• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalens Asma Berdasarkan Kuesioner ISAAC dan Pola Pengobatan Asma Pada Siswa SLTP di Kepulauan Seribu Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prevalens Asma Berdasarkan Kuesioner ISAAC dan Pola Pengobatan Asma Pada Siswa SLTP di Kepulauan Seribu Tahun 2008"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)Prevalens Asma Berdasarkan Kuesioner ISAAC dan Pola Pengobatan Asma Pada Siswa SLTP di Kepulauan Seribu Tahun 2008 Syaiful Hidayat, Faisal Yunus, Budhi Antariksa Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia  

(2)   / 

(3) *+. 

(4)      

(5)  

(6) )

(7)  1)

(8)

(9)   5!  62334 Abstract Introduction: Prevalence of asthma is still rising in developed countries including Indonesian. Asthma is one of the most important diseases in childhood, causing substansial morbidity. This study using the ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in Childhood) questionnaire to determine asthma prevalence in Junior High School Student especially 13-14 years old and asthma medication pattern among student in Seribu Island. Methods: The ISAAC questionnaire were distributed to all Junior High School in Seribu Island and total subject 725 to answer the ISAAC questionnaire and additional questionnaire about asthma medication pattern. Self administrated were applied. Result:_

(10) 

(11) 

(12) {

(13)  _]` +‹; {

(14) 

(15)   $ _

(16)  was 6,76% and among of student were get medication when they had asthmatic attack, found that 27,27% student got their medicine from free store, 18,18% student went to olderly clinic/nurse/midlife, 15,16% student went to general practicioner and the most of student wich was 39,39% student went to public heath center. Junior High School student has already known about inhalation treatment for asthma medication routinely (controller). Conclusion:  _

(17) {&&€

(18) {

(19) `

(20)  

(21) {

(22) 

(23)  $ Keyword: Asthma prevalence, ISAAC questionnaire, pattern of asthma medication. Abstrak Pendahuluan: Prevalens asma semakin meningkat di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Asma adalah salah satu penyakit yang menimbulkan morbiditas terutama pada populasi anak-anak. Penelitian ini menggunakan kuesioner ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in Childhood) untuk menilai prevalens asma pada siswa SLTP pada kelompok umur 13-14 tahun dan pola pengobatan asma di kepulauan seribu. Metode: Kuesioner ISAAC dibagikan kepada seluruh siswa SLTP di kepulauan seribu dan didapatkan total subyek sebanyak 275 orang yang menjawab kuesioner tersebut dan kuesioner tambahan mengenai pengobatan asma. Teknik jawaban mandiri digunakan pada penelitian ini. Hasil: Tujuh ratus dua puluh lima subyek dengan umur 13-14 tahun disertakan pada penelitian ini. Prevalens asma adalah 6,76% pada siswa dan berdasarkan obat yang dipakai saat serangan asma didapatkan bahwa 27,27% membeli obat asma bebas di toko; 18,18% pergi ke klinik/suster/paramedis; 15,16% siswa pergi ke dokter umum; namun sebagian besar (39,39%) pergi ke puskesmas. Didapatkan bahwa siswa SLTP telah mengetahui terapi inhalasi yang digunakan secara teratur (controller). Kesimpulan: V_

(24)   {•V+‹;

(25) &&€

(26)  

(27) 

(28)  

(29) 

(30) 

(31)  antara asma dan atopi. Kata kunci: Prevalens asma, kuesioner ISAAC, pola pengobatan asma.. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. 193.

(32) PENDAHULUAN. morbiditas (perawatan dan kunjungan ke instalasi. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyakit dengan morbiditas tertinggi. Berdasarkan SKRT 1992, penyakit asma, bronkitis kronik dan  

(33)   

(34)  ‹; 

(35)   

(36) 

(37)  mortalitas tertinggi di Indonesia sebesar 5,6%. Di AS terdapat 40 juta orang penderita asma setiap tahunnya, 3 juta penderita mengunjungi instalasi gawat darurat (IGD), 500 ribu dirawat di rumah sakit (RS) dan sekitar 6 ribu orang meninggal karena asma.1 Selama tahun 1980 terjadi peningkatan laju. gawat darurat) maupun mortalitasnya.4,5 Prevalens asma anak berkisar 0-30% pada populasi yang berbeda. Perbedaan jenis kelamin pada asma bervariasi tergantung usia dan perbedaan biologi. Asma pada anak laki-laki antara 2-5 tahun dengan kekerapan 2 kali lebih sering daripada anak perempuan. Pada usia 14 tahun risiko asma 4 kali lebih sering daripada perempuan. Perbedaan ini mungkin menandakan bahwa anak laki-laki relatif mempunyai saluran napas lebih kecil daripada anak perempuan pada usia tersebut. Pada usia 20 tahun terjadi kebalikan insidens karena pada usia pubertas kaliber anak laki-laki lebih besar daripada perempuan. Faktor yang lain adalah perubahan hormonal sejak pubertas.4. mortalitas 6,2% dengan kematian terbanyak pada usia 5-14 tahun dibandingkan usia 15-34 tahun.2 Asma dapat menyerang semua tingkat umur, tersebar hampir di seluruh penjuru dunia baik di negara maju maupun negara berkembang. Peningkatan penyakit ini berbeda-beda di setiap negara dan cenderung meningkat pada negara berkembang. Penyebab peningkatan prevalens asma tidak terlepas dari semakin kompleks dan bervariasinya faktor pencetus dan faktor yang mendasarinya.1,2 Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus.

