NUMERALIA DALAM BAHASA MUNA
La Ode Sidu Marafad Universitas Halu Oleo Kendari [email protected] Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini ialah untuk mengungkapkan dan menganalisis bentuk-bentuk dan makna serta fungsi numeralia bahasa Muna dalam konteks sintaksis. metode yang digunakan ialah metode kajian distribusional. Hasil analisis yang diperoleh ialah bentuk numeralia BM mengalami perubahan bentuk dalam konteks sintaksis. Perubahan itu terjadi ketika numeralia (i) berfungsi sebagai pewatas nomina, baik nomina umum maupun nomina waktu (ii) mengalami penambahan prefiks atau sufiks. Reduplikasi numeralia dalam BM bisa terjadi lebih dari satu kali, seperti tolu-tolu è totolu.
Kata kunci: numeralia, bahasa Muna
Abstract
The purpose of writing this article is to reveal and analyze the forms and meanings and functions of language Muna numeralia sintaksis. metode used in the context of the assessment method is distribu-tional. Results of the analysis is to form BM numeralia change shape in the context of syntax. Chang-es that occur when numeralia (i) serve as modifiers of nouns, common nouns and noun either time (ii) have additional prefixes or suffixes. Reduplications numeralia in BM can occur more than once, such as tolu-tolu è totolu.
Keywords: numeralia, Muna language
1. PENDAHULUAN
Bahasa Muna (BM) merupakan salah satu bahasa daerah di Sulawesi Tenggara. Bahasa daerah lain yang hidup di Sulawesi Tenggara di antaranya: (1) bahasa Tolaki, (2) Wolio, (3) bahasa Kulisusu, (4) bahasa Wakatobhi, (5) bahasa Moronene. Setiap bahasa ini memiliki keunikan. Keunikan
BT mislnya, terjadi penyuaraan (voicing) di belakang nasal: pemerintah à
pamaren-da, empat à omba, mongkaa à mongga, medangku à medanggu.
Di dalam BM terdapat beberapa keu-nikan juga, di antaranya: satu kata boleh memiliki fungsi-fungsi sintaktis (S P O).
Data:
Insaidi ta-hamba andoa ‘kami mengejar mereka’ Kami 1J Ekks-kejar mereka
Kami kami-kejar mereka ‘kami mengejar mereka’
Bentuk kalimat “Insaidi ta-hamba andoa” è ta-hamba-da ‘kami mengejar mereka’ 1J eks-kejar-3J
Keunikan berikutnya, BM memiliki tipe aglutinasi. Data:
tanopotatende-tendehighoomooa ta-no-po-ka-tende-tende-hi-ghoo-moo-a Kata dasar tende ‘lari’
Prefiks: ta-; no-; po-; ka; Sufiks: -hi; -ghoo; -moo; -a
Keunikan lain adalah bentuk-bentuk numeralia; Sebagai ilustrasi:
a. ise ‘satu’ à seise ‘sesuatu’à sei-seise ‘satu-satu’à se ‘satu’
b. dua ‘dua’ à rua/raa ‘dua’à rudua ‘dua (orang)’à rudua-rudua ‘dua (orang)-dua (orang)’à rudu-rudua ‘dua-dua (orang)’
c. tolu ‘tiga’ à tolu-tolu ‘tiga-tiga’ à totolu ‘tiga (orang)’à totolu-totolu ‘tiga (orang)-tiga (orang)’à toto-totolu ‘tiga-tiga (orang)’
Bagaimana perubahan bentuk dan makna numralia itu akan diuraikan pada bagian berikut. Metode yang digunakan ialah metode
kajian distribusional, yakni metode dengan menggunakan alat penentu unnsur bahasa itu sendiri (Djajasudarma, 1993b: 62). Teknik yang digunakan meliputi teknik bagi unsur langsung melalui pemahaman
immediate constituent, pelesapan
(delition), penyulihan (substitution)), peny-isipan (insertion).
2. DATA DAN PEMBAHASAN
BENTUK DAN MAKNA NUMERALIA BENTUK DASAR Data 1: (1) ise ‘satu’ (2) dua ‘dua’ (3) tolu ‘tiga’ (4) paa ‘empat’ (5) dima ‘lima’ (6) noo ‘enam’ (7) pitu ‘tujuh’ (8) oalu ‘delapan’ (9) siua ‘sembilan’ (10) ompulu ‘sepuluh’ BENTUK BERIMBUHAN
Bentuk Numeralia Berprefiks foko-;
Data 2:
(11) fokoise ‘menyebut satu’ (12) fokodua ‘menyebut dua’ (13) fokotolu ‘menyebut tiga’ (14) fokopaa ‘menyebut empat’ (15) fokodima ‘menyebut lima’ (16) fokonoo ‘menyebut enam’ (17) fokopitu ‘menyebut tujuh’ (18) fokoalu ‘menyebut delapan’ (19) fokosiua ‘menyebut sembilan’ (20) fokoompulu ‘menyebut sepuluh’
Imbuhan foko- dipakai pada numera-lia apabila terjadi dalam situasi menghitung sesuatu. Boleh jadi, pembicara menyuruh pebicara untuk menghitung sesuatu dengan menyebut ise, dua, tolu dan seterusnya. Boleh juga hal itu merupakan respons pebicara, seperti afokoise ‘aku menyebut satu,’ afokodua ‘aku menyebut dau’ dan
stersunya.
Bentuk Numeral Berprefiks ka-
Makna gramatikal prefiks ka- pada numeralia di bawah ini menyatakan ‘mulai’.
Data 3:
(21) kaise ‘mulai satu’ (22) kadua ‘mulai dua’ (23) katolu ‘mulai tiga’ (24) kapaa ‘mulai empat’ (25) kadima ‘mulai lima’ (26) kanoo ‘mulai enam’ (27) kapitu ‘mulai tujuh’ (28) kaalu ‘mulai delapan’ (29) kasiua ‘mulai sembilan’ (30) kaompulu ‘mulai sepuluh’
Imbuhan ka- dipakai pada numeralia apabila terjadi dalam situasi bermain ten-tang sesuatu. Boleh jadi, pembicara bertan-ya kepada pebicara untuk mengetahui po-sisi atau tahapan perminan teman bicara, seperti o kahae/o kasehae hintu? Teman bicara merespons pertanyaan itu dengan
mengungkapkan o kaise, o kadua, o katolu atau okapaa, dan setersunya. Boleh juga hal itu merupakan respons pebicara, seperti o
kaise inodi ‘aku mulai satu,’ o kadua inodi ‘aku mulai dua’ dan seterusnya.
Bentuk Numeral Bersufiks -ghoo
Makna gramatikal sufiks –ghoo pada numeralia di bawah ini menyatakan bilangan tingkat. Data 4 (31) iseghoo ‘pertama’ (32) ruduaghoo ‘kedua’ (33) totolughoo ‘ketiga’ (34) popaaghoo ‘keema’ (35) didimaghoo ‘kelima’
Bentuk Numeral Berpreverbal Tipe a- (da-, na-, ta, o-Vmu)
Preverbal kelas a- merupakan salah satu tipe preverbal pronominal persona BM, seperti (da-, na-, ta, o-Vmu). Preverb-al ini melekat pada numrPreverb-alia bentuk kom-pleks.
Data 5
(36) da + ise è *daise
a. da + seise è daseise ‘kita bersatu’ (37) do + dua è *dodua
b. do + rudua è dorudua ‘(mereka) berdua/dua orang’ (38) ta + tolu è *tatolu
c. ta + totolu è tatotolu ‘kami bertiga/tiga orang’ (39) o-Vmu + paa è *opaaamu
o-Vmu + popaa è opopaamu ‘kalian berempat/empat orang’
Data 5 menunjukkan bahwa bentukan preverbal dengan numeralia bentuk dasar terma-suk bentukan yang tidak gramatikal (ungrammatical).
BENTUK ULANG
Bentuk Ulang Numeral Yang Menyatakan Jumlah Orang
Data 5
(40) dua è dua-dua è rua-dua è rudua è rudua-rudua è rudu-rudua ‘dua-dua orang’ b. pesua rudu-rudua ‘masuk dua-dua orang’
masuk
(41) tolu è tolu-tolu è totolu è totolu è totolu-totolu è toto-totolu ‘tiga-tiga orang’ c. mengkora toto-totolu ‘duduk tiga-tiga orang’
duduk
(42) paa è paa-paa è papaa è popaa è popaa-popaa è popa-popaa ‘empat-empat orang’ d. foghonu popa-popaa ‘kumpul empat-empat orang’
kumpul
(43) dima è dima-dima è didima è didima-didima è didi-didima ‘lima-lima orang’ e. lentu didi-didima ‘hitung lima-lima orang’
hitung
(44) noo è noo-noo è nonoo è nonoo-nonoo è nono-nonoo ‘enam-enam orang’ f. mai nono-nonoo ‘datang enam-enam orang’
datang
(45) pitu è pitu-pitu è pipitu è pipitu-pipitu è pipi-pipitu ‘tujuh-tujuh orang’ g. da-tumende pipi-pipitu ‘kita akan lari tujuh-tujuh orang’
1JInk-lari-inf
(46) oalu è oalu-oalu è oa-oalu ‘delapan-delapan orang’
h. dae-weta oa-oalu ‘kita berbagi delapan-delapan orang’ 1JInk-belah
(47) siua è siua-siua è sisiua è sisiua-sisiua è sisi-sisiua ‘sembilan-sembilan orang’ i. dae-weta sisi-sisiua ‘kita berbagi sembilan-sembilan orang’
(48) ompulu è ompulu-ompulu è ompu-ompulu è ompo-ompulu ‘sepuluh-sepuluh’ j. ghobho ompo-ompulu pele ‘ikat sepuluh-sepuluh batang’
ikat batang
Bentuk ulang numeralia data 5 (40—48) menyatakan jumlah orang.
Bentuk ulang numeralia sei-seise ‘satu-satu’ dan ompo-ompulu ‘sepuluh-sepuluh’ menyatakan jumlah sesuatu yang bukan orang. Jumah orang dinyatakan dengan ise + mie è *ise mie è semie ‘satu
orang’ atau dinyatakan dengan preverbal
da- + ompo-ompulu è daompo-ompulu
‘mereka sepuluh-sepuluh orang’ , atau ta- + ompo-ompulu è taompo-ompulu ‘kami sepuluh-sepuluh orang’.
Bentuk ulang numeralia data 5 (40—48) menyatakan jumlah orang.
Bentuk ulang numeralia sei-seise ‘satu-satu’ dan ompo-ompulu ‘sepuluh-sepuluh’ menyatakan jumlah sesuatu yang bukan orang. Jumah orang dinyatakan dengan ise + mie è *ise mie è semie ‘satu orang’ atau dinyatakan dengan preverbal
da- + ompo-ompulu è daompo-ompulu
‘mereka sepuluh-sepuluh orang’ , atau ta- + ompo-ompulu è taompo-ompulu ‘kami sepuluh-sepuluh orang’.
Bentuk Ulang Numeralia Yang Menya-takan Jumlah Bukan Orang
Bila ise--ompulu (satu--sepuluh) mendepani satuan nomina, benuknya ulangya tampak sebagai berikut ini.
Data 6:
(49) ise tangke è setangke è setangke-setangke è seta-setangke ‘satu-satu lmbar’ satu lembar
a. mekoto seta-setangke ‘petik satu-satu lmbar’ petik
(50) dua wua è rua wua è rua wua –rua wua è rua-ruawua ‘dua-dua buah’ b. owa rua-ruawua ‘bawa dua-dua buah’
bawa
(51) tolu pele è tolu pele -tolu pele è tolu-tolu pele ‘tiga-tiga batang’ c. tongku tolu-tolu pele ‘pikul tiga-tiga batang’
pikul
(52) paa ghonu è fato ghonu è fato ghonu -fato ghonu è fato-fato ghonu ‘empat-empat biji’ d. gaati-ghoo fato-fato ghonu ‘pisahkan empat-empat biji’
pisah-kan
(53) dima bhera è lima bhera è lima bhera - lima bhera è lima-lima bhera ‘lima-lima potong’.
e. fo-ghonu lima-lima bhera ‘kumpulkan lima-lima potong’. Prf-kumpul
Bila ise itu mendepani satuan nomina orang, bentuknya tampak sebagai berikut ini. (54) ise è moise è moisa è moisa-moisa è moi-moisa ‘sendiri saja’
no-kala moi-moisa ‘dia pergi sendiri saja’ 3T-pergi
Hal yang menarik pada bentuk kata ulang di atas adalah bentuk kata ulang yang diulang lagi. Sementara ada pendapat bah-wa bentuk kata ulang tidak dapat diulang
lagi. Namun, data dalam bahasa Muna menunjukkan bahwa bentuk kata ulang nu-meralia masih bisa diulang lagi.
FUNGSI NUMERAL
Numeralia Sebagai Pewatas Nomina
Sebagai pewatas nomina, beberapa numeralia dalam BM mengalami
peru-bahan bentuk. Bentuk iseè se-; dua è rua/
ra; paa è fato; dima è lima; noo è nomo; pitu è fitu; alu èolau
Data 7:
(55) ise wua ghai è sewua ghai ‘sebuah kelapa’ satu buah kelapa
(56) dua wua ghai è rua/raa wua ghai ‘dua buah kelapa’ dua buah kelapa
(57) paa wua ghai è fatowua ghai ‘empat buah kelapa’ empat buah kelapa
(58) dima wua ghai èlima wua ghai ‘lima buah kelapa’ lima buah kelapa
(59) noo wua ghai è nomo wua ghai ‘enam buah kelapa’ enam buah kelapa
(60) pitu wua ghai è fituwua ghai ‘tujuh buah kelapa’ tujuh buah kelapa
Numeralia tolu, siua, ompulu dalam fungsinya sebagai pewatas tidak mengala-mi perubahan bentuk.
