• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kepribadian Tokoh Nadira dalam Kumpulan Cerpen DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH NADIRA DALAM KUMPULAN CERPEN 9 DARI NADIRA KARYA LEILA S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dinamika Kepribadian Tokoh Nadira dalam Kumpulan Cerpen DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH NADIRA DALAM KUMPULAN CERPEN 9 DARI NADIRA KARYA LEILA S."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH NADIRA

DALAM KUMPULAN CERPEN 9 DARI NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI Mochamad Riza Ali Erfan

The study was conducted to address two main issues. First, the problem of the characterizations in a collection of 9 short stories of Nadira. Secondly, problems concerning the dynamics of personality Nadira characters in a collection of 9 short stories of Nadira. As the research object is a collection of 9 short stories Nadira Leila S Chudori work was first published by Scholastic publishers Popular Literature in 2009. Characterizations in question is a picture of the main character and additional figures along with the relationships among the characters in 9 of Nadira. From the results of this study indicate that in a collection of short stories contained 9 of Nadira Nadira character as the main character who has a complex relation to the additional figures that allow the dynamics experienced by the main character Nadira. Personality dynamics experienced by Nadira figures represent changes that occur in nature are reflected in the behavior of leaders and their leaders factors led to the change in the form of conflict between characters and basic needs. Meaningfulness of the text that is displayed on a human being who requires relationships with other human beings as a place for self-actualization. All the issues and problems that resulted in vortex dynamics derived from the human personality that are not willing to compromise with his conscience.

Keywords: characterization, dynamic personality, self-actualization Pendahuluan

Karya Sastra merupakan sebuah karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dari segi kreativitas sebagai karya seni. Sebagai karya imajinatif, karya sastra dapat berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan sehingga dapat menambah pengalaman batin pembacanya. Berbicara mengenai karya sastra, dapat dihadapkan dengan tiga genre sastra yaitu prosa, puisi dan drama. Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih luas. Ia dapat mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, bukan dalam bentuk puisi atau drama, tiap baris dimulai dari margin kiri penuh sampai margin kanan (Nurgiyantoro, 2000:1-2). Bentuk karya sastra yang berkembang pada masa kini adalah jenis karya sastra yang memiliki kerumitan psikologis. Hal ini terlihat dari bermacam-macam konflik kehidupan serta dinamika kepribadian yang diangkat ke dalam karya novel maupun cerpen. Salah satu contoh karya fiksi dalam khazanah kesusastraan Indonesia yang memiliki permasalahan psikologis adalah kumpulan cerpen 9 dari Nadira karya Leila S Chudori. Leila Salikha Chudori, atau nama penanya yaitu Leila S. Chudori adalah salah satu penulis produktif yang dilahirkan di Jakarta, 12 Desember 1962. Leila sudah aktif menulis sejak usia dini. Karya fiksi yang berjudul 9 dari Nadira sebenarnya merupakan kumpulan cerpen yang setiap cerpennya memiliki kesamaan tokoh utama sehingga seperti sebuah novel utuh, menyambung menjadi satu cerita yang terpenggal-penggal bagaikan puzzle. Meskipun pengarang menyatakan bahwa 9 dari Nadira merupakan kumpulan cerpen, namun hanya menceritakan kegelisahan seorang tokoh sentral Nadira dalam menjalani

(2)

kehidupannya. Dinamika kepribadian yang terdapat dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira ini menjadi fokus perhatian utama peneliti dalam memahami kumpulan cerpen 9 dari Nadira karya Leila S Chudori. Dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira, tokoh utama Nadira mengalami berbagai konflik yang harus dihadapi dalam upaya memertahankan apa yang dipercayainya sebagai bagian dari upaya aktualisasi diri. Di sisi lain, digambarkan bahwa lingkungan dan masyarakat sekitar tokoh kurang menunjukkan dukungan terhadap problem psikologis Nadira. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam hidup Nadira sebagai tokoh utama adalah kematian sang ibu yang sangat mengguncangkan Nadira sehingga memengaruhi sisi psikologisnya.

