5.49 6.17 5.40 5.61 4 5.42 5.69 7.04 5.67 6.72 5.71 6.05 2 1 4.12 4.44 4.00 3.47 4.72 4.62 3.76 2 4.13 5.44 5.38 4.40 5.59 5.76 5.16 3 5.96 6.36 4.08 4.86 6.30 6.21 5.97 4 5.73 6.20 6.22 5.26 6.42 6.62 6.19 3 1 9.37 9.16 8.81 7.38 9.64 8.34 7.96 2 7.96 7.54 7.14 6.18 6.23 7.77 7.33 3 6.02 7.00 6.46 5.61 7.70 7.09 6.98 4 8.62 8.72 7.84 6.49 9.94 8.90 6.87 4 1 9.84 7.25 7.34 6.16 11.19 9.95 9.29 2 10.96 9.41 8.54 6.22 10.01 9.19 10.59 3 11.11 8.20 9.56 7.36 11.17 10.23 9.75 4 11.17 8.63 11.70 10.00 13.38 12.60 11.36

Dari Tabel 3 dan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran debit

inlet pada jaringan NFT kangkung dan bayam merah berkisar antara 2 ml/detik – 13 ml/detik. Besar kecilnya nilai debit ini dipengaruhi oleh

kondisi jaringan NFT itu sendiri. Kebersihan pada pipa aliran nutrisi dan besarnya lubang inlet merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi debit aliran. Keseragaman debit inlet pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT kangkung.

Bed

Keseragaman debit inlet tiap bed (%)

Rata-rata Standar Deviasi Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5

1 80.51 86.74 97.70 95.20 94.31 90.89 7.10

2 95.90 95.97 96.21 96.73 98.12 96.59 0.91

3 95.74 97.38 92.82 97.34 94.15 95.49 2.00

4 97.88 95.27 98.84 94.22 99.35 97.11 2.25

Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang disajikan pada Tabel 5, nilai koefisien keseragaman berkisar antara 80 % – 99 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa bed yang memiliki nilai keseragaman rata-rata tertinggi

(39)

25 adalah bed 4, dan yang terendah adalah bed 1. Namun jika dilihat berdasarkan nilai Standar Deviasinya maka bed 2 memiliki nilai keseragaman yang baik dari hari ke harinya. Sistem NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm adalah closing loop, maka seharusnya besarnya air yang dialirkan adalah sama. Besar dan kecilnya nilai keseragaman tersebut disebabkan karena kondisi lubang inlet yang berbeda pada tiap bed. Pada bed 4 aliran air terlihat lebih baik dibandingkan pada bed 1. Hal ini dapat disebabkan oleh diameter dan posisi lubang inlet dari bed tersebut. Keseragaman debit inlet pada jaringan NFT bayam merah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT bayam merah.

Bed

Keseragaman debit inlet tiap bed (%)

Rata-rata Standar Deviasi Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 84.70 85.23 86.33 85.27 83.00 77.47 84.55 83.79 2.96

2 82.72 88.05 82.10 87.57 89.55 89.38 84.66 86.29 3.10

3 87.50 89.72 89.93 91.89 83.14 92.58 95.03 89.97 3.85

4 95.69 92.25 85.52 82.74 91.50 89.95 92.91 90.08 4.49

Jika kita melihat kondisi pada jaringan NFT bayam merah seperti yang disajikan pada Tabel 6, nilai koefisien keseragaman berkisar antara 77 % - 95 %. Nilai keseragaman rata-rata tertinggi adalah bed 4 dan yang terendah adalah bed 1. Jika dilihat dari nilai Standar Deviasinya maka bed 1 memiliki nilai keseragaman yang baik dari hari ke harinya, namun besarnya nilai keseragaman tersebut masih rendah dibandingkan bed lainnya. Dari Tabel 6 tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa bed yang nilai koefisien keseragamannya di bawah 90 %. Hal ini juga disebabkan karena kondisi lubang inlet yang tidak seragam sehingga menyebabkan ketidakseragaman aliran inlet. Lubang inlet pada jaringan NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm dibuat secara manual dengan menggunakan paku yang dipanaskan. Diameter lubang inlet yang dihasilkanpun tidak sepenuhnya seragam. Hal ini disebabkan pada saat melubangi pipa dengan paku yang panas terdapat beberapa lubang yang meleleh melebihi diameter yang diinginkan. Jika dilihat dari posisi lubang yang dibuat, juga terdapat beberapa lubang yang

(40)

26 tidak seragam sehingga menyebabkan aliran yang dihasilkanpun tidak seragam seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Selain itu banyaknya kotoran dan lumut di dalam pipa juga dapat menyebabkan lubang inlet tersumbat sehingga dapat memperkecil volume aliran dan akhirnya menyebabkan ketidakseragaman pada aliran inletnya.

