• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanksi Pelanggaran Pasal 113. Undang-undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sanksi Pelanggaran Pasal 113. Undang-undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentauk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(3)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag

Wawan Kurniawan, M. Pd

(4)

PENGEMBANGAN KARAKTER RELIGIUS

Di Sekolah Dengan Pendekatan Kontekstual

Diterbitkan pertama kali oleh CV Amerta Media

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved Hak penerbitan pada Penerbit Amerta Media

Dilarang mengutip atau memperbayak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit

Anggota IKAPI

Cetakan Pertama: Mei 2020 15 cm x 23 cm

ISBN: 978-623-93829-1-9 Penulis :

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag Wawan Kurniawan, M. Pd Editor :

Aan Herdiana, M.Sos Tegar Roli A., M.Sos

Desain Cover : Adji Azizurrachman Tata Letak : M. Rifki, S.Kom Diterbitkan Oleh :

CV. Amerta Media

Jl Raya Sidakangen, No. 001

Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah 53183 NIB. 0220002381476

NP. 202003-1708-4520-1345-639

Email : mediaamerta@gmail.com Website: www.penerbitbuku.id Whatsapp : 081-356-3333-24

Isi di luar tangung jawab penerbit Amerta Media PENGEMBANGAN KARAKTER RELIGIUS

Di Sekolah Dengan Pendekatan Kontekstual Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag

Wawan Kurniawan, M. Pd Editor - Aan Herdiana, Tegar Roli A. Cet.1 – Purwokerto, Penerbit Amerta Media

(5)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| v

Kata Pengantar

Pembelajaran bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai atau pelatihan keterampilan, melainkan berfungsi mengaktualisasikan potensi dan mengembangkan kemampuan siswa. Setiap siswa memiliki potensi dan pengetahuan awal (pengalaman), maka guru memberdayakan siswa agar potensi dan pengetahuannya tersebut bermanfaat bagi kehidupannya.

Untuk itu peran guru mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memberdayakan potensi siswa sangat penting dilaksanakan. Salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari suatu konteks ke konteks lain. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup.

Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran pendekatan kontekstual membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan sehingga siswa mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami permasasalahan dalam pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan produktif.

Mei 2020

(6)

vi | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S Daftar Isi Judul ... i Tentang Buku ... iv Kata Pengantar ... v Daftar Isi ... vi BAB I Pengantar ... 1 Tahapan Orientasi ... 20 Tahapan Eksplorasi ... 20

Tahapan Member Ceck ... 21

Teknik Analisis Data ... 24

Validitas dan Reabilitas ... 26

Transferability ... 31

Dependability ... 31

Confirmability ... 32

BAB 2 PENDEKATAN KONTESKTUAL ... 33

Pengertian Pendekatan Kontesktual ... 34

Prinsip Pendekatan Kontekstual ... 37

Langkah-Langkah Pendekatan Konstekstual ... 39

Teknik Pendekatan Kontekstual ... 48

BAB 3 MENINGKATKAN KARAKTER SISWA ... 49

Pengertian Karakter Siswa ... 50

Prinsip Pendidikan Berkarakter ... 53

Tujuan Pendidikan Karakter ... 55

BAB 4 BUDAYA RELIGIUS DI SEKOLAH ... 65

(7)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| vii

BAB 5

IMLPEMENTASI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN

KARAKTER SISWA SMK ... 73

Studi di SMK Bina Taruna dan SMK Nurul Huda Kabupaten Subang ... 74

Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Karakter Siswa Smk ... 81

Pelaksanaan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Karakter Siswa SMK ... 87

Penilaian Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Karakter Siswa SMK ... 93

Faktor Penghambat dan Pendukung Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Karakter Siswa SMK ... 99

BAB 6 TELAAH KRITIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER SISWA SMK ... 107

Faktor pendukung dan penghambat ... 131

keunggulan dan kelemahan ... 133

Solusi untuk mengantisipasi kelemahan pendekatan kontekstual ... 135 BAB 7 PENUTUP ... 137 Implikasi ... 141 Rekomendasi ... 142 DAFTAR PUSTAKA ... 144 Tentang Penulis ... 149

(8)
(9)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 1

BAB I

PENGANTAR

(10)

2 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan sangat penting bagi

seseorang untuk dapat mengembangkan potensi diri, kecerdasan, keterampilan dan dapat membentuk kepribadian. Dengan pendidikan diharapkan seseorang dapat menggali informasi atau pengetahuan, melatih setiap bakatnya agar semakin terampil dan berkembang karakter pribadi seseorang. Kemampuan keterampilan yang ditunjang oleh perilaku yang baik akan menghasilkan produk sumber daya manusia yang baik dan berdaya saing di masa yang akan datang dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Peran pendidikan sangat strategis dalam membangun generasi atau peserta didik yang berkualitas.

Indonesia membutuhkan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran sangat penting, karena di era globalisasi dan bergulirnya masyarakat ekonomi ASEAN, Indonesia dituntut untuk menghasilkan sumber daya yang unggul untuk mampu bersaing. Persaingan akan sangat berat jika bangsa ini minim dengan kualitas dan sangat sulit untuk menjadi bangsa yang kompetitif dan berkualitas.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri-nya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

(11)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 3

yang demokratis serta tanggungjawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.

Pendidikan merupakan media mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa bangsa pada era aufklarung (pencerahan). Pendidikan bertujuan untuk membangun tatanan bangsa yang berbalut nilai-nilai kepintaran, kepekaan, dan kepeduliaan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan tonggak kuat dalam mengentaskan kemiskinan ilmu pengetahuan, menyelesaikan persoalan kebodohan, dan menuntaskan segala permasalahan yang terjadi di bangsa ini (M. Yamin, 2009:5).