Selain itu, dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira banyak terdapat aspek kehidupan yang diangkat ke dalam cerita terutama menyangkut perjuangan tokoh wanita dalam menghadapi realitas kehidupan masyarakat beserta lika-likunya. Mengacu pada penokohan yang terdapat dalam kumpulan cerpen ini, maka penggunaan tokoh utama sangat penting dikarenakan tokoh utama digunakan pengarang sebagai pembawa cerita agar pembaca dapat memahami maksud yang ditampilkan pengarang. Akan tetapi, untuk menghidupkan cerita tersebut diperlukan juga tokoh lain untuk mendukung peranan tokoh utama Nadira dalam kumpulan cerpen ini. Dinamika kepribadian yang dialami oleh tokoh utama Nadira membuat peneliti akan terlebih dulu membahas tentang penokohan dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira ini.

Ilmu bantu kedua adalah psikologi humanistik Abraham Maslow yang digunakan untuk menganalisis dinamika kepribadian tokoh Nadira. Pemilihan pendekatan psikologi Humanistik ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dinamika kepribadian yang dialami tokoh Nadira dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira ini sama dengan konsep Maslow mengenai humanisme yang berhubungan erat dengan motif-motif manusia yang lebih tinggi yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri, kebutuhan untuk bisa mengetahui dan memahami serta kebutuhan estetis. Teori Maslow tentang piramida hierarki kebutuhan dengan tingkatan paling besar adalah yang paling mendasar yang ada di bawah dan tingkatan aktualisasi diri di atas. Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka peneliti menitikberatkan pada tokoh utama Nadira dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira yang akan dianalisis menggunakan analisis penokohan serta teori psikologi humanistik untuk mengungkap dinamika kepribadian dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira ini.

Hasil dan Pembahasan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Istilah ”tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Istilah penokohan lebih luas karena mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga memberi gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2000:165-166). Dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira, terdapat tokoh-tokoh yang bisa dikategorikan dalam tokoh utama dan juga ada yang termasuk kategori tokoh tambahan. Tokoh Nadira dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira merupakan tokoh utama karena tokoh Nadira merupakan pusat relasi dari keseluruhan tokoh-tokoh lainnya. Terkait dalam penelitian ini, maka diambil beberapa tokoh yang dapat dianggap mewakili keseluruhan isi teks dan memiliki intensitas hubungan dengan tokoh utama yaitu Utara Bayu, Kemala Yunus, Bramantio Suwandi, Yu Nina, dan Arya yang termasuk kategori tokoh tambahan.

(3)

Tokoh-tokoh tak akan begitu saja secara serta-merta hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan sarana yang memungkinkan kehadirannya. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya dapat dibedakan menjadi dua teknik yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik. Teknik ekspositori atau yang sering disebut sebagai teknik analitis adalah teknik pelukisan tokoh yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro, 2000:195).

Penampilan tokoh dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang menyiasati para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan dan tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2000:198). Dalam 9 dari Nadira terdapat beberapa teknik pelukisan yang digunakan pada tokoh-tokohnya sebagai sarana untuk memungkinkan kehadirannya.

Tokoh utama dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira karya Leila S. Chudori adalah Nadira, hal ini tampak dari intensitas kemunculan Nadira yang sering dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira ini. Selain itu, namanya juga dijadikan sebagai judul, yaitu 9 dari Nadira. Nadira juga berhubungan dengan banyak tokoh dan memengaruhi jalannya cerita. Hal tersebut dapat dilihat dari awal hingga akhir cerita. Tokoh Nadira dijelaskan dalam kumpulan cerpen ini mulai Nadira kecil hingga Nadira dewasa.

Dalam 9 dari Nadira digambarkan bahwa Nadira merupakan anak ketiga dari hasil perkawinan antara Bramantio Suwandi dengan Kemala Yunus.

Pada kumpulan cerpen 9 dari Nadira ini memang ditampilkan sebuah proses yang terjadi pada diri Nadira dari seseorang yang kreatif, penuh daya hidup, merasa sudah bisa menjelajah dunia dan sukar untuk patuh sampai menjadi seorang yang acuh tak acuh, ingin tenggelam dalam pekerjaan dan kesedihan, dan tak peduli terhadap penampilan dan kembali menjadi seorang Nadira yang baru dan menutup kesedihannya. Tokoh Nadira dapat bersikap seperti itu karena disebabkan beberapa hal, yang pertama adalah karena Nadira seorang manusia yang dilahirkan dari keluarga yang berpendidikan. Ayah ibunya lulusan pendidikan Belanda serta pekerjaan ayahnya yang wartawan membuat Nadira menjadi manusia yang kreatif dan dewasa.

