• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan

Menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015, sektor pariwisata di Indonesia dinilai sebagai yang paling siap untuk menghadapi gelombang kompetisi. Memang sebuah kenyataan bahwa potensi wisata di Indonesia sudah tidak diragukan lagi baik bagi para pecinta travelling lokal maupun mancanegara. Pariwisata Indonesia tentunya memiliki kekuatan yang berciri khas dibandingkan negara lain. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenparekraf, Noviendi Makelam (Akbarwati,Ika. 30 November 2014, dalam https://www.selasar.com/ekonomi/apa-kabar-sektor-pariwisata-jelang masyarakat-ekonomi-asean, diakses pada 11 Oktober 2015), yang menyebutkan bahwa Indonesia punya keunggulan yang dinilai spesial dalam hubungan bermasyarakat terkait keramahan kepada pendatang atau tamu. Keunggulan ini disebut sebagai Indonesian Hospitality dan sangat terkenal di seluruh dunia. Meskipun demikian dari sisi infrastruktur maupun sumber daya manusia masih ada hal-hal yang harus ditingkatkan apabila Indonesia ingin memastikan kesuksesan sektor pariwisata yang berkesinambungan pada MEA mulai tahun 2015 mendatang.

Dilihat dari kutipan di atas, keramah-tamahan merupakan landasan utama industri pariwisata Indonesia. Banyak tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, baik pantai, keindahan alam, ragam kebudayaan, kerajinan, kuliner dan masing-masing mempunya keunikan tersendiri. Hal ini turut didukung dengan arahan kebijakan Pembangunan Pariwisata 2015 – 2019 oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mengenai pembangunan fasilitas ekowisata sungai, salah satunya Sungai Kapuas yang melewati Kota Pontianak.

Kota Pontianak adalah salah satu dari lima kota baru yang akan direvitalisasi dalam program Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(2)

2 (RPJMN) 2015-2019. Lima kota baru yang akan dibangun yakni Pontianak, Tanjung Selor, Sofifi, Sintang dan Kota Baru. Pontianak dipilih menjadi kota pertama yang direvitalisasi lantaran dinilai memiliki potensi yang sangat besar sebagai kota sungai dengan membangun waterfront (8 Juli 2015,

http://www.pontianakkota.go.id/index.php/2015/07/08/pontianak-kota-pertama-dari-lima-kota-baru-yang-dibangun/, diakses pada 23 September 2015).

Menurut peraturan, terdapat tiga koridor yang menjadi target pembangunan, yaitu Pelabuhan Senghie, Taman Alun Kapuas dan Kampung Beting. Kampung Beting turut dianggap penting, dikarenakan memiliki potensi wisata yang mumpuni dari segi waterfront dan wisata religi yang cukup penting bagi Kota Pontianak, namun terhalang oleh masalah keamanan dan akses yang sulit. Taman Alun Kapuas tidak dapat menampung wisatawan lebih banyak, diakarenakan luas lahan yang sempit dan memiliki potensi yang besar untuk menimbulkan kemacetan. Di sisi lain, kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Senghie sangat padat, sehingga dibutuhkan adanya perluasan. Secara tidak langsung, Pelabuhan Senghie turut menurunkan kualitas lingkungan sekitarnya, dikarenakan munculnya kekumuhan dari kegiatan yang berlangsung. Lokasi-lokasi yang telah disebutkan di atas merupakan bagian dari pusat Kota Pontianak, walaupun memiliki morfologi yang berbeda dari segi aktivitas dan sejarahnya. Pusat Kota Pontianak ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu kawasan yang bersifat sebagai pusat pelayanan dan kawasan yang merupaka cikal bakal terbentuknya Kota Pontianak, yaitu kawasan Kraton Kadriyah yang meliputi Kampung Beting.

Dalam RPJMD Kota Pontianak tahun 2015-2019, terdapat rincian permasalahan tentang pengembangan pariwisata, yaitu pengembangan pariwisata melalui penataan obyek-obyek wisata belum terkonsep dengan baik sehingga lama tinggal wisatawan masih rendah; dukungan fasilitas terhadap sektor pariwisata kota belum optimal; belum optimalnya upaya pemasaran dan promosi pariwisata; belum optimalnya pengembangan wisata berbasis budaya dan air; sistem manajemen pariwisata baik pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha di bidang pariwisata masih lemah; pengembangan obyek wisata, atraksi dan produk pariwisata terkendala karena terbatasnya investasi di bidang pariwisata.