Pembelajaran bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai atau pelatihan keterampilan, melainkan berfungsi mengaktualisasikan potensi dan mengembangkan kemampuan siswa. Setiap siswa memiliki potensi dan pengetahuan awal (pengalaman), maka guru memberdayakan siswa agar potensi dan pengetahuannya tersebut bermanfaat bagi kehidupannya.

Untuk itu peran guru mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memberdayakan potensi siswa sangat penting dilaksanakan. Salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari suatu konteks ke konteks lain. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), dapat membekali siswa dengan kemampuan menyelesaikan masalah.

Pembelajaran kontekstual adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar dapat terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Dengan demikian, pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa didalam pembelajaran kontek-stual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan

(12)

4 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

Guru dapat memanfaatkan strategi, metode, maupun pendekatan yang sesuai untuk menumbuhkan kerja sama siswa dalam pembelajaran di sekolah. Isjoni (2007: 11) dalam bukunya mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik (guru) untuk membantu siswa untuk melak-ukan kegiatan belajar. Tujuan dari pembelajaran adalah mewujud-kan efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakumewujud-kan siswa.

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik yang bertujuan membantu siswa unruk memahami makna materi yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi itu dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosio, kultural) sehingga, siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks yang lain. Konsep belajar yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini memudahkan siswa berpikir dan memproses pengetahuannya sehinggga hasil yang didapat menjadi dasar pengetahuan yang kuat. Pada akhirnya, siswa mampu mengahadapi situasi kehidupan nyata dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan pengetahuannya.

Dari pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual mampu mengubah pola pikir siswa pada sebelum dan sesudah siswa mengikuti pelajaran. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan konstekstual memberikan pene-kanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer penge-tahuan, pemodelan, informasi dan data dari berbagai sumber. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan

(13)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 5

dalam pembelajaran seumur hidup. Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran pendekatan kontekstual membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan sehingga siswa mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami permasasalahan dalam pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan produktif.

Untuk itu, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual efektif diimplementasikan pada materi-materi pelajaran yang tergolong berat atau sukar. Mengingat proses pembentukan karakter siswa tidak dapat dilakukan dengan mudah maka penggunaan pendekatan kontekstual dirasa mampu mengatasi masalah tersebut, hal ini tidak lain seperti apa sudah dibahas di atas bahwa dengan pendekatan kontekstual ini pembelajaran lebih realistis dan lebih mudah dipahami oleh siswa.

Pembentukan karakter siswa tidak hanya pelajaran yang memiliki konten mengenai akhlak dan moral manusia, melainkan dengan penggunaan pendekatan kontekstual pembentukan karakter siswa dapat melalui seluruh bidang studi yang terdapat pada kurikulum. Pendalaman makna mengenai permasalahan sehari-hari secara tidak langsung akan menggiring dalam mengendalikan kejiwaan dan mental mereka dan pada akhirnya siswa mampu menyimpulkan sebuah hikmah dari permasalahan sehari-hari, hal ini akan menjadikan siswa lebih berkarakter.

Karakter adalah potret diri seseorang yang sesungguhnya. Setiap orang memiliki karaker dan itu bisa menggambarkan diri seseorang yang sebenarnya apakah baik atau buruk. Karakter merupakan apa yang dilakukan seseorang ketika tidak ada yang memperhatikan orang tersebut.

Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusanya.

(14)

6 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

Penanaman karakter dimulai dari lingkungan keluarga, kerabat, sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan rumah dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter yang pertama dan utama harus lebih diberdayakan dan hal tersebut merupakan tugas orang tua sebagai penanam pertama karakter anaknya. Keluarga adalah sekolah untuk kasih sayang, tempat belajar yang penuh dengan cinta, janganlah orang tua menanamkan keluarga sebagai tempat untuk bertengkar dengan pasangannya karena dengan hal itu sangatlah berakibat buruk pada perkembangan karakter anak yang akan menganggap berkeluarga adalah hal yang sangat menyengsarakan kelak jika anak tersebut sudah dewasa. Pembentukan karakter melalui sekolah juga harus diperhatikan di sekolah pendidikan tidak semata-mata tentang mata pelajaran yang hanya mementingkan diperolehnya kognitif tetapi juga harus diperhatikan bagaimana penanaman moral, nilai-nilai estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya.

Fenomena sekarang ini para anak didik, khususnya di SMK, mereka kurang mempunyai rasa hormat kepada gurunya, mereka menganggap guru itu hanyalah sebagai teman maka dengan hal itu mereka tak perlu untuk dihargai dan dihormati. Maka dengan hal itu perlu adanya jalan keluar untuk masalah ini agar para peserta didik memiliki karakter yang baik dan menghargai guru, menyayangi teman sebagaimana seharusnya. Kualitas pendidikan tidak hanya bisa dinilai dari kemampuan kognitifnya tetapi juga para peserta didik dapat memiliki karakter yang baik dan positif yang kuat.

Karena visi pembangunan karakter bangsa sejatinya telah secara eksplisit dinyatakan di dalam kebijakan pendidikan nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Suyanto, 2010: 8).

(15)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 7

Mulai tahun 2009, Kementerian Pendidikan Nasional secara serius memberikan porsi yang lebih besar untuk meningkatkan mutu pendidikan, termasuk di dalamnya mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan. Berkaitan dengan hasil pendidikan, peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan secara jelas merumuskan kompetensi lulusan yang harus dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan, termasuk pendidikan pada semua jenjang.

Berkaitan dengan pendidikan karakter beberapa hal yang termaktub dalam permendiknas No. 23 Tahun 2006 diantaranya: (1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; (2) Menunjukkan sikap percaya diri; (3) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; (4) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

Seharusnya siswa itu patuh dan taat kepada guru, serta hormat kepadanya sudah semestinya dapat diterapkan di tengah-tengah proses belajar mengajar di sekolah. Bahkan ketika terjadi pertemuan antara siswa dengan guru di luar jam sekolah. Hal ini adalah bentuk ketawadhu’an siswa terhadap orang yang telah berjasa mentransferkan kemampuannya. Dengan diterapkannya hal ini maka siswa tidak hanya cerdas dan sisi intelektual saja, tetapi juga matang di sisi emosionalnya.