Teknik pelukisan tokoh yang dipakai untuk tokoh Nadira seperti yang diuraikan di atas menggunakan teknik ekspositori dan dramatik. Teknik ekspositori dapat dijumpai pada penggambaran tokoh pada awal cerita. Tokoh Nadira digambarkan seolah-olah memiliki sikap yang tidak mudah sedih dan terhanyut dalam suasana berkabung.

Selain itu, penggambaran tokoh Nadira digambarkan sebagai sesosok tokoh yang tidak begitu peduli dengan penampilan, memiliki rasa percaya diri yang sudah sedari kecil tumbuh. Rasa percaya diri ini dibangun dari kehidupan tokoh Nadira di lingkungan keluarga yang berpendidikan. Di lingkungan yang diajarkan bagaimana membaca dan mencintai buku-buku sehingga membutuhkan buku seperti manusia membutuhkan oksigen.

Tokoh tambahan dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira adalah Nina, Arya, Kemala, Bramantyo yang merupakan anggota keluarga Nadira, sedangkan Utara Bayu merupakan tokoh tambahan diluar keluarga Nadira.

(4)

Dibanding dengan genre sastra yang lain, karya novel merupakan karya yang lebih efektif dalam menjabarkan karakter tokoh dan penokohan secara mendalam. Novel memiliki ruang yang lebih luas untuk menggali lebih dalam tentang karakter tokoh. Ruang yang lebih luas daripada cerpen ini memungkinkan para tokoh saling berinteraksi, berhubungan dan berkaitan guna merangkai dan menggerakkan jalannya cerita secara keseluruhan. Mengingat pemaknaan karya sastra sangat bergantung pada pembaca, maka sesungguhnya pembaca yang dalam penulisan karya ilmiah ini adalah peneliti punya hak penuh untuk memerlakukan karya 9 dari Nadira sebagai novel maupun kumpulan cerpen. Dalam hal ini, bukan berarti pembaca atau peneliti secara tidak bertanggung jawab bebas memerlakukan karya sastra sebagai novel atau kumpulan cerpen, melainkan karena karya 9 dari Nadira ini membuka peluang terjadinya penafsiran ke arah novel atau kumpulan cerpen.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam sebuah novel tentunya terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Para tokoh tambahan memberikan pengaruh secara langsung maupun tak langsung terhadap kehidupan tokoh utama. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam 9 dari Nadira ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Setiap tokoh memiliki kepentingan masing-masing namun tetap saja masih berhubungan dengan tokoh utama. Para tokoh tambahan memberi sumbangsih yang signifikan terhadap karakter dan kepribadian tokoh Nadira. Gambaran hubungan para tokoh tambahan terhadap tokoh Nadira serta pandangan pribadi para tokoh tambahan tersebut dibutuhkan untuk melihat karakter dan kepribadian tokoh Nadira melalui pandangan para tokoh tambahan. Hubungan tokoh Nadira dengan tokoh tambahan menjadi peluang munculnya dinamika kepribadian tokoh Nadira.

Analisis terhadap dinamika kepribadian tokoh Nadira akan menggunakan analisis dengan penerapan pendekatan psikologi humanistik yang dikembangkan oleh ahli psikologi Abraham Harold Maslow. Pemilihan pendekatan psikologi Humanistik ini didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep Maslow mengenai humanisme ini berhubungan erat dengan motif-motif manusia yang lebih tinggi yaitu kebutuhan untuk realisasi diri, kebutuhan untuk bisa mengetahui dan memahami serta kebutuhan estetis. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar bagi psikologi modern.

Dinamika kepribadian yang dianalisis dalam penelitian ini adalah dinamika kepribadian yang terdapat dalam karya sastra yaitu dinamika kepribadian tokoh Nadira dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira, sehingga yang dimaksudkan peneliti adalah tentang gerak atau perubahan yang terjadi pada sifat tokoh Nadira yang tercermin dari perilaku tokoh Nadira beserta hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut.

