• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Kotler & Keller (2012) indikator harga adalah :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menurut Kotler & Keller (2012) indikator harga adalah :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8

TELAAH PUSTAKA

Grand Theory

Grand Theory penelitian ini adalah marketing mix. Marketing mix adalah strategi pemasaran yang saling berkaitan satu sama lain sehingga baik digunakan oleh perusahaan untuk dapat berkembang dan memenangkan persaingan (Irsad, 2010). Dalam konsep marketing mix meliputi Product (produk), Price (harga), Promotion (kegiatan promosi), dan Place (sistem distribusi) (Irsad, 2010). Namun dalam penelitian ini fokus utamanya adalah pada product dan price. Product dalam hal ini meliputi inovasi produk dan label halal.

Harga

Harga menurut Kotler dan Armstrong (2010) ialah beberapa jumlah kekayaan yang diberikan berdasarkan suatu barang atau pelayanan, maupun banyaknya jumlah angka yang dibayar pembeli atas keuntungan karena telah mempunyai atau memanfaatkan barang dan pelayanan. Menurut C. V. Wijaya (2017) harga adalah nilai uang untuk menghasilkan pendapatan dan biaya. Sedangkan pendapat dari Swastha (2010) harga ialah banyaknya harta (ditambah jumlah barang apabila bisa) yang diperlukan agar dapat memperoleh beberapa gabungan suatu produk dan juga untuk mendapatkan pelayanan. Harga dapat di kategorikan menjadi tiga macam yaitu : mahal, sedang, murah (Hidayah & Apriliani, 2019). Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka harga adalah segala bentuk biaya yang dapat dihitung dan diukur berdasarkan nilai keuangan yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi barang dari suatu produk.

Menurut Kotler & Keller (2012) indikator harga adalah : 1. Keterjangkauan harga

Harga yang ditetapkan oleh perusahaan pada produk yang mereka jual dapat dijangkau oleh para pelanggan. Harga yang efisien dan terjangkau pasti akan menjadi alasan konsumen untuk membeli produk mereka.

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

Harga yang diberikan oleh perusahan pada produknya sesuai dengan kualitas produk yang mereka berikan, misalnya jika harganya tinggi maka kualitas produk yang diberikan harus memiliki kualitas yang tinggi pula sehingga konsumen tidak akan merasa keberatan jika membeli produk yang dipasarkan.

(2)

9

Perusahaan sebaiknya juga mencermati bahwa harga yang diberikan mempunyai daya saing yang tinggi terhadap para pesaingnya. Apabila harga yang diberikan terlalu tinggi di atas harga para pesaing maka produk tersebut tidak memiliki daya saing yang baik

4. Kesesuaian harga dengan manfaat

Apabila penjual memberikan harga yang tinggi ada baiknya produk yang di tawarkan juga memiliki manfaat yang tinggi pula. Manfaat produk yang diberikan harus sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh perusahaan.

Label Halal

Label halal merupakan pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal (Widyaningrum, 2016). Label halal diperoleh setelah mendapatkan sertifikat halal. Suatu fatwa halal dari (Majelis Ulama Indonesia) MUI sebagai jaminan yang sah bahwa produk yang dijual ialah halal untuk dikonsumsi oleh masyarakat dan sesuai denga ketentuan syariah (Alfian, 2017). Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam Surat Keputusan Menteri Agama RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal ialah : “tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam”.

Adapun menurut Burhanudin (2011) halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam :

1) Tidak berisi hewan yang diharamkan.

2) Tidak terdapat bahan-bahan yang diharamkan seperti : darah, alkohol, kotoran-kotoran dan lain sebagainya.

3) Segala bahan yang bersumber dari hewan yang disembelih / dipotong berdasarkan hukum syariat Islam tergolong halal.

4) Seluruh ruang penyimpanan, area pemasaran, area pengelolaan dan area pengiriman, apabila sudah pernah digunakan untuk produk yang tidak halal maka terlebih dahulu harus dibersihkan sesuai hukum syariat Islam.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa label halal ialah izin pencantuman ikon atau loga “HALAL” pada suatu kemasan produk dari suatu perusahaan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pencantuman izin logo label halal pada kemasan yang dikeluarkan oleh BPOM merupakan rekomendasi yang diberikan oleh Majelis

(3)

10

Ulama Indonesia (MUI) dalam bentuk sertifikat halal MUI. Sertifikat halal yang dikeluarkan MUI merupakan hasil pemantauaan dan penelitian yang dilakukan oleh LP BPOM MUI, oleh karena itu label halal merupakan label yang disematkan pada produk yang telah memenuhi standar halal menurut ajaran Islam.

Menurut Anggraeni (2016) indikator label halal adalah : 1. Keamanan / safety

Proses dimana konsumen khususnya konsumen Muslim memilih penjelasan mengenai fakta produk makanan halal yang memiliki indikator keamanan bahan baku ataupun prosesnya.

2. Nilai keagamaan / religious value

Proses saat pelanggan khususnya konsumen Muslim menentukan bahwa produk makanan halal sesuai dengan hukum syariat Islam.

3. Kesehatan / health

Proses saat konsumen khususnya konsumen Muslim memilih informasi produk makanan halal yang memiliki segi kesehatan.

Inovasi Produk

Menurut Kotler & Keller (2012) inovasi produk adalah perluasan produk baru yang berfokus pada pelanggan berpusat pada menciptakan model baru untuk menyelesaikan persoalan konsumen dan membagikan pengetahuan yang lebih bagi konsumen. Inovasi produk suatu kemampuan penciptaan dalam menambah manfaat dan peningkatan produk terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk sehingga produk tersebut berbeda dengan bentuk awal (Prasetio, 2016). Inovasi produk ialah kesuksesan suatu produk yang mampu mendukung produk setahap lebih berkembang dari produk pesaing serta produk yang juga mempunyai keunggulan dan nilai tambah bagi pelanggannya (Sukarmen et al., 2015).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi produk ialah terobosan ide bisnis baru yang berhubungan dengan keluaran produk-produk baru dan proses baru. Inovasi produk juga dilihat seperti proses perusahaan agar mampu beradaptasi dengan menyesuaikan keadaan lingkungan bisnis. Diharapkan perusahaan mampu membentuk inspirasi ide yang baru pada suatu produk dengan memberikan manfaat atau servis yang memuaskan konsumen. Inovasi produk juga sebagai media dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan agar mampu unggul bersaing dengan para kompetitor.

(4)

11

Menurut Kotler & Keller (2012) indikator inovasi produk yaitu :

1. Fitur produk ialah sarana kompetitif untuk membedakan produk satu dengan yang lain, atau antara produk yang dimiliki dengan produk pesaing.

2. Desain produk ialah cara lain dalam menambah nilai bagi pelanggan, desain berkontribusi tidak hanya pada penampilan namun juga pada kegunaan produk. 3. Kualitas produk ialah kemampuan suatu produk dalam melakukan fungsi-fungsinya

yang meliputi daya tahan, kehandalan, dan ketelitian yang dihasilkan. Daya tahan yang dimaksud mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut, sedangkan kehandalan merupakan konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya.

Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen adalah tahapan puas tidaknya konsumen mengenai nilai suatu hal atas tidak dipenuhinya suatu ketentuan yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan harapan setelah pemakaian (Tjiptono, 2012). Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka (Kotler & Keller, 2012). Pada saat kepuasan konsumen dapat terpenuhi dan mencapai tingkat yang paling tinggi maka akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan, karena hal tersebut akan membuat konsumen melakukan pembelian ulang pada produk perusahaan. Sebaliknya, pada saat kepuasan konsumen tidak terpenuhi dan berada di titik rendah, maka pelanggan kemungkinan akan berpaling ke produk pesaing yang lain (Hardiyati, 2010).

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka kepuasan konsumen ialah penilaian pelanggan setelah mencocokan antara keadaan yang ada dengan keadaan yang diharapkan. Apabila produk atau jasa yang diberikan perusahaan sebanding dengan ekspetasi konsumen maka mereka akan merasa puas, namun jika produk atau jasa yang diberikan perusahaan tidak sebanding dengan ekspetasi konsumen akan merasa kecewa.

Menurut Kotler & Armstrong (2014) berikut merupakan indikator kepuasan konsumen yaitu :

1. Re-purchase atau pembelian kembali

Dimana konsumen berkenan untuk membeli ulang produk di perusahaan tersebut. 2. Menciptakan Word-of-Mouth

(5)

12

Pelanggan akan mengatakan hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain. 3. Pelanggan akan kurang mencermati merek atau iklan dari produk pesaing.

4. Keputusan pembelian pada perusahaan yang sama : membeli produk lain dari perusahaan yang sama.

Minat Beli Ulang

Minat beli ulang adalah minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu Thamrin & Francis (2012). Seorang konsumen saat melakukan pembelian kembali sebuah produk atau jasa diakibatkan oleh pengalaman positif yang mereka dapatkan (Anggraeni, 2016). Minat beli ulang merupakan fase dari sifat pembelian pelanggan di mana keselarasan antara penampilan dari produk yang dipasarkan perusahaan menghasilkan minat untuk mengkonsumsinya lagi di waktu yang akan datang (Apriyani & Suharti, 2017). Level minat membeli ulang yang tinggi menggambarkan tingkat kepuasan yang tinggi pula dari pelanggan, saat pelanggan memutuskan untuk selalu mengkonsumsi produk yang ditawarkan setelah mereka mencoba produk tersebut maka dari sisi konsumen akan timbul rasa suka atau tidak suka pada produk tersebut (Bahar, 2015).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa minat beli ulang konsumen ialah cara yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa yang mereka gunakan untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Perilaku saat membeli muncul lantaran didahului dengan adanya minat membeli. Minat membeli ulang timbul salah satunya akibat kesan yang didapatkan oleh konsumen bahwa produk tersebut mempunyai kualitas yang baik.

Menurut Ali (2013) berikut merupakan indikator-indikator minat beli ulang :

1. Minat transaksional : keinginan pelanggan mengkonsumsi atau berbelanja barang yang di jual.

2. Minat referensial : keinginan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

3. Minat preferensial : keinginan yang mengilustrasikan sikap seseorang yang mempunyai selera penting pada produk. Selera ini hanya dapat berubah apabila terjadi sesuatu dengan produk seleranya.

4. Minta eksploratif : keinginan ini mengilustrasikan sikap seseorang yang kerap menggali informasi terhadap produk yang diinginkan dan menggali informasi untuk membantu kualitas positif dari produk tersebut.

(6)

13 Kaitan Antar Konsep

Pengaruh Harga Terhadap Kepuasan Konsumen

Menurut Setyo (2017) harga ialah jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh pernyataan harga pada suatu barang atau pelayanan sebanding dengan kualitas dan manfaat yang diberikan dengan dipengaruhi oleh aspek psikologis dan aspek lain yang mempengaruhi harga itu sendiri. Pelanggan mau untuk menentukan produk mana yang lebih efektif, efisien dan cocok dengan kebutuhannya serta sesuai nilai suatu harga atau biaya, bila kinerja tersebut efektif, realistis dan sesuai dengan harapannya, maka konsumen merasa kepuasannya dapat terlaksana (Maulana, 2016).

Penelitian yang mendukung bahwa ada hubungan antara harga dengan kepuasan konsumen adalah penelitian yang dilakukan oleh Ganjar & Halilintar (2017) mengungkapkan bahwa harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hal ini didukung oleh penelitian (Wijaya, 2017) yang menyebutkan bahwa harga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Zahrina (2015) membuktikan bahwa harga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.

H1 : Harga Berpengaruh Terhadap Kepuasan Konsumen Pengaruh Label Halal Terhadap Kepuasan Konsumen

Menurut Hidayat & Resticha (2019) label halal ialah pemasangan tulisan atau pemberitahuan halal pada kemasan produk demi membuktikan produk yang dimaksud memiliki kepastian status sebagai produk halal. Label halal menjadi jembatan dan telah diakui oleh semua masyarakat khususnya kaum Muslim lantaran adanya sertifikasi label halal yang dikeluarkan oleh MUI, sehingga masyarakat tidak akan curiga karena telah ada lembaga yang menjaminnya (Kurniawati, 2018). Masih menurut Kurniawati (2018) label halal dengan kepuasan konsumen memiliki hubungan yang penting, karena dengan adanya kepercayaan halal pada produk konsumen berkenan untuk membeli produk tersebut hingga akhirnya muncul rasa kepuasan pada diri konsumen.

Penelitian yang mendukung bahwa ada hubungan antara label halal dengan kepuasan konsumen adalah penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2018) menunjukkan bahwa variabel label halal berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Hal yang sama ditunjukan dalam penelitian (Priscilia, 2018) menunjukkan bahwa label halal berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen. Pada penelitian Latifah (2015) juga menyatakan label halal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen.

(7)

14

H2 : Label Halal Berpengaruh Terhadap Kepuasan Konsumen Pengaruh Inovasi Produk Terhadap Kepuasan Konsumen

Inovasi produk memiliki kaitan dengan kepuasan konsumen, karena konsumen memiliki peran sebagai penilai dari suatu barang atau jasa. Saat konsumen menilai suatu barang dan jasa penilaian yang diberikan oleh konsumen dapat berupa penilaiaan positif maupun negatif. Konsumen memberi nilai positif pada suatu produk maka membuat konsumen menyukai produk tersebut sehingga terjadi pembelian ulang dan menciptakan rasa kepuasan konsumen, sebaliknya jika konsumen memberi nilai negatif maka konsumen merasa barang yang diharapkan tidak sesuai sehingga muncul rasa tidak kepuasaan (Sukarmen et al., 2015). Berdasarkan penjelasan diatas perusahaan mau tidak mau harus selalu inovatif saat menghasilkan produknya. Dengan strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan agar selalu berinovasi dengan produknya dari aspek pelayanan, harga, rasa dan kualitas berdasarkan trend pasar sehingga perusahaan mengerti apa yang sedang diinginkan oleh konsumennya, namun bila kepuasan konsumen terhadap inovasi produk rendah maka kemungkinan konsumen akan berpindah ke perusahaan pesaing dan meninggalkan perusahaan tersebut (Sukarmen et al., 2015).

Penelitian yang mendukung bahwa ada hubungan antara inovasi produk dengan kepuasan konsumen adalah penelitian yang dilakukan oleh Sukarmen et al., (2015) menunjukkan bahwa inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen.

H3 : Inovasi Produk Berpengaruh Terhadap Kepuasan Konsumen Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Minat Beli Ulang

Setiap perusahaan menginginkan produk yang mereka tawarkan dapat memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen, sehingga memungkinkan konsumen akan menjadi loyal terhadap produk perusahaan dan akan melakukan pembelian ulang (Ramadhan, 2017). Minat beli ulang muncul karena adanya suatu faktor salah satunya yaitu kepuasan konsumen (Resti, 2016). Minat beli ulang yang terjadi pada konsumen saat konsumen sudah mengkonsumsi dan melakukan pembelian produk lebih dari satu kali (Ramadhan, 2017).

Minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan memberikan tanggapan yang baik terhadap kualitas serta kepuasan yang didapatkan serta konsumen untuk melakukan kegiatan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut (Rusdi, 2012).

(8)

15

Penelitian yang mendukung bahwa ada hubungan antara kepuasan konsumen terhadap minat beli ulang adalah penelitian yang dilakukan oleh Pamenang (2016) menyatakan bahwa kepuasan konsumen memiliki pengaruh yang positif terhadap minat beli ulang. Berdasarkan hasil penelitian Safitri (2017) kepuasan konsumen mampu mempengaruhi minat beli ulang secara signifikan.

H4: Kepuasan Konsumen Berpengaruh Terhadap Minat Beli Ulang

Pengaruh Harga, Label Halal, Inovasi Produk, Terhadap Minat Beli Ulang Melalui Kepuasan Konsumen

Harga merupakan sebuah nilai yang harus ditukarkan dengan produk yang dikehendaki konsumen (Mahardika, 2016). Perusahaan mematok harga untuk pembeli yang nantinya pembeli akan beranggapan bahwa harga yang ditetapkan sesuai atau tidak. Saat konsumen menganggap harga tersebut mahal pada diri konsumen akan timbul rasa tidak puas namun saat harga yang ditetapkan terjangkau akan timbul rasa puas di diri konsumen, untuk itu perusahaan harus memiliki strategi agar produknya tetap terjual (Qomariah, 2011). Konsumen juga membutuhkan suatu inovasi atau pilihan produk baru yang dikeluarkan perusahaan agar konsumen tidak berpindah ke produk pesaing (Qomariah, 2011). Tanpa adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama untuk bersaing dipasar. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan selalu berubah-ubah (Kurniasari, 2018). Variabel label halal berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Muslim (Priscilia, 2018). Label halal yang tercantum pada kemasan pangan dapat mengindikasikan bahwa suatu produk telah menjalani proses pemeriksaan kehalalan dan telah dinyatakan halal (Anggraeni, 2016), maka dari itu label halal yang dimiliki oleh produsen makanan sangatlah penting karena dapat mendukung kepuasan pada diri konsumen sehingga terdorong untuk membeli produk tersebut (Priscilia, 2018).

Penelitian terdahulu yang mendukung bahwa ada hubungan antara harga terhadap minat beli ulang melalui kepuasan konsumen adalah penelitian yang dilakukan oleh Ghassani (2017), Mahemba & Rahayu (2019) mengungkapkan bahwa diduga ada pengaruh antara harga terhadap minat beli ulang melalui kepuasan konsumen berpengaruh positif.

Penelitian terdahulu yang mendukung bahwa ada hubungan antara inovasi produk terhadap minat beli ulang melalui kepuasan konsumen adalah penelitian yang dilakukan oleh Putra (2019) mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen memediasi pengaruh inovasi produk terhadap minat beli ulang konsumen secara positif.

(9)

16

Penelitian terdahulu yang mendukung bahwa ada hubungan antara label halal terhadap minat beli ulang adalah penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2016) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan terhadap minat beli ulang secara parsial.

Kepuasan konsumen dapat berpengaruh terhadap niat dan perilaku pembelian kembali di masa yang akan datang Te et al., (2013) dalam Wati & Ardani (2019). Sejalan dengan pendapat Tjiptono dan Chandra (2012) dalam Mahemba & Rahayu (2019) menyatakan kepuasan pelanggan memberikan beberapa manfaat sebagai sumber penghasilan perusahaan di waktu yang akan datang dengan menggunakan cara cross selling, up selling, dan pembelian ulang. Keputusan konsumen saat akan mengambil atau menolak suatu produk muncul ketika konsumen telah mencoba suatu produk tersebut hingga akhirnya muncul rasa puas atau tidak puas terhadap produk tersebut (Mahardika, 2016). Menurut Hicks et al (2005) dalam jurnal Ghassani (2017) minat beli ulang merupakan suatu komitmen konsumen yang terbentuk setelah konsumen melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Minat beli ulang yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika memutuskan untuk mengadopsi suatu produk.

Penelitian yang dapat memperkuat penjelasan diatas adalah penelitian yang dilakukan oleh Olii & Nurcaya (2016) mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian ulang.

H5 : Terdapat Pengaruh Harga, Label Halal, Inovasi Produk, Terhadap Minat Beli Ulang Melalui Kepuasan Konsumen

(10)

17

Gambar 2.1 Model Penelitian

Sumber : (Aditi, 2017), dimodifikasi oleh penulis (2020). Tabel 1.1 Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator Butir Pernyataan Kuesioner Harga Harga ialah beberapa

jumlah kekayaan yang diberikan berdasarkan suatu barang atau pelayanan, maupun banyaknya jumlah angka yang dibayar pembeli atas keuntungan karena telah mempunyai atau memanfaatkan barang dan pelayanan.

Kotler dan Armstrong (2010) 1. Keterjangkauan harga.  Harga Singkong Keju D-9 Salatiga terjangkau. 2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.  HargaSingkong Keju D-9 Salatiga sebanding dengan kualitas produk.  Harga Singkong Keju D-9 Salatiga relatif wajar. 3. Daya saing harga.  Harga Singkong

Keju D-9 Salatiga mampu bersaing dengan produk lain yang sejenis. Minat Beli Ulang (Y) Label Halal (X2) Kepuasan Konsumen (Z) Inovasi Produk (X3) Harga (X1)

H1

H2

H3

H4

H5

(11)

18

4. Kesesuaian harga dengan manfaat.

(Kotler & Keller, 2012)

 Harga Singkong Keju D-9 Salatiga sesuai dengan manfaat yang ditawarkan. (Mawarsari, 2018) Label Halal

Label halal adalah pemberian ikon halal dalam huruf Arab pada kemasan suatu produk untuk memberikan infomasi dan membuktikan kepada konsumen Muslim bahwa produk tersebut berstatus sebagai produk halal. (Widyaningrum, 2016)

1. Keamanan / safety.  Ada label halal, artinya produk ini aman.

2. Nilai keagamaan / religious value.

 Ada label halal, artinya produk ini sesuai dengan nilai keagamaan saya. 3. Kesehatan / health. (Anggraeni, 2016)  Produk makanan halal memiliki manfaat kesehatan untuk tubuh saya.

(Anggraeni, 2016)

Inovasi Produk

Inovasi produk ialah kesuksesan suatu produk yang mampu mendukung produk setahap lebih berkembang dari produk pesaing serta produk yang juga mempunyai

keunggulan dan nilai tambah bagi

1. Fitur Produk.  Singkong Keju D-9 Salatiga memiliki ciri khas yang berbeda dari olahan singkong yang lain. 2. Desain Produk.  Singkong Keju D-9

mudah dikenali dalam sekali lihat dibandingkan dengan olahan singkong yang lain.

(12)

19 pelanggannya.

(Sukarmen et al., 2015)

3. Kualitas Produk.

(Kotler & Armstrong, 2012)  Produsen produk Singkong Keju D-9 Salatiga menciptakan produk makanan yang unik.  Produsen produk Singkong Keju D-9 Salatiga menciptakan produk makanan yang beragam. (Sugiharto, 2018) Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen adalah tahapan puas tidaknya konsumen mengenai nilai suatu hal atas tidak

dipenuhinya suatu ketentuan yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan harapan setelah pemakain.

Tjiptono (2012)

1. Re-purchase atau pembelian kembali.

 Saya beminat untuk mengkonsumsi kembali produk Singkong Keju D-9 Salatiga. 2. Menciptakan Word-of-mouth.  Saya akan menceritakan pengalaman saya membeli Singkong Keju D-9 Salatiga kepada orang lain. 3. Pelanggan akan

kurang mencermati merek atau iklan dari produk pesaing.

 Saya tidak memperdulikan apabila ada tawaran produk lain yang mirip dengan Singkong Keju D-9. 4. Keputusan

pembelian pada perusahaan yang

 Saya akan membeli olahan produk lain yang ada di

(13)

20 sama.

(Kotler & Armstrong, 2014) Singkong Keju D-9 Salatiga. (Wardani, 2017) Minat Beli Ulang

Minat beli ulang ialah fase dari sifat

pembelian pelanggan di mana keselarasan antara penampilan dari produk yang dipasarkan perusahaan

menghasilkan minat untuk

mengkonsumsinya lagi di waktu yang akan datang.

(Apriyani & Suharti, 2017).

1. Minat eksploratif.  Saya berupaya mencari informasi lebih lanjut mengenai produk Singkong Keju D-9 Salatiga.

2. Minat referensial.  Saya

merekomendasikan produk Singkong Keju D-9 Salatiga kepada yang sedang mencari makanan oleh-oleh.  Saya merekomendasikan produk Singkong Keju D-9 Salatiga kepada yang sedang mencari cemilan. 3. Minta transaksional.  Saya berminat untuk melakukan pembelian kembali di Singkong Keju D-9 Salatiga.  Saya ingin melakukan pembelian di

(14)

21 Singkong Keju D-9 Salatiga secara rutin. 4. Minta preferensial. (Ali, 2013)

 Saya akan lebih memilih Singkong Keju D-9

dibandingkan makanan lain yang sejenis.

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan harga akan mempengaruhi kepuasan konsumen karena ketika seseorang yang membeli sebuah produk setelah memakai atau memakannya tidak sesuai dengan harga

Pelanggan merekomendasikan loyalitas mereka pada suatu perusahaan atau merek dengan membeli berulang kali, membeli produk atau jasa tambahan perusahaan tersebut,

Minat beli ulang adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon postitif terhadap suatu produk atau jasadari suatu perusahaan dan berniat mengkonsumsi kembali

Hal itu juga akan meningkatkan nilai produk dan merek ketingkat yang lebih tinggi dalam hal nilai dan manfaat nilai yang terkandung didalam produk atau merek tersebut, yaitu

Minat pembelian ulang dapat terjadi setelah pelanggan tersebut melakukan pembelian, dapat juga karena pernah mengkonsumsi produk tersebut sehingga memiliki keinginan

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepuasan Pelanggan, Harga dan Kepercayaan Merek terhadap Minat Beli Ulang

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang atau pembelian ulang pada pelanggan atau konsumen ini mengalami tahap yaitu, minat membeli itu sendiri sehingga mengakibatkan

Minat beli ulang ini timbul setelah konsumen mendapatkan kepuasan terhadap suatu produk atau jasa tertentu, sehingga konsumen memiliki keinginan atau minat untuk