Konsep pendidikan saat ini memberikan ruang kepada guru untuk lebih dekat kepada murid. Guru bisa menjadi pendidik sekaligus teman bagi siswa. Tetapi pada kenyataannya konsep ini sering kali tersalah-aplikasikan, dimana kedekatan ini kemudian dimaknai dengan sebuah kedekatan tanpa batas sehingga siswa tidak merasa sungkan lagi melakukan hal-hal yang semestinya tidak mereka lakukan. Melakukan bentuk komunikasi yang tidak semestinya, karena mereka menganggap guru sebagai teman mereka. Dari sinilah timbul ketidaksopanan juga ketidaksantunan

(16)

8 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

dalam bersikap dan berbicara. Ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas penyerapan ilmu yang diajarkan oleh guru, yang tentu saja berpengaruh terhadap pada kualitas akhir dari tujuan dari proses belajar mengajar yang dilakukan.

Tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan perubahan positif yang diharapkan ada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya maupun pada khidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana subjek didik menjalani kehidupan. Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan tidak hanya bertujuan membentuk peserta didik untuk pandai, pintar, berpengetahuan dan cerdas, tetapi juga berorientasi untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, berpribadi dan bersusila.

Dari penjelasan tersebut tujuan pendidikan salah satunya ialah mengubah tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik. Dengan membentuk kepribadian yang luhur sehinga dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang disekitarnya, serta bekal bagi peserta didik untuk mempersiapkannya di masa yang akan datang dalam bermasyarakat dan kehidupan bernegara.

Tujuan utama pendidikan yang selama ini terabaikan atau mungkin gagal tercapai adalah pembentukan karakter. Pengabdian atau kegagalan ini dapat dilihat dari berbagai hal. Ketidaksopanan anak kepada orang tua dan orang yang lebih tua, kurangnya kepeduliaan terhadap sesama, kata-kata kotor yang jauh dari etika, perselisihan dan tawuran yang sangat mudah terjadi, pergaulan bebas, merokok, narkoba adalah pemandangan umum yang hampir pasti kita temui dimana saja kita menemukan remaja. Dalam pandangan Islam, pembentukan karakter sangat jelas ditegaskan oleh rasulallah saw.

(17)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 9

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan

kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Bayhaqi dalam Sunan al-Kubrâ’ (no. 20782)

Dengan demikian pendidikan karakter sangat penting diajarkan pada peserta didik. Karena pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, menerapkan dan mempraktikan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga Negara (wibowo, 2012:36)

Pernyataan di atas juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pada Undang-Undang RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemam-puan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berutujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, disiplin dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari tujuan pendidikan nasional di atas karakter religius, disiplin dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan pendidikan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan. Untuk itu, hal ini perlu diperhatikan dengan baik bagi setiap satuan pendidikan sebagai lembaga atau tempat pendidikan berlangsung.

Dalam usia anak sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dapat dikategorikan remaja, di usia ini mereka masih labil dirinya mengalami kegoncangan jiwa, karena pertumbuhan cepat yang terjadi pada segala segi dirinya, baik pertumbuhan jasmani,

(18)

10 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

kecerdasan pikiran, kepribadian, sosial dan termasuk beragama (Zakiyah Daradjat, 1982: 126).

Berdasarkan pernyataan di atas maka peran agama sangat diperlukan terutama bagi para remaja yang akan menjadi generasi penerus bangsa, maka pembentukan religius, disiplin dan bertanggung jawab disekolah sangat harus diperhatikan, agar nantinya siswa-siswa terbiasa dengan nilai keagamaan, kedisiplinan dan bertanggung jawab yang dilakukan disekolah dan akan tetap diterapkan saat diluar sekolah. Pembentukan karakter religius, disiplin dan bertanggungjawab ini sebagai bekal di masa depan agar dapat mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, dan mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang disiplin dan bertanggungjawab dalam segala urusan dan agar menumbuhkan kesadaran peserta didik mengenai tugas dan peran mereka sebagai makhluk Allah. Hal ini sejalan dengan al-Qur’an yakni pada surat Adhdhariyat ayat 55:

ِنوُدُبۡعَيِل َّلَِّإ َسنِ ۡلۡٱ َو َّن ِجۡلٱ ُتۡقَلَخ اَم َو Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku (QS. Adhdhariyat ayat 55).

Diharapkan apabila karakter religius ini sudah terbentuk maka akan ikut mendorong terbentuknya karakter-karakter luhur lainnya terlebih karakter disiplin dan bertanggung jawab. Ketika karakter religius ini telah terbentuk dengan baik maka akan sangat membantu peserta didik dalam mengembangkan bakat dan potensi mereka.

Dari studi awal di Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Subang yang menjadi tempat penelitian, pendekatan kontekstual belum digunakan secara optimal sehingga belum menyentuh kepada aspek pembinaan karakter siswa karena penggunaan metode serta strategi pembelajaran yang menekankan

(19)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 11

kepada aspek kognitip dan psikomotorik, hal ini tentunya terkait dengan kurikulum yang berlaku di Sekolah Menengah Kejuruan yang mengutamakan porsi keterampilan. Dengan keadaan tersebut pada akhirnya berakibat kepada rendahnya nilai karakter peserta didik.

Adapun masalah-masalah yang terjadi yaitu:

1. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang masih terkesan kurang optimal sehingga dalam penentuan mo-del, metode serta strategi pembelajaran masih menekankan kepada aspek kognitif dan psikomotorik.

2. Rendahnya semangat siswa untuk belajar, sering kali akar permasalahan dari setiap proses pembelajaran yang berlangsu-ng di sekolah adalah karena rendahnya semaberlangsu-ngat anak untuk belajar sehingga anak hanya datang kesekolah tanpa didasari dan didorong oleh kesadaran pribadi akan pentingnya belajar. 3. Ketidaksantunan dalam berbahasa baik dengan teman sejawat,

orang yang lebih tua bahkan ketika berbicara dengan guru. 4. Rendahnya kesadaran siswa akan pentingnya attitude yang baik

untuk menunjang seluruh kegiatan, baik dalam proses belajar, bekerja dan bermasyarakat.

5. Iklim pembelajaran di sekolah menengah kejuruan menguta-makan kedisiplinan sesuai dengan tuntutan dunia industri, tanpa penekanan pada pemahaman yang mendalam.

6. Rendahnya karakter peserta didik sekolah menengah kejuruan, hal ini berdasarkan realitas di lapangan maraknya kasus kena-kalan remaja di antaranya, kasus tawuran peserta didik antar sekolah menengah kejuruan, masih terdapat kasus siswi yang hamil di luar pernikahan, peserta didik yang terjerat kasus

(20)

12 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

obat-obatan terlarang, serta peserta didik yang kabur dari rumah orang tua.

(21)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 13

Permasalahan pembelajaran merupakan permasalahan yang belum terpecahkan sejalan dengan kompleksitas perubahan ling-kungan, baik dalam sisi perencanaan, pelaksanaan maupun penilai-an. Berbagai Pendekatan Pembelajaran terus dilakukan malalui pemilihan pendekatan Pembelajaran Contextual Learning, Tema-tik, PBL dan PJBL akan tetapi belum memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan mutu pembelajaran.

Permasalahan ini terjadi dikarenakan belum optimalnya pemberdayaan raw input siswa; pemberdayaan intrumental input meliputi kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana, dan biaya.

Mengingat luasnya masalah yang dirumuskan, maka pen-eliti membatasi masalah berkaitan dengan meningkatkan karakter siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, maka di batasan masalah penelitian sebagai berikut :

a. Perencanaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa SMK.

b. Pelaksanaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa SMK.

c. Evaluasi pelaksanaan pendekatan kontekstual untuk mening-katkan karakter siswa SMK.

(22)

14 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

d. Faktor pendukung dan penghambat palaksanaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa SMK.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

gambaran tentang Metode Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Karakter Siswa SMK di Kabupaten Subang.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara empiris tentang:

a) Perencanaan metode pendekatan kontekstual untuk mening-katkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang.

b) Pelaksanaan metode pendekatan kontekstual untuk mening-katkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang.

c) Penilaian metode pendekatan kontekstual untuk mening-katkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang.

d) Faktor pendukung dan penghambat pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang.

Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan hasanah keilmuan berkaitan dengan pende-katan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa SMK. b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan pende-katan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa SMK di Kab. Subang.

(23)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 15

2. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi siswa untuk meningkatkan karakter siswa melalui pendekatan kontek-stual pada SMK di Kab. Subang.

TELAAH PUSTAKA

Secara umum, sudah banyak karya ilmiyah yang membahas

tentang pendidikan karakter, akan tetapi belum ada karya ilmiyah atau penelitian yang sama persis dengan yang peneliti lakukan. Dalam konteks pendidikan karakter ini, peneliti menemukan karya ilmiyah terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

Pertama, tesis yang ditulis oleh Dian Susila Wijaya yang berjudul “Upaya Pembentukan Karakter Siswa di SD Muhummadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul.” Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dijelaskan bahwa dalam upaya pembentukan karakter siswa di SD Muhammadiyah Al-Mujahididul N. Hasil pelaksanaan program-program pembentukan karakter siswa di SD muhammadiyah Almujahidin Wonosari Gunungkidul adalah (a) meningkatkan kultur religius pada seluruh stake holder di sekolah, (b) meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar, (c) meningkatkan kualitas dan komp-etitip siswa, (d) meningkatkan budaya disiplin pada seluruh siswa, guru, karyawan, dan wali murid, (e) meningkatkan prestasi sekolah, (f) meningkatkan budaya mutu dan kualitas layanan sekoah kepada masyarakat, (g) menignaktkan partisipasi masyarakat khusus wali murid, (h) meningkatnya kepercayaan publik terhadap sekolah, (i) meningkatnya kepercyaaan pemerintah terhadap sekolah.

(24)

16 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

Selanjutnya, karya ilmiyah yang ditulis Rezita Anggraini yang berjudul “Strategi guru dalam menurut kurikulum 2013 di kelas Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Ngadirejo”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam Strategi guru dalam menurut kurikulum 2013, hasil upaya pemben-tukan karakter siswa dilakukan guru melalui strategi pembelajaran, pengembengan budaya sekolah dan pusat kegiatan pembelajaran, dan kegiatan keseharian dirumah dan di masyarakat. Strategi pem-bentukan karakter melalui kegiatan pembelajaran dilakukan melalui integrasi nilai-nilai karakter di dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana anjuran kurikulum 2013 dimana salah satunya yakni diupayakan melalui kerjasama. Strategi pembentukan karakter yang kedua yakni pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara penerapan bahasa jawa kromo dan juga bintang prestasi. Kemudian strategi pembentukan karakter yang ketiga dilakukan melalui penerapan lembar sholat, check belajar dan buku penghubung.

Selanjutnya, karya ilmiyah yang ditulis Seni Nurahmawati

yang berjudul “Penggunaan Pendekatan Kontestual Untuk meningkatkan kerjasama dan keaktifan siswa dikelas IV dalam Pembajaran IPS di SD Negeri 2 Sentolo”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam Penggunaan Pendekatan Kontestual Untuk meningkatkan kerjasama dan keaktifan siswa dikelas IV dalam Pembajaran IPS di SD Negeri 2 Sentolo, hasil penelitian tersebut terjadi peningkatan kerjasama siswa dalam pembelajaran. Peningkatan persentase rata-rata kerjasama siswa pada setiap aspek telah mencapai keberhasilan yaitu secara keseluruhan >60%. Peningkatan persentase kerjasama siswa dari siklus I ke siklus II pada aspek turut serta dalam kegiatan kelompok mengalami peningkatan sebesar 18%. Selanjutnya pada aspek menjalankan perintah guru mengalami peningkatan sebesar 10%. Pada aspek ikut serta dalam menjawab pertanyaan mengalami

(25)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 17

peningkatan sebesar 11%. Pada aspek ikut serta dalam bertanya mengalami peningkatan sebesar 16%. Pada aspek menyelesaikan tugas tepat waktu mengalami peningkatan sebesar 20%. Pada aspek menyelesaikan tugas dengan tuntas mengalami peningkatan sebesar 16%. Pada aspek berbicara/ bersikap sopan mengalami peningkatan sebesar 15%. Pada aspek jika berbeda pendapat bersikap tidak memusuhi mengalami peningkatan sebesar 13%.

Kemudian karya ilmiyah yang ditulis oleh Dionysius Dwi Noviantoro yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik di SMK Piri 1 Yogyakarta”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik di SMK Piri 1 Yogyakarta, hasil penelitian tersebut yaitu Model pembelajaran CTL dapat meningkatkan prestasi belajar dengan cara:

1) Memberikan tindakan pada siklus 1 berupa pemberian contoh benda nyata yang ada di lingkungan sekitar siswa, dan membagi menjadi 4 kelompok secara acak untuk diskusi kelompok. Tindakan pada siklus 1 ini belum berjalan secara optimal, akan tetapi sudah lebih baik daripada metode ceramah yang digunakan pada saat observasi pra tindakan. 2) Memberikan tindakan perbaikan pada siklus 2 berupa

pembagian tugas kelompok dengan jelas, memberikan contoh benda nyata dan pemberian contoh gambar-gambar dengan media Autodesk Inventor.

3) Memberikan tindakan perbaikan pada siklus 3 berupa pemberian dorongan dari guru dan bimbingan dalam

(26)

kelomp-18 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

ok untuk aktif bertanya, umpan balik, penguatan, pembagian kelompok secara heterogen, pemberian contoh benda nyata, pemberian contoh gambar-gambar melalui Autodesk Inve-ntor, dan penyimpulan materi di akhir pembelajaran.

Sedangkan penulis meneliti masalah implementasi pendidikan karakter melalui penggunaan pendekatan kontekstual dengan judul “Pendekatan Konstekstual untuk meningkatkan karakter siswa SMK dan Implementasi Pada Perilaku Peserta didik di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalah-erang Kab. Subang”. Penulis mengangkat judul ini karena ketika penulis melakukan observasi awal ke sekolah ini penulis melihat kegiatan pembelajaran belum mampu membina karakter peserta didik.

METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini, adalah pendekatan kualitatif (Qualitative Aproach). Peneliti memilih metode ini karena dapat mengungkap peristiwa secara menyeluruh tanpa rekayasa, alami, apa adanya sehingga sanat cocok sekali untuk mengungkap 1) Pendekatan konstekstual untuk meningkatkan karakter siswa SMK; 2) Faktor pendukung dan penghambat pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalacagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang.

Selain itu penulis memilih studi kasus karena yang diteliti merupakan personal denan beberapa variabel. Menurut Nazir (2003: 66), bahwa ”Studi kasus (Case Stady) yaitu studi yang dilakukan mempelajari dengan intensif latar belakang, serta interaksi lingkungan dalam gambaran unit-unit sosial untuk

(27)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 19

memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakng, sifat-sifat serta karakter dari suatu kasus atau studi dari individu yang kemudian dari sifat-sifat diatas akan dijadikan yang bersifat umum”.

Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di lingkungan sekolah yang ada dalam naungan Dinas Pendidikan yaitu SMK Bina Taruna Jalancagak yang berlokasi di daerah Ciseuti Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang dan SMK Nurul Huda Sagalaherang yang berlokasi di daerah Tengger Agung Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kesiswaan bagian kurikulum, guru dan siswa siswi yang berada di lingkungan sekolah tersebut. Penelitian ini diupayakan mengambil subjek yang refresentatif, artinya dengan subjek ini akan dapat memperkaya informasi studi kasus ini.dih-arapkan dapat mengungkap informasi melalui data maupun wawancara yang spesifik dan rinci tentang pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang.

Tahapan Penelitian

Metode Kualitatif tidak memiliki pola yang pasti dalam sebuah penelitian, sebab desain dan fokus penelitian berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, akan tetapi dalam mempermudah proses pencarian data, maka peneliti mengikuti prosedur sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (1998: 33-34), yaitu tahapan orientasi, tahapan eksplorasi dan tahapan memberceck.

(28)

20 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

1. Tahapan Orientasi

Pada tahapan ini kegiatan utama ditujukan untuk menentukan permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal- hal yang dilakukan dalam tahapan ini adalah:

a. Melakukan Pra-survei dengan mengamati berbagai aspek yang terjadi berkaitan dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabu-paten Subang.

b. Menyusun rencana penelitian sebagai salah satu langkah persiapan untuk mempermudah proses pelaksanaan pen-elitian

c. Menentukan tenaga, bantuan dari pihak-pihak sekolah yang akan membantu mempermudah proses penelitian. d. Menyiapkan perlengkapan penelitia seperti : pedoman

penelitian, dokumen, pedoman observasi, angket, dan pedoman wawancara.

e. Mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian.