(38) < 

(39) 

(40)    

(41)  $#   berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu dan faktor lingkungan. Faktor pejamu termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi berkembangnya asma yaitu genetik asma, alergi, hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. 3 Perbedaan prevalens asma anak di kota biasanya lebih tinggi dibanding di desa, terlebih golongan sosio-ekonomi rendah dibanding sosio-ekonomi tinggi. Pola hidup di kota besar, perkembangan industri yang pesat dan banyaknya jumlah kendaraan bermotor menyebabkan tinggi polusi udara, keadaan ini meningkatkan hiperesponsif saluran napas, rinitis alergi dan atopi akibat zat polutan dan secara tidak langsung meningkatkan risiko terjadinya asma baik prevalens,. 194. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. International Study of Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) melakukan penelitian prevalens asma pada 56 negara pada tahun 1990 menemukan bahwa prevalens asma berkisar antara 2-3% di Eropa Timur, Indonesia, Yunani, Uzbekistan, India dan Ethiopia sedangkan di negara maju seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru prevalensnya sebesar 20%. Pada tahun 2001 sebanyak 20,3 juta orang dilaporkan menderita asma termasuk anak-anak kira-kira 6,5 juta. Asma menyebabkan kehilangan 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34% anak-anak di Eropa dan 40% anak-anak di Amerika Serikat.3,6-8 Respons pengobatan atau pengelolaan asma seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Faktor penyebab mungkin saja berada pada keluarga penderita, penderita itu sendiri bahkan dapat pula dokter yang menanganinya. International Study of Asthma and Allergies in Childhood merupakan metode yang praktis untuk mengukur prevalens asma pada anak, rinitis alergi dan eksim di masyarakat.2 Kuesioner ini dapat  

(42) 

(43)   

(44)     

(45)   yang berbeda. Kuesioner ISAAC telah diuji coba oleh 156 pusat asma di 56 negara di dunia. Kuesioner ISAAC dirancang untuk dua kelompok umur yaitu kelompok umur 13-14 tahun dan kelompok umur 6-7 tahun. Survei dilakukan dengan menggunakan.

(46) kuesioner tertulis yang berisi pertanyaan yang. METODOLOGI PENELITIAN. berkaitan dengan mengi, rinitis dan eksim. Kelompok umur. 13-14. tahun. mengisi. sendiri. kuesioner. sedangkan kelompok umur 6-7 tahun kuesioner diisi oleh orang tua yang bersangkutan.9 Penelitian tentang asma di Indonesia masih terbatas terutama penelitian asma pada anak sedangkan prevalensnya diperkirakan cenderung meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalens asma anak SLTP di wilayah kepulauan yaitu di Kepulauan Seribu pada tahun 2008 dengan menggunakan kuesioner dari International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta mengetahui pola pengobatan pada anak yang menderita asma.9 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui aspek-aspek penting yang berkaitan dengan semakin sering timbulnya gejala penyakit asma anak di masyarakat terutama di daerah kepulauan dan bagaimana pola pengobatan yang ditemukan sehingga dapat dilakukan edukasi tentang langkah-langkah 10 pengobatan asma. Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa. Jumlah keseluruhan pulau mencapai 110 pulau tetapi yang dihuni oleh penduduk hanya 11 pulau, sebagian lain adalah pulau wisata. Wilayah ini membawahi 2 kecamatan yaitu kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kepulauan Seribu Selatan, masing-masing membawahi 3 kelurahan yaitu kelurahan P Pramuka, P Tidung, P Panggang, P Pari, P Harapan, P Untung Jawa dan P Kelapa. Masing-masing kelurahan di pulau tersebut tersedia fasiliti satu puskesmas, satu SLTP sedangkan fasiliti rumah sakit hanya ada di ibukota kabupaten yaitu Pulau Pramuka. Kepadatan penduduk 1.523/km2 dengan total jumlah penduduk sekitar 20.000 jiwa. Mata pencaharian utama adalah nelayan sekitar 70%.11. Penelitian ini dilakukan dengan uji cross sectional untuk mengetahui prevalens asma berdasarkan kuesioner ISAAC dan pola pengobatan asma pada anak SLTP di Kepulauan Seribu. Penelitian dilakukan di seluruh SLTP di Kepulauan Seribu. Waktu penelitian dilakukan antara bulan Februari 2008 sampai bulan Desember 2008. Populasi target penelitian ini adalah anak remaja atau pubertas di Indonesia. Populasi yang mudah terjangkau pada penelitian ini adalah siswa SLTP Negeri yang berumur 13-14 tahun di Kepulauan Seribu. Subjek dibagikan kuesioner ISAAC dan diisi sendiri. Sebelum pengisian angket seluruh subjek penelitian diberi penjelasan mengenai penyakit asma secara umum disertai gejala klinis asma yang harus dikenali seperti mengi, batuk, sesak, rinitis dan eksim. Dari kuesioner yang telah diisi oleh murid akan dijumpai 3 kelompok yaitu asma dalam 12 bulan terakhir, pernah asma dan yang bukan asma. Diagnosis asma ditegakkan bila dalam 12 bulan terakhir terdapat mengi, dapat disertai ada atau tidak ada riwayat mengi, batuk dan sesak. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 15 for Windows. HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Desember 2008 di 7 SLTP yang tersebar di 7 pulau Kepulauan Seribu. Tabel 1 menunjukkan daftar sekolah terpilih di masingmasing pulau dan jumlah siswa masing-masing sekolah yang ikut dalam penelitian. Tabel 1. Daftar Wilayah kepulauan, Sekolah dan Jumlah Sampel Nama Sekolah. Jumlah Kuisioner. Persentase (%). Panggang Tidung Harapan Untung Jawa Kelapa Pari Pramuka. SMP SMP SMP SMP SMP SMP SMP. 75 86 129 91 141 41 162. 10,4 11,8/ 17,8 12,5 19,5 5,7 22,3. Jumlah. 7. 725. 100. No.. Pulau. 1 2 3 4 5 6 7. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. 195.

(47) Kuesioner responden disebarkan terhadap siswa SLTP yang berusia 13-14 tahun. Didapatkan 725 siswa yang terdiri atas 367 siswa laki-laki (36,7%) dan 358 (49,4%) siswa perempuan. Pertanyaan pernapasan Sebanyak 725 kuesioner yang berhasil dikumpulkan terdapat 54 siswa (7,45%) yang mempunyai riwayat mengi yang terdiri atas 28 siswa laki-laki (3,9%) dan 26 siswa perempuan (3,6%). Mengi 12 bulan terakhir dijumpai pada 18 siswa (2,48%) terdiri atas 7 siswa laki-laki (1%) dan 11 siswa perempuan (1,5%). Dari 18 siswa yang mengalami mengi 12 bulan terakhir, 14 siswa pernah mengalami mengi 1-3 kali, 2 siswa mengalami serangan 4-12 kali dan 2 siswa mengalami serangan lebih dari 12 kali. Dalam hal gangguan tidur pada 18 siswa yang mengalami mengi 12 bulan terakhir dijumpai 9 siswa tidurnya tidak terganggu (1,24%) dan 9 siswa tidurnya terganggu lebih dari 1 kali dalam seminggu (1,24%). Dalam 12 bulan terakhir siswa yang pernah mengalami serangan hebat sebanyak 10 siswa (1,38%) yang terdiri atas 3 siswa laki-laki (0,4%) dan 7 siswa perempuan (1%). Riwayat asma dijumpai pada 61 siswa yang terdiri atas 30 siswa laki-laki (4,1%) dan 31 siswa perempuan (4,3%). Mengi setelah olahraga terdapat pada 14 siswa (1,93%) terdiri atas 5 siswa lakilaki (0,7%) dan 9 siswa perempuan (1,2%). Batuk malam hari dijumpai 42 siswa (17,38%) yang terdiri atas 19 siswa laki-laki (7,7%) dan 23 siswa (9,7%) perempuan (tabel 2) Tabel 2. Distribusi Gejala Gejala. Pria. Wanita. Jumlah. (%). Riwayat mengi Mengi 12 bulan terakhir Serangan mengi 12 bulan terakhir Tidak pernah 1-3 kali 4-12 kali >12 kali tidak pernah >1 kali/minggu Tidur terganggu karena mengi Serangan hebat 12 bulan terkahir Riwayat asma mengi setelah olahraga Batuk malam hari. 28 (3,90%) 7 (1,00%). 26 (3,60%) 11 (1,50%). 54 18. 7,45 2,48. 0 (0,00%) 5 (0,70%) 0 (0,00%) 2 (0,30%) 4 (0,60%) 3 (0,40%) 3 (0,40%) 30 (4,10%) 5 (0,70%) 19 (7,70%). 0 (0,00%) 9 (1,20%) 2 (0,30%) 0 (0,00%) 5 (0,70%) 6 (0,80%) 7 (1,00%) 31 (4,30%) 9 (1,20%) 23 (9,70). 0 14 2 2 9 9 10 61 14 42. 1,38 8,41 1,93 17,4. (6,76%) yang terdiri yang terdiri atas 22 siswa laki-laki (3%) dan 27 siswa perempuan (3,7%). Jumlah tersebut diperoleh dari gabungan jawaban pertanyaan pernapasan nomor 2 (mengi 12 bulan terakhir), pertanyaan nomor 7 (mengi setelah olah raga 12 bulan terakhir) dan pertanyaan nomor 8 (batuk malam hari 12 bulan terakhir). Mengi kumulatif yang merupakan gabungan pertanyaan no 1 (riwayat mengi), nomor 2, nomor 6, nomor 7 dan nomor 8 dijumpai pada 85 siswa (11,72%) yang terdiri atas 45 siswa laki-laki (26,9%) dan 40 (24%) siswa perempuan (tabel 3). Tabel 3. Prevalens siswa yang menyandang asma 12 bulan terakhir dan asma kumulatif Gejala Asma 12 bulan Asma Kumulatif. 196. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. Jenis Kelamin Wanita. 22 (3,00%) 45 (6,21%). 27 (3,76%) 40 (5,51%). Jumlah. (%). 48 85. 6,76 11,72. Pertanyaan Pilek Jumlah siswa yang mempunyai riwayat rinitis adalah 80 siswa (11,3%) yang terdiri dari 32 siswa (4,4%) laki-laki dan 48 siswa (6,6%) perempuan. Sedangkan responden yang menderita rinitis dalam 12 bulan terakhir ada 43 siswa (5,93%) terdiri dari 20 siswa (2,8%) laki-laki dan 23 siswa (3,2%) perempuan (tabel 4). Tabel 4. Distribusi gejala rinitis Gejala Riwayat Rinitis Rinitis 12 bulan terakhir. Pria. Jenis Kelamin Wanita. 32 (4,40%) 20 (2,80%). 48 (6,63%) 23 (3,17%). Jumlah. (%). 80 43. 11,03 5,93. Pertanyaan Eksim Siswa yang mempunyai riwayat eksim adalah 59 siswa (8,14%) terdiri dari 30 siswa (4,1%) laki-laki dan 29 siswa (4%) perempuan. Sedangkan siswa yang menderita eksim 12 bulan terakhir adalah 47 siswa (6,48%) terdiri dari 23 siswa (3,2%) laki-laki dan 24 siswa (3,3%) perempuan (tabel 5). Tabel 5. Distribusi gejala eksim Gejala Riwayat eksim Eksim 12 bulan terakhir. Tabel 2 menunjukan siswa penyandang asma atau mengi 12 bulan terakhir sebanyak 49 siswa. Pria. Pria. Jenis Kelamin Wanita. 30 (4,10%) 23 (3,20%). 29 (4,04%) 24 (3,28%). Jumlah. (%). 59 47. 8,14 6,48.

(48) Diantara 54 siswa yang mempunyai riwayat mengi terdapat 29 siswa (53,7%) dengan riwayat atopi terdiri dari 20 siswa (37%) yang mempunyai riwayat rinitis dan 9 siswa (16,7%) yang mempunyai gejala eksim (Tabel 6). Secara statistik didapatkan hubungan bermakna antara gejala mengi dengan rinitis dan eksim. Risiko relatif mengi terhadap rinitis adalah 5,99 (3,246-11,05) dengan nilai p <0,001 sedangkan risiko relatif mengi terhadap eksim dijumpai 2,48 (1,148-5,37) dengan nilai p <0,05. Tabel 6. Hubungan antara riwayat mengi dengan riwayat rinitis atau eksim Gejala Atopi. Mengi. OR. P. Rinitis Eksim. 20 (37%) 9 (16,7%). 5,99 2,48. < 0,001 < 0,017. CI 95% 3,246 - 11,05 1,148 - 5,37. Sebanyak 18 siswa yang mempunyai riwayat mengi 12 bulan terakhir, dijumpai 17 siswa (94,%) yang mempunyai riwayat atopi terdiri dari 11 siswa (61,1%) yang mempunyai riwayat rinitis 12 bulan terakhir dan 6 siswa (33,3%) yang mempunyai gejala eksim 12 bulan terakhir (Tabel 7). Secara statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara mengi 12 bulan terakhir dengan rinitis 12 bulan maupun eksim 12 bulan terakhir. Risiko relatif mengi terhadap rinitis 12 bulan terakhir adalah 14,53 (545-38,7) nilai p <0,001. Risiko relatif mengi terhadap eksim 12 bulan terakhir adalah 6,17 (2,227-17,096) dengan nilai p <0,001. Tabel 7. Hubungan antara mengi 12 bulan terakhir dengan rinitis atau eksim 12 bulan terakhir. Riwayat Pengobatan Asma Sebanyak 49 siswa yang menderita asma 12 bulan terakhir, dijumpai 33 siswa yang minum obatobatan asma (67,35%) dan 16 siswa (32,65%) tidak minum obat. Diantara siswa yang minum obat asma saat serangan 12 bulan terakhir, terdapat 1 siswa (3,03%) yang minum kapsul saja, 7 siswa (21,22%) minum sirup saja, 6 siswa (18,18%) minum tablet saja, 8 siswa (24,24%) minum tablet dan sirup,3 siswa (9,09%) minum kapsul, tablet dan sirup, 5 siswa (15,15%) minum kapsul, tablet, sirup. dan semprot serta 3 siswa (9,09%) yang memakai kapsul, tablet, sirup, semprot dan uap (tabel 8). Tabel 8. Bentuk obat yang dipakai pada saat serangan asma. Rincian siswa yang berobat adalah 9 siswa (27,7%) membeli obat di warung, 6 siswa (18,18%) yang berobat ke mantri/bidan/perawat, 13 siswa (39,39%) yang berobat ke puskesmas dan 5 siswa (15,6%) berobat ke dokter umum (tabel 9). Tabel 9. Asal obat saat serangan asma. Sebanyak 9 siswa yang membeli obat di warung terdiri atas 1 siswa (11,1%) yang membeli tablet dan sirup, 3 siswa (3,3%) yang membeli tablet saja dan 5 siswa (56,6%) yang membeli sirup saja. Dari 6 siswa yang mendapat obat dari mantri/bidan/ perawat terdiri atas 4 siswa yang mendapat tablet dan sirup (66,8%), 1 siswa (16,6%) mendapat tablet dan 1 siswa (16,6%) yang mendapat sirup saja. Dari 13 siswa yang mendapat obat dari puskesmas terdiri atas 1 siswa (7,70%) yang mendapat kapsul, 3 siswa (23,08%) yang mendapat tablet dan sirup, 2 siswa (15,38%) mendapat kapsul, tablet dan sirup, 2 siswa (15,38%) mendapat kapsul, tablet, sirup dan semprot, 3 siswa (23,08%) mendapat kapsul, tablet, sirup, semprot dan uap serta 2 siswa (15,38%) mendapat tablet saja. Diantara siswa yang mendapat obat dari dokter umum terdapat 1 siswa (20%) yang mendapat kapsul, tablet dan sirup, 1 siswa mendapat sirup (20%) dan 3 siswa (60%) yang mendapat kapsul, tablet, sirup dan semprot. Sebanyak 33 siswa dengan asma 12 bulan terakhir yang memakai obat terdapat 8 siswa. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. 197.

(49) (24%) yang memakai obat rutin tiap hari. Jenis obat rutin yang dipakai adalah semprot. Dari siswa yang mempunyai riwayat mengi 12 terakhir, siswa yang tidak minum obat, terdapat 3 siswa (30%) yang pernah mengalami serangan hebat, 4 siswa (28,5%) mengalami setelah olahraga dan 9 siswa (21,4%) mengalami batuk malam hari pernah serangan 1-2 kali yang minum obat terdiri atas 7 siswa (39%) yang mengalami serangan 1-3 kali, 2 siswa (11%) mengalami serangan 4-12 kali dan 2 siswa (11%) yang mengalami serangan > 12 kali, 6 siswa (33,3%) tidurnya tidak pernah terganggu dan 5 siswa (27,8%) yang tidurnya pernah terganggu >1x/ minggu sedangkan dari siswa yang tidak minum obat terdiri atas 7 siswa (39%) yang pernah mengalami serangan 1-3 kali, 3 (16,7%) siswa yang tidurnya tidak pernah terganggu dan 4 siswa (22,2%) yang tidurnya pernah terganggu >1x/minggu. Diantara siswa yang minum obat saat serangan, terdapat 7 siswa (70%) yang pernah mengalami serangan hebat dalam 12 bulan terakhir, 10 siswa (71,5%) yang pernah mengi setelah olahraga dan 33 siswa (78,6%) yang mengalami batuk malam hari. Rincian siswa yang memakai obat rutin dalam 12 bulan terakhir terdapat 4 siswa (22,2%) dan 2 mengalami serangan 4-12 kali, 2 siswa (11,1%) mengalami serangan > 12 kali, 4 siswa (22,2%) tidurnya tidak pernah terganggu dan 4 siswa (22,2%) yang tidurnya terganggu > 1x/minggu, 7 siswa (70%) yang pernah mengalami serangan hebat, 8 siswa (58%) mengalami mengi setelah olahraga dan 8 siswa (19%) yang mengalami batuk malam hari dalam 12 bulan terakhir. Siswa yang tidak memakai obat rutin, dalam 12 bulan terakhir terdapat 10 siswa (55,6%) yang pernah mengalami serangan 1-3 kali, 5 siswa (27,8%) tidurnya tidak pernah terganggu dan 5 siswa (27,8%) tidurnya terganggu > 1x/minggu, 3 siswa (30%) yang pernah mengalami serangan hebat, 6 siswa (42%) mengalami mengi setelah olahraga dan 34 siswa (81%) mengalami batuk malam hari dalam 12 bulan terakhir (tabel 10).. 198. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. Tabel 10. Riwayat minum obat-obatan dan distribusi gejala dalam 12 bulan terakhir. PEMBAHASAN Kuesioner Penggunaan kuesioner yang berisi gejala asma menjadi tulang punggung penelitian epidemiologi untuk mencari prevalens asma. Cara ini memungkinkan memperoleh sampel penelitian yang besar, biaya yang relatif murah dan waktu singkat. Kebanyakan penelitian epidemiologi untuk prevalens asma berdasarkan kriteria subjektif yang diperoleh dari responden. Kelemahannya adalah tidak dapat mendeteksi obstruksi saluran napas yang tidak memberikan gejala tetapi hal ini bukan masalah yang penting karena tujuan penelitian adalah membandingkan prevalens asma di antara kelompok masyarakat dan bukan diagnosis asma pada individu. Selain itu kuesioner ISAAC dirancang untuk menghindari cara pengisian yang salah atau penyangkalan responden dalam pengisian kuesioner. Prevalens Asma Indonesia sebagai negara yang mempunyai prevalens asma rendah juga mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Pada umumnya peneliti asma menetapkan diagnosis asma berdasarkan gejala asma 12 bulan terakhir. Pada penelitian ini didapatkan prevalens asma 12 bulan terakhir 6,76% dan prevalens asma kumulatif didapatkan 11,72%. Prevalens asma antar negara sulit dibandingkan karena masing-masing penelitian menggunakan.

(50) kuesioner dan cara penelitian yang berbeda serta banyaknya perbedaan parameter yang digunakan terakhir. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dari berbagai daerah di DKI Jakarta dan luar Jakarta, prevalens asma di Kepulauan Seribu lebih rendah. Yunus dkk.12 di Jakarta Timur tahun 2001 prevalens asma 12 bulan terakhir yaitu 8,9%, Amu dkk13 di Jakarta Utara tahun 2008 sebesar 9,2%, | 14di Jakarta Barat tahun 2008 sebesar 9,1%. Sundaru dkk.15 di Jakarta Pusat tahun 2004 mendapatkan prevalens asma 12 bulan terakhir 12,5%. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Rahajoe dkk16 di Jakarta tahun 2002 yaitu 6,7%, Fitriani dkk17 di Jakarta Selatan tahun 2008 sebesar 6,64%. Prevalens asma pada penelitian ini lebih tinggi daripada penelitian di Bandung tahun 2002 oleh Kartasasmita yaitu 5,2%. dikutip dari 18 Prevalens asma yang rendah bisa dimungkinkan bahwa anak-anak di Kepulauan Seribu banyak mengkonsumsi ikan karena dari hasil penelitian Amu dkk13 bahwa profesi orang tua mereka 80% sebagai nelayan. Suatu studi selama 7 tahun yang dilakukan terhadap 460 anak-anak di Pulau Menorca Spanyol menunjukkan bahwa pemberian diet yang kaya ikan dapat menurunkan insidens penyakit asma. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang mengkomsumsi ikan lebih dari 60 gram sehari lebih jarang menderita alergi, hal ini mencerminkan efek protektif yang didapat jika ibunya mengkonsumsi ikan selama hamil. Para peneliti menyimpulkan bahwa hubungan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antar anak yang bebas gejala dengan diet yang kaya sayuran dan ikan.19 Suatu penelitian lain yang melibatkan 1.924 anak dari ibu yang ikut dalam studi dan mengisi kuesioner menunjukkan bahwa konsumsi apel dan ikan selama kehamilan dapat menurunkan risiko timbulnya asma.20 Hasil yang berbeda dengan peneliti didapatkan  

(51)   

(52)  | 14 di Jakarta Barat didapatkan jumlah kasus asma lebih banyak pada anak perempuan dibanding laki-laki. Sundaru dkk15 yang membandingkan perbandingan asma pada. daerah rural dan urban didapatkan jumlah kasus asma lebih banyak pada anak perempuan dibanding laki-laki pada daerah urban yang diwakili Jakarta sedangkan pada daerah rural yang diwakili Subang didapatkan jumlah kasus asma lebih banyak pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. Atopi Pada penelitian ini prevalens rinitis pada siswa SLTP di Kepulauan Seribu dijumpai 11,03%, sebaliknya yang terjadi pada eksim 8,14% . Penelitian ISAAC di 56 negara didapatkan prevalens rinitis alergi bervariasi antara 1,4 sampai 39,7% dan prevalens eksim antara 0,3 sampai 20,5%. Dari penelitian ini semua responden yang mempunyai riwayat mengi, 20 siswa (37%) mempunyai riwayat rinitis dan 9 siswa (16,7%) mempunyai riwayat eksim. Dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hubungan yang bermakna antara mengi dengan gejala rinitis dan eksim dengan nilai odds ratio (OR) mengi terhadap rinitis adalah 5,99 (3,24611,054) dengan nilai p< 0,001, sedangkan OR mengi terhadap eksim dijumpai 2,48 (1,148-5,37) dengan nilai p< 0,017. Dalam penjelasan perjalanan alamiah penyakit alergi, dimulai dengan dermatitis atopi pada masa bayi, kemudian timbul rinitis atau asma pada masa kanak-kanak. Penelitian epidemiologi mengungkapkan bahwa faktor atopi mempunyai kaitan yang erat dengan angka kekerapan penyakit asma.4 Tingginya insidens penyakit infeksi pada anak di Indonesia diduga merupakan salah satu faktor rendahnya prevalens asma dibanding dengan negara maju. Infeksi virus di masa kecil merupakan faktor predisposisi yang mengakibatkan menurunnya respons imun Th2 seseorang menjadi lebih rendah sehingga produksi IgE menjadi rendah. Teori hygiene hypothesis menyebutkan bahwa peningkatan atopi berhubungan dengan berkurangnya pajanan terhadap infeksi pada awal kehidupan. Pola pengobatan siswa asma Pada penelitian ini, 49 siswa yang menderita. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. 199.

(53) asma 12 bulan terakhir dijumpai 33 siswa yang minum obat-obatan asma (67,35%) dan 16 siswa (32,65%) tidak minum obat saat mengalami gejala asma. Dari siswa yang mempunyai riwayat asma 12 bulan terakhir, siswa yang minum obat terdiri atas 7 siswa (39%) yang mengalami serangan 1-3 kali, 2 siswa (11%) mengalami serangan 4-12 kali dan 2 siswa (11%) yang mengalami serangan > 12 kali, 6 siswa (33,3%) tidurnya tidak pernah terganggu, 5 siswa (27,8%) yang tidurnya pernah terganggu > 1x/minggu, 7 siswa (70%) yang pernah mengalami serangan hebat, 10 siswa (71,5%) yang pernah mengi setelah olahraga dan 33 siswa (78,6%) yang mengalami batuk malam hari. Diantara siswa yang tidak minum obat, dalam 12 bulan terakhir terdapat 7 siswa (39%) yang pernah mengalami serangan 1-3 kali, 3 (16,7%) siswa yang tidurnya tidak pernah terganggu, 4 siswa (22,2%) yang tidurnya pernah terganggu >1x/minggu, 3 siswa (30%) yang pernah mengalami serangan hebat, 4 siswa (28,5%) mengalami setelah olahraga dan 9 siswa (21,4%) mengalami batuk malam hari. Siswa yang minum obat asma saat serangan 12 bulan terakhir, terdapat 1 siswa (3,03%) yang minum kapsul saja, 7 siswa (21,22%) minum sirup saja, 6 siswa (18,18%) minum tablet saja, 8 siswa (24,24%) minum tablet dan sirup, 3 siswa (9,09%) minum kapsul, tablet dan sirup, 5 siswa (15,15%) minum kapsul, tablet, sirup dan inhalasi (semprot) serta 3 siswa (9,09%) yang memakai kapsul, tablet, sirup, inhalasi (semprot) dan nebulisasi (uap). Rincian siswa yang berobat, 9 siswa (27,27%) membeli obat di warung, 6 siswa (18,18%) yang berobat ke mantri/bidan/perawat, 13 siswa (39,39%) yang berobat ke puskesmas dan 5 siswa (15,16%) berobat ke dokter umum. Sebanyak 9 siswa yang membeli obat di warung terdiri atas 1 siswa (11,1%) yang membeli tablet dan sirup, 3 siswa (33,3%) yang membeli tablet saja dan 5 siswa (56,6%) yang membeli sirup saja. Sebanyak 6 siswa yang mendapat obat dari mantri/bidan/ perawat terdiri atas 4 siswa yang mendapat tablet dan sirup (66,8%), 1 siswa (16,6%) mendapat tablet. 200. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. dan 1 siswa (16,6%) yang mendapat sirup saja. Dari 13 siswa yang mendapat obat dari puskesmas terdiri atas 1 siswa (7,70%) yang mendapat kapsul, 3 siswa (23,08%) yang mendapat tablet dan sirup, 2 siswa (15,38%) mendapat kapsul, tablet dan sirup, 2 siswa (15,38%) mendapat kapsul, tablet, sirup dan inhalasi (semprot), 3 siswa (23,08%) mendapat kapsul, tablet, sirup, inhalasi (semprot) dan nebulisasi (uap) serta 2 siswa (15,38%) mendapat tablet saja. Dari siswa yang mendapat obat dari dokter umum terdapat 1 siswa (20%) yang mendapat kapsul, tablet dan sirup, 1 siswa mendapat sirup (20%) dan 3 siswa (60%) yang mendapat kapsul, tablet, sirup dan inhalasi (semprot). Sebanyak 33 siswa dengan asma 12 bulan terakhir yang memakai obat terdapat 8 siswa (24%) yang memakai obat rutin tiap hari, jenis obat yang dipakai yaitu semprot sebanyak 8 siswa (100%). Sebanyak 8 siswa yang memakai obat rutin terdiri atas 5 siswa (62,5%) yang memakai kurang dari 1 tahun dan 3 siswa (37,5%) yang memakai lebih dari 1 tahun. Sebanyak 8 siswa yang memakai obat rutin mendapatkan dari dokter umum. Rincian siswa yang memakai obat rutin, dalam 12 bulan terakhir terdapat 4 siswa (22,2%) yang pernah serangan 1-3 kali, 2 siswa (11,1%) mengalami serangan 4-12 kali, 2 siswa (11,1%) mengalami serangan > 12 kali, 4 siswa (22,2%) tidurnya tidak pernah terganggu dan 4 siswa (22,2%) yang tidurnya terganggu > 1x/minggu, 7 siswa (70%) yang pernah mengalami serangan hebat, 8 siswa (58%) mengalami mengi setelah olahraga dan 8 siswa (19%) yang mengalami batuk malam hari. Dari siswa yang tidak memakai obat rutin, dalam 12 bulan terakhir terdapat 10 siswa (55,6%) yang pernah mengalami serangan 1-3 kali, 5 siswa (27,8%) tidurnya tidak pernah terganggu, 5 siswa (27,8%) tidurnya terganggu > 1x/minggu, 3 siswa (30%) yang pernah mengalami serangan hebat, 6 siswa (42%) mengalami mengi setelah olahraga dan 34 siswa (81%) mengalami batuk malam hari..

(54) KESIMPULAN 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. Prevalens asma pada siswa SLTP yang berusia 13-14 tahun di Kepulauan Seribu tahun 2008 adalah 6,76% sedangkan prevalens asma kumulatif yaitu 11,74%. Prevalens siswa yang pernah menderita rinitis dan eksim yaitu 11,03% dan 8,14%, terdapat hubungan yang bermakna antara asma dan atopi. Kejadian asma pada anak usia 13-14 tahun lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan perempuan, hal ini sesuai dengan penelitian di luar negeri dan hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Amu dkk di Jakarta –| ”Œ

(55) [  

(56)  dkk di Jakarta Selatan tahun 2008 yang menunjukkan prevalens asma lebih tinggi pada anak perempuan. Dari penelitian ini didapatkan, dari 33 siswa yang mempunyai gejala asma dalam 12 bulan terakhir terdapat 67% (33 siswa) yang minum obat dan 32,65% (16 siswa) yang tidak minum obat. Masih banyak siswa yang membeli obat dari warung yaitu sebesar 27,27% (9 siswa). Siswa paling banyak berobat ke puskesmas yaitu sebesar 39,39% (13 siswa). Siswa SLTP di Kepulauan Seribu sudah mengenal pemakaian obat secara inhalasi sebagai obat rutin yaitu dijumpai 24% (8 siswa).. DAFTAR PUSTAKA 1.. 2.. 3.. Mangunnegoro H, Widjaja A, Sutoyo DK, Yunus F, Pradjnaparamita, Suryanto E, dkk. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di Indonesia. 1st ed. Jakarta: balai Pustaka FKUI;2004.p.16-73 National Institute of Health. NHLBI, Burder of asthma. In: Global initiative for asthma. Bethesda: National Institutes of health.;2005.p.11-5 Brenner B. Asthma [cited 2000 Oct 24]. Available. from : URL:http://www.emedicine.com/emerg/ topic43.htm 4. The IHC Primary care Clinical Program Asthma Workgroup. Management of asthma 2004 update. Available at: http://www. COITipp@ihc. com. Accessed on September 25TH, 2005 5. Eder W, Ege MJ, Erika. The Asthma Epidemic. N Engl J Med 2006;355:2226-35 6. Sunyer J, Anto JM, Kogevinas M, Barcelo MA, Soriano J B, Tobias A, et al. Risk factors for asthma in young adults. Eur Respir J 1997;10:2490-4 7. Von Hertzen L, Haahtela T. Sign of reversing trends in prevalence of asthma. Allergy 2005;60:283-92 8. Galant SP, Morphew T, Amaro S, Liao O. Current asthma guidelines may not identify young ` 

(57)  { _ “  

(58) ` 

(59) `

(60)  morbidity. Pediatrics 2006;117:1038-45 9. The International Study of Asthma and allergies in Childhood (ISAAC) Steering Committee. Worlwide variations in the prevalence of asthma symptoms: The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC). Eur Respir J 1998;12:315-35 10. Message SD, Johnston SL. Infections. In: Barnes PJ, Drazen JM, Rennard S, Thompson NC, editors. Asthma and COPD. London: academic press;2002.p.407-16 11. Keadaan umum wilayah kepulauan seribu. Available at : http://www.damandiri.or.id. Accesed on May 28th, 2009 12. Yunus F, Ratnawati, Rasmin M, Mangunnegoro H, Jusuf A, Bachtiar A. Asthma prevalence among High School Student in East Jakarta 2001 based on ISSAC questionnaire. Med J univ Indonesia. Jakarta 2003; 12:133-9 13. Amu FA. Prevalens asma pada siswa SLTP berdasarkan kuesioner ISAAC dan hubungan dengan sosial ekonomi di daerah pantai Jakarta tahun 2008. (Tesis). Jakarta: Departemen Pulmonologi FKUI; 2008. ;$ | $ V_

(61)     { •V. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. 201.

(62) berdasarkan kuesioner ISAAC dan hubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi asma di daerah padat penduduk Jakarta Barat tahun 2008. (Tesis). Jakarta: Departemen Pulmonologi FKUI; 2008. 15. Sundaru H. Perbandingan prevalens dan derajat berat asma antara daerah urban dan rural pada siswa sekolah usia 13-14 tahun (disertasi). Jakarta: Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. 16. UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dalam: Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Eds. Pedoman nasional asma anak. Jakarta: Balai pustaka FKUI. 2005. p.111.. 202. J Respir Indo Vol. 31, No. 4, Oktober 2011. 17. Fitriani F. Prevalens asma pada siswa SLTP di daerah hijau Jakarta berdasarkan kuesioner ISAAC disertai uji provokasi bronkus tahun 2008. (Tesis). Jakarta: Departemen Pulmonologi FKUI; 2008 18. Pulmonologi PP IDAI. Pedoman nasional asma anak. Jakarta 2004 $ [   _  

(63)   `  and allergies. Available at : http://www.nofaal. wordpress.com. Accessed on May 27th, 2009 '*$  

(64)    

(65)   

(66)  

(67) 

(68) `    protect against childhood asthma and allergies at : http://www.sciencedaily.com. Accessed on May 27th, 2009.

(69)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 januari 2010 untuk suklus I, dan pada tanggal 13 Januari 2010 untuk siklus II. Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) signi- fikansi hubungan antara kepribadian tipe A, kepribadi- an tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Seksi Pemerintahan dipimpin oleh Kepala Seksi, dan bertanggung jawab

Maksud dari penyusunan LARAP untuk rencana pembangunan PLTA Upper Cisokan Pumped Storage adalah untuk mempersiapkan laporan yang terkait dengan penggantian lahan dan

Peserta yang diundang untuk Hadir Pembuktian Kualifikasi dikirim melalui email masing- masing perusahaan. Kepada peserta yang diundang diharapkan hadir sesuai jadwal yang

(AVA) aclalah &#34;alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk mempeljelas materi pelajaran yang clisampaikan kepacla siswa clan mencegah terjaclinya verbalisme pada

Beberapa upaya untuk mematenkan varietas padi unggul SILIWANGI PARIKESIT DEWI SRI AGUNG (SP DSA) dan pupuk cair organik MARADEWI telah dilakukan, antara lain

Yoan Alexandria Angelina Yosediputra P UNAIR 16 dr.. Christina Meilani Susanto P UNAIR 18