Perubahan yang terjadi pada tokoh Nadira tercermin dari perilaku tokoh Nadira, seperti yang terdapat dalam 9 dari Nadira yaitu tokoh Nadira yang sejak kecil hingga dewasa memiliki sifat dan perilaku berubah-ubah. Hal ini tidak lain disebabkan oleh permasalahan dan konflik yang hadir seiring perjalanan tokoh Nadira sebagai tokoh utama dalam mengarungi cerita. Keutamaan tokoh Nadira sebagai pusat penggerak jalannya cerita memungkinkan semua permasalahan dan konflik yang dihadapi tokoh Nadira maupun tokoh lain berasal dari permasalahan yang menimpa dan yang dihadapi oleh tokoh Nadira.

Dinamika kepribadian yang dialami tokoh Nadira dalam 9 dari Nadira ini memiliki beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya dinamika kepribadian tersebut. Faktor-faktor tersebut didapat dari berbagai macam lika-liku kehidupan yang dilalui Nadira dalam cerita. Nadira sebagai tokoh utama sudah tentu menjadi sorotan utama dalam

(5)

cerita. Beberapa faktor tersebut yang bisa menjadikan dinamika dalam kepribadian Nadira adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berupa beberapa konflik atau permasalahan yang dialami tokoh Nadira dan kebutuhan dasar sebagai manusia sebagai individu yang berusaha menuju aktualisasi diri demi kepribadian yang ideal merupakan faktor internal yang membentuk dinamika kepribadian tokoh Nadira.

Tokoh Nadira merupakan tokoh utama dan menjadi pusat perhatian dalam 9 dari Nadira ini. Karena Nadira merupakan tokoh utama, maka Nadira merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan dan paling banyak mengalami konflik. Konflik-konflik tersebut memengaruhi dinamika kepribadian yang dialami tokoh Nadira. Dinamika kepribadian yang terjadi dalam kehidupan tokoh Nadira sebagai akibat dari berbagai konflik maupun masalah yang melingkupinya. Konflik-konflik tersebut hadir saat Nadira masih kecil hingga sudah beranjak dewasa.

Relasi Nadira dengan Nina sebagai kakak dan adik tak selamanya selalu rukun. Seperti pada beberapa penjelasan terhadap konflik yang dialami Nadira perihal masalahnya dengan Nina. Konflik Nadira dan Nina memberatkan pada hal yang remeh, akan tetapi menimbulkan dinamika pada kepribadian Nadira seperti saat Nadira dihukum karena dianggap mencuri uang ibu, Nadira mengelak namun pasrah saja ketika dijeburkan ke dalam air jamban. Kejadian itu membuat Nadira ketika dewasa selalu menceburkan wajahnya ke dalam air ketika mengalami beban atau masalah.

Konflik tokoh Nadira yang paling utama adalah ketika kematian ibunya datang. Ibunya ditemukan meninggal di atas lantai yang licin yang sudah membiru.

Kematiannya yang mendadak dan menggemparkan kehidupan keluarga Suwandi selanjutnya. Tokoh Kemala merupakan tokoh yang menyimpan dan menanggung sendiri beban yang dirasakannya dan keluarganya. Kematiannya yang mendadak itu seperti kematian yang diinginkan oleh seorang manusia yang lelah dengan dunia dan ingin pensiun dari hidupnya. Kematian itu yang memberi efek yang besar bagi kehidupan tokoh-tokoh disekitarnya termasuk Nadira sebagai anak bungsu. Kedekatan ibu dan anak tak dapat diragukan lagi. Maka dari itu, kematian ibunya yang mendadak ini memengaruhi kondisi perkembangan kepribadian Nadira selanjutnya. Dinamika kepribadian yang jelas terjadi ketika kematian ibu adalah Nadira sudah tidak lagi tinggal di rumah orang tuanya. Nadira lebih memilih untuk tidur di kolong meja kerjanya. Nadira merasa mendapat tekanan batin yang kuat jika dirinya tetap tinggal di rumah keluarganya. Tempat dimana ibunya ditemukan tewas bunuh diri di pagi hari.

Beberapa konflik dan permasalahan yang ditampilkan di atas merupakan faktor eksternal dari terjadinya dinamika kepribadian tokoh Nadira. Relasi antar tokoh memungkinkan terjadinya faktor tersebut. Semua masalah yang hadir diakibatkan oleh perilaku tokoh Nadira dalam menjalani rangkaian cerita.

Kebutuhan dasar merupakan faktor internal, faktor ini hadir karena kebutuhan hidup tokoh Nadira. Analisis faktor internal berupa kebutuhan dasar penyebab dinamika kepribadian tokoh Nadira ini meminjam salah satu teori dari ilmu psikologi. Teori Hierarki Kebutuhan merupakan bagian dari teori kepribadian humanistik milik Abraham Harold Maslow yang digunakan untuk menganalisis kepribadian tokoh Nadira. Menurut Naisaban (2004:278) Maslow memunyai keyakinan bahwa manusia pada dasarnya baik, dan punya kreativitas tinggi, sedangkan kehilangan kreativitas dan kejahatan yang ada pada manusia merupakan pengaruh lingkungan yang buruk. Karena itu, Maslow menganjurkan supaya manusia dipelajari secara keseluruhan dan integral.

Sedangkan menurut Koeswara (1991:119), Maslow melukiskan manusia sebagai makhluk yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Bagi manusia,

(6)

kepuasan itu sifatnya sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka kebutuhan-kebutuhan yang lainnya akan muncul menuntut pemuasan, begitu seterusnya. Dan berdasarkan ciri yang demikian, Maslow menganjurkan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia adalah merupakan bawaan, tersusun menurut tingkatan atau bertingkat yang disebut sebagai teori Hierarkhi kebutuhan Maslow. Berdasarkan teori hierarki tersebut, tokoh Nadira berusaha untuk mencapai kehidupan sebagai manusia yang berkepribadian ideal dan beraktualisasi diri. Sebelum mencapai itu, ada tingkatan kebutuhan dibawahnya yang harus terpenuhi sebelumnya yaitu kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki dan kebutuhan akan harga diri.

Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau, hasrat dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya (Koeswara, 1991:125).

Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memeroleh kepuasan dengan diri sendiri, untuk menyadari semua potensi diri, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensi yang dimiliki. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memeroleh kepuasaan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu (Alwisol, 2009:206).

Ketika tokoh Nadira sudah memenuhi segala hal dalam kehidupannya, maka sudah saatnya Nadira menunjukkan segala potensi yang ada pada dirinya. Potensi tersebut dituangkan dalam bentuk suatu kegiatan yang bermanfaat. Potensi itu ditunjukkan tokoh Nadira dengan tujuan mengidealkan dan menyempurnakan hidupnya serta mengembalikan hidupnya yang pernah berantakan karena segala tragedi yang selalu melingkupi hidupnya.

Sebelum memasuki kebutuhan tingkat atas tentunya menurut Maslow, individu harus memenuhi kebutuhan yang ada di bawahnya. Jika kebutuhan di bawahnya sudah terpuaskan maka muncullah kebutuhan aktualisasi diri ini. Nadira sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, serta kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan paling tinggi dalam hierarki kebutuhan Maslow. Untuk memenuhi kebutuhan ini memang tidak mudah, individu harus bisa mengalahkan segala hambatan yang hadir dari dalam diri sendiri maupun dari masyarakat luar.

Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hierarki kebutuhan, namun juga dapat dipandang senagai tujuan final, tujuan ideal dari kehidupan manusia. Untuk mencapai aktualisasi diri, Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri yaitu jalur pengembangan diri dan jalur pengalaman puncak.

Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau, hasrat dari individu

(7)

untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya (Koeswara, 1991:125).

Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memeroleh kepuasan dengan diri sendiri, untuk menyadari semua potensi diri, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensi yang dimiliki. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memeroleh kepuasaan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu (Alwisol, 2009:206).

Ketika tokoh Nadira sudah memenuhi segala hal dalam kehidupannya, maka sudah saatnya Nadira menunjukkan segala potensi yang ada pada dirinya. Potensi tersebut dituangkan dalam bentuk suatu kegiatan yang bermanfaat. Potensi itu ditunjukkan tokoh Nadira dengan tujuan mengidealkan dan menyempurnakan hidupnya serta mengembalikan hidupnya yang pernah berantakan karena segala tragedi yang selalu melingkupi hidupnya.

Sebelum memasuki kebutuhan tingkat atas tentunya menurut Maslow, individu harus memenuhi kebutuhan yang ada di bawahnya. Jika kebutuhan di bawahnya sudah terpuaskan maka muncullah kebutuhan aktualisasi diri ini. Nadira sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, serta kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan paling tinggi dalam hierarki kebutuhan Maslow. Untuk memenuhi kebutuhan ini memang tidak mudah, individu harus bisa mengalahkan segala hambatan yang hadir dari dalam diri sendiri maupun dari masyarakat luar.

Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hierarki kebutuhan, namun juga dapat dipandang senagai tujuan final, tujuan ideal dari kehidupan manusia. Untuk mencapai aktualisasi diri, Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri yaitu jalur pengembangan diri dan jalur pengalaman puncak.

Dinamika kepribadian tokoh Nadira tidak serta merta hadir begitu saja, melainkan terdapat penyebab yang memungkinkan terjadinya dinamika kepribadian tersebut. Penyebab itu adalah faktor eksternal yang berupa konflik-konflik yang dialami Nadira berdasarkan relasinya dengan tokoh lain yang bersumber pada kematian tokoh ibu. Kematian ibu menjadi pintu masuk bagi berbagai konflik dan perubahan yang terjadi pada tokoh utama Nadira maupun tokoh tambahan yang hadir menemani Nadira merangkai jalannya cerita 9 dari Nadira ini. Sedangkan faktor internal yang berupa pemuasan kebutuhan berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow merupakan bagian dari kebutuhan dasar Nadira yang mesti dicukupi demi perjalanan menuju proses aktualisasi diri yang berupa kepuasan terhadap diri sendiri dan menyadari potensi diri untuk bebas mencapai puncak prestasi. Pemenuhan kebutuhan dasar juga merupakan penyebab dari dinamika kepribadian yang berasal dari diri Nadira sendiri.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kebermaknaan mengenai seorang manusia yang selalu membutuhkan tempat atau wadah untuk aktualisasi diri. Akan tetapi, kenyataannya manusia harus melakukan interaksi dengan manusia lainnya dan kegiatan aktualisasi diri menuju kepribadian ideal harus dilalui dengan berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi dengan manusia lainnya dapat berupa relasi yang kemudian berujung pada dinamika kepribadian. Semua permasalahan dan pusaran problem yang hadir dalam sebuah dinamika kepribadian berasal dari manusia yang tidak mau berkompromi dengan hati nuraninya sendiri.

(8)

Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan yaitu analisis penokohan dalam 9 dari Nadira dan dilanjutkan dengan analisis dinamika kepribadian tokoh Nadira sesuai dengan teori hierarki kebutuhan Maslow, maka dapat diungkapkan sebagai berikut:

Pertama, keutamaan tokoh Nadira dalam 9 dari Nadira sebagai pusat penggerak jalannya cerita. Tokoh Nadira memegang peranan penting dalam keseluruhan cerita. Tokoh Nadira merupakan tokoh yang keberadaannya merekatkan keseluruhan cerita. Permasalahan dan solusinya bermula dan berakhir pada tokoh Nadira. Nadira awalnya digambarkan sebagai tokoh yang kreatif dan penuh daya hidup. Kemudian karena berbagai macam faktor yang berpengaruh membuat perubahan pada diri Nadira menjadi menyimpang dan acuh. Unsur-unsur pembangun cerita seperti penokohan dan relasi antar tokoh merupakan unsur pembangun cerita yang berfokus pada keutamaan tokoh Nadira dalam cerita. Tokoh-tokoh lain yang dihadirkan dalam kehidupan Nadira antara lain yaitu anggota keluarga dan Utara Bayu yang memunyai peran penting untuk memengaruhi tokoh Nadira dalam menjalankan tugas sebagai tokoh utama. Pembentukan diri pada tokoh Nadira juga sempat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh lainnya. Kedua, Dinamika kepribadian tokoh Nadira dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira adalah gerak atau perubahan yang terjadi pada sifat tokoh Nadira yang tercermin dari perilaku tokoh Nadira beserta hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Kematian Kemala, sang ibu yang bunuh diri adalah sumber dari serangkaian problem psikologis yang dialami keluarga Nadira. Maka perilaku Nadira yang menjadi murung, cuek dan cenderung menyimpang merupakan bagian dari proses dinamika kepribadian tokoh Nadira. Dinamika kepribadian Nadira ini juga dipengaruhi oleh perubahan kepribadian tokoh Nina dan Arya yang juga secara langsung diakibatkan oleh kematian ibu. Nina menjadi lepas kendali, cuek terhadap keadaan keluarga dan protektif terhadap hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Arya menjadi seorang tokoh yang mudah cemas terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan kakak dan adiknya.

Dinamika kepribadian yang dialami Nadira merambat ke ranah kehidupan sosialnya. Hadirnya tokoh Nadira selain menjadi tokoh kunci pembuka dan penggerak jalannya cerita juga sebagai pengobar dan peredam konflik yang ditimbulkannya. Kehadiran tokoh Nadira ke dalam ruang lingkup majalah Tera menimbulkan dinamika pada kehidupan para tokoh didalamnya. Tokoh Tara mengalami dampak dari problem psikologis yang dialami Nadira. Kemunculan tokoh Novena dalam hidup Tara secara langsung dipengaruhi oleh problem dinamika kepribadian yang dialami Nadira.

Faktor eksternal dan internal membuktikan bahwa dinamika kepribadian tokoh Nadira tidak serta merta hadir begitu saja, melainkan terdapat penyebab terjadinya dinamika kepribadian tersebut. Penyebab itu adalah faktor eksternal yang berupa konflik-konflik yang dialami Nadira berdasarkan relasinya dengan tokoh lain yang bersumber pada kematian tokoh ibu. Kematian ibu menjadi pintu masuk bagi berbagai konflik dan perubahan yang terjadi pada tokoh utama Nadira maupun tokoh tambahan yang hadir menemani Nadira merangkai jalannya cerita 9 dari Nadira ini. Sedangkan faktor internal yang berupa pemuasan kebutuhan berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow merupakan bagian dari kebutuhan dasar Nadira yang mesti dicukupi demi perjalanan menuju proses aktualisasi diri yang berupa kepuasan terhadap diri sendiri dan menyadari potensi diri untuk bebas mencapai puncak prestasi. Pemenuhan

(9)

kebutuhan dasar juga merupakan penyebab dari dinamika kepribadian yang berasal dari diri Nadira sendiri.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kebermaknaan mengenai seorang manusia yang selalu membutuhkan tempat atau wadah untuk aktualisasi diri. Akan tetapi, kenyataannya manusia harus melakukan interaksi dengan manusia lainnya dan kegiatan aktualisasi diri menuju kepribadian ideal harus dilalui dengan berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi dengan manusia lainnya dapat berupa relasi yang kemudian berujung pada dinamika kepribadian. Semua permasalahan dan pusaran problem yang hadir dalam sebuah dinamika kepribadian berasal dari manusia yang tidak mau berkompromi dengan hati nuraninya sendiri.

Referensi

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Chudori, Leila S. 2009. 9 dari Nadira. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: Eresco

Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya. Jakarta: Grasindo

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Salim, Yenny dan Peter Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer: Edisi Pertama. Jakarta: Modern English Press

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi diaspora yang dialami tokoh perempuan pekera migran dalam kumpulan cerpen Perempuan di Negeri Beton tampil dalam ingatan tokoh terhadap keluarga di tanah

Berdasarkan analisis data maka hasil dari penelitian ini terlihat bahwa tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan Karya Noviana Kusumawardhani,

Tema kepribadian yang dialami tokoh dalam karya sastra merupakan hal yang dapat diteliti dengan menggunakan kajian psikologi kepribadian Penelitian ini bertujuan untuk

Kondisi diaspora yang dialami tokoh perempuan pekera migran dalam kumpulan cerpen Perempuan di Negeri Beton tampil dalam ingatan tokoh terhadap keluarga di tanah

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis kepribadian suami pada kumpulan cerpen Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia, dkk adalah pendekatan Psikologi Sastra..

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Konflik batin yang dialami oleh tokoh di dalam novel 9 dari Nadira didasarkan pada

Penelitian yang berjudul “Dinamika Kepribadian Tokoh Dewi dan Putri dalam Novel Lanang Karya Yonathan Rahardjo” bertujuan untuk mengetahui dinamika kepribadian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potret dinamika sosial berhubungan dengan: 1 bentuk masalah soaial, dan 2 dampak masalah sosial yang terdapat dalam kumpulan cerpen Janda