(3)

3 Dengan ini, sangat jelas bahwa perlu adanya penataan berupa perencanaan detail pariwisata di pusat Kota Pontianak. Perencanaan ini bermaksud menciptakan sebuah kawasan yang memiliki fasilitas-fasilitas serta elemen-elemen yang menunjang kegiatan pariwisata khususnya di pusat Kota Pontianak, serta mengintegrasikan potensi-potensi pariwsata yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Di sisi lain, perencanaan ini dapat memacu pertumbuhan pusat Kota Pontianak terutama pada sektor pariwisata, dan dapat mengakomodasi kebutuhan rekreasi masyarakat. Perencanaan ini diharapkan dapat memberi citra kota ataupun yang sering disebut dengan city branding Kota Pontianak, tentu saja dengan dukungan aspek lain yang dapat dikombinasikan dengan sektor pariwisata, terutama kuliner, dan kebudayaan yang dimiliki, tetntu saja agar daya saing serta minat wisatawan meningkat.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Permasalahan Umum

Paparan latar belakang di atas memunculkan 1 (satu) perencanaan / planning problem secara umum, yaitu “Pusat kota Pontianak yang Belum Ramah Wisatawan Dari Segi Keamanan, Aksesibilitas, dan Pengembangan Objek Wisata”. Pusat Kota Pontianak ini dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu yang bersifat sebagai pusat pelayanan dan yang bersifat sebagai sejarah terbentuknya kota (Kraton). Permasalahan umum ini dapat dirincikan menjadi permasalahan khusus yang dapat dilihat penjelasannya pada bagian di bawah ini.

1.2.2 Permasalahan Khusus

Terdapat 3 (tiga) permasalahan khusus yang ada di kawasan pusat Kota Pontianak adalah sebagai berikut :

1. Keamanan yang masih sangat kurang. Keamanan dalam hal ini menyangkut tingginya kriminalitas pada lokasi perencanaan.

2. Alternatif objek wisata yang kurang, sedangkan kualitas objek wisata sendiri belum dapat memenuhi kebutuhan pengunjung.

(4)

4 3. Kualitas aksesbilitas yang rendah, terutama tidak adanya

transportasi umum darat maupun air yang terencana. 1.3 Maksud, Tujuan, Sasaran, dan Output Perencanaan

1.3.1 Maksud Perencanaan

Perencanaan tourist friendly city di pusat Kota Pontianak ini adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas kegiatan pariwisata dengan cara penambahan fasilitas yang dibutuhkan sesuai konsep perencanaan pariwisata yang ideal, serta mengintegrasikannya dengan potensi waterfront yang dimiliki, sehingga menambah branding Kota Pontianak sebagai daerah tujuan wisata.

1.3.2 Tujuan Perencanaan

Tujuan utama dari perencanaan ini adalah terencananya pusat Kota Pontianak dengan konsep tourist friendly city.

1.3.3 Sasaran Perencanaan

1. Mengintegrasikan kegiatan operasional pelabuhan dengan zona wisata pusat Kota Pontianak.

2. Menganalisis potensi dan masalah keruangan dalam konteksi pariwisata yang ada di pusat Kota Pontianak.

3. Mengidentifikasi konsep dan persepsi yang diinginkan oleh pemangku kepentingan Kota Pontianak dalam konteks keruangan pariwisata pusat Kota Pontianak.

4. Menganalisis dan menyusun rencana detail pengembangan wisata di pusat Kota Pontianak.

1.3.4 Output Perencanaan

Output/keluaran hasil dari perencanaan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu rencana spasial dan non spasial. Rencana spasial perencanaan ini menggunakan skala 1:10.000. Rencana non spasial berupa

(5)

5 gambar/logo mengenai pariwisata. Adapun rencana yang akan dibuat adalah sebagai berikut:

1. Zonasi pariwisata di pusat Kota Pontianak. 2. Penataan elemen fisik di pusat Kota Pontianak. 3. Desain fasilitas wisata di pusat Kota Pontianak.

4. Visualisasi 3D prioritas pengembangan pariwisata secara detail di Pusat Kota Pontianak.

5. Logo City Branding pariwisata Kota Pontianak.

Semua output/keluaran hasil perencanaan di atas akan dirangkum dalam bentuk laporan, poster, dan executive summary.

1.4 Manfaat Perencanaan

Adapun manfaat yang dapat diberikan dari hasil perencanaan tourist friendly city Kota Pontianak ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu manfaat kepada ilmu PWK sendiri, kepada masyarakat serta pemerintah khususnya di Kota Pontianak.

1.4.1 Bagi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota

Hasil perencanaan dapat digunakan sebagai referensi ataupun pedoman dalam merencanakan sebuah kawasan yang berkarakterisitik khusus, yaitu kawasan pinggiran sungai. Selain itu, dapat memberikan wawasan tambahan mengenai perencanaan pariwisata, khususnya dengan tema tourist friendly city.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Hasil perencanaan ini sebagai salah satu upaya pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan, dan secara tidak langsung turut memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penataan kota. Dan sebagai bentuk penyalur aspirasi masyarakat kepada para stakeholder mengenai masukan ataupun kritikan tentang kota mereka sendiri.

1.4.3 Bagi Pihak Pemerintah

Hasil perencanaan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pedoman kepada pihak pemerintah mengenai perencanaan sebuah kota

(6)

6 dengan konsep pariwisata, khususnya pemerintah kota Pontianak yang diberikan perhatian khusus dikarenakan memiliki tanggung jawab sebagai pelaksana dari RTRW Nasional. Hasil perencanaan ini dapat digunakan sebagai design guidline tentang bagaimana merencanakan sebuah kota dengan konsep ramah wisatawan.

1.5 Ruang Lingkup Perencanaan

Dalam ilmu perencanaan wilayah dan kota, ruang lingkup perencanaan dapat meliputi 3 hal utama, yaitu ruang lingkup substantif, ruang lingkup spasial, dan ruang lingkup waktu. Ruang lingkup substantif akan menjelaskan mengenai sasaran perencanaan, ruang lingkup spasial akan mencakup luas kawasan perencanaan dari segi lokasi dan skala. Sedangkan, ruang lingkup waktu member gambaran berapa lama impleentasi perencanaan ini akan dilakukan.

1.5.1 Ruang Lingkup Substantif

Perencanaan tourist friendly city Kota Pontianak ini termasuk dalam kategori perencanaan sektoral, yaitu perencanaan suatu proyek khusus yang merupakan bagian dari program pembangunan nasional atau regional. mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Namun, dalam segi substansi teritorial, perencanaan ini termasuk perencanaan lokal, yaitu Kota Pontianak.

Tabel 1.1 : Hubungan Ruang Lingkup Perencanaan dengan Aspek Sosial Budaya, Ekonomi, dan Fisik

Sumber : elisa.ugm.ac.id Diakses pada tanggal 11 oktober 2015

(7)

7 Segi substantif perencanaan wilayah dan kota akan membahas tiga hal mendasar, yaitu upaya pengembangan masyarakat atau sosial (social planning); perencanaan yang berkaitan dengan upaya pengembangan ekonomi (economic planning) dan perencanaan dalam upaya pengembangan fisik (physical planning). (Azmi, 2015)

Hal ini diperkuat oleh Sujarto (1988) yang mengatakan ketiga hal tersebut merupakan ruang lingkup yang saling terikat satu sama lain. Keterkaitannya dapat dilihat pada matriks berikut ini :

Berdasarkan matriks di atas, rencana pengembangan tourist friendly city Kota Pontianak akan menganalisis aspek fisik sebagai pertimbangan utama, diikuti dengan pertimbangan sekunder yaitu sosial dan berikutnya ekonomi. Berikut merupakan analisis yamg akan dibahas pada perencanaan tourist friendly city Kota Pontianak :

1. Aspek Fisik

a. Analisis elemen fisik utama dan pendukung pariwisata b. Analisis fungsi bangunan

c. Analisis kondisi bangunan d. Analisis tapak dan topografi e. Analisis ruang publik

f. Analisis zonasi dan tata guna lahan g. Analisis lingkungan dan sumber daya

h. Analisis sirkulasi dan aksesibilitas (darat dan laut) Tabel 1.2 : Keterkaitan dalam Ruang Lingkup Substansi