Gambar 2. Aliran air pada inlet bed.

Untuk nilai debit outlet pada bed-bed tanaman kangkung dan bayam merah dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT kangkung.

Bed Titik

Debit outlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 1 1 4.78 6.13 5.14 6.37 4.70 2 4.81 4.11 4.92 7.14 4.37 3 5.54 4.69 5.35 7.43 4.90 4 2.69 5.52 5.32 6.66 3.87 2 1 5.86 5.95 5.84 7.18 7.20 2 6.23 6.97 4.00 7.00 7.61 3 4.89 6.02 6.23 7.00 7.60 4 5.79 5.93 6.77 6.41 7.00 3 1 6.32 6.37 5.61 5.37 8.71 2 5.65 5.05 4.69 5.20 7.37 3 5.62 5.28 4.29 4.84 9.92 4 5.54 5.28 5.40 5.11 9.12 4 1 5.42 4.74 4.96 4.06 12.99 2 5.48 5.07 5.45 4.36 12.98 3 5.41 4.05 3.62 3.81 12.86 4 5.77 4.87 5.44 4.42 13.06

(41)

27 Tabel 8. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT bayam merah.

Bed Titik

Debit outlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 1 1 3.77 4.40 4.46 4.09 4.44 2.98 4.43 2 3.57 3.73 5.30 4.21 4.64 4.92 4.61 3 4.64 5.27 6.30 5.61 6.08 5.15 5.46 4 5.44 5.80 7.20 5.68 7.13 6.21 6.06 2 1 3.88 4.31 4.18 3.47 4.77 4.74 3.78 2 3.37 5.38 5.11 4.41 5.61 5.78 4.98 3 5.34 6.37 3.83 4.81 6.36 6.01 5.77 4 5.50 6.18 5.70 5.25 6.49 6.47 6.06 3 1 9.38 9.17 8.36 7.31 9.27 7.91 8.02 2 7.93 7.57 7.17 6.23 6.20 7.50 7.34 3 6.04 7.02 6.41 5.54 7.58 7.06 6.97 4 7.85 8.76 7.80 6.32 9.24 8.94 6.46 4 1 10.35 7.82 7.47 6.52 10.22 10.23 8.80 2 10.75 9.38 8.56 5.43 9.60 9.30 10.47 3 10.67 8.76 9.74 8.47 10.41 10.92 9.51 4 9.49 9.16 11.50 10.46 12.40 12.52 10.37

Dari Tabel 7 dan Tabel 8 dapat dilihat besarnya debit outlet berkisar

antara 2 ml/detik – 13 ml/detik untuk jaringan NFT kangkung dan 2 ml/detik – 12 ml/detik untuk jaringan NFT bayam merah. Besarnya debit

aliran pada outlet bervariasi baik pada jaringan NFT kangkung maupun pada jaringan NFT bayam merah. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan akar tanaman yang berada di sepanjang jalur aliran nutrisi. Keseragaman debit outlet pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT kangkung.

Bed

Keseragaman debit outlet tiap bed (%)

Rata-rata Standar Deviasi Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5

1 80.14 86.06 97.09 94.45 92.36 90.02 6.86

2 92.97 93.91 85.03 96.48 96.59 93.00 4.72

3 95.37 98.13 89.86 96.95 91.58 94.38 3.53

4 97.73 93.26 87.15 94.53 99.58 94.45 4.79

Nilai koefisien keseragaman outlet pada jaringan NFT kangkung berkisar antara 80 % - 99 % seperti yang disajikan pada Tabel 9. Terdapat beberapa bed yang memiliki nilai koefisien keseragaman di bawah 90%.

(42)

28 Nilai keseragaman rata-rata tertinggi adalah bed 4 dan yang terendah adalah bed 1. Hal ini mengikuti pada inletnya, di mana keseragaman lubang inlet akan mempengaruhi aliran inletnya dan akhirnya juga akan mempengaruhi aliran outletnya. Selain itu pertumbuhan akar tanaman juga akan mempengaruhi aliran outletnya. Keseragaman debit outlet pada jaringan NFT bayam merah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT bayam merah.

Bed

Keseragaman debit outlet tiap bed (%)

Rata-rata Standar Deviasi Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 84.23 84.68 83.94 84.72 81.43 80.92 87.96 83.98 2.34

2 80.16 87.14 85.16 87.85 89.38 91.23 85.05 86.57 3.58

3 88.75 89.71 91.35 92.43 85.30 92.69 93.31 90.50 2.82

4 95.99 94.42 86.05 77.42 91.82 90.90 93.56 90.02 6.40

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai koefisien keseragaman outlet pada jaringan NFT bayam merah berkisar antara 77 % - 95 %. Jika dilihat dari rata-rata keseragamannya, nilai tertinggi adalah bed 3 dan yang terendah adalah bed 1. Seperti yang terjadi pada jaringan NFT kangkung, bahwa nilai koefisien keseragaman pada outlet ini tidak jauh berbeda dengan inletnya karena debit aliran pada inlet akan mempengaruhi debit pada outletnya.

Jika kita bandingkan antara kedua jaringan NFT tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai keseragaman aliran pada jaringan NFT kangkung lebih baik daripada jaringan NFT bayam merah. Hal ini disebabkan karena kondisi lubang inlet pada jaringan NFT kangkung lebih baik dibandingkan dengan jaringan NFT bayam merah, baik dari segi keseragaman diameter lubang, posisi lubang dan kebersihannya. Dilihat dari nilai keseragamannya, kedua jaringan NFT tersebut sudah baik, namun perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin agar debit yang dihasilkan besarnya tetap.

Secara keseluruhan, dibandingkan dengan analisis keseragaman aliran pada hidroponik NFT dengan talang air, nilai keseragaman debit aliran pada jaringan NFT asbes lapis terpal lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jarak lubang inlet pada jaringan NFT yang menggunakan asbes lebih rapat dibandingkan jaringan NFT yang menggunakan talang air. Selain itu kondisi

(43)

29 kebersihan aliran pipa pada inlet NFT asbes lebih baik dari NFT talang air sehingga diperoleh nilai keseragaman yang lebih tinggi.

2. Keseragaman Konduktifitas listrik (EC)

Dalam larutan, kation akan mencari kutub negatif anoda, sedangkan anion akan mencari kutub positif katoda. Penghantaran listrik ini disebut dengan konduktifitas atau biasa disebut elektro konduktifitas (EC, electro conductivity). Pengukuran EC dilakukan dengan menggunakan EC-meter seperti pada Gambar 3. Pengukuran keseragaman EC dilakukan untuk menentukan tingkat keseragaman daya serap tanaman terhadap ion-ion yang terkandung dalam larutan nutrisi.

Tabel 11 menyajikan data hasil pengukuran EC pada inlet dan outlet jaringan NFT kangkung. Dari tabel tersebut dapat dilihat besarnya EC pada inlet dan outlet jaringan NFT kangkung berkisar antara 2 mS/cm – 3.5 mS/cm, sedangkan standar nilai EC yang diterapkan oleh PT. Joy Farm untuk tanaman kangkung adalah 3 mS/cm – 3.5 mS/cm. Dalam hal ini penggunaan nilai EC harus lebih diperhatikan agar nilai EC masih berada pada batas yang diharapkan.

(44)

30 Tabel 11. Data pengukuran EC pada jaringan NFT kangkung.

Jam

Pengukuran EC (mS/cm) Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5

Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet

08.00 2.76 2.79 2.60 2.63 2.87 2.90 2.44 2.45 3.41 3.41 09.00 2.80 2.80 3.45 3.51 2.88 2.94 2.45 2.46 3.45 3.45 10.00 3.18 3.18 3.40 3.45 3.50 3.55 3.39 3.42 3.46 3.45 11.00 3.23 3.25 3.44 3.50 3.36 3.42 3.44 3.44 3.44 3.44 12.00 3.26 3.26 3.53 3.60 3.44 3.44 3.47 3.48 3.51 3.52 13.00 3.34 3.36 3.60 3.63 3.43 3.49 3.49 3.55 3.53 3.53 14.00 3.37 3.37 3.63 3.63 3.51 3.52 3.56 3.60 3.55 3.55 15.00 3.41 3.44 3.62 3.62 3.50 3.56 3.59 3.61 3.50 3.51 16.00 3.44 3.45 3.16 3.16 2.24 2.25 3.49 3.50 3.19 3.19

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai EC pada setiap jam pengukuran meningkat. Hal ini disebabkan karena tingginya suhu di dalam greenhouse yang dapat mempengaruhi nilai EC. Penurunan nilai EC dapat dilakukan dengan cara menambahkan air pada bak nutrisi. Nilai keseragaman EC pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai CU EC pada jaringan NFT kangkung.

Titik

Keseragaman EC (%)

Rata-rata

Pengukuran 3 hari ke- Standar Deviasi

1 2 3 4 5

Inlet 94.01 93.39 88.96 88.87 97.99 92.66 3.84

Outlet 94.02 93.23 89.02 88.83 98.02 92.02 3.70

Dari Tabel 12 tersebut diketahui bahwa nilai keseragaman EC pada jarigan NFT kangkung berkisar antara 88% - 98%. Nilai keseragaman ini tidak berbeda antara inlet dan outletnya.

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh nilai konduktivitas listrik larutan nutrisi. Penggunaan nutrisi sebaiknya mengikuti standar yang ada agar nilai EC sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga penyerapan unsur hara dapat dilakukan dengan baik oleh tanaman. Setiap tanaman memiliki kebutuhan nilai EC yang berbeda. Kita dapat menggunakan nilai EC seperti pada Tabel 13.

(45)

31 Tabel 13. Nilai EC Sayuran.

Jenis Sayuran (mS/cm) Brokoli 3.0 – 3.5 Kacang-kacangan 2.0 – 2.4 Tomat 2.0 – 5.0 Bawang merah 2.0 – 3.0 Mentimun 1.0 – 2.5 Labu 1.7 – 2.6 Bayam 1.4 – 1.8

Untuk melihat besarnya nilai EC pada jaringan NFT bayam merah, data hasil pengukuran terhadap EC pada jaringan NFT bayam merah disajikan pada Tabel 14 dan Tabel 15.

Tabel 14. Data pengukuran EC pada inlet jaringanNFT bayam merah.

Jam

Pengukuran EC inlet (mS/cm) Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 08.00 2.03 2.90 2.20 2.69 2.32 1.5 2.83 09.00 2.01 2.90 2.20 2.69 2.30 1.5 2.30 10.00 2.80 3.00 2.99 2.69 2.30 1.6 2.10 11.00 2.72 3.10 2.99 2.69 2.70 1.6 2.10 12.00 2.81 3.11 3.00 2.74 2.99 2.9 2.10 13.00 2.81 3.24 3.00 2.79 3.00 3.1 2.10 14.00 2.90 3.31 3.00 2.81 3.00 3.1 2.20 15.00 2.89 3.40 2.98 2.89 3.00 3.1 2.10 16.00 2.79 3.36 2.93 2.90 3.00 3.1 2.10

Tabel 15. Data pengukuran EC pada outlet jaringan NFT bayam merah.

Jam

Pengukuran EC outlet (mS/cm) Pengukuran 3 hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 08.00 2.03 2.90 2.21 2.70 2.30 1.50 2.86 09.00 2.04 2.96 2.20 2.70 2.30 1.51 2.30 10.00 2.92 3.02 2.99 2.70 2.30 1.60 2.10 11.00 2.80 3.15 2.99 2.70 2.70 1.59 2.10 12.00 2.84 3.19 3.00 2.73 3.00 2.90 2.10 13.00 2.90 3.29 3.00 2.83 3.00 3.10 2.10 14.00 2.90 3.34 3.00 2.83 3.00 3.11 2.20 15.00 2.89 3.40 2.99 2.90 3.00 3.10 2.10 16.00 2.79 3.38 2.94 2.90 3.00 3.11 2.10

(46)

32 Dari Tabel 14 dan Tabel 15, dapat dilihat bahwa penggunaan nutrisi yang dilakukan oleh PT. Joy Farm lebih besar dari standar yang ada. Standar yang dilakukan oleh PT. Joy Farm dalam menggunakan nutrisi adalah 2 mS/cm - 3 mS/cm, sedangkan standar yang ada untuk EC bayam adalah 1.4 mS/cm - 1.8 mS/cm (Tabel 13).

Untuk dapat mengetahui gambaran mengenai nilai EC yang diperoleh selama pengukuran, kita bisa melihatnya pada grafik yang disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Ket : : Kebutuhan EC ( PT. Joy Farm)

Gambar 4. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi kangkung.

Ket : : Kebutuhan EC (PT. Joy Farm)

Gambar

Tabel 1. Hubungan CU dengan efisiensi distribusi.
Tabel 3 dan Tabel 4  menunjukkan  hasil pengukuran debit inlet pada  bed-bed tanaman kangkung dan bayam merah
Tabel 5. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT kangkung.
Tabel 7. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT kangkung.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah nilai OTTV dipengaruhi oleh beban bangunan dengan membandingkan besar skin factor dengan besar perbedaan slope

Setelah melakukan penelitian di SMP PGRI Tambun Selatan mengenai sistem informasi pembayaran biaya pendidikan siswa, maka dihasilkan sebuah aplikasi yang merupakan bentuk dari

2 Agung, “Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia”, Official Website of Agung.. punah atau mati. Hal ini berarti bahwa pondok pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Hipotesis kedua (H2) yang diuji dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan positif antara intensitas komunikasi dengan tenaga ahli bidang kesehatan dan minat

Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang “ Pemetaan Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis Paru Berdasarkan Dukungan Keluarga (Studi pada penderita

Hasil penelitian menunjukkan Hasil pengkajian data menunjukkan bahwa varietas unggul baru Inpara 1-5 cukup beradaptasi baik untuk lahan rawa lebak bukaan baru dan

Hasil determinasi (R 2 ) menggunakan nilai adjusted r square , karena menggunakan regresi dengan lebih satu variabel terikat yaitu sebesar 0,579, yang artinya variabel