Data 8:
(61) tolu wua ‘tiga buah’ (62) siua wua ‘sembilan buah’
(63)ompulu wua ‘sepuluh buah’
Numeral Sebagai Pewatas Nomina Wak-tu
Bentuk-bentuk numeralia ketika ber-fungsi sebagai pewatas nomina waktu, ben-tuknya sebagai berikut.
(64) ise gholeo è segholeo ‘satu hari’
no-karadhaa segholeo ‘dia bekerja satu hari’ 3T-kerja
(65) dua gholeo è rua/raa gholeo ‘dua hari’ (66) tolu gholeo è tolu gholeo ‘tiga hari’ (67) paa gholeo è fato gholeo ‘empat hari’
Pada angka sembilan, puluhan
(ompulu – siua fulu ‘sepuluh--sembilan
puluh’) kata gholeo ‘hari’ bisa dilesapkan
dan disubstitusi dengan sufiks –gha seperti tampak pada data berikut ini.
Data 10:
(68) ompulu gholeo è ompulugha ‘sepuluh hari’
(69) rua/raa fulu gholeo è rua/raa fulugha ‘dua puluh hari’ (70) siua fulu gholeo è siua fulugha ‘sembilan puluh hari’
Proses bentukan seperti itu tidak terjadi pada nomina waktu lain (alo, wula, taghu).
3. SIMPULAN
Bentuk numeralia BM mengalami perubahan bentuk dalam konteks sintaksis. Perubahan itu terjadi ketika numeralia itu (i) berfungsi sebagai pewatas nomina, baik nomina umum maupun nomina waktu (ii) mengalami penambahan prefiks atau su-fiks. Numerali bahasa Muna Pada angka sembilan, puluhan (ompulu – siua fulu ‘sepuluh--sembilan puluh’) kata gholeo ‘hari’ bisa dilesapkan dan disubstitusi dengan sufiks –gha seperti ompuluhga ‘’sepuluh hari’, ruafulugha ‘dua puluh hari’. Reduplikasi numeralia dalam BM bisa terjadi lebih dari satu kali, seperti tolu
-tolu è totolu è totolu-totolu è toto-totolu
‘tiga-tiga orang’.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mitra Bestari atas masukan-masukan yang telah diberikan untuk per-baikan substansi artikel saya ini.
DAFTAR PUSTAKA
Barlow, Michael & Charles A. Ferguson. 1987. Agreement in Natural Language: Ap-proaches Theories, Descriptions. Stand-ford University Department of Linguis-tics.
Comriezkss, Bernard. 1996. Language Univer-sals and linguistics Typology. Chicago: The University of Chicago Press.
Cruse, Alan. 2000. Meaning in Languages: In
Introduction in Semantics and Pragmat-ics. Oxford University Press.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Ban-dung: PT Eresco.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Metode Lin-guistik, Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Eresco. Djajasudarma, T. Fatimah. 199. Semantik 2.
Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.
Djajasudarma, T. Fatimah.2002. “Semantik Verba Bahasa Sunda: Satu Kajian Verba Aktif”. Makalah dalam Seminar Nasion-al Semantik II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Donohue, Mark. 1995. The Tukang Besi Lan-guage of Southeast Sulawesi, Indonesia. The Australian National University. Emuek, Pere, G.A. 1996. Preverbal Subjek
Markers in Ivie (Languages, minimalist Theory). Disertasi.
Ingram, David. 1971. Typology and Universals of Personal Pronoun (Ed) (1978) Uni-versals of Human Language. California: Standford University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata da-lam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Marafad, La Ode S. 1996. Sistem Morfologi Nomina Bahasa Muna. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Marafad, La Ode S. 2004. Pronomina Persona
Bahasa Muna: Satu Kajan Sintaksis dan Semantik. Bandung: Universitas Pad-jadjaran.
Marafad, La Ode S. 2004. Bahasa-bahasa di Sulawesi Tenggara, Manusia, dan Ka-ruanya. Kendari: Proyek Kantor Baha-sa Sulawesi Tenggara.
Qiurk, Randolph, Sidney Green Baum, Geof-frey Leech, Jan Svartvik. 1984. Compre-hensive Grammar of the English Lan-guage. London and New York: Long-man.
Simatupang, M.D.S. 1983. Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Van den Berg, Rene. 1995. “Verb Classes, Transitivity, and the Definiteness Shift
(Ed)” Refering to Space Studies in Aus-tronesian and Papuan Languages.