(8)

8 2. Aspek Sosial

a. Analisis demografi dan kependudukan b. Potensi budaya dan pariwisata

c. Pola kegiatan d. Sektor informal e. Persepsi stakeholder 1.5.2 Ruang Lingkup Spasial

Perencanaan tourist friendly city Kota Pontianak merupakan perencanaan turunan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Perencanaan ini didelineasi dengan asumsi tertentu, namun tetap mempertimbangkan kawasan-kawasan strategis di Kota Pontianak, khususnya Taman Alun Kapuas, Pelabuhan Senghie, dan Kampung Beting. Pemilihan lokasi ini turut menggunakan sebaran pertimbangan fasilitas pendukung seperti hotel, restoran, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, yang selanjutnya dilakukan buffer skala pelayanan per masing-masig fasilitas tersebut, sehingga muncul luas delineasi perencanaan sebesar ±250 Ha. Secara garis besar, delineasi lokasi perencanaan dapat dilihat dari gambar di bawah, meskipun analisis lebih lanjut mengenai delineasi kawasan perencanaan dapat dilihat pada BAB IV.

\\\\

Gambar 1.1 Skala Makro Lokasi Perencanaan (Kota Pontianak) Sumber : GoogleEarth 2015 dan Hasil Analisis 2015

(9)

9

1.5.3 Ruang Lingkup Waktu

Dalam perencanaan ini, akan menggunakan basis data pada kecenderungan 5 tahun sebelumnya, yakni dari tahun 2010 hingga 2014. Perencanaan ini bersifat jangka panjang, dan diarahkan menjadi RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) dengan jangka waktu 10 tahun.

1.6 Perencanaan Terkait

Perencanaan terkait tourist friendly city masih sangat jarang ditemukan, khususnya di Indonesia ini. Selain karena konsep tourist friendly city yang jarang digunakan, kondisi tapak perencanaan yang dimiliki yaitu pada bagian persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak, sehingga membuat perencanaan ini mempunyai keunikan tersendiri, sehingga, konsep ataupun treatment yang dilakukan memiliki cara-cara khusus. Namun, terdapat perencanaan yang mempunyai kesamaan dengan perencanaan ini, seperti konsep spasial waterfront dan perencanaan pariwisata, sehingga digunakan sebagai acuan utama yaitu:

1. Azmi, Nasril. 2015. Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meurexa Menggunakan Konsep Recreational Waterfront. Dalam skripsi perencanaan ini, berfokus pada penyelesaian masalah penataan elemen

Gambar 1.2 Lokasi Perencanaan Skala Mikro Sumber : GoogleEarth 2015 dan Hasil Analisis 2015

(10)

10 fisik di zona-zona rekreasi di kawasan Meurexa, Kota Banda Aceh. Hal ini juga diperparah oleh kondisi sirkulasi dan pola pergerakan pengunjung, terutama di zona rekreasi dikarenakan posisinya bersebalahan dengan pelabuhan. Sehingga, dibutuhkan penataan kawasan pesisir Meurexa sehingga dapat menjadi destinasi wisata yang tertata, terintegrasi, sesuai dengan kebutuhan minat rekreasi masyarakat. Perencanaan ini menggunakan metode angket sehingga dapat menyaring aspirasi masyarakat.

2. Rizki, Dendy. 2014. Perencanaan Kawasan Wisata Cultural Waterfront dengan Konsep Riverwalk di Sekitar Jembatan Ampera. Dalam skripsi perencanaan ini, berfokus pada penyelesaian masalah lingkungan di koridor Sungai Musi, dan konservasi bangunan cagar budaya. Perencanaan ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyalahgunaan daerah tepian sungai, konservasi bangunan budaya dan ekologi lingkungan, serta memberikan suatu ruang rekreasi masyarakat. Perencanaan ini menggunakan metode teknokrat yang mengandalkan kemampuan ilmu dan analisis seorang perencana dalam merumuskan konsep desain dan perencanaan.

