KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI
RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH
PERLAKUAN PEMANASAN
ADY PRATAMA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013 Ady Pratama NIM E24090043
ABSTRAK
ADY PRATAMA. Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan. Dibimbing oleh TRISNA PRIADI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanasan terhadap keawetan kayu mindi (Melia azedarach L.) dari rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus. Penelitian ini menggunakan kayu mindi yang berumur 5 tahun dari Malimping, Banten. Penilaian keawetan kayu mindi terhadap serangan rayap kayu kering berdasarkan pada SNI 01.7207-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan oven dan minyak terbukti meningkatkan keawetan kayu mindi. Nilai penurunan berat terendah kayu mindi akibat serangan rayap kayu kering terjadi setelah pemanasan minyak pada suhu 150 ºC selama 8 jam sehingga kelas awetnya meningkat dari III ke II. Hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat dan mortalitas akibat serangan rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis pemanasan. Berdasarkan kombinasi hasil analisis data penurunan berat dan mortalitas maka peningkatan keawetan kayu mindi secara nyata dan paling efektif dihasilkan dengan pemanasan minyak 150 ˚C selama 8 jam sedangkan pemanasan oven kayu memerlukan suhu 150 ˚C 5 jam yang menghasilkan mortalitas 99,8% dan penurunan berat sebesar 5,15%.
Kata kunci : kayu mindi, pemanasan kayu, rayap kayu kering, sifat keawetan
ABSTRACT
ADY PRATAMA. The Resistance from Dry Wood Termite (Cryptotermes cynocephalus) after Heat Treatment of Mindi Wood (Melia azedarach L.). Supervised by TRISNA PRIADI.
This research aimed to analysist the effect of heat treatment on the resistance of mindi (Melia azedarach L.) wood from dry wood termites (Cryptotermes cynocephalus). This research utilized mindi wood obtained from five years old tree from Malimping, Banten. The durability evaluation on mindi wood againts the dry wood termites is based on SNI 01.7207-2006. The result of this research showed that the heating treatments in oven and oil increased the durability of mindi woods. Based on the weight loss analyses, mindi wood that heated at 150 °C for 8 hours in oil increased their durability class from III to II. Statistical test results obtained showed that factors significantly influence weight loss and mortality due to dry wood termite attack is the interaction of temperature, time, and type of heating. Based on the analysis of the combination weight loss and mortality increase in the durability of the real Mindi wood and most effectively produced by heating oil 150 ˚ C for 8 hours while the wood oven heating temperature of 150 ˚ C requires 5 hours resulted in 99.8% mortality and weight loss amounted to 5.15%.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI
RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH
PERLAKUAN PEMANASAN
ADY PRATAMA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
Judul Skripsi: Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan Nama : Ady Pratama
NIM : E24090043
Disetujui oleh
Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen
- - -- -
-Judul Skripsi: Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu
Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan
Nama : Ady Pratama
NIM : E24090043
Disetujui oleh
Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc Pembimbing armawan MSc etua Departemen ·1 Tanggal Lulus:
3
FE3
7
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc selaku dosen pembimbing atas segala bimbingannya. Demikian kata pengantar dari penulis, semoga tulisan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan doanya kepada segenap pihak yang telah banyak membantu.
Bogor, Desember 2013 Ady Pratama
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orangtua, Bapak Suyanto Wignyo Atmojo dan Ibu Tuminem dan
seluruh mas dan mba yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tak pernah henti kepada penulis serta selalu memberikan motivasi dan mendukung secara materil maupun moril.
2. Bapak Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Beasiswa BUMN yang telah memberikan dukungan secara materil. 4. Seluruh dosen, laboran, dan staf Fakultas Kehutanan IPB.
5. Tristiana Dwi Nurdhita Sari, Maya Andara, Fita Muftikhatus Syahro, Miko Novri Amandra yang telah membantu dalam proses penelitian. 6. Teman-teman THH 46 yang setia memberikan doa dan semangat.
7. Semua pihak yang telah membantu proses persiapan dan penyusunan skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan ke beberapa pihak terkait yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Keawetan Kayu 2
Kayu Mindi (Melia azedarach L.) 2
Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) 3
Teknik Pemanasan untuk Meningkatkan Mutu Kayu 4
METODE 5 Waktu dan Tempat 5 Bahan 5 Alat 5 Prosedur Penelitian 5
Pemanasan Contoh Uji dengan Minyak 5
Pengkondisian Contoh Uji Kayu 6
Pemanasan Contoh Uji dengan Oven 6
Uji Perubahan Warna 6
Pengujian Keawetan dari Rayap Kayu Kering Berdasarkan SNI 01-7207-2006 6
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Peningkatan Berat Kayu Setelah Perlakuan Pemanasan Minyak 10 Uji Keawetan Kayu mindi 10 Penurunan Berat 11 Mortalitas Rayap 12
SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN 15 RIWAYAT HIDUP 21
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan
SNI 01.7202-2006 7
DAFTAR GAMBAR
1 Pohon mindi (Melia azedarach L.) 3
2 Pemotongan contoh uji 5
3 Contoh uji kayu mindi 5
4 Perubahan warna minyak sebelum pemanasan dan setelah pemanasan 6
5 Kondisi contoh uji terhadap rayap kayu kering 7
6 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam oven dengan variasi
suhu dan waktu 9
7 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam minyak dengan variasi
suhu dan waktu 9
8 Nilai pertambahan berat kayu setelah perlakuan pemanasan minyak 10 9 Penurunan berat kayu mindi yang diakibatkan serangan rayap kayu
kering 11
10Nilai mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan perlakuan
pemanasan 12
DAFTAR LAMPIRAN
1
Munsell Soil Chart 152 Indeks perubahan warna kayu mindi setelah perlakuan pemanasan 16 3 Analisis ragam penurunan berat pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak 17
4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap penurunan berat 17 5 Analisis ragam mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak 18
6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai mortalitas rayap 18 7 Kerusakan kayu mindi oleh serangan rayap kayu kering 19 8 Kerusakan kayu mindi (kontrol) terhadap serangan rayap kayu kering 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu adalah bahan alami yang berasal dari pohon yang tumbuh di hutan, kebun atau ladang, dan taman. Kayu dalam bentuk aslinya merupakan bagian penting dari lingkungan hidup (Nandika et al. 1996). Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang diambil dari alam yang disukai masyarakat dan dapat diperbaharui. Penggunaan material kayu oleh masyarakat menyebabkan kebutuhan akan kayu terus meningkat. Namun, kayu memiliki kelemahan yaitu dapat diserang organisme perusak.
Lebih dari 80% kayu yang ada di Indonesia memiliki keawetan yang rendah (kelas awet III, IV dan V). Keawetan kayu merupakan daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor perusak kayu biologis seperti serangga, jamur, dan binatang-binatang laut penggerek kayu. Keaweatan alami kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan zat ekstraktifnya meskipun tidak semua zat ekstraktif bersifat racun bagi organisme perusak kayu. Semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat (Wistara et al. 2002).
Mindi termasuk jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki banyak manfaat. Kayunya dapat digunakan sebagai untuk bahan kayu lapis dan kayu lamina. sedangkan daun, akar dan bagian kulit pohon mindi digunakan sebagai obat demam, bengkak, radang dan reumatik (Departemen Kehutanan 2001). Kayu mindi atau geringging memiliki tekstur yang menarik menyerupai kayu jati atau mahoni. Oleh sebab itu, kayu mindi dapat dikelompokkan sebagai kayu komersial karena telah laku diperdagangkan baik di pasaran lokal maupun di pasaran internasional dalam bentuk barang jadi. Mindi cenderung diminati oleh masyarakat karena memiliki daur pendek, pada umur 5-10 tahun sudah dapat dipanen sebagai tambahan pendapatan, namun menurut Badan Litbang Departemen Kehutanan (2007) mindi termasuk kelas awet IV – V. Kayu yang memiliki kelas awet rendah memerlukan perlakuan pengawetan yang dapat meningkatkan keawetan kayu. Teknik peningkatan keawetan kayu yang lebih ramah lingkungan dan tidak beracun yakni salah satunya dengan menggunakan pemanasan oven dan minyak yang diharapkan dapat meningkatkan keawetan kayu dari serangan organisme perusak, khususnya rayap kayu kering.
Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keawetan dari kayu mindi dengan menggunakan standar SNI 01-7207-2006 sehingga dapat diolah dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat dan dapat memiliki fungsi yang sama dengan jenis-jenis kayu awet lainnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanasan terhadap keawetan kayu mindi (Melia azedarach L.) dari rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus.
2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan umur pakai, nilai dan manfaat kayu mindi. Selain itu juga dapat menunjang industri pengolahan kayu.
TINJAUAN PUSTAKA
Keawetan Kayu
Daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak, berupa serangga, jamur dan binatang laut penggerek dikenal dengan istilah keawetan kayu. Keaweatan kayu dipengaruhi oleh organisme perusak, kecepatan tumbuh, umur pohon, bagian kayu dalam batang, kandungan ekstraktif dan tempat dimana kayu digunakan. Semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat.
Umur pohon memiliki hubungan yang positif dengan keawetan kayu. Jika pohon ditebang dalam umur yang tua, pada umumnya lebih awet daripada jika ditebang ketika muda karena semakin lama pohon tersebut hidup maka semakin banyak zat ekstraktif yang dibentuk (Tim ELSSPAT 1997).
Terdapat lima kelas awet kayu, mulai dari kelas awet I sampai kelas awet V. Kelas awet kayu didasarkan atas keawetan kayu teras karena bagaimanapun awetnya suatu jenis kayu, bagian gubalnya selalu mempunyai keawetan yang terendah yakni kelas awet V hal ini terjadi karena pada bagian kayu gubal tidak terbentuk zat-zat ekstraktif seperti phenol, tannin, alkaloide, saponine, chinon dan damar. Zat-zat tersebut memiliki daya racun terhadap organisme perusak kayu (Findlay dan Martawijaya 1962 dalam Padlinurjaji 1977).
Kayu mindi (Melia azedarach L.)
Mindi merupakan jenis pohon cepat tumbuh serta potensial dalam penggunannya sebagai bahan baku produk konstruksi sederhana yang memiliki tekstur menyerupai kayu mahoni, sehingga kayu mindi banyak dicari oleh masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai produk mebel dan bahan bangunan. Adapun kualifikasi mindi menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2007), adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae Marga : Melia
Jenis : Melia azedarach L. Nama dagang : Mindi
Nama daerah :Geringging, mementin, mindi (Jawa), rencik (Batak), mindi kecil (Melayu), jempinis (NTB), belile (NTT).
3
Gambar 1 Pohon mindi (Melia azedarach L.)
Tinggi pohon mindi bisa mencapai 30 m, panjang bebas cabang 20 m dan diameter sampai 185 cm dengan kayu teras berwarna merah coklat muda semu-semu ungu sedangkan kayu gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu terasnya. Serat lurus atau agak berpadu dan berat jenis rata-ratanya 0,53, penyusutannya dari keadaan basah sampai kering tanur adalah 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial). Kandungan aktif mindi sama dengan mimba (Azadirachta indica) yaitu azadirachtin, selanin, dan meliantriol. Kayu mindi termasuk ke dalam kelas kuat III-II setara dengan mahoni, sungkai dan meranti merah. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2007).
Kayu mindi termasuk kelas awet V-IV. Sifat pemesinan kayu mindi bervariasi dari baik sampai buruk, yakni diserut dan diamplas dengan baik. Mindi dapat mengering tanpa cacat yang signifikan (Indonesian Forest 2007).
Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light)
Rayap kayu kering termasuk famili Kalotermitidae dari genus Cryptotermes. Indonesia pada khususnya kondisi iklim dan tanah sangat mendukung akan perkembangbiakkan rayap. Rayap kayu kering adalah jenis rayap yang sangat umum terdapat di daerah tropis seperti dataran rendah Jawa Barat, Kalimantan, Sumatera dan Filipina. Penyebaran rayap kayu kering sangat berkaitan dengan iklim lembab. Rayap kayu kering berkembang dan tumbuh pada kayu dalam keadaan kering. Rayap kayu kering memiliki ciri-ciri berantena 11 segmen dimana segmen kedua lebih panjang dibandingkan segmen lainnya serta kepala berwarna coklat gelap kemerah-merahan (Nandika et al. 2003).
Menurut Tarumingkeng (1971), rayap kayu kering biasanya menyerang kayu-kayu kering yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain. Sarang pada rayap kayu kering terletak di dalam kayu dan tidak ada keterkaitannya dengan tanah. Nimfa Cryptotermes spp memiliki panjang 5-6 cm dengan warna kecoklatan dan pada kasta reproduktif muda berukuran 10 mm. Menurut Martawijaya (1983), rayap ini biasanya menyerang kayu yang sudah kering seperti rangka atap, mebel, kusen pintu, jendela dan alat rumah tangga lainnya. Cara penyerangan rayap kayu kering dengan rayap kayu tanah
4
terhadap kayu yang sudah kering memiliki perbedaan. Serangan tersebut dapat diketahui setelah kayu kering yang diserang menjadi keropos tanpa adanya pecahan pada permukaan kayu tersebut. Serangan rayap kayu kering ini dapat diketahui dari eksremen-eksremen berupa butiran kecil, lonjong, dan bertakik yang berwarna coklat muda (Nandika et al. 2003).
Teknik Pemanasan untuk Peningkatan Mutu Kayu
Perlakuan panas merupakan proses pada saat bahan dipanaskan hingga suhu tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Modifikasi kayu melalui perlakuan pemanasan merupakan metode yang efektif dalam memperbaiki stabilitas dan daya tahan terhadap kerusakan (Paul et al. 2005). Teknologi perlakuan panas seperti pemanasan oven penerapannya relatif mudah dalam pengendalian terhadap organisme perusak kayu. Teknologi ini digunakan dalam pengendalian organisme perusak khususnya pada kayu mindi. Pengembangan perlakuan panas ini semakin berkurang daripada penggunaan bahan-bahan kimia yang lebih mudah dan murah dalam aplikasinya. Perlakuan pemanasan oven dan minyak merupakan salah satu contoh dari modifikasi kayu melalui perlakuan pemanasan. Ikatan kimia kayu hasil dari percobaan perlakuan panas dapat memperbaiki sifat kayu terutama menurunkan sifat higroskopis dan memperbaiki stabilitas dimensi, sedangkan penyerapan minyak oleh kayu dapat menurunkan penyerapan air (Wang dan Cooper 2005).
Pengawetan kayu mindi dilakukan dengan tujuan menaikkan umur pakai dan meningkatkan nilai ekonomisnya. Keawetan kayu merupakan daya tahan kayu dari faktor perusak biologi, misalnya dari serangan rayap, jamur perusak kayu, dan bubuk kayu kering. Menurut Coto dan Daud (2009), kerapatan kayu durian meningkat setelah proses penggorengan, hal ini disebabkan masuknya minyak goreng selama proses penggorengan. Semakin lama penggorengan semakin tinggi pula kekerasan kayu dan semakin lama waktu penggorengan maka semakin tinggi pula jumlah minyak yang mampu mengisi rongga-rongga sel kayu sehingga menyebabkan kemampuan kayu untuk menahan tekanan yang diberikan semakin tinggi, selain itu juga dapat memperlambat waktu kayu untuk pecah atau retak ketika diberi tekanan. Pada proses penggorengan penurunan kadar air berkisar antara 3-5%. Penurunan kadar air kesetimbangan pada proses pemanasan kayu disebabkan oleh perubahan sebagian daerah amorf menjadi kristalin yag berakibat berkurangnya gugus –OH yang tersedia untuk berikatan dengan molekul air dan keberadaan minyak goreng dalam kayu yang bersifat hidrofobik mampu menghalangi penyerapan kayu terhadap air dari lingkungan.
Minyak berguna sebagai media penghantar panas selain pemanggangan dan perebusan tetapi prosesnya lebih efisien. Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Minyak nabati dikelompokkan sebagai minyak yang tidak jenuh yaitu rantai atom karbonnya tidak berikatan dengan semua atom hidrogen. Istilah minyak tidak jenuh ini digunakan untuk membedakannya dari minyak jenuh, yang umumnya terdapat dalam minyak hewani. Minyak nabati bisa menjadi jenuh melalui proses pemanasan berulang-ulang dimana mengakibatkan kandungan lemak jenuhnya meningkat (Ketaren 2005).
5
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu dan Laboratorium Rayap, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung selama empat bulan yaitu dari bulan Juni – Oktober 2013.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pangkal bagian teras kayu mindi. Pohon berumur 5 tahun dengan diameter 18 cm dipotong sehingga diperoleh papan kayu mindi berukuran panjang 4 meter, lebar 14 cm, dan tebal 3 cm. Kayu mindi dalam penelitian ini diperoleh dari Malimping, Banten. Bahan lainnya adalah limbah minyak goreng dari warung makan sekitar kampus IPB Darmaga. Selain itu digunakan juga rayap jenis Cryptotermes cynocephalus Light yang sehat dan aktif.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari meteran, gergaji, pipa berdiameter 1,8 cm dan tinggi 3 cm, oilbath, oven, desikator, timbangan elektrik, baskom, alat tulis, dan kamera.
Prosedur Penelitian
Contoh uji kayu mindi dipotong sesuai SNI 01-7207-2006 menjadi ukuran 5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, sebanyak 76 contoh uji. Kemudian dilakukan beberapa tahap pengujian, mencakup pemanasan contoh uji dengan minyak dan oven serta dilakukan pengujian keawetan kayu mindi dari serangan rayap kayu kering.
Gambar 2 Pemotongan contoh uji Gambar 3 Contoh uji kayu mindi
Pemanasan Contoh Uji dengan Minyak
Pengeringan contoh uji dalam oven dengan suhu 60 0C selama 2 hari dan ditimbang (W1). Proses selanjutnya yakni pemanasan minyak dalam oil bath. Seluruh bagian contoh uji kayu terendam dalam minyak panas. Suhu panas yang
6
digunakan adalah 120 0C, 150 0C, dan 180 0C. Setiap perlakuan menggunakan variasi waktu 2 jam, 5 jam, dan 8 jam sedangkan pada kontrol tidak diberikan perlakuan panas. Setiap perlakuan pemanasan menggunakan 4 ulangan contoh uji.
A B
Gambar 4 Perubahan warna minyak (A) sebelum pemanasan dan (B) setelah pemanasan
Pengkondisian Contoh Uji Kayu
Contoh uji yang telah dipanaskan dalam minyak, ditiriskan selama 15 menit, dan dilakukan pembersihan permukaan kayu dari minyak. Kemudian contoh uji dioven selama dua hari pada suhu 60 0C dan ditimbang (W2). Peningkatan berat kayu setelah diberi perlakuan pemanasan dihitung dengan rumus:
Keterangan:
B = Persentase peningkatan berat contoh uji kayu (%)
W1 = Berat kering oven contoh uji kayu sebelum digoreng (gram) W2 = Berat kering oven contoh uji setelah digoreng (gram)
Pemanasan Contoh Uji dengan Oven
Contoh uji kayu ditumpuk dalam beberapa oven dan dipanaskan dengan suhu berbeda yakni 120 0C, 150 0C, dan 180 0C. Adapun variasi waktu pemanasan adalah 2 jam, 5 jam dan 8 jam. Contoh uji kontrol tidak diberi perlakuan pemanasan. Jumlah ulangan contoh uji disetiap perlakuan adalah sebanyak 4 kali ulangan.
Uji Perubahan Warna
Analisis warna kayu mindi menggunakan Munsell Soil Chart terdapat pada Lampiran 1.
Pengujian Keawetan dari Rayap Kayu Kering Berdasarkan SNI 01-7207-2006
Contoh uji kayu dioven pada suhu 60 ˚C ± 2 ˚C selama 48 jam untuk mendapatkan berat kayu sebelum pengujian (W1). Pada salah satu permukaan contoh uji kayu dipasang pipa paralon yang direkatkan dengan lilin pada bagian
7 bawahnya. Kemudian rayap kayu kering sebanyak 50 ekor yang aktif dan sehat dimasukkan ke dalam pipa paralon dan ditutup dengan kapas. Selanjutnya contoh uji disimpan di ruangan gelap selama 12 minggu.
Setelah pengumpanan selama 12 minggu, dihitung jumlah rayap yang masih hidup untuk menentukan mortalitasnya. Contoh uji selanjutnya dioven dengan suhu 60 ˚C ± 2 ˚C selama 48 jam untuk mendapatkan berat kayu setelah pengumpanan (W2). Nilai penurunan berat contoh uji akibat serangan rayap kayu kering dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan :
WL = Penurunan berat (%)
W1 = Berat kering oven kayu sebelum pengumpanan (gram)
W2 = Berat kering oven kayu setelah pengumpanan (gram)
Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan mortalitas rayap dengan rumus mortalitas sebagai berikut:
Keterangan :
MR = Mortalitas rayap (%) D = Jumlah rayap mati
50 = Jumlah rayap awal pengujian
Kelas ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering dikelompokkan ke dalam lima kelas, dengan ketentuan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan SNI 01.7202-2006
Kelas Ketahanan Kehilangan Berat (%)
I Sangat Tahan < 2,0
II Tahan 2,0 – 4,4
III Sedang 4,5 – 8,2
IV Buruk 8,3 – 28,1
V Sangat Buruk ˃ 28,1
8
Yijkl = μ + αi + βj + δk + (αβ)ij + (αδ)ik + (βδ)jk + αβδijk + εijkl
Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Excel 2007 dan software SAS 9.1.3. Model rancangan yang digunakan yakni percobaan faktorial teracak lengkap. Istilah faktorial lebih mengacu pada bagaimana perlakuan yang akan diteliti disusun, tetapi tidak menyatakan bagaimana perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan pada unit-unit percobaan (Mattjik dan Sumertajaya 2002). Faktor yang berperan pada penelitian ini adalah jenis pemanasan (oven dan minyak), suhu pemanasan (120 ˚C, 150 ˚C, dan 180 ˚C), dan waktu pemanasan (2 jam, 5 jam, dan 8 jam) dengan 4 kali ulangan setiap perlakuan. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Keterangan:
Yijkl = Nilai respon (kehilangan berat dan mortalitas) dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan pemanasan (oven dan minyak) ke-i, suhu pemanasan ke-j, dan waktu pemanasan ke-k pada ulangan ke-1
i, j, k, l = Ulangan ke-1, 2, 3, dan 4 μ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan pemanasan (oven dan minyak) pada taraf ke-i βj = Pengaruh perlakuan suhu pada taraf ke-j
δk = Pengaruh perlakuan waktu pemanasan pada taraf ke-k
(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan pemanasan (oven dan minyak) ke-i dan suhu ke-j
(αδ)ik = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan pemanasan (oven dan minyak) ke-i dan waktu pemanasan ke-k
(βδ)jk = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan suhu ke-j, dan waktu pemanasan ke-k
Αβδijk = Pengaruh interaksi faktor pengaruh perlakuan pemanasan (oven dan minyak) ke-i, pengaruh faktor suhu ke-j dan pengaruh faktor waktu pemanasan ke-k
εijkl = Nilai galat (kesalahan percobaan) dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan pemanasan (oven dan minyak) ke-i, suhu ke-j, dan waktu pemanasan ke-k pada ulangan ke-l
Analisis ragam atau analysis of variace (ANOVA) dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor jenis pemanasan terhadap pengujian keawetan kayu. Nilai F-hitung diperoleh dari ANOVA tersebut dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayaan 95% dengan kaidah keputusan:
1. Apabila F-hitung < F-tabel, maka faktor yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pengujian keawetan kayu mindi pada selang kepercayaan 95%.
2. Apabila F-hitung > F-tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap pengujian keawetan kayu mindi pada selang kepercayaan 95%. Dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) jika perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata terhadap keawetan.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan pemanasan dengan oven dan limbah minyak goreng dengan berbagai variasi suhu dan waktu mengakibatkan perubahan warna pada kayu mindi. Warna menjadi lebih merata pada permukaan kayu. Pemanasan oven menghasilkan warna yang relatif lebih menarik terutama pada suhu 150 ˚C dengan waktu pemanasan 8 jam. Perlakuan pemanasan kayu dengan menggunakan limbah minyak goreng mengakibatkan kayu cenderung lebih gelap. Penampilan yang lebih baik ialah pemanasan dengan suhu 120 ˚C dan waktu 8 jam.
Berdasarkan Munsell Soil Chart, kayu mindi yang dipanaskan menggunakan oven pada suhu 120 ˚C (2, 5, 8 jam) memiliki nilai 7.5 YR 7/4, sedangkan suhu 150 ˚C dan 180 ˚C (2, 5, 8 jam) menjadi 7.5 YR 7/6 dan 7.5 YR 6/4. Kayu mindi yang dipanaskan dalam minyak pada suhu 120 ˚C dan suhu 150 ˚C (2,5,8 jam) memiliki warna yang sama yakni 7.5 YR 6/8, sedangkan pada suhu 180 ˚C dengan waktu pemanasan 2 jam memiliki nilai warna 7.5 YR 3/2 namun pada waktu pemanasan 5 dan 8 jam mengalami perubahan warna menjadi 7.5 YR 3/1. Semakin tinggi suhu dan lamanya waktu pemanasan menyebabkan warna menjadi lebih gelap. Perubahan warna kayu ini dipengaruhi oleh suhu pemanasan dan waktu pemanasan (Forest Products Society 2002).
KONTROL 120 ˚C 150 ˚C 180 ˚C
2 jam 2 jam 2 jam
5 jam 5 jam 5 jam
8 jam 8 jam 8 jam
Gambar 6 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam oven dengan variasi suhu dan waktu
Gambar 7 Perubahan warna kayu setelah pemanasan minyak dengan variasi suhu dan waktu
KONTROL 120 ˚C 150 ˚C 180 ˚C
2 jam 2 jam 2 jam
5 jam 5 jam 5 jam
10
Peningkatan Berat Kayu Setelah Perlakuan Pemanasan Minyak
Pemanasan kayu dengan minyak mengakibatkan sebagian minyak masuk ke dalam kayu yang menyebabkan peningkatan berat. Berdasarkan Gambar 8 tampak adanya kecenderungan pertambahan berat kayu tersebut sebesar 6,22% sampai 15,40% hal ini mengindikasikan minyak masuk pada kayu mindi. Pada waktu pemanasan suhu 120 ºC dan suhu 150 ºC diduga sebagian zat ekstraktif tidak seluruhnya keluar dan hal ini diduga pada suhu dan waktu tersebut masuknya minyak pada ronga-rongga sel kayu mindi lebih sulit sedangkan suhu 180 ºC dengan variasi waktu 2 jam, 5 jam, dan 8 jam mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa penggorengan kayu pada suhu sekitar 180 ºC-200 ºC menyebabkan zat ekstraktif yang mudah keluar dari dalam kayu sehingga bagian kayu yang kosong akan diisi oleh minyak goreng dengan demikian, berat kayu akan bertambah dan kerapatannya semakin meningkat (Forest Products Society 2002).
Perlakuan Pemanasan
Gambar 8 Nilai pertambahan berat kayu setelah perlakuan pemanasan minyak
Uji Keawetan Kayu Mindi
Penurunan Berat
Penurunan berat kayu mindi yang dipanaskan dalam minyak lebih kecil dibandingkan dengan yang dipanaskan dalam oven maupun kontrol. Semakin kecil penurunan berat kayu mindi yang terserang rayap kayu kering, maka semakin tinggi keawetan kayu. Nilai penurunan berat mengindikasikan banyaknya serangan rayap kayu kering pada kayu mindi (Lampiran 7). Menurut Weiss (1961), keawetan kayu ditentukan oleh genetik kayu seperti umur pohon, berat jenis, dan kandungan zat ekstraktif. Nilai persentase kehilangan berat kayu mindi dengan pemanasan oven dan minyak dapat dilihat pada Gambar 9.
11
Gambar 9 Penurunan berat kayu mindi yang diakibatkan serangan rayap kayu kering
Berdasarkan Gambar 9, kayu mindi yang dipanaskan pada berbagai variasi suhu dan waktu dalam oven dan minyak mengalami penurunan berat oleh rayap kayu kering sebesar 5,15%-6,30% dan 2,84%-6,06%. Klasifikasi ketahanan kayu dari serangan rayap kayu kering berdasarkan SNI 01.7207-2006 menunjukkan bahwa kayu mindi kelas awet III (penurunan berat 6,38%) yang berbeda dengan Indonesian Forest tahun 2007 menggolongkan mindi dalam kelas awet IV-V. Perlakuan pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C selama 8 jam menyebabkan penurunan berat kayu secara nyata oleh rayap kayu kering 2,84%, termasuk kelas awet II (penurunan berat antara 2,0% sampai 4,4%). Kayu yang diberi perlakuan pemanasan oven dengan berbagai variasi suhu dan waktu tidak mengalami penurunan berat akibat serangan rayap yang nyata lebih kecil dibandingkan kontrol.
Berdasarkan hasil analisis ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat akibat serangan rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis pemanasan. Pada pemanasan minyak suhu 150 ˚C dengan waktu pemanasan 5 jam dan 8 jam serta suhu 180 ˚C dengan waktu pemanasan 2 jam dan 5 jam menghasilkan penurunan berat akibat serangan rayap kayu kering yang nyata lebih rendah daripada kontrol yaitu secara berurutan 4,68%, 2,84%, 4,52%, dan 4,66%. Berdasarkan hasil uji statistika yang paling baik dalam menurunkan serangan rayap kayu kering adalah pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C selama 5 jam dan 8 jam.
12
Mortalitas Rayap
Mortalitas rayap diperoleh dari persentase rayap yang mati selama masa pengujian sampel. Nilai mortalitas pada kontrol masih tergolong tinggi berarti keawetan kayu mindi relatif tinggi. Semakin besar kematian rayap kayu kering maka kehilangan berat contoh uji semakin kecil atau sebaliknya. Perilaku makan rayap di alam berbeda dengan di laboratorium (Supriana 1983 dalam Sanjaya 2012). Di alam rayap bebas dalam menentukan lingkungan yang paling sesuai sedangkan di laboratorium, rayap dipaksa makan umpan yang diberikan. Hal ini menyebabkan rayap perlahan akan mati dan rayap-rayap yang lemah atau sakit akan dibunuh dan dimakan oleh rayap-rayap yang lebih aktif untuk bertahan hidup.
Gambar 10 Nilai mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan perlakuan pemanasan
Berdasarkan perhitungan mortalitas rayap bahwa keawetan kayu mindi meningkat setelah mengalami perlakuan pemanasan oven dan minyak. Nilai mortalitas rayap pada kayu yang dipanaskan oven dan minyak dalam berbagai variasi suhu dan waktu lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Rata-rata nilai mortalitas pada perlakuan pemanasan oven lebih dari 90% sedangkan yang dipanaskan dengan minyak lebih dari 99%. Hal ini mengindikasikan bahwa ada pengaruh pemanasan oven dan minyak terhadap keawetan kayu.
Perlakuan pemanasan menyebabkan kayu kehilangan kandungan polisakarida (Hill 2006). Kayu yang kehilangan polisakarida diduga menyebabkan rayap tidak suka terhadap kayu mindi dan perlahan rayap akan mati. Peningkatan nilai mortalitas rayap juga diduga akibat perubahan kimia penyusun kayu. Berdasarkan hasil analis ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap mortalitas rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu, dan jenis pemanasan. Mortalitas rayap sudah mencapai 100% dengan pemanasan kayu mindi suhu 120 ˚C selama 8 jam. Bahkan pada pemanasan minyak mortalitas 100% sudah dicapai pada suhu 120 ˚C dan 150 ˚C dengan berbagai waktu pemanasan. Berdasarkan kombinasi hasil analisis data penurunan berat dan mortalitas dalam penelitian ini, maka
13 peningkatan keawetan kayu mindi secara nyata dan paling efektif dihasilkan dengan pemanasan minyak 150 ˚C selama 8 jam. Bila menggunakan pemanasan oven maka sebaiknya digunakan suhu pemanasan 150 ˚C selama 5 jam yang menghasilkan mortalitas 99,8% dan penurunan berat paling rendah (5,15%).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan pemanasan oven dan minyak terbukti meningkatkan keawetan kayu mindi. Pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C selama 8 jam meningkatkan keawetan kayu mindi dari kelas III menjadi kelas II. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat dan mortalitas akibat serangan rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis pemanasan. Berdasarkan kombinasi hasil analisis data penurunan berat dan mortalitas maka peningkatan keawetan kayu mindi secara nyata dan paling efektif dihasilkan dengan pemanasan minyak 150 ˚C selama 8 jam sedangkan pemanasan oven untuk kayu mindi memerlukan suhu 150 ˚C selama 5 jam yang menghasilkan mortalitas 99,8% dan penurunan berat sebesar 5,15%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian pengaruh perlakuan pemanasan oven dan minyak terhadap keawetan kayu dari serangan organisme perusak kayu lainnya serta perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai komponen limbah minyak goreng yang mengakibatkan kematian pada rayap.
14
DAFTAR PUSTAKA
[Badan Litbang Departemen Kehutanan] Badan Peneletian dan Pengembangan Departemen Kehutanan.2007. Mindi. http://indonesanforest.com/Tanaman andalan/Mindi. htm. [diunduh pada 6 November 2013].
[Forest Products Society]. 2002. Enhancing the Durability of Lumber and Engineered Wood Products. Medison: Forest Products Society.
Coto Z, M Daud. 2009. Peningkatan Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Durian (Durio sp.) dengan Penggorengan. Simposium Nasional FTHH Peningkatan Peran FTHH dalam Penelitian dan Pengembangan IPTEK untuk Menunjang Revitaliusasi Industri Hasil Hutan Indonesia.
Hill C. 2006. Wood Modification; Chemical Thermal and Other Processes. West Sussex: John Wiley dan Sons, LTd.
Indonesian Forest. 2007. Identifikasi Kayu Indonesia. http://www.indonesianforest.com/Kayu/Mindi. htm . [diunduh pada 6 November 2013].
Ketaren S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Martawijaya A. 1983. Pengawetan Kayu untuk Mencegah Serangan Jamur dan Serangga Perusak Kayu. Makalah Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan. Kerja sama Direktorat Tata Bangunan dengan Ikatan Arsitek Indonesia, Jakarta.
Mattjik AA, M Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB-Press. Bogor.
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Nandika D, Soenaryo, Aswin S. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Jakarta .
Paul WM, Ohlmeyer H, Leithoff. 2005. Optimising the properties of OSB by a one-step heat pre-treatment process. Holz als Roh-und Werkstoff Journal 64:227-234.
Sanjaya F. 2012. Ketahanan alami kayu meranti merah (Shorea sp) dari hutan alam dan hutan tanaman terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu
Indonesia. Laporan LPKK No. 138. Bogor.
Tim ELSSPAT. 1997. Pengawetan Kayu dan Bambu. Jakarta: Puspa Swara. Wang JY, Cooper PA. 2005. Effect of oil type temperature and time on mouisture
properties of hot oil-treated wood. Holz als Roh-und Werkstoff Journal 63:417-442.
Weiss HF .1961. Preservation of Structural Timber. America (US): The Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
Wistara IN. 2002. Ketahanan 10 jenis kayu tropis. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 15(2):48-56.
15 LAMPIRAN
Lampiran 1 Munsell Soil Chart
3/1 3/2 3/3 3/4 2,5/1 2,5/2 2,5/3 4/1 4/2 4/3 4/4 4/6 5/1 5/2 5/3 5/4 5/6 5/8 6/1 6/2 6/3 6/4 6/6 6/8 7/1 7/2 7/3 7/4 7/6 7/8 8/1 8/2 8/3 8/4 8/6
16
Lampiran 2 Indeks perubahan warna kayu mindi setelah perlakuan pemanasan. Perlakuan
pemanasan
Suhu Waktu (jam) Indeks Keterangan
Kontrol - - 7.5 YR 7/4 Kuning muda
Oven 120 ˚C 2 7.5 YR 7/4 Kuning muda
5 7.5 YR 7/4 Kuning muda 8 7.5 YR 7/4 Kuning muda 150 ˚C 2 7.5 YR 7/6 Kuning kemerahan 5 7.5 YR 7/6 Kuning kemerahan 8 7.5 YR 7/6 Kuning kemerahan 180 ˚C 2 7.5 YR 6/4 Coklat muda 5 7.5 YR 6/4 Coklat muda 8 7.5 YR 6/4 Coklat muda
Minyak 120 ˚C 2 7.5 YR 6/8 Kuning kemerahan
5 7.5 YR 6/8 Kuning kemerahan 8 7.5 YR 6/8 Kuning kemerahan 150 ˚C 2 7.5 YR 6/8 Kuning kemerahan 5 7.5 YR 6/8 Kuning kemerahan 8 7.5 YR 6/8 Kuning kemerahan 180 ˚C 2 7.5 YR 3/2 Coklat gelap 5 7.5 YR 3/1 Coklat gelap 8 7.5 YR 3/1 Abu-abu sangat gelap
17
Lampiran 3 Analisis ragam penurunan berat pada uji keawetan kayu mindi dengan pemanasan oven dan minyak.
*memberikan pengaruh pada kehilangan berat pada taraf nyata 5%.
Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap penurunan berat.
Duncan Grouping Mean N Suhu_Waktu Pemanasan
A 0,94188 8 120 ˚C_0 A 0,94188 8 150 ˚C_0 A 0,94188 8 180 ˚C_0 B A 0,90533 8 180 ˚C_8 B A C 0,87105 8 120 ˚C _2 B A C 0,86144 8 120 ˚C_8 B A C 0, 84314 8 120 ˚C_5 B A C 0,82425 8 150 ˚C_2 B C 0,79825 8 180 ˚C_5 D C 0,77133 8 180 ˚C_ 2 D C 0,75965 8 150 ˚C_5 D 0,65693 8 150 ˚C_8 Source DF Type I SS Mean Square F value Pr > F Suhu 0 0 - - - Waktu 0 0 - - - Waktu*suhu 0 0 - - - Jenis pemanasan 0 0 - - - Jenis pemanasan*suhu 0 0 - - - Jenis pemanasan*waktu 0 0 - - - Jenis pemanasan*waktu*suhu 6 0,0185 0,031 2,320 0,042*
18
Lampiran 5 Analisis ragam mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan pemanasan oven dan minyak.
Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Suhu 3 0 - - - Waktu 2 0 - - - Waktu*suhu 4 0 - - - Jenis pemanasan 1 0 - - - Jenis pemanasan*suhu 2 0 - - - Jenis pemanasan*waktu 2 0 - - - Jenis pemanasan*waktu*suhu 4 107,08 17,85 0,52 0,78*
*memberikan pengaruh pada mortalitas rayap pada taraf nyata 5%.
Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai mortalitas rayap. Duncan Grouping Mean N Suhu_Waktu Pemanasan
A 100,000 8 120 ˚C_8 A 99,750 8 180 ˚C_2 A 99,750 8 150 ˚C_2 A 99,750 8 150 ˚C_ 8 A 99,250 8 150 ˚C_5 A 98,750 8 180 ˚C_5 A 98,500 8 120 ˚C_5 A 97,000 8 120 ˚C_2 A 96,000 8 180 ˚C_8 B 89,500 8 120 ˚C_0 B 89,500 8 150 ˚C_0 B 89,500 8 180 ˚C_0
19 Lampiran 7 kerusakan kayu mindi oleh serangan rayap kayu kering.
Waktu dan Suhu Pemanasan
Pemanasan Oven Pemanasan Minyak
2 jam 120 ˚C 2 jam 150 ˚C 2 jam 180 ˚C 5 jam 120 ˚C 5 jam 150 ˚C 5 jam 180 ˚C 8 jam 120˚C 8 jam 150˚C 8 jam 180˚C
20
Lampiran 8 kerusakan kayu mindi (kontrol) terhadap serangan rayap kayu kering. Sebelum Pengumpanan Setelah Pengumpanan
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung pada tanggal 14 Februari 1991 sebagai anak keenam dari enam bersaudara pasangan Suyanto Wignyo Atmojo dan Tuminem. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bandar Lampung dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dan memilih bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu.
Selama studi penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan seperti anggota Rohani Islam dikelas Hasil Hutan angkatan 46 pada tahun 2010 – 2013 serta Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan sebagai anggota bagian Biokomposit pada tahun 2010 – 2011 dan sebagai anggota dana usaha pada tahun 2011 – 2012 serta berbagai kepanitiaan kegiatan di Kampus IPB.
Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Gunung Kamojang dan Kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut. Tahun 2012 penulis juga melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang di Korindo Ariabima Sari, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah selama 2 bulan dan ditempatkan dibagian Quality Control dan Personalia pada tahun 2013. Sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaika skripsi dengan judul “Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan” dibawah bimbingan Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc.