• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modal Sosial

Modal sosial merupakan salah satu konsep baru yang digunakan untuk mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat. Modal sosial atau Social Capital adalah sumber daya yang dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Bahwa yang disebut dengan sumber daya adalah sesuatu hal yang dapat dikonsumsi dan disimpan. Modal sosial disini tidak diartikan dengan materi, tetapi merupakan modal sosial yang terdapat pada seseorang. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok. Modal sosial sebuah kelompok menentukan bertahannya dan berfungsinya sebuah kelompok masyarakat.

Menurut Pierre Bourdieu dalam Sunoto (2014) modal sosial merupakan aspek sosial dan budaya yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dilembagakan, yaitu keseluruhan sumber daya baik yang aktual maupun potensial yang terkait dengan kepemilikan jaringan hubungan kelembagaan yang tetap dengan didasarkan pada saling kenal dan saling mengakui.

Modal sosial mengenal 3 aspek penting yang mengindikasikan adanya nilai-nilai modal sosial yang menurut Robert Putnam (Dalam Lawang, 2004) bahwa kapital sosial ini dilihat sebagai institusi sosial yang melibatakan jaringan (Networks), norma-norma (Norms), kepercayaan sosial (Social Trust)yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama.

(2)

Dalam teori modal sosial dikenal memiliki 3 arus utama (main streams). Pertama, teori Putnam dan Fukuyama; kedua teori Coleman; dan ketiga teori Bourdieu. Baik Putnam, Coleman, maupun Bourdieu sepakat bahwa modal sosial merupakan sebuah sumber daya (resource). Namun demikian, Coleman cenderung memandang modal sosial sebagai sumberdaya-sumberdaya sosial yang tersedia bagi individu-individu dan keluarga untuk mecapai mobilitas sosial. Secara spesifik, Coleman berpendapat bahwa modal sosial merupakan sumber daya yang bisa memfasilitasi individu dan keluarga memiliki sumber daya manusia (human capital) yang memadai.

Dasar teori putnam menekankan bahwa kapital sosial sebagai suatu nilai tentang kepercayaan timbal balik (mutual trust) antara anggota masyarakat maupun masyarakat secara keseluruhan terhadap pemimpinya. Kapital sosial ini dilihat sebagai instistusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms) dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama. Hal ini juga mengandung pengertian bahwa diperlukan adanya suatu social networks (networks of civic engagement) ikatan/jaringan sosial yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktivitas komunitas.

Menurut Putnam (dalam Lawang, 2004) bahwa modal sosial diubah dari sesuatu yang didapat oleh individu kepada sesuatu yang dimiliki (atau tidak dimiliki) oleh individu lain atau kelompok orang di daerah, komunitas, kota, negara, atau benua. Putnam menjelaskan bahwa modal sosial adalah sebuah sumber daya yang individu atau kelompok untuk memiliki komitmen. Komitmen dipahami sebagai sebagai norma-norma sosial yang menjadi komponen modal

(3)

sosial misalnya kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, ikatan timbal balik dan yang lainnya. Norma-norma sosial ini merupakan aturan yang tidak tertulis dalam sebuah sistem sosial yang mengatur masyarakat untuk berprilaku dalam interaksinya dengan orang lain. Penggunaan teori ini ditunjukkan untuk mempelajari, mengetahui dan menganalisis tentang pola-pola kepercayaan, norma serta jaringan yang ada, dinamika yang tercipta dan sumber yang membentuk adanya kepercayaan, norma dan jaringan yang ada dan selanjutnya bagaimana aspek-aspek tersebut teimplementasi di dalam keluarga dan hubungannya dengan lingkungan sosial yang ada.

Modal sosial dalam teori Coleman memiliki 3 bentuk : pertama, kewajiban dan harapan (obligation and expectation) yang didasarkan pada kepercayaan (trustworthiness) lingkungan sosial; kedua kapasitas aliran informasi struktur sosial; dan ketiga, norma-norma yang dijalankan dengan berbagai sanksi. Dalam hal ini dapat dirumuskan bahwa setiap warga atau keluarga dalam konteks bencana memiliki kewajiban sosial dan harapan untuk saling membantu misalnya dengan saling bertukar informasi dan pengalaman mengenai kesiapsiagaan dalam pengurangan resiko bencana.

Bank Dunia (1999) meyakini modal sosial adalah sebagai sesuatu yang merujuk ke dimensi institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, dan norma-norma yang membentuk kualitas serta kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah institusi atau kelompok yang menopang (underpinning) kehidupan sosial, melainkan dengan spektrum yang lebih luas. Yaitu sebagai perekat (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Selain itu modal sosial diyakini

(4)

sebagai komponen dalam menggerakkankebersamaan, mobilitas ide, saling mempercayai dan saling menguntungkan. Dimensi modal sosial tumbuh di dalam suatu masyarakat yang didalamnya berisi nilai dan norma serta pola-pola interaksi sosial dalam mengatur kehidupan keseharian anggotanya

Kemampuan masyarakat untuk dapat saling bekerjasama tidak dapat terlepas dari adanya peran modal sosial yang mereka miliki. Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Inti modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerja sama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu pola interrelasi yang timbal balik dan saling menguntungkan (re-siprocity), dan dibangun atas kepercayaan (trust) yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang postif dan kuat (Hasbullah,2006).

Dengan Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110). Sehingga modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalammemfungsikan dan memperkuat kehidupan modern, dapat diartikan bahwa modal sosial merupakan syarat mutlak bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik, dan stabilitas demokrasi (Hasbulah, 2006).

(5)

Menurut Robert MZ Lawang yang menjadi konsep inti dari modal sosial ada 3 yaitu :

1. Kepercayaan/Trust (kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemurahan hati)

2. Jaringan Sosial/Social Networks (parisipasi, resiprositas, solidaritas, kerjasama)

3. Norma (nilai-nilai bersama, norma dan sanksi, aturan-aturan).

Konsep inti modal sosial di atas berikut aspek-aspeknya pada hakikatnya adalah elemen-elemen seharusnya ada dalam kehidupan sebuah kelompok sosial, baik itu komunitas, masyarakat atau yang lainnya, karena konsep dari modal sosial ini merupakan perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial.

Konsep modal sosial juga sangat kompleksitas, yang dapat dirumuskan berdasarkan titik pandang dari para ahli yang bersangkutan. Sehingga modal sosial merupakan sumberdaya berupa jaringan kerja yang memiliki penegtahuan tentang nilai, norma, dan struktur sosial atau kelembagaan yang memiliki semangat kerjasama, kejujuran/kepercayaan, berbuat kebaikan, sebagai pengetahuan bersikap, bertindak, dan berprilaku yang akan memberikan implikasi positif kepada produktivitas (output) dan hasil (outcome).

2.1.1 Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan adalah salah satu unsur penting dalam modal sosial yang merupakan tali pengikat antara satu sama lain sehingga tercipta suatu dukungan yang solid dan tahan lama. Inti kepercayaan antar manusia menurut Lawang (dalam Damsar,2009) ada tiga hal yang saling terkait, yaitu :

(6)

1. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan ini adalah institusi, yang dalam pengertian ini diwakili oleh seseorang. Seseorang percaya kepada insitusi tertentu untuk kepentingannya, karena orang didalam institusi itu bertindak.

2. Harapan yang terkandung dalam hubungan itu, yang jika direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak.

3. Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu bisa terwujud.

Dengan ketiga dasar ini, kepercayaan yang dimaksudkan disini akan menunjuk pada hubungan antar dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak.

Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi seseorang untuk meyerahkan sesuatu kepada orang lain. Dalam pandangan Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

Robert D Putnam dalam Hasbullah (2006:11) mendefinisikan trustatau rasa saling percaya (mempercayai) adalah salah satu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya.

Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas. Selain itu dengan rasa saling

(7)

percaya antara mereka yang bekerjasama, semakin berkurang resiko yang ditangung dan semakin kurang pula biaya (uang atau sosial) yang dikeluarkan.

Adanya kepercayaan yang terjalin memudahkan hubungan saling kerjasama dan saling menguntungkan (mutual benefit), sehingga mendorong timbulnya hubungan resiprosikal atau timbal balik dari pihak yang terkait. Fungsi kepercayaan menurut simmel dapat disimak dari pernyataan bahwa “tanpa adanya rasa saling percaya yang merata antara satu orang dengan orang lainnya, masyarakat itu sendiri akan disintegratif dan kepercayaan itu merupakan “salah satu kekuatan sintetik yang paling penting dalam masyarakat”.Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa kepercayaan itu menjadi basis bagi tindakan individu (Simmel dalam Mollering, ibid, dalam Lawang, 2004 ).

Simmel menempatkan penjelasan tentang kepercayaan dalam hubungannya dengan pertukaran sosial. Hubungan kerjasama tersebut akan menyebabkan social kapital yang sangat kuat dan bertahan lama. Suatu kelompok yang memiliki modal sosial yang tinggi akan membuka kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan dengan lebih mudah. Hal ini dimulai dengan adanya rasa percaya yang terjalin antar kelompok atau masyarakat.Dengan adanya kepercayaan (Trust) yang dimiliki oleh setiap individu akan memberikan kontribusi yang sangat baik untuk perkembangan organisasinya.

2.1.2 Jaringan Sosial (Social Networks)

Jaringan dan fungsinya terhadap pencapaian suatu tujuan tidak terlepas dari kepercayaan. Melalui jaringan orang saling tahu, saling meginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Jaringan adalah sumber pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam

(8)

pembentukan kepercayaan strategik. Media yang paling ampuh untuk membuka jaringan adalah pergaulan dalam pengertian umum dengan membuka diri lewat media cetak atau elektronik dalam pengertian terbatas seperti pergaulan.

Jejaring sosial adalah suatu struktursosial yang dibentuk dari simpul-simpul (atau yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Analisis jaringan jejaring sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan”. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluaraga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya.

(http://www.scribd.com/doc/78363152/penagaruh-jejaring-sosial-pelajar, diakses tanggal 10 januari 2015).

Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan jejaring sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya.

Bagi seorang sosiolog studi tentang jaringan sosial telah dikenal sejak 1960-an, yang dihubungkan dengan bagaimana individu terkait antara satu dengan yang lainnya, dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk

(9)

memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Powel dan Smith-Doer 1994; 365, dalam Damsar).

Pada konsep jaringan ini terdapat unsur kerja yang melalui media hubungan sosial menjadi kerja sama. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cermin dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar,2002:157). Melalui jaringan sosial ini, individu akan ikut serta dalam tindakan resiprositas dan melalui hubungan ini diperoleh keuntungan yang saling memberikan apa yang dibutuhkan satu sama lain.

Pada dasarnya jaringan sosial terbentuk karena adanya rasa saling percaya, saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan ataupun mengatasi sesuatu. Pada intinya jaringan dan hubungan sosial ini sangat berarti bagi setiap individu ataupun kelompok organisasi. Karena dari sudut pandang sosiologi, dapat dikatakan bahwa kita, Paling tidak sebagian, didefinisikan oleh siapa yang kita kenal. Secara lebih luas, ikatan-ikatan di antara manusia juga menjadi blok bangunan utama dari bangunan sosial yang lebih besar.

2.1.3 Norma

Pada suatu entitas sosial tertentu norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Jika struktur jaringan itu terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang, sifat norma kurang lebih sebagai berikut : Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan, (Blau 1963, Fukuyama 1999 dalam Lawang, 2004). Artinya, jika didalam pertukaran itu keuntungan

(10)

hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Jika dalam pertukaran pertama keduanya saling menguntungkan, akan muncul pertukaran yang kedua, dengan harapan akan memperoleh keuntungan pula (Homans 1974, dalam Lawang, 2004). Dari beberapa kali pertukaran prinsip saling menguntungkan dipegang teguh, oleh karena itu muncul norma dalam bentuk kewajiban sosial, yang intinya membuat kedua belah pihak merasa diuntungkan melalui pertukaran itu, dengan cara demikian hubungan pertukaran itu diperoleh.

Norma yang tercipta diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh individu pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentukperilaku yang tumbuh dalam masyarakat Norma ini biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang meyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Norma dalam hal ini memang tidak tertulis namun dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Konfigurasi norma yang tumbuh di tengah masyarakat akan menentukan apakah norma tersebut akan memperkuat kerekatan hubungan antar individu dan memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat tersebut.

2.2 Kelompok Sosial

Manusia adalah individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi antara individu-individu (manusia) maka lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang

(11)

dilandasi oleh kesamaan kepentingan bersama. Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu :

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (yaitu masyarakat).

2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk berhubungan dengan lingkungan maka pada akhirnya menimbulkan kelompok-kelompok sosial. Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong. Kelompok sosial bersifat formal dan informal. Kelompok sosial formal adalah kelompok dengan pembagian kerja yang jelas. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok sosial yang bersifat aliansi yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi.

Soekanto (2010:101) mengemukakan beberapa persyaratan kelompok sosial adalah sebagai berikut :

1. Setiap kelompok harus sadar bahwa ia adalah bagian dari kelompok yang bersangkutan,

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya,

(12)

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuannya yang sama, ideologi politik yang sama dll,

4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola prilaku, 5. Bersistem dan berproses.

2.3 Media Sosial

2.3.1. Pengertian Media Sosial

Media sosial (Social Media) adalah sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).Para penggunanya saling berbagi dan menciptakan isi meliputi Blog, jejaring sosial dan Wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

(http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-sosial-pengertian-karakteristik.html, diakses tanggal 20 februari 2015, pukul 21.12).

Menurut Antony Mayfield dari Crossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan dan membangun semuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri kita sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial

(13)

berkembang pesat. Tak terkecuali , keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding.

Teknologi-teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di blog, tweet, atau video di YouTube dapat direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak harus membayar banyak uang kepada penerbit atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang iklan dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak orang (Zarrella, 2010: 2)

Andreas Kaplan dan Michael Haenlien (2008 : 63) mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated counter”.

2.3.2. Ciri-Ciri Dan Jenis-Jenis Media Sosial

Media sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa berbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet. b. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper. c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan

media lainnya.

d. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi

Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, webblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial, media

(14)

kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi, self- disclosure) diciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka diterbitkan dalam 2010.

Menurut kaplan dan Haenlein (2008;72) ada enam jenis media sosial: 1. Proyek Kolaborasi

Website mengizinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah ataupun me-remove konten-konten yang ada di website ini. Contohnya wikipedia .

2. Blog dan Microblog

User lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya twitter, blogspot, Tumblr, Path, dll

3. Konten

Para user dari pengguna website ini saling meng-share konten-konten media, baik itu video, ebook, gambar dan lain-lain. Contohnya Youtube. 4. Situs jejaring sosial

Aplikasi yang mengijinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto. Contoh Facebook, Path, Instagram dan lain-lain.

5. Virtual Game world

Dunia virtual dimana mereplikasikan lingkungan 3D, di mana user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata, contohnya game online.

(15)

6. Virtual social world

Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual Social World lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan, contohnya Second life.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk membimbing guru matematika SMA/SMK Muhammadiyah dalam melakukan kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah.

Oleh karena itu, akan dirancang cetakan komponen tersebut dengan memodifikasi cetakan yang tidak terpakai (reused mold) tapi masih memiliki spesifikasi material

Konsep desain (Gambar 1) ditentukan berdasarkan problematika yang diangkat. Dari kesulitan komunikus pemula dalam membuat komik, kurangnya pengetahuan dasar

Data di atas menunjukkan mahasiswa Fakultas ilmu Sosial dan Politik telah memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai sampah.. Tinggi tingkat pengetahuan

teregang. Hal ini disebabkan karena cairan irigasi yang menetes terus menurus, sedangkan aliran dibawah urine bag tidak lancar kita curigai adanya clots yang

Hal yang harus dilakukan dalam kegiatan penilaian proses pada pembelajaran seni adalah guru dapat menentukan kondisi siswa yang memiliki prestasi menurut

Fungsi hidrologi seperti storage, infiltrasi dan pengisian air tanah atau juga volume dan frekuensi dari debit aliran permukaan dipelihara dengan cara

Raya Palembang Prabumulih Km... Raya Palembang