1.7 Sistematika Penulisan

Laporan perencanaan ini berisi tentang proses, metode, dan konsep perencanaan pariwisata di Kota Pontianak. Laporan ini berfokus pada aspek fisik kawasan dan zonasi dengan menggunakan skala 1:10.000, serta mengkombinasikan metode participatory planning dalam prosesnya. Oleh karena itu, selain laporan substantif, turut pula disertakan transformasi desain dari awal hingga akhir yang berasal dari hasil diskusi dengan pemangku kepentingan/stakeholder terpilih di Kota Pontianak, dan yang berujung pada desain rencana final tourist friendly city Kota Pontianak. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB 1 merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan umum dan khusus, ruang lingkup, serta tujuan dan sasaran mengapa

(11)

11 perencanaan ini dibuat. Dapat dikatakan bahwa bab ini menjelaskan tentang urgensi perencanaan tourist friendly city di Kota Pontianak.

BAB II merupakan hasil dari tinjauan kepustakaan dan studi literature yang dianggap memiliki teori ataupun konsep yang dapat digunakan sebagai landasan ataupun dasar pondasi dalam menganalisis dan merumuskan perencanaan touarist friendly city Kota Pontianak.

BAB III merupakan metode-metode yang akan digunakan dalam proses perencanaan. Bab ini memaparkan tentang kerangka dalam proses perencanaan, objek perencanaan, serta cara maupun alat dalam pengumpulan data yang dibutuhkan. Selain itu, turut dijelaskan tentang fokus dan tahapan yang akan dilalui dalam proses perencanaan.

BAB IV merupakan proses analisis dari wilayah perencanaan. Bab ini menceritakan tentang hasil tinjauan faktual tentang Kota Pontianak secara umum dan tentang kawasan perencanaan secara khusus. Tinjuan tersebut dibagi menjadi 3 kategori seperti kondisi fisik, ekonomi, kependudukan dan budaya. Tinjauan ini diperkuat dengan hasil diskusi dengan metode participatory planning yang dilakukan dengan pemangku kepentingan yang dianggap memiliki peran dalam perumusan perencanaan tourist friendly city Kota Pontianak.

BAB V pengembangan konsep tourist friendly city Kota Pontianak. Bab ini menjelaskan tentang konsep pengembangan zonasi pariwisata, penataan elemen fisik di kawasan perencanaan, dan arahan mengenai keruangan dan fasilitas pendukung wisata.

BAB VI merupakan penerapan konsep rencana yang telah dibuat. Berisi konsep-konsep mengenai landscape, arsitektur bangunan, desain fasilitas wisata, integrasi pelabuhan, dan perencanaan terpilih yang didapat dari reduksi data diskusi dengan pemangku kepentingan Kota Pontianak. Serta transformasi desain dari konsep terkait, diperkuat dengan tampilan 2D maupun 3D yang berguna sebagia visualisasi kawasan dari hasil perencanaan yang telah dibuat.

BAB VII merupakan penutup serta kesimpulan dari rencana yang telah dibuat. Turut memuat saran/rekomendasi untuk perencanaan selanjutnya yang akan dibuat khususnya dengan tema pariwisata maupun kawasan tepian air.

Gambar

Tabel 1.1  : Hubungan Ruang Lingkup Perencanaan dengan Aspek  Sosial Budaya, Ekonomi, dan Fisik
Gambar 1.1 Skala Makro Lokasi Perencanaan (Kota Pontianak)  Sumber : GoogleEarth 2015 dan Hasil Analisis 2015
Gambar 1.2 Lokasi Perencanaan Skala Mikro  Sumber : GoogleEarth 2015 dan Hasil Analisis 2015

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Kita dapat melihat bahwa ada suatu instruksi lainnya setelah instruksi RET, Ini terjadi karena disassembler tidak tahu dimana data dimulai , dia hanya memproses nilai

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, sumber segala kebenaran, sang kekasih tercinta yang tidak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi hamba-Nya, Allah Subhana Wata‟ala

Melalui kegiatan observasi di kelas, mahasiswa praktikan dapat. a) Mengetahui situasi pembelajaran yang sedang berlangsung. b) Mengetahui kesiapan dan kemampuan siswa dalam

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari