• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB) DENGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA SWAMEDIKASI DI KOTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB) DENGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA SWAMEDIKASI DI KOTA DENPASAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN (online): 2721 - 3250

 22

PERSEPSI MASYARAKAT MELALUI PENDEKATAN THEORY

OF PLANNED BEHAVIOR (TPB) DENGAN PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK SECARA SWAMEDIKASI DI KOTA DENPASAR

I Putu Nugraha, 1Putu Eka Arimbawa*, 1Ni Putu Aryati Suryaningsih Program Studi Farmasi Klinis Universitas Bali Internasional

*Corresponding author: Putu Eka Arimbawa, e-mail: eka_apoteker@yahoo.co.id

Abstrak

Persepsi mengenai pengobatan menyebabkan penggunaan obat yang bervariasi termasuk penggunaan antibiotik dalam swamedikasi atau pengobatan sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat melalui pendekatan theory of planned behavior (TPB) dengan penggunaan antibiotik secara swamedikasi di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional melalui pertanyaan kuesioner secara langsung kepada masyarakat pada bulan Februari-April 2018 di Kota Denpasar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 173 yang dikumpulkan secara purposive sampling dan dianalisis menggunakan uji bivariat chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara variabel subjective norm, perceived behavioral control, dan attitude toward the behavior dengan penggunaan antibiotik secara swamedikasi (P<0.05). Kehadiran apoteker, pengalaman dan pengendalian diri lingkungan menjadi faktor yang menetukan keputusan masyarakat untuk menggunakan antibiotik dalam swamedikasi. Untuk itu, perlu peningkatan peran apoteker dalam memberikan informasi secara tepat agar masyarakat mendapatkan pemahaman mengenai penggunaan antibiotik.

Kata kunci: Persepsi, TPB, Swamedikasi, Antibiotik

Community Perception Through The Theory of Planned Behavior (TPB) Approach with The Self-Medication of Antibiotics in Denpasar City

Abstract

Perceptions about treatment led to a variety of drug use, including the use of antibiotics in self-medication. This study aimed to determine the relationship between public perceptions through the theory of planned behavior (TPB) approach with the use of self-medicated antibiotics in Denpasar City. This study used a cross-sectional survey design through direct questionnaire questions to the public in February-April 2018 in Denpasar City. The sample used in this study was 173 collected by purposive sampling and analyzed using the chi-square bivariate test. The results showed a significant relationship between subjective norm variables, perceived behavioral control, and attitude toward the behavior with self-medicated antibiotic use (P <0.05). The presence of pharmacists, experience, and environmental self-control are factors that determine people's decisions to use antibiotics in self-medication. Thus, it is necessary to increase the role of pharmacists in providing accurate information so that the public can understand the use of antibiotics.

Keywords: Perceptions, TPB, self-medication, antibiotic Pendahuluan

Swamedikasi atau pengobatan sendiri pada umumnya dilakukan untuk mengatasi penyakit ringan yang banyak terjadi di masyarakat. Biaya kesehatan yang mahal dan secara umum penyakit ringan dapat diobati, sehingga menyebabkan swamedikasi menjadi pilihan utama untuk menjaga kesehatan (Dewi, 2015). Jumlah dan variasi obat yang berbeda, membuat masyarakat memiliki perbedaan dalam melakukan pengobatan. Salah satu obat yang digunakan adalah antibiotic. Hasil penelitian juga menujukkan sebagian besar masyarakat menggunakan obat golongan antibiotik dalam swamedikasi (Arrang et al., 2019)

(2)

Penggunaan antibiotik dalam swamedikasi banyak terjadi dinegara-negara berkembang kawasan Asia. Peningkatan prevalensi penggunaan antibiotik dilaporkan mencapai 4-75% di kawasan Asia (Gillani et al., 2017). Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat, antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik (Ivoryanto et al., 2017). Hasil pennelitian lain juga menunjukkan tingkat kesadaran penggunaan antibiotik masih dalam kategori rendah yaitu sebesar 58,33% (Fernandez, 2013).

Besarnya kepercayaan masyarakat mengenai persepsi mengenai penggunaan antibiotik menyebabkan tingkat pemakian menjadi tinggi. Hasil penelitian menujukkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya swamedikasi antibiotik di kalangan masyarakat terutama di negara berkembang antara lain keadaan ekonomi, waktu, pengaruh keluarga atau teman, dan tingkat pengetahuan masyarakat (Barros et

al., 2009). Pengalaman informasi yang diterima mempengaruhi persepsi tentang

pengobatan sehingga peran individu dalam membuat keputusan untuk melakukan pengobatan semakin tinggi. Peran individu tersebut dapat diukur melalui teori theory of

planned behavior (TPB). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan

penggunaan antibiotik karena alasan perilaku sebesar 56% (Restiyono, 2018).

Theory of planned behavior (TPB) menyatakan perilaku seseorang karena

adanya niat untuk berperilaku. TPB dikhususkan pada perilaku spesifik seseorang dan untuk semua perilaku secara umum niat seseorang untuk berperilaku dapat di prediksi oleh tiga hal yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior), norma subyektif (subjective norm), dan persepsi pengendalian diri (perceived behavioral

control) (Wikamorys & Rochmach, 2017). Keunggulan menggunakan metode TPB

mengandung perilaku dan predictor dalam menilai perilaku (Ramdhani, 2016).

Berdasarkan permasalahan diatas, persepsi masyarakat dengan penggunaan antibiotik dalam pengobatan sendiri berhubungan. Penelitian ini berbeda dengan riset sebelumnya, yaitu lebih spesifik menggali persepsi penggunaan antibiotik dalam pengobatan sendiri melalui pendekatan TPB. Urgensi penelitian ini dilakukan mengingat semakin banyaknya penggunaan antibiotik di masyarakat, termasuk di Kota Denpasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat berdasarkan pendekatan TPB dengan penggunaan antibiotik secara swamedikasi di Kota Denpasar.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Penelitian ini sudah mendapatkan ijin penelitian nomor No.001.07/IIK BALI/EC/XII/2017. Peneliti dalam penelitian ini memberi pertanyaan kuesioner secara langsung kepada masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2018 di Kota Denpasar. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 173. Kriteria inklusi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di Kota Denpasar,melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) 1 bulan terakhir. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja sebagai tenaga kesehatan. Kuesioner TPB (44 Pertanyaan) dibuat berdasarkan teori dan focus grup design (FGD) dengan apoteker di Kota Denpasar. Uji realibilitas-validitas menggunakan 43 sampel. Hasil tes dikatakan realibilitas-validitas apabila nilai R>0.26 dan Cronbach’s Alpha>0.60. Hasil uji validitas-realibilitas kuesioner TPB didapatkan nilai R terkecil adalah 0.37 dan nilai Cronbach’s Alpha 0.69. Analisis data berdasarkan karakteristik sampel, dan uji bivariat chi-square dengan menggunakan software SPSS 16.

Hasil dan Pembahasan Karakteristik sampel

Hasil mengenai uji karakteristik sampel ditunjukkan pada tabel 1. Berdasarkan tabel, persentase jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak 56,1%.

(3)

Berdasarkan usia, persentase usia yang paling tinggi 25-45 tahun yaitu 63,6%. Kriteria status sampel, sebagian besar sudah menikah yaitu 50,3%. Menurut pendidikan, persentase paling tinggi adalah S1 yaitu 32,9%. Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah pegawai swasta sebesar 38,7%,. Menurut penghasilan, persentase golongan terbesar adalah < Rp 2.553.000 sebesar 59%.

Tabel 1. Karakteristik sampel

Uji chi-square TPB dengan penggunaan antibiotic secara swamedikasi

Hasil mengenai analisis bivariat chi-square ditunjukkan pada tabel 2. Hasil variabel subjective norm diperoleh bahwa responden yang memiliki norma subjektif besar yang menggunakan antibiotik sebesar 32.9% dan tanpa antibiotik sebesar 30.1%. Sedangkan, responden yang memiliki norma subjektif kecil yang menggunakan antibiotik sebesar 6.9% dan yang tidak sebesar 30.1%. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara subjective norm dengan penggunaan antibiotik. Hasil variabel perceived behavioral control responden yang memiliki persepsi pengendalian diri besar yang menggunakan antibiotik sebesar 11.6% dan tanpa antibiotik sebesar 34.1%. Sedangkan, responden yang memiliki persepsi pengendalian diri kecil yang menggunakan antibiotik sebesar 28.3% dan tanpa antibiotik sebesar 26%. Analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan perceived behavioral control dengan penggunaan antibiotik dalam swamedikasi. Hasil variabel attitude toward the

behavior responden memiliki sikap terhadap perilaku besar yang menggunakan

antibiotik sebesar 30.1% dan tanpa antibiotik sebesar 32.9%. Sedangkan, responden yang memiliki sikap terhadap perilaku kecil yang menggunakan antibiotik sebesar 8.7% dan tanpa antibiotik sebesar 27.2%. Analisis hubungan antara sikap attitude toward the

Behavior dengan penggunaan antibiotik terdapat hasil yang siginifikan .

No. Karakteristik Sampel n = 173

f (%)

1. Jenis

Kelamin

Laki-Laki 76(43.9)

Perempuan 97(56.1)

2. Usia 25 – 45 Tahun < 25 Tahun 49(8.3) 110(63.6) > 45 Tahun 14(8.1) 3. Status Menikah 87(50.3) Belum Menikah 86(49.7) 4. Pendidikan SMA 41(23.7) SMK 45(26) D3 30(17.3) S1 57(32.9) 5. Pekerjaan Tidak Bekerja 6(3.5) Pegawai Swasta 67(38.7) PNS 20(11.6) Wirausaha 59(34.1) Pelajar/Mahasiswa 21(12.1) 6. Penghasilan < Rp 2.553.000 ≥ Rp 2.553.000 102(59) 71(41)

(4)

Tabel 2. Uji chi-square TPB dengan penggunaan antibiotic secara swamedikasi TPB Parameter (n = 173) Menggunakan Antibiotik f (%) Tanpa Antibiotik f (%) p-value Subjective norm Besar Kecil 57 (32.9) 12 (6.9) 52 (30.1) 52 (30.1) 0,0001 Perceived behavioral control Besar Kecil 20 (11.6) 49 (28.3) 59 (34.1) 45 (26) 0,0001 Attitude toward the

behavior Besar

Kecil 54 (30.1) 15 (8.7) 57 (32.9) 47 (27.2) 0.004 Analisis menunjukkan hasil yang signifikan, antara attitude toward the behavior terhadap penggunaan antibiotik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan keyakinan berkaitan dengan penilaian subjektif individu, pemahaman individu mengenai diri dan lingkungannya, (Ramdhani, 2016). Hasil penelitian menyatakan masyarakat yang pernah menggunaka antibiotik sebelumnya, akan cenderung menggunakan kembali karena hasil yang memuaskan. Hal ini terbukti dari data penelitian yang diperoleh bahwa responden yang memiliki attitude toward the behavior besar yang menggunakan antibiotik dengan presentase 30.1% dan tanpa menggunakan antibiotik dengan presentase 32.9%. Hasil penelitian lain menunjukkan

sikap terhadap penyakit dan berbagai cara menghadapinya adalah penentu utama

perilaku pasien dalam swamedikasi (Mortazavi et al, 2017). Penelitian lain menyatakan

sikap terhadap perilaku merupakan salah satu faktor penentu terbentuknya suatu pengambilan keputusan (Lestarina, 2018). Penelitan lain juga menyatakan bahwa sikap terhadap perilaku menjadi penentu yang terkuat menggunakan antibiotik

(Liabsuetrakul et al., 2017).

Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara subjective

norm dengan penggunaan antibiotik dalam swamedikasi. Hasil ini didukung oleh

penelitian yang mirip tentang persepsi seseorang akan norma sosial atau tekanan yang memaksa seseorang berperilaku tertentu (Parfati et al., 2018). Hasil penelitian juga menyatakan informasi masyarakat mengenai pengobatan swamedikasi masih sangat kurang karena keterbatasan waktu apoteker di apotek, sehingga tidak mengetahui secara pasti informasi penggunaan antibiotik. Hal ini juga didukung oleh pennelitian yang menyatak peran apoteker sangta penting dalam memberikan pertimbang mengenai obat (Arimbawa et al., 2020). Hasil analisis juga diperoleh diperoleh bahwa responden yang memiliki norma subjektif besar yang menggunakan antibiotik sebesar 32.1% dan tanpa antibiotik sebesar 30.1%. Hasil penenelitian yang mirip mengenai mematuhi arahan atau anjuran orang di sekitarnya untuk turut dalam melaksanakan perilaku yang dikehendaki (Ferinaldy et al., 2019). Hasil penelitian lain juga mengungkapkan, subjective norm memiliki hubungan yang paling besar dibandingkan dengan sikap terhadap perilaku dan persepsi pengendalian diri, sikap terhadap perilaku dan persepsi pengendalian diri yang dirasakan responden relatif rendah. Oleh karena itu, responden merasa negatif tentang pengobatan mereka dan tidak merasakan kendali sepenuhnya (Amela et al., 2019). Hasil tersebut didukung oleh sebuah penelitian yang menyatakan subjective norm memberikan nilai yang signifikan dibandingkan dengan sikap terhadap perilaku dan persepsi pengendalian diri dan merupakan prediktor penting pengobatan (Kopelowicz et al., 2015).

(5)

Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan perceived behavioral control dengan penggunaan antibiotik dalam swamedikasi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan lingkungan yang berbeda-beda, hal ini yang menyebabkan pemaham informasi yang tidak sama. Informasi tersebut dapat menjadi dasar dari keyakinan mereka mengenai konsekuensi dari perilaku, mengenai harapan dari pihak lain yang penting serta berbagai hambatan yang mencegah untuk melakukan suatu perilaku (Lestarina, 2018). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa responden yang memiliki pengendalian besar (34.1%) tanpa terpengaruh lingkungan dalam hal pengobatan swamedikasi tidak menggunakan antibiotik. Penelitian lain mengungkapkan persepsi pengendalian diri memiliki hubungan terhadap pemahaman pengobatan (Lin et al., 2016). Hasil tersebut juga didukung penelitian juga mengemukakan hasil, bahwa persepsi pengendalian diri adalah prediktor yang signifikan dalam penggunaan antibiotik (Kang & You, 2018).

Kesimpulan

Persepsi masyarakat melalui pendekatan TPB mempengaruhi penggunaan antibiotik dalam pengobatan sendiri. Kehadiran apoteker, pengalaman dan pengendalian diri lingkungan menjadi faktor yang menetukan keputusan masyarakat untuk menggunakan antibiotik dalam swamedikasi. Untuk itu, perlu peningkatan peran apoteker dalam memberikan informasi secara tepat agar masyarakat mendapatkan pemahaman dan pengalaman mengenai penggunaan antibiotik.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih diberikan kepada apoteker Kota Denpasar yang sudah membantu terlaksananya penelitian dan kontribusi reviewer dalam menyempurnakan artikel ini. Daftar Pustaka

Amela, W. R., Lubis, A. H., & Sabrina, H. 2019. Penggunaan Theory of Planned Behavior untuk Menganalisis Niat Perilaku Milenial dalam Belanja Daring melalui Aplikasi Instagram. JBMI (Jurnal Bisnis, Manajemen, Dan Informatika) 16 (2): 210. Arimbawa, P. E., Suryaningsih, N. P. A., Putri, D. W. B., & Santika, I. W. M. 2020. Persepsi masyarakat berdasarkan pendekatan health belief model (HBM) dengan penggunaan obat herbal di Kota Denpasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Khatulistiwa 7 (2): 62–69.

Arrang, S. T., Cokro, F., & Sianipar, E. A. 2019. Rational Antibiotic Use by Ordinary People in Jakarta. MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat 3 (1): 73–82.

Barros, A., Griep, R., & Rotenberg, L. 2009. Self-Medication Among Nursing Workers From Public Hospitals. Rev Latino-Am Enfermagem 17: 1015–1022.

Dewi, V. C. 2015. Presepsi Pasien Terhadap Pelayanan Swamedikasi Oleh Patient Perception Related Self Medication Service. Persepsi Pasien Terhadap

Pelayanan Swamedikasi Oleh Apoteker Di Beberapa Apotik Wilayah Sidoarjo 4

(2): 1–15.

Ferinaldy, F., Muslikh, M., & Huda, N. 2019. Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Kendali Perilaku Dan Religiusitas Terhadap Intensi Menggunakan Uang Elektronik.

Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan Dan Akuntansi 11 (2): 211–222.

Fernandez, B. A. M. 2013. Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat – NTT Beatrix. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabaya 2 (2): 1–17.

Gillani, A. H., Ji, W., Hussain, W., Imran, A., Chang, J., Yang, C., & Fang, Y. 2017. Antibiotic self-medication among non-medical university students in Punjab, Pakistan: A cross-sectional survey. International Journal of Environmental

Research and Public Health 14 (10): 1–9.

Ivoryanto, E., Sidharta, B., & Illahi, R. K. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan Antibiotika Oral di Apotek

(6)

Kecamatan Klojen Relationship Between Formal Education Level and Knowledge About Oral Antibiotics Used in Klojen Subdistrict Pharmacies. Pharmaceutical

Journal of Indonesia 2 (2): 31–36.

Kang, N. G., & You, M. A. 2018. Association of perceived stress and self-control with health-promoting behaviors in adolescents: A cross-sectional study. Medicine 97 (34): 1–6.

Kopelowicz, A., Zarate, R., Wallace, C. J., Liberman, R. P., Lopez, S. R., & Mintz, J. 2015. Using the Theory of Planned Behavior to Improve Treatment Adherence in Mexican Americans with Schizophrenia. Journal of Consulting and Clinical

Psychology 83 (5): 985–993.

Lestarina, N. N. W. 2018. Theory of Planned Behavior sebagai Upaya Peningkatan Kepatuhan pada Klien Diabetes Melitus. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia,

14 (2): 201–207.

Liabsuetrakul, T., Choobun, T., Peeyananjarassri, K., & Islam, Q. M. 2017. Antibiotic prophylaxis for operative vaginal delivery. The Cochrane Database of Systematic

Reviews 3 (8): 1–23.

Lin, X., Wang, Y., & Wang, Y. 2016. Nine traditional Chinese herbal formulas for the treatment of depression : an ethnopharmacology , phytochemistry , and pharmacology review. Dove Press 12: 2387–2402.

Mortazavi, S. S., Shati, M., Khankeh, H. R., Ahmadi, F., & Mehravaran, S. 2017.

Self-medication among the elderly in Iran : a content analysis study: 1–12.

Parfati, N., Presley, B., Setiawan, E., Farmasi, F., Surabaya, U., Raya, J., Rungkut, K., Farmasetika, D., Farmasi, F., Surabaya, U., Raya, J., Rungkut, K., Farmasi, F., & Surabaya, U. 2018. Analisis Profil dan Faktor Penyebab Ketidakpatuhan

Pengasuh Terhadap Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak. 8 (1): 39–50.

Ramdhani, N. 2016. Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned Behavior.

Buletin Psikologi 19 (2): 55–69.

Restiyono, A. 2018. Analysis of the Influential Factors in Antibiotic Self-Medication in Housewives in Kajen Village, Pekalongan Regency. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia 11 (1): 14.

Wikamorys, D. A., & Rochmach, T. N. 2017. Aplikasi Theory of Planned Behavior Dalam Membangkitkan Niat Pasien Untuk Melakukan Operasi Katarak. Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

Dengan prosedur yang baik membuat antar bagian mengetahui barang yang diretur dan dilakukannya pengurang utang untuk mencegah terjadinya kerja sama antara pegawai

Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari kondisi awal dan dua siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan

dalam penelitian ini adalah mengenai : sasaran atau tujuan penyelenggaraan sistem administrasi akademik, pola sistem kerja yang dikembangkan dalam penyelenggaraan kegiatan

Pemberian berbagai kombinasi pakan alami dan buatan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan spesifik pada larva ikan jelawat

Pelayanan perpajakan, sanksi pajak, Nilai Jual Objek Pajak, kesadaran perpajakan, pengetahuan perpajakan dan pendapatan wajib pajak secara simultan berpengaruh signifikan

Menurut Sanjaya sebagai warga masyarakat Tenganan Pegringsingan bahwa pelanggaran atas larangan perkawinan eksogami, diyakini desanya mengalami keletehan karena warganya

Adapun proses permainan monopoli ekspresi berbasis nilai-nilai islami untuk meningkatkan sikap asertif pada siswa siswi MTs Ihyaul Islam Gresik dalam penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sikap terhadap perilaku (attitude towards the behavior), norma subyektif (subjective norm), dan persepsi kontrol atas