2. Tahapan Eksplorasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi:

a. Mencermati dokumen terkait dengan pendekatan kontek-stual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang.

b. Mengobservasi pendekatan kontekstual untuk mening-katkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang.. c. Melakukan wawancara mengenai faktor pendukung dan

(29)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 21

meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabu-paten Subang.

d. Melakukan wawancara dengan subjek yang telah ditent-ukan, agar seluruh data dan informasi yang dibutuhkan mejadi lengkap

3. Tahapan Member Ceck

Mengecek kebenaran data dan informasi yang telah dikumpulkan sehingga hasil penelitan lebih terpercaya, seperti dalam menentukan skala prioritas maka perlu dilakukan member check.

Pengecekan terhadap inforasi tersebut dilakukan setiap peneliti selesai melakukan wawancara degan sumber data dan mengkonfirmasi kembali catatan hasil wawancara tersebut. Setelah hasil wawancara dikatik kemudian diminta koreksian kembali dari sumber data yang bersangkutan dan untuk menetapkan, dilakukan lagi observasi kepada seumber data dan pihak yang lebih kompeten.

Teknik Pengumpulan Data

Arikunto (2010: 20), menyatakan bahwa penelitian kualitiatif agar betul-betul penjadi sebuah penelitian yang

berkualitas, maka data yang dikumpulkannya pun harus lengkap. Data primer dan data sekunder menjadi sebuah prioritas agar data yang di dapatkan sesuai dengan kejadian dilapangannya.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsun g melalui pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan subjek yang telah ditentukan atau terpercaya untuk

(30)

22 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang.

Data sekunder merupakan data tambahan berupa infor masi yang akan

melengkapi data primer. Data tambahan yang dimaksud melip uti dokumen atau arsip didapatkan dari berbagai sumber, foto-foto, video pendukung yang sudah ada yang di peroleh dari bagian Tata Usaha yang menyimpan seluruh file dokumentasi, maupun foto yang dihasilkan sendiri, serta data yang terkait dalam penelitian ini. Dalam

penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah subjek yang telah ditentukan dalam penelitian ini berkaitan dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang.

Mengacu pada uraian diatas, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang yang sedang diteliti yakni bagaimana pendekatan kontestual di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada penilaian dalam penggunaan pendekatan kontekstual ini agar lebih meningkatkan karakter siswa di di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang, dan apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui kepala sekolah selaku pemangku kebijakan, wakasek kurikulum, guru-guru dalam peningkatan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang.

(31)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 23

2. Wawancara

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Nazir, 2003: 37) teknik pengumpulan data yang paling tinggi adalah wawancara. Wawancara merupakan proses komunikasi antar peneliti dengan sumber data dalam rangka menggali data yang bersifat “overview” untuk mengungkap makna yang terkandung dari masalah yang diteliti. Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula dengan ciri utama berupa kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interview).

Menurut Arikunto (2010:198) interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan, adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara yakni kepala sekolah, wakasek kurikulum dan guru mapel PAI. Dalam hal ini yang menjadi pertanyaan pokok pada wawancara ini berkaitan dengan:

a. Kegiatan apa yang dilakukan dalam perencanaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabu-paten Subang?

b. Kegiatan apa yang dilakukan dalam pelaksanaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kab-upaten Subang?

c. Kegiatan apa yang dilakukan dalam penilaian dalam pela-ksanaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang?

(32)

24 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

d. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pend-ekatan kontekstual untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang?

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentatasi merupakan kajian terhadap peristiwa, objek dan tindakan yang direkam dalam bentuk tulisan, slide, atau media lainnya. Sumber data non manusia dalam penelitian kualitatif adalah dokumen. Sebagai sumber, data dokumen bisa dijadikan bahan untuk mengecek kesesuaian data.

Pemilihan dokumen untuk dijadikan sumber data dapat didasarkan beberapa kriteria seperti yang dikemukakan Kartodirjo (1986) dalam Nazir (2003:9) sebagai berikut: “ keotentikan dok-umen, isi dokumen dapat diterima sebagai suatu kenyataan, kecocokan dan kesesuaian data untuk menambah pengertian tentang gejala dan masalah yang diteliti”.

Studi dokumen bertujuan untuk melengkapi semua data yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual untuk mening-katkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang, sehingga pemb-elajaran di sekolah tersebut dapat menghasilkan lulusan yang berk-arakter dan siap bersaing didunia industri.

Teknik Analisis Data

Pelaksanaan analisi data dalam penelitian kualitatif belum ada prosedur yang baru. Oleh karena itu, dalam penelitian merujuk pada pendapat Nasutin (1988: 129) yaitu reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan /verifikasi

(33)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 25

Reduksi Data

Reduksi data adalah langkah awal dalam menganalisis data. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap daa yang terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman (seperti hasil observasi tentang pengembangan kurikulum muatan lokal) terhadap aspek-aspek permasalahan yang ditelit, sehingga memudah peneliti dalam melakukan langkah-langkah analisis berikutnya. Reduksi data merupakan suatu kegiatan merangkum kembali catatan-catatan dengan memilih hal-hal pokok yang difokuskan pada hal-hal penting yang berhubungan dengan pendekatan kontekstual baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian untuk meningkatkan karakter siswa di SMK Bina Taruna Jalancagak dan SMK Nurul Huda Sagalaherang Kabupaten Subang.

(34)

26 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

Display Data

Upaya mempermudah melihat hasil rangkuman, peneliti membuat jaringan kerja, sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (1988:129) bahwa setelah melakukan reduksi data, lakukan dislay data. Data yang banyak dan betumpuk-tumpuk perlu di tata sehi-ngga data yang dapat dilihat dengan mudah baik secara keselu-ruhan, bagian tertentu saja. Selain itu juga untuk mempermudah peneliti dalam mengambil kesimpulan.

Pengambilan Keputusan dan Verifikasi

Data yang terangkum dalam bentuk display tersebut dapat diambil suatu kesimpulan secara inferensial dengan melihat perbedaan dan kesamaan pendapat yang dikemukakan oleh objek penelitian sehingga mempunyai makna. Menurut Nasution (1988: 130) kesimpulan yang diambil mula-mula masih sensitive kabur. Untuk dapat mengambil simpulan lebih atau setidaknya mendekati kebenaran. Oleh karena itu lakukan verifikasi selama penelitian berlangsung sejalan juga member chack, triangulasi dan audit trial.

Validitas dan Reabilitas

Menurut Arikunto (2010: 211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kebenaran/keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.

Untuk memperoleh instrument yang valid peniti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunan. Dengan mengikuti langkah dalam penyusunan isntrumen, yakni memecah variable menjadi sub-variabel indikator baru dan menyusun butir-butir pertanyaannya (Arikunto, 2010: 212),.

(35)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 27

Sedangkan yang dimaksud denan reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Yang dimaksud reliabilitas disini adalah instrument yang digunakan cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, dalam artian data yang dihasilkan dari instrument tersebut memang mengungkap data yang dapt dipercaya (Arikunto , 2010: 212).

Mengukur validitas dan reliabilitas data dilakukan melalui metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Miles Hubermen (Azhar, 2003: 70) mengatakan, proses triangulasi dilaksanakan dengan meraih kembali rangkian klausal yang paling masuk akal dari rancangan program untuk mengerjakan hasil sementara (sampel kerja) untuk memperoleh hasil akhir (angka uji), mencoba untuk bisa mendapatkan lebih dari satu ukuran lebih dari satu sumber untuk setiap rangkaian. Caranya dengan membandingkan data hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Membadingkan juga hasil wawancara sebelum ditemukan simpulan akhir melaksanakan diskusi terlebih dahulu dengan responden dan meminta responden untuk membacakan hasil penelitian dalam rangka meyakinkan pernyataan yang telah diungkapkan.

Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007: 320).

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar yang merupakan penelitian

(36)

28 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability,

dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2007: 270).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggung-jawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan.

Credibility

Uji Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil pene-litian yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah. Maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawa-ncara lagi dengan sumber dara yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan lengkap.

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data oenelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan data atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.

(37)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 29

b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanj-utan maka kepastian data dan urberkelanj-utan kronologis peristiwa dapat didata atau direkam dengan baik dan sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.

Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan semakin berkualitas.

c. Triangulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi tenknik pengmumpulan data dan waktu (Sugiyono, 2007:273).

1) Triangulasi sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (Member check) dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007: 274).

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

(38)

30 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut. Kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2007: 274).

3) Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagihari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulng-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2007: 274).

d. Analisi Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti masih mengdapatkan data-data yang bertentangan dengan data-data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan mengubah temuanya (Sugiyono, 2007: 275).

e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang kemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2007: 275).

(39)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 31

f. Mengadakan membercheck

Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaskud sumber data atau informan (Sugiyono, 2007: 276).

Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam

penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkan hasil peneiltian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2007:276).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih dapat diterapakan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian dapat digunakan dalam konteks yang berbeda disituasi sosial yang berbeda validitas nilai transfer dapat dipertanggu-ngjwabkan.

Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara audit terhadap keseluruhan proses penelitan. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang independen mengaudit

(40)

32 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

keseluruhan aktivitas dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksnakan anaisisi data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan.

Confirmability

Objektivitas pengujian kualititatif disebut juga dengan uji

confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila

hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian objek penelitian sehingga keabasahan data yang telah disajikan dapat dipertangg-ngjawabkan.[]

(41)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 33

BAB 2

PENDEKATAN

KONTESKTUAL

(42)

34 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

PENGERTIAN PENDEKATAN KONTESKTUAL

Pendekatan konstekstual adalah sebuah sistem belajar yang mengajak siswa untuk melaksanakan suatu aktivitas penting dalam membangun makna yang berkualitas dengan menghubungkan materi pelajaran dengan lingkungan sosial dan personal siswa. Hal ini sejalan dengan Sanjaya (2006: 109) menyatakan: suatu pende-katan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah (manajemen) yang ditempuh dalam pendekatan konstekstual mencakup memberikan stimulus kepada peserta didik untuk mengekplorasi, mendemontrasikan penge-tahuan yang dimiliki, membangun kelompok dan komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif. Hal ini sejalan dengan Sagala (2008: 92) dan Ryanto (2010: 168) menyatakan

a. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri, pengetahuan dan keterampilan barunya

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua pokok bahasan

c. Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya d. Menciptakan masyarakat belajar

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya

(43)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 35

dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006: 109).

Sementara Udin Syaefudin (2012: 165) juga mengemukakan bahwa pendekatan kontekstual menekankan pada aktvitas siswa secara penuh secara fisik maupun mental yang berkaitan dengan proses berpengalaman dan kehidupan nyata. Hal itu berarti dalam menggunakan pendekatan kontekstual pembelajaran selalu dikaitkan dengan peristiwa nyata di lingkungan siswa.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2008: 225).

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan dengan konsep belajar mengajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membuat hubu-ngan antara pengetahuan yang dimilikinya dehubu-ngan penerapannya dalam kehidupan nyata.

Hakikat pembelajaran dengan pendekatan kontektual

(Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Nurhadi, 2003). Pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual melibatkan

(44)

36 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi

(reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Setiap

komponen menjadi bagian yang saling berhubungan dalam pembelajaran.

Menurut Masnur Muslich (2008: 42), pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki karakteristik:

a) Learning in real life setting

Pembelajaran dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah atau lingkungan yang berkaitan dengan dunia nyata. Siswa diajak untuk membangun pemahaman dari hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata atau sehari-hari.

b) Meaningful learning

Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengetahuan, tugas, dan perlakuan yang memiliki manfaat atau makna bagi siswa. Siswa merasa bahwa materi atau isi

pelajaran penting dan relevan dengan kehidupannya. c) Learning by doing

Siswa belajar dari pengalaman yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Pembelajaran diarahkan agar siswa dapat praktik langsung sehingga terbangun pengetahuan dari apa yang dia lakukan bukan dari apa yang dia hafalkan.

d) Learning in group

Pembelajaran dilaksanakan melalui kegiatan

kelompok, tukar pikiran dan diskusi antarsiswa. Pengetahuan siswa diperoleh tidak hanya dari guru atau dari buku pegangan, tetapi juga dari siswa yang lain.

e) Learning to know each other deeply

Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami pengetahuan yang ia peroleh secara lebih

(45)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 37

mendalam. Guru memberikan contoh kasus kepada siswa, kemudian mendorong siswa untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam kasus tersebut. Hal ini akan membuat siswa mengenali dan memahami kasus tersebut lebih mendalam. f) Learning to ask, to inquiry, to work together

Pembelajaran kontekstual dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerja sama. Pemahaman siswa dapat diperoleh dengan interaksinya dengan siswa yang lain melalui kegiatan kelompok. Guru membantu siswa agar dapat bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana saling mempengaruhi dan ber-komunikasi.

g) Learning as an enjoy activity

Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan. Menyenangkan dapat diartikan sebagai suasana yang semarak, ekspresif, tidak monoton, dan men-dorong siswa untuk memusatkan perhatian dalam belajar. Pembelajaran yang seperti ini, akan membuat siswa nyaman dan betah untuk mengikuti proses pembelajaran.

PRINSIP PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Pendekatan kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam pendekatan kontekstual menurut suprijono (2011: 80-91) adalah sebagai berikut:

1) Saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengintegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.

(46)

38 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

2) Diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beranekan ragam dan realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa yang menemukan hubugnan diantara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna behwa perbedaan itu rahmat.

3) Pengaturan diri, artinya prinsip mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang menga-ndung prinsip pengaturan diri.

Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip-prinsip pendekatan kontekstual sebagai berikut: 1) Menekankan pada pemecahan masalah.

2) Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja.

3) Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali.

4) Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa. 5) Mendorong siswa belajar suatu dengan lainnya dan belajar

bersama-sama.

6) Menggunakan penilaian otentik.

Lain halnya dengan Nurhadi, ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual yang perlu diperhatikan guru, yakni:

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial.

(47)

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M. Ag & Wawan Kurniawan, M. Pd| 39

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri.

4) Mempertimbangkan keragaman siswa. 5) Mempertimbangkan multi intelegensi siswa.

6) Menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

7) Menerapkan penilaian autentik. (www.sekolah dasaar.net/ 2011/12/prinsip-prinsip pendekatan kontekstual, diakses pada tangga 26 September 2018)

Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pendekatan konstekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk men guasai tiga hal, yakni:

1) Pengetahuan, yaitu apa yang ada dipikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta.

2) Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan. 3) Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara

bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.

LANGKAH-LANGKAH PENDEKATAN KONSTEKSTUAL 1) Perencanaan

Dalam ilmu manajemen menjelasakan bahwa salah satu fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, di mana dalam ilmu manajemen menjelaskan bahwa fungsi pertama yang harus di jalankan adalah perencanaan. Sebab tahap awal dalam melakukan aktivitas perusahaan sehubungan dengan pencapaian tujuan organ isasi atau perusahaan adalah dengan membuat perencanaan.

(48)

40 | P E N G E M B A N G A N K A R A K T E R R E L I G I U S

Definisi perencanaan di kemukakan oleh Early Suandy (2001:2) sebagai berikut:

Secara umum perecanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusa haan secara menyeluruh.

Definisi perencanaan di atas menjelaskan bahwa perencan aan merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan secara menyeluruh. Perencanaan tersebut dapat disim pulkan bahwa perencanaan menggunakan beberapa aspek yaitu penentuan tujuan yang akan dicapai, memilih dan menentukan cara yang akan di tempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang di pilih, dan usaha-usaha atau langkah-langkah yang di tempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang di pilih.

Kemudian fungsi perecanaan pada dasarnya adalah suatu proses pengambilan keputusan sehubungan dengan hasil yang diinginkan, dengan penggunaan sumber daya dan pembentukan suatu sistem komunikasi yang memungkinkan pelaporan dan pen gendalian hasil akhir serta perbandingan hasil-hasil tersebut dengan rencana yang ditentukan. Dengan perencanaan ini, akan tercipta ef isiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan organisasi atau peru sahaan, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang tim-bul dan antisipasi perubahan yang tidak terkontrol.

Gambar

Tabel 1 Daftar Peserta Didik Berdasarkan Rombel

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang sama bahwa tingkat ekspresi mRNA LOXL-1 pada dinding vagina wanita dengan POP lebih tinggi dari non POP, namun setelah pemberian

Sebagaimana diungkapkan oleh Eva (2013: 64) bahwa langkah dalam meniru model adalah sebagai berikut:.. 1) Guru membagikan teks puisi master kepada siswa dan

Dari hasil wawancara sebelum pembelajaran (wawancara awal) dan hasil wawancara akhir (wawancara setelah.. pembelajaran) di ketahui bahwa Subjek S 1 selalu mempersiapkan

Penggunaan etiket, harus memiliki informasi yang sangat banyak, atau keterangan yang lebih lengkap, oleh karena itu digunaka QR Code yang dapat menampung informasi yang sangat

Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari obyek- obyek empiris di alam semesta ini. Ilmu alam mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang mempunyai manfaat bagi

Dalam pelaksanaannya juga terdapat kendala atau permasalahan yang dihadapi guru yaitu, (Orientasi) masalah waktu yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran apabila siswa

1) Orientasi kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya,