• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT

DI SMK BATIK 2 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

RAHMADHANI NUR HIDAYANTI J 300 120 017

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(2)
(3)

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT

DI SMK BATIK 2 SURAKARTA Oleh:

Rahmadhani Nur Hidayanti*, Endang Nur W**, Elida Soviana*** *Mahasiswa DIII Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, **Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS,

***Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS

*Email: Rahmadhaninurhidayanti534@ymail.com ABSTRACT

THE DIFFERENCE INNUTRITIONAL

KNOWLEDGEANDPHYSICALFITNESSINOVERWEIGHT AND NOT OVERWEIGHT ADOLESCENTSAT VOCATIONAL HIGH SCHOOL OF BATIK 2

SURAKARTA.

Introduction: Overweight is an imbalance of nutrient intake. Diets of adolescents today lead to the selection of fast food which is high in calories consisting of carbohydrates and fats. These foods if are consumed in excess can lead to overweight.

Objective: This study aimed to determine differences in nutritional knowledge and physical fitness in adolescents who were overweight and non-overweight at vocational high school of Batik 2 Surakarta.

Methods: This observational study used cross sectional design. The

respondents werestudents at vocational high school of Batik 2 Surakarta grade X and XI which were divided into two group overweight and non-overweight with 30 students in each. Retrieval of respondents by simple random sampling. Nutrition knowledge date were obtained by filling out a questionnaire while physical fitness date were measured using the Harvard Step test.

Results: The results showed that most adolescents 53%had sufficient knowledge about nutrition in each group.Most adolencents who were overweight (73%) had poor physical fitness, mearwhile those who were non-overweight had sufficient physical fitness (40%).

Conclusions: There was no difference in nutrition knowledge in adolescents who were overweight and non-overweight but there was difference in physical fitness in adolescents were overweight and non-overweight.

Keywords: knowledge of nutrition, physical fitness, overweight Bibliography: 2000-2014

(4)

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap gizi, oleh karena itu remaja perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Pertumbuhan pada remaja berlangsung secara cepat, sehingga remaja memerlukan asupan gizi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa pertumbuhan remaja dalam meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi sesuai dengan kebutuhan maka pertumbuhannya akan optimal (Almatsier, 2011). Secara nasional prevalensi overweight pada usia 16-18 tahun yaitu 5,7 %. Di Jawa Tengah prevalensi overweight yang terjadi pada remaja sebanyak 5.4 % (Riskesdas, 2013).

Overweight pada remaja terjadi karena ketidakseimbangan asupan zat gizi. Pola makan yang terjadi pada remaja saat ini yaitu pola makan tinggi energi yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat dan lemak. Asupan energi yang tinggi akan berpengaruh terhadap terjadinya overweight (Gharib dan Rasheed, 2011). Menurut Misnadiarly (2007) menyatakan bahwa remaja yang mengalami overweight akan menimbulkan dampak fisik dan psikologis. Overweight merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, arthritis, penyakit kantong empedu, gangguan fungsi pernafasan dan berbagai gangguan kulit.

Status gizi yang terjadi pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal mencakup genetik, asupan

makanan dan penyakit infeksi. Kedua, faktor eksternal status gizi remaja dapat dipengaruhi oleh sektor budaya,

Remaja yang kebugarannya menurun maka akan berdampak pada munculnya penyakit seperti kardiovaskuler, kencing manis, obesitas dan jantung. Remaja dikatakan memiliki status kebugaran ekonomi, sosial, budaya dan pengetahuan gizi (Suhardjo, 2003).

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi remaja adalah pengetahuan gizi. Pengetahuan tentang gizi akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Pada masa ini dalam pemilihan makanan remaja dipengaruhi oleh selera dan keinginan yang cenderung pada pemilihan makanan yang tinggi kalori dan lemak sehingga dapat memicu pertumbuhan berat badan. Pada remaja yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan lebih memperhatikan asupan makan yang seimbang sehingga status gizinya baik (Rosa, 2011).

Penelitan yang dilakukan Suryaputra et al (2012) di Surabaya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kejadian

non overweightmempunyai

pengetahuan gizi yang cukup,

sedangkan kelompok

overweightmempunyai pengetahuan gizi yang kurang. Menurut Oktaviana (2008), di Semarang ada hubungan yangsignifikan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik lebih banyak yang memiliki status gizi baik, sedangkan remaja dengan tingkat pengetahuan gizi yang

(5)

kurang lebih banyak mengalami status gizi kurang dan gizi lebih.

Faktor lain yang mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu status gizi. Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari tanpa merasakan lelah. Remaja yang mengalami overweight akan merasakan sesak nafas, badan terasa berat, sering sakit pada bagian pinggang, pinggul, paha dan lutut (Suharjono, 2004).

TINJAUAN PUSTAKA

Overweight merupakan kondisi berat badan yang melebihi berat badan normal yaitu 10-20% dari berat badan ideal. Seseorang yang kegemukan pasti mengalami kelebihan berat badan, tetapi seeorang yang menderita kelebihan berat belum tentu mengalami kegemukan.

FaktorPenyebab Overweight 1. Faktor genetik

Overweight cenderung dipengaruhi oleh faktor turunan sehingga diduga memiliki penyebab genetik.Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup yang bisa menyebabkan terjadinya kegemukan.

2. Faktor lingkungan

Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya. Hasil penelitian menunjukkan makanan siap saji di sekitar sekolah akan mempengaruhi pola dan kebiasaan makan dari siswa disekolah tersebut yang dapat menyebabkan overweight (Farida, 2009).

3. Faktor pola makan

Faktor-faktor yang berpengaruh dari pola makan

adalah kuantitas, porsi perkali makan, kebiasaan makan, frekuensi makan, dan jenis makanannya. Remaja dalam mengkonsumsi makanan cenderung mengandung karbohidrat seperti gula, fruktosa dan soft drink yang dapat menyebabkan kelebihan berat badan akibat konsumsi karbohidrat yang berlebihan. 4. Faktor psikis

Remaja yang overweight sering sekali mengatakan cenderung makan lebih banyak bila mereka tegang atau cemas. Banyak orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif (Farida, 2009).

5. Faktor Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktifitas rendah maka kemungkinan terjadinya kegemukan akan meningkat, sedangkan pada aktifitas yang sedang hingga tinggi akan mengurangi.

Dampak Overweight

Remaja yang mengalami overweight akan mengalami masalah kesehatan yang dapat dibawa ke masa dewasa. Remaja yang overweight akan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita dibaetes melitus tipe II, sindrom metabolisme, asma, masalah saluran pernafasan dan infeksi kulit(Misnadiarly, 2007). Kebugaran Jasmani Berhubungan Dengan Kesehatan

1. Kekuatan

Kekuatan merupakan besarnya tenaga yang digunakan oleh otot yang diperlukan bagi setiap

(6)

orang dari segala usia untuk melakukan aktifitas geraknya, atau bisa disebut kekuatan otot. 2. Kelenturan (flexibility)

Kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal sesuai dengan kemungkinan kemampuan geraknya. Kelenturan yang baik akan mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan pada saat melakukan suatu gerakan. 3. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh dinyatakan dengan sebagai berikut :

a. Indeks masa tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram di bagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter.

b. Persentase lemak tubuh adalah perbandingan antara berat lemak tubuh dan berat badan yang diperoleh melalui rumus tertentu berdasarkan pengukuran ketebalan lemak dengan menggunakan alat skinfold calliper.

4. Daya Tahan

Daya tahan dapat di bagi menjadi dua komponen, yaitu : Daya tahan kardiorespirasi atau daya tahan jantung dan paru-paru dan daya tahan otot.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebugaran Jasmani

1. Genetik

Genetik merupakan sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh sesorang sejak lahir. Sifat genetik ini berpengaruh terhadap kemampuan fisik seseorang dalam kekuatan, pergerakan anggota tubuh dan kecepatan lari (Montgomery, 2001 dalam Ardania 2010).

2. Usia

Usia sangat berpengaruh terhadap kebugarannya jasmani, misalnya daya tahan jantung, pembuluh darah dan kekuatan otot Tingkat kebugaran jasmani akan meningkat maksimal pada usia 30 tahun, setelah usia 30 tahun akan terjadi penurunan kebugaran jasmani secara perlahan (Afriwardi, 2002). 3. Jenis Kelamin

Pada usia pubertas biasanya nilai kebugaran jasmani pada laki-laki dan perempuan sama, tetapi setelah usia pubertas laki-laki mempunyai nilai jauh lebih besar dibandingkan perempuan yang disebabkan oleh pengaruh hormon testoteron 10 kali lebih banyak pada laki-laki dan pada perempuan memiliki nilai fleksibilitas lebih baik karena mengandung hormon relaxin, estrogen dan progesteron (Afriwardi, 2001).

4. Status Gizi

Status gizi merupakan bagian dari hasil akhir keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tertentu (Supariasa, 2002). Menururt Almatsier (2005), zat gizi sendiri dapat diartikan ikatan kimia yang dibutuhkan untuk melakukan fungsinya. Fungsi makanan tersebut dibutuhkan agar kebugaran jasmani baik yang akan digunakan untuk tenaga dan pembentukan sel.

5. Aktifitas Fisik

Peningkatan aktifitas fisik dapat mengarahkan daya tahan kardiorespiratori menjadi lebih baik dan lemak tubuh menjadi lebih sedikit. Pada aktifitas fisik

(7)

yang rendah menjadi penyebab rendahnya daya tahan kardiorespiratori (kemampuan dari jantung, paru-paru dan pembuluh darah) untuk menghantarkan oksigen yang cukup ke sel untuk memenuhi kebutuhan aktifitas fisik yang berkepanjangan (Hoeger dan Boyle, 2001).

Pengetahuan Terhadap Status Gizi

Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan didasarkan atas tiga kenyataan, yaitu :

1. Status gizi cukup penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2. Zat gizi yang tercukupi jika

makanan yang dikonsumsi mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta

yang diperlukan, sehingga masyarakat dapat belajar menggunakan bahan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Sukanto (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan pengetahuan gizi pada remaja yang overweight dan non overweight

2. Terdapat perbedaan kebugaran jasmani pada remaja yang overweight dan non overweight METODE PENELETIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian observasional pendekatan cross sectional, dalam penelitian ini dilakukan survei terhadap pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran jasmani yang overweight

dan non overweight pada remaja, dimana pengambilan datanya di lakukan dalam waktu yang bersamaan.

Tempat penelitian dilakukan di SMK Batik 2 Surakarta dipilih berdasarkan lokasinya yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan (mall) dan disekitar sekolah banyak banyak menjual makanan cepat saji.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak remaja di SMK Batik 2 Surakarta kelas X dan XI yang berjumlah 339 siswa.

Besar sampel penelitian ditentukan dengan populasi terbatas dengan rumus Lamesshow 1997 :

N = ( ) ( )

Keterangan :

n =Besar sampel yang diperlukan Z² – α/2= nilai distribusi normal pada (α)

0,05 : 1,96

d = Presisi/derajat ketepatan (0,2) P1 =Proporsi prevalensi overweight

di Jawa Tengah 0,054

P2 = Proporsi prevalensi overweight studi pendahuluan 0,13

d = presisi yang ingin dicapai dinyatakan dalam desimal

Cara pengambilan sampel untuk masing-masing kelompok dihitung dengan menggunakan metode simpel random sampling, yaitu dengan cara mengundi semua populasi (siswa) kemudian mengacak nama responden dengan sistem undian.

Pengumpulan Data 1. Data Primer

a. Identitas responden : diperoleh dengan cara mengisi kuisioner yang dibagikan, meliputi nama, umur, alamat, kelas.

(8)

b. Pengetahuan gizi: diperoleh dari pengisian kuisioner tentang pengetahuan gizi. c. Kebugaran jasmani :

diperoleh dari tes naik turun bangku selama 5 menit dengan kecepatan 30 langkah per menit.

d. Data antropometri : diperoleh dengan mengukur berat badan dan tinggi badan secara langsung menggunakan timbangan digital dengan skala tingkat ketelitian 0.01 kg dan microtoice dengan skala 0.1 cm.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data sekolah SMK, jumlah siswa SMK dan gambaran umum

yangdiperoleh dari wakil kepala sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMK Batik 2 Surakarta terletak di Kota Bengawan Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi Kleco-Surakarta. Letak SMK Batik II Surakarta ini sangat strategis dan sangat menunjang kegiatan belajar mengajar, selain itu juga terletak di antara Kota Solo dan perbatasan Sukoharjo yang mudah dilalui.

SMK Batik II Surakarta memiliki 20 kelas, yang terdiri dari 6 kelas untuk kelas X berjumlah sebanyak 158 siswa, 6 kelas untuk kelas XI berjumlah 181 siswa dan 8 kelas untuk kelas XII berjumlah sebanyak 210 siswa, sehingga total keseluruhan siswa 549 siswa.

1. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi Jenis Kelamin

Kategori Jenis Kelamin

Status Gizi

Overweight Non Overweight

n % n %

Laki-laki 1 3 1 3

Perempuan 29 97 29 97

Total 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel diketahui bahwa sebagian besar subjek yang berstatus gizi overweight dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 97%, sedangkan subjek dengan status gizi overweight dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3%.

Menurut Budiyanto (2002), wanita lebih beresiko overweight karena total lemak pada tubuh wanita lebih besar yaitu 30%, sedangkan pada pria berkisar 20-25%.

Wanita mempunyai tempat-tempat penyimpanan khusus untuk penimbunan jaringan lemak, seperti yang terdapat pada daerah pantat (glutal), daerah dada dan bahu sehingga wanita lebih beresiko mengalami kegemukan.

(9)

2. Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi

Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi

Pengetahuan Gizi

Status Gizi

Overweight Non Overweight

n % n % Kurang 10 34 9 30 Cukup 16 53 16 53 Baik 4 13 5 17 Total 30 100 30 100 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa subjek yang overweight dan non overweight memiliki tingkat pengetahuan gizi yang cukup yaitu 53%. Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja. Menurut Sukanto

(2000), pengetahuan gizi juga dapat dipengaruhi oleh adanya faktor sosial budaya seperti tingkat pendapatan orang tua serta tingkat pendidikan yang akan mempengaruhi seseorang dalam pemilihan makanan untuk dikonsumsi.

3. Distribusi Kebugaran Jasmani Berdasarkan Status Gizi

Distribusi Kebugaran Jasmani Berdasarkan Status Gizi

Kebugaran Jasmani

Status Gizi

Overweight Non Overweight

N % N % Kurang 22 73 8 27 Sedang 2 7 4 13 Cukup 5 17 12 40 Baik 0 0 2 7 Sangat Baik 1 3 4 13 Total 30 100 30 100 Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa kejadian overweight cenderung memiliki kebugaran jasmani yang kurang yaitu 73%, sedangkan pada kejadian non overweight cenderung memiliki kebugaran jasmani yang cukup yaitu 40%.

Remaja yang mengalami overweight akan

merasakan sesak nafas, badan terasa berat, sering sakit pada bagian pinggang, pinggul, paha dan lutut, sehingga pada remaja yang overweight membutuhkan usaha yang lebih keras untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Suharjan, 2004).

(10)

Perbedaan Pengetahuan Gizi Antara Remaja Yang Overweight Dan Non Overweight

Rerata Pengetahuan Gizi Antara Remaja Overweight dan Non Overweight Pengetahuan

Gizi

Status Gizi

p

Overweight Non Overweight

Mean 65 66 Median 67 69 Std. Deviation 12 12 0.750 Minimum 38 35 Maximum 88 85 Range 50 50

Overweight tidak hanya dialami oleh remaja dengan pengetahuan gizi kurang, namun juga dialami remaja yang mempunyai pengetahua gizi baik. Hasil uji t test independent menunjukkan nilai p 0.750 yang berarti tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi antara remaja overweight dan non overweight di SMK Batik 2 Surakarta. Secara kuantitas nilai rerata pengetahuan gizi pada remaja nonoverweight lebih tinggi yaitu 66, sedangkan remaja yang overweight yaitu 65.

Tidak terdapatnya perbedaan pengetahuan gizi antara remaja overweight dan non overweight ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi tetapi

dapat dipengaruhi oleh informasi yang sering didapatkan oleh subjek, baik dari media cetak maupun elektronik yang dapat menyebabkan remaja tidak memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam pemilihan bahan makanan. Seperti yang dijelaskan oleh Nix (2005), bahwa pada umumnya kebiasaan makan remaja tidak dipengaruhi oleh zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan melainkan berasal dari budaya kelompok yang diajarkan oleh anggota kelompok keluarga. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi (Proverawati, 2010).

Perbedaan Kebugaran Jasmani Antara Remaja Yang Overweight Dan Non Overweight

Rerata Kebugaran Jasmani Antara Remaja Putri Yang Overweight dan Non Overweight Kebugaran

Jasmani

Status Gizi

P

Overweight Non Overweight

Mean 49 68 Median 46 73 Std. Deviation 13 19 0.00 Minimum 32 34 Maximum 78 104 Range 47 70

(11)

Hasil uji t test independent menunjukkan nilai p <0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna kebugaran jasmani antara remaja overweight dan non overweight di SMK Batik 2 Surakarta. Secara kuantitas nilai rerata kebugaran jasmani pada remaja overweightmemiliki kebugaran jasmani yang kurang sekali yaitu 49, sedangkan pada remaja yang non overweight memiliki kebugaran jasmani yang sedang yaitu 67.

Remaja yang mengalami overweight akan menyebabkan rendahnya daya kardiorespiratori yang menghantarkan oksigen ke sel tubuh, sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-sehari akan cepat merasa kelelahan. Menurut Irianto (2000), salah satu komponen kebugaran jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi yang berfungsi secara optimal saat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan.

Berdasarkan Peterson (2004), menyatakan bahwa remaja yang overweight akan berpengaruh terhadap berat tulang, otot dan lemak, sehingga pada remaja yang overweight membutuhkan usaha yang lebih keras untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Sebagian besar subjek cenderung menyukai makanan olahan yang siap saji seperti fast food di banding makan makanan di rumah. Penelitian ini sejalan dengan Susilowati (2007), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebugaran jasmani dengan status gizi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pribis, et al juga melaporkan hal yang sama yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan status gizi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Remaja di SMK Batik II Surakarta yang overweightdan non overweightmempunyai pengetahuan gizi kategori cukup sebanyak 53%.

2. Sebanyak 73% remaja yang overweight di SMK Batik II Surakarta mempunyai kebugaran jasmani yang kurang.

3. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi antara remaja yang overweight dan non overweight di SMK Batik II Surakarta. Sebagian besar remaja yang overweight dan non overweight memiliki pengetahuan gizi yang cukup. 4. Terdapat perbedaan kebugaran

jasmani antara remaja yang overweight dan non overweight di SMK Batik II Surakarta. Sebagian besar remaja

overweight mempunyai

kebugaran jasmani yang kurang dibandingkan dengan yang non overweight.

Saran

Bagi SMK Batik II Surakarta

Sebaiknya pihak sekolah bekerjasama dengan pihak Puskesmas Pajang untuk mengadakan program penyuluhan dan konseling gizi, karena berdasarkan hasil penelitian prevalensi overweight cukup tinggi. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai peran zat gizi mikro maupun makro terhadap status gizi, serta jenis-jenis makanan yang dapat memicu terjadinya overweight. Harapan kedepannya tidak terdapat remaja yang mempunyai status gizi lebih.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Afriwardi. 2002. Ilmu Kedokteran Olahraga. EGC.Jakarta Ali,K. 2003. Pangan dan Gizi untuk

Kesehatan. PT. Rajagrafindo

Persada : Jakarta

Almatsier. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Ardania, A.2010.Hubungan Pola Diet Vegetarian dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kebugaran Jasmani Pada Kelompok Dewasa Muda. Depok. Skripsi Program Sarjana FKM UI.

Budiyanto, Moch. A. K.2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMMPRESS.

Dieny, FF. 2014. Permasalahan Gizi pada Remaja Putri. Graha Ilmu: Yogyakarta

Farida, Y.B, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya: Jakarta

Gharib, N dan Rasheed.2011. Energi and Macronutrient Intake and Dietary Pattern Among School Children in

Bahrain. Dammam

University: Saudi arabia. Gwartney.2005. Exercise and Fat

Loss. Fitness Rx for Women Irianto, Kus, 2007. Gizi dan Pola

Hidup Sehat. Yrama Widya: Bandung

Khumaidi, M.1994. Gizi Masyarakat. Penerbit BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Misnadiarly.2007. Obesitas dan Berbagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Pustaka Obor Populer: Jakarta.

Mumpuni, Y dan Wulandari, A.,2010. Cara Mengatasi Kegemukan. Yogyakarta

Nix. S, 2005, William’s Basic Nutrition & Diet Theraphy, 12th Edition, Elsevier Mosby Inc, USA.

Notoadmodjo, S.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Nurhasan.2005. Petunjuk Praktis Penjas. Unesa University press.Surabaya.

Pribis, P.2010.Trend In Body Fat, Body mass Index And Physical FitnessAmong Male And Female College Student.Nutriens.

Proverawati, A. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan. Nuha Medika: Yogyakarta. Rimbawan dan Albiner, S. 2004.

Indeks Glikemik Pangan. PenebarSwadaya: Bogor. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

2013. Pedoman

Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.

Rosa .2011.Pengetahuan Gizi Dan Keamanan Pangan Jajanan Serta KebiasaanJajan Siswa SekolahDasarDi Depok dan Sukabumi

(13)

RusipGusbakti. 2006. A comparative study on the physical fitness level using the harvard, sharkey, and

kashsteptest.MajalahKedokte ranNusantara39(3): 151 Saraswati,I dan dieny, F.F. 2012.

Perbedaan Karakteristik Usia, Asupan Makan, Aktifitas Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi Dan Pengetahuan Wanita Dewasa Dengan Kelebihan Berat Badan Antara Di Desa Dan Di Kota. Journal College, 1.(1):606-627

Snetselaar LG., 2008. Intervention: Counseling for change. In: Mahan LK, Escott-Stump S., eds. Krause’s Food & Nutrition Therapy. 12th ed. St. Louis: Saunders

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Buku Ajar I. Jakarta

Suharjono.2004.KebugaranJasmani. Buku Pegangan Kuliah Mahsiswa FIK UNY. FIK UNY: Yogyakarta.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Sukanto, 2000.Organisasi

Perusahaan, Teori

Struktur dan Perilaku. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Suryaputra, K., Rahayu, S. (2012). Perbedaan pola makan dan aktivitas fisikantara remaja obesitas dengan non obesitas. Makara Kesehatan Susilowati.2007.Faktor-Faktor

Resiko Kesegaran Jasmani. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Supariasa, IDN. 2002. Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Konvensi menetapkan bahwa setiap orang dianggap telah melakukan tindak pidana apabila orang tersebut secara langsung atau tidak langsung, secara melawan hukum dan dengan

memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal dan diduga senyawa yang bertanggung.. jawab terhadap aktivitas tersebut adalah

Pengaruh  suhu  dan  konsentrasi  sodium  bisulfit  dalam  proses sulfonasi  lignin  TKKS  terhadap  respon  rendemen  sodium  Iignosulfonat  merupakan  salah  satu 

Hasil penelitian yang diperoleh adalah penerapan strategi pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi

Annisa Shanti Rahmani dan Fitri Rista Riana, 2015, Prarancangan Pabrik Butena-1 dengan Proses Dehidrogenasi n-Butana Kapasitas 60.000 Ton/Tahun, Jurusan Teknik

Pada fase akhir dari infeksi HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada

[r]

Analisis mekanika struktur untuk mencari gaya-gaya dalam yang terjadi pada portal struktur gedung menggunakan program “ SAP 2000” 8 nonlinear. Perhitungan matematis agar