• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA. Oleh : Tri Setya Putra NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA. Oleh : Tri Setya Putra NIM"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA

Oleh : Tri Setya Putra NIM. 100 500 219

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2013

(2)

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA

Oleh

Tri Setya Putra NIM. 100 500 219

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh sebuah Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2013

(3)

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA

Oleh : Tri Setya Putra NIM. 100 500 219

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh sebuah Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2013

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Identifikasi dan Pemetaan Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga

Nama : Tri Setya Putra

NIM : 100500219

Program Studi : GeoInformatika

Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal : ……… Penguji I,

Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 196108121988031003

Penguji II,

Rudi Djatmiko S. Hut, MP NIP. 197009151995121001 Pembimbing,

Husmul Beze, S. Hut, MSi NIP. 197906132008121003

Menyetujui,

Ketua Program Studi GeoInformatika,

Dyah Widyasasi, S.Hut, MP NIP. 197101031997032001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005

(5)

ABSTRAK

TRI SETYA PUTRA. Identifikasi dan Pemetaan Jenis-Jenis Sawah di

Kecamatan Sangasanga, (dibawah bimbingan HUSMUL BEZE).

Penelitian ini di latarbelakangi oleh belum maksimalnya pemanfaatan sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga sehingga sawah perlu dipetakan untuk mengetahui sebaran dan luas sawah yang masih ada. Banyak lahan sawah yang terlantar dan tidak terurus oleh para petani dikarenakan kekurangan tenaga, banyak pemuda lebih memilih bekerja pada perusahaan tambang batu bara yang penghasilan perbulanya lebih besar daripada bertani. Lama kelamaan para petani menjual sawahnya kepada perusahaan tambang karena tidak mampu mengurusnya dan desakan ekonomi yang semakin tinggi tiap tahunnya.

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan atau memetakan sawah, mengetahui sawah yang masih aktif dan tidak aktif serta luasan sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga.

Metode pengambilan data dengan sensus yaitu semua jenis sawah datanya diambil dan pengambilan titik koordinat dengan waypoint yaitu dilakukan langsung kelapangan menggunakan alat GPS Handheld Garmin dan pengolahan data menggunakan software ArcGis 10.

Secara persentase dari total luas 124 ha, kelurahan Pendingin memiliki sawah paling luas 89 ha (tadah hujan 80 ha dan 9 ha sawah bencah), kelurahan Jawa 17 ha (sawah irigasi), kelurahan Sangasanga Muara 16 ha (bencah), kelurahan Sarijaya 2 ha (bencah) dan di kelurahan Sangasanga Dalam tidak terdapat lahan sawah sedikitpun.

Penelitian ini telah dilaksanakan dalam rangka pengumpulan informasi tentang jenis-jenis sawah, sawah aktif dan tidak aktif serta data atribut sawah. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, mengakibatkan lahan usaha pertanian semakin menyempit.

(6)

RIWAYAT HIDUP

TRI SETYA PUTRA, lahir pada tanggal 14 Maret 1990 di

Kota Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara. Merupakan anak ke tiga dari 6 bersaudara oleh pasangan Puas dan Siti Julaikah.

Pada tahun 1996 Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 002 Sangasanga dan lulus pada tahun 2002, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan ke SMP Negeri 1 Sangasanga dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 melanjutkan ke SMK NEGERI 1 Sangasanga Jurusan Teknik Sipil (Konstruksi Batu dan Beton) dan berijazah pada tahun 2008. Sempat vakum dari dunia pendidikan selama dua tahun dikarenakan bekerja untuk mencari biaya kuliah.

Kemudian melanjutkan kuliah pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Geoinformatika.

Pada tanggal 5 Maret 2013 sampai 30 April 2013 mengikuti program PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT. Timur Adyacitra sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Geoinformatika pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdarakan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sangasanga. Sebuah penghargaan yang tak ternilai tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulus hati kepada :

1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa, secara moral maupun materil.

2. Dosen Pembimbing, yaitu Bapak Husmul Beze, S.Hut,MSi

3. Kepala laboratorium SIG dan Penginderaan jauh, yaitu Bapak Ir. Suparjo S.Hut., MP.

4. Dosen Penguji satu, yaitu Bapak Ir. M. Fadjeri, MP dan Dosen Penguji dua yaitu Bapak Rudi Djatmiko, S. Hut, MP

5. Ketua Program Studi Geoinformatika, yaitu Ibu Dyah Widyasasi S.Hut MP. 6. Ketua Jurusan Manajemen Pertanian, yaitu Bapak Ir. Hasanudin MP.

7. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bapak Ir. Wartomo MP 8. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Geoinformatika. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan tugas akhir karya

ilmiah ini yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan dalam penulusan laporan karya ilmiah ini, mendapat balasan yang setimpal dari Allah Subhanahu Wata’ala, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam penguasaan materi. Namun Penulis berharap informasi yang tersaji di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya untuk kemajuan perkembangan pengetahuan di bidang pertanian.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ……… I. PENDAHULUAN ………

II. TINJAUAN PUSTAKA ………..

A. Pengertian Sawah ………. B. Keadaan Umum Kecamatan Sangasanga ……….. C. Pengertian Peta ………. D. GPS (Global Positionong System) ………. E. SIG (Sistem Informasi Geografi) ……….

III. METODE PENELITIAN ………

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. B. Alat dan Bahan ……… C. Prosedur Penelitian ………

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..

A. Hasil ………. B. Pembahasan ………

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………..

A. Kesimpulan ……….. B. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN ………. vii viii x xi 3 4 6 18 19 23 23 24 30 35 44 44 45 46

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1 2 3 4 5 6

Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sangasanga ………… Luasan Tanam dan Panen Per Hektar Tahun 2007 - 2012 Tally Sheet Pengukuran GPS ……… Tabel Luasan, Status, dan Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga Tahun 2013 Per Kelurahan ………. Status Sawah Berdasarkan Keaktifannya Per Kelurahan .. Jenis-Jenis Sawah Perkelurahan ...

5 6 25 30 30 31 Lampiran 7 8 9 10

Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Sangasanga Muara Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Sarijaya ... Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Pendingin ... Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Jawa ...

47 47 48 49

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 GPS Garmin ………. Diagram Alir Prosedur Penelitian ……… Diagram Alir Overlay Jenis-Jenis Sawah ……… Peta Sawah Aktif dan Tidak Aktif di Kecamatan Sangasanga ………. Peta Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga ….….. Kondisi Padi di Kelurahan Pendingin pada Jenis Sawah Tadah Hujan ……….. Diagram Luas Jenis-Jenis Sawah Per Kelurahan …..……… Sawah Bencah yang di Kelurahan Sarijaya ………. Sawah Irigasi di Kelurahan Jawa yang Belum Tergarap Petani ………. Diagram Persentase Keaktifan Sawah Per Kelurahan ... Sawah Aktif yang Ditanami Padi di Kelurahan Pendingin ... Sawah Yang Tidak Aktif Ditumbuhi Rerumputan di Kelurahan Jawa ...

Lampiran

Sawah Irigasi Tidak Aktif di Kelurahan Jawa ... Sawah Tadah Hujan di Kelurahan Pendingin ... Pengambilan Titik Koordinat di Kelurahan Sarijaya ………. Pengambilan Titik Koordinat di Kelurahan Sangasanga Muara ……… 19 24 27 32 34 36 37 38 40 41 42 43 50 50 51 51

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Menurut Suprapto (2004), sawah adalah lahan usaha pertanian yang

secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami

padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan

untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu

menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode

tertentu dalam pertumbuhannya.

Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau

air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara

yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai

padi lahan basah (lowland rice). Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah

dicetak berteras untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras

banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung.

Belum maksimalnya pemanfaatan sawah yang ada di Kecamatan

Sangasanga sehingga sawah perlu dipetakan untuk mengetahui sebaran dan

luas sawah yang masih ada. Mengingat kini lahan pertanian di Kecamatan

Sangasanga semakin menyempit dikarenakan adanya aktifitas pertambangan

batu bara. Sementara itu sawah merupakan areal penghasil sumber pangan

khususnya beras yang dibutuhkan oleh orang banyak, dimana beras merupakan

sumber makanan pokok.

Dengan latarbelakang diatas maka perlu dipetakan areal sawah di

Kecamatan Sangasanga. Sesuai dengan pendapat Retno (2011), yang

menyatakan bahwa pemetaan lahan pertanian merupakan salah satu saran

(12)

informasi tentang luas sawah yang masih aktif di tanami padi dan tidak ditanami

padi oleh para petani di Kecamatan Sangasanga. Tujuan dari kegiatan penelitian

ini diantaranya yaitu menggambarkan atau memetakan sawah, mengetahui

sawah yang masih aktif dan tidak aktif serta luasan sawah yang ada di

Kecamatan Sangasanga.

Dengan diadakannya kegiatan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan hasil berupa informasi tentang lahan sawah aktif dan tidak aktif,

jenis-jenis lahan pertanian serta memberikan informasi kepada Pemerintahan

Kabupaten Kutai Kartanegara tentang potensi luasan lahan pertanian di

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sawah

Menurut Suprapto (2004), Sawah adalah lahan usaha tani yang secara

fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi pematang, dapat ditanami padi dan

palawija / tanaman pangan lainya. Pengairan sawah dapat dilakukan dengan

irigasi atau tadah hujan.

Sawah aktif adalah sawah yang masih di tanami padi atau palawija oleh

para petani sedangkan sawah tidak aktif adalah sawah yang sudah lama tidak di

kelola namun suatu saat nanti akan di kelola kembali menjadi sawah. Ciri-ciri

sawah antara lain :

1. Membutuhkan air yang cukup banyak.

2. Pengolahan tanah dilakukan secara teratur.

3. Merupakan pertanian menetap.

4. Jenis tanaman utama adalah padi.

Sawah di Indonesia terdiri atas :

1. Sawah Irigasi

Sawah irigasi adalah sawah yang sistem pengairanya teratur, sumber

air biasa berasal dari aliran sungai/waduk. Sawah irigasi adalah sawah yang

sumber air utamanya berasal dari air irigasi (Suprapto, 2004). Penanaman

padi dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah

hujan tahunan. Di area sawah irigasi para petani dapat melakukan kegiatan

pengolahan lahan lebih dari satu kali dalam setahun sehingga hasil rata-rata

(14)

2. Sawah Tadah Hujan

Sawah tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairanya

tergantung dengan air hujan, sehingg kelangsungan pengolahan lahan

sangat tergantung pada curah hujan. Sawah tadah hujan merupakan sawah

yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan (Suprapto, 2004). Pada

musim kemarau sawah ini tidak dapat ditanami pada sebab air tidak

mencukupi tanaman. Pada musim seperti ini penduduk memanfaatkannya

untuk menanam tanaman palawija, misalnya jagung, kacang-kacangan, dan

sayuran.

3. Sawah Bencah (Sawah Pasang Surut)

Sawah bencah adalah sawah yang terletak di daerah rawa-rawa

pantai yang telah kering atau sering pula di daerah muara sungai yang

besar. Sawah pasang surut adalah lahan yang terbentuk sebagai akibat dari

proses naik turunya permukaan air, kemudian dimanfaatkan untuk berbagai

kepentingan terutama untuk lahan persawahan (Sittadewi, 2008). Pertanian

sawah pasang surut ini banyak diusahakan di pulau sumatera dan

Kalimantan sebab banyak terdapat muara sungai besar dan rawa pasang

surut.

B. Keadaan Umum Kecamatan Sangasanga

1. Letak Geografis

Rahmat (2012), Wilayah Kecamatan Sangasanga secara geografis

terletak di daerah khatulistiwa dan berada pada posisi antara 117o 01’ BT –

117o 17 BT dan 0o 35’ LS – 0o 45’ LS, dengan luas wilayah 233,40 km2.

Secara administratif batas wilayah adalah Kecamatan Sangasanga sebagai

(15)

Sebelah Utara : Kecamatan Anggana

Sebelah Timur : Kecamatan Anggana

Sebelah Selatan : Kecamatan Muara Jawa

Sebelah Barat : Kecamatan Palaran (Kota Samarinda)

Kecamatan ini terbagi menjadi lima Kelurahan yaitu Kelurahan Jawa

(luas 60,53 km2), Kelurahan Sangasanga Dalam (luas 55,42 km2), Kelurahan

Pendingin (luas 58,83 km2), Kelurahan Sarijaya (luas 22,81 km2), dan

Kelurahan Sangasanga Muara (luas 35,81 km2).

2. Penduduk

Rahmat (2012), Penduduk Kecamatan Sangasanga pada tahun 2011

tercatat sebanyak 18.704 jiwa yang terdiri atas 9.877 jiwa laki-laki (52,81%)

dan 8.827 (47,19%) jiwa perempuan yang tersebar dilima kelurahan.

Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Sangasanga Dalam yaitu 7.740

jiwa dan yang paling sedikit adalah Kelurahan Sarijaya dengan penduduk

sebanyak 1.968 jiwa.

Tabel 1. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sangasanga

No Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Rata-rata Orang/Km2 1 Jawa 60,53 3.029 18 2 Sangasanga Dalam 55,42 7.740 37 3 Pendingin 58,83 2.862 13 4 Sarijaya 22,81 1.968 27 5 Sangasanga Muara 35,81 3.105 22

Ket : Data diatas diambil dalam buku “Kecamatan Sangasanga Dalam Angka 2012”

3. Sawah

Anonim (2012), data Dinas Pertanian Kutai Kartanegara pada tahun

(16)

tahunya, namun hasil panen yang berhasil hanya sepertiga dari luas lahan.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Luasan Tanam dan Panen Per Hektar Tahun 2007 - 2012 Kecamatan Tahun Luas Tanam (ha) Panen (ha)

Sangasanga 2007 122 40 2008 125 41 2009 127 41 2010 131 43 2011 134 44 2012 136 45

Sumber:Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kutai Kartanegara

Dinas Pertanian Kutai Kartanegara sudah banyak memberikan

bantuan kepada para petani, baik benih padi, pupuk, obat penghilang hama

serta mesin pembajak sawah, namun hasil panen tidak dapat meningkat. Hal

ini disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang untuk penanaman dan

perawatan dalam masa tumbuh kembang padi (Kasianto, 2013).

C. Pengertian Peta

Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi

yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan

dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta dengan

berbagai pengertian, namun hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang

sama. Peta mulai ada dan di gunakan manusia, sejak manusia melakukan

penjelajahan dan penelitian walaupun masih dalam bentuk yang sangat

sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat (Nurdin,

2008). Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius ptolomaeus mengemukakan

(17)

dibukukan dan diberi nama “ Atlas ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai

peta adalah kartografi. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, peta adalah:

1. Gambaran permukaan bumi yang diperkecil dengan skala

2. Mengambarkan permukaan bumi yang diperkecil dengan skala diberi tulisan

dan simbol

3. Gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil seperti

penampakan yang terlihat dari atas. Penampakan tersebut digambarkan

menggunakan simbol-simbol sebagai pengganti penampakan yang ada

dipermukaan bumi. Selain itu, digunakan juga tulisan-tulisan sebagai

keterangan tentang simbol-simbol tersebut.

Menurut Mutiara (2004), peta merupakan gambaran permukaan bumi

dalam skala yang lebih kecil pada bidang datar. Suatu peta idealnya harus dapat

memenuhi ketentuang eometrik sebagai berikut :

1. Jarak antara titik yang terletak diatas peta harus sesuai dengan jarak

sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

2. Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas

sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

3. Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus

sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi

4. Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang

sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi

diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat

dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan

(18)

permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat

dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang

sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ideal dapat

dipenuhi.

1. Macam-macam Peta

Berdasarkan kegunaanya peta dibagi menjadi 5 yaitu: peta umum,

peta topografi, peta Chorografi, peta tematik, dan peta Khusus.

a. Peta umum

Menurut (Nurdin, 2008), peta umum adalah peta yang

menggambarkan permukaan bumi secara umum. peta umum ini memuat

semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan

fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis

misalnya sungai, gunung, laut, danau, dan lainya. Kenampakan sosial

budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota dan lainya.

Peta umum ada dua jenis yaitu: peta topografi dan peta chorografi.

b. Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk relief

(tinggi rendahnya) permukaan bumi (Nurdin, 2008). Peta topografi

menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga

dengan peta ini bisa diperkiraan bentuk permukaan bumi.

Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk

garis-garis kontur. Peta topografi menampilkan semua unsur yang

berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan

(19)

alam bebas, termasuk peta untuk kepentingan militer, teknik sipil dan

arkeologi.

c. Peta Chorografi

Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau

sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil yakni antara 1 :

250.000 sampai 1 : 1.000.000 atau bahkan lebih (Nurdin, 2008).

Perbedaan chorografi dengan topografi terletak pada penggunan

garis-garis kontur, kerena peta topografi itu lebih kepada penggambaran bentuk

relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi, skala yang digunakan sendiri

lebih kepada skala besar.

Peta chorografi mengambarkan daerah yang luas, misalnya

propinsi, negara, benua bahkan dunia. Dalam peta chorografi di

gambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah di

antaranya pegunungan, gunung sungai, danau, jalan raya, jalan kereta

api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain.

d. Peta Tematik

Peta tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema

dengan informasi yang lebih dalam / detail (Nurdin, 2008). Tujuan

utamanya adalah untuk secara spesifik mengkomunikasikan konsep data.

Contoh peta tematik yang biasa digunakan dalam perencanaan termasuk

peta kadastral (batas pemilikan), peta zona (peta rancangan legal

penggunan lahan), peta tata guna lahan, peta kepadatan penduduk, peta

kelerengan, peta geologi, peta curah hujan dan peta produktivitas

(20)

Pemilihan sumber data disesuaikan dengan maksud dan tujuan

pembuatan peta serta keadaan medan yang dihadapi. Terdapat bebrapa

sumber data yang digunakan pada pemetaan yaitu dengan pengamatan

langsung di lapangan, dengan pengindraan jauh atau dari peta yang

sudah ada (base map). Secara khusus, peta pengelolahan hutan

berisikan tentang kejelasan pemilikan (batas-batas kadastral maupun

administrasi), wilayah itu sendiri dan hasil inventarisasi yang menujukan

unit-unit tegakan yang seragam.

Kerena kegiatan survei lapangan umumnya sangat mahal, maka

peta hutan biasanya digambarkan dari potret udara dengan penafsiran

kegiatan dilapangan hanya diperlukan untuk pembuktian apakan

penafsiran sudah betul apa belum dan juga melengkapi rincian di

lapangan yang tidak dapat dilihat secara langsung pada potret.

e. Peta Khusus

Peta khusus adalah peta yang menampakan suatu keadaan atau

kondisi khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi.

Contohnya adalah peta persebaraan hasil tambang, peta curah hujan,

peta pertanian perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya. Disebut Peta

khusus atau tematik kerena peta tersebut hanya menggambarkan satu

atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan

dengan kata lain, yang ditampilkan berdasarkan tema tertentu. Peta

khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan

(fenomena geosfer) tertentu, baik kepadatan penduduk, peta penyebaran

hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur

(21)

2. Komponen-Komponen Peta

Menurut Nurdin, (2008) komponen-komponen peta atau

kelengkapan peta ada 12 yaitu:

a. Judul Peta

Judul peta biasanya diletakkan dibagian tengah atas peta.

Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan

tidak mengganggu kenampakan dari keseluruhan peta. Judul peta

merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum

pembaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang

dibacanya.

Judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada

peta. Judul peta biasanya diletakan di bagian tengah atas peta. Tetapi

judul peta dapat juga diletakan di bagian lain dari peta, asalkan tidak

menggangu kenampakan dari keseluruhan peta. Judul peta memuat isi

peta. Dari judul peta kita dapat segera mengetahui data dan daerah

mana yang tergambar dalam peta tersebut contoh:

1) Peta penyebaran penduduk pulau jawa.

2) Peta bentuk muka bumi asia.

3) Peta Indonesia.

b. Skala Peta

Skala adalah perbandingan antara dua titik sembarang di peta

dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran

yang sama. Pembilang yang terletak dibagian atas pecahan merupakan

(22)

merupakan angka dalam unit yang sama yang menunjukkan jarak yang

sebenarnya dilapangan/bumi.

Bila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala

besar, misalnya 1 : 5000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan

hubungan kenampakan secara keseluruhan, digunakan skala kecil,

misalnya skala 1 : 1000.000. Contonya skala 1 : 500.000 artinya 1

bagian dipeta sama dengan 500.000 jarak yang sebenarnya, apabila

dipakai satuan cm maka artinya 1 cm jarak di peta sama dengan

500.000 cm (5 Km) jarak sebenarnya di permukaan bumi.

c. Legenda atau Keterangan

Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam

peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta.

Legenda merupakan komponen penting pada peta. Kerena peta tanpa

legenda keterangan petanya, sulit untuk dibaca, jadi agar mudah dibaca

dan ditafsirkan, peta harus dilengkapi dengan legenda atau keterangan.

Legenda menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat dalam peta

contoh: legenda atau keterangan peta. Legenda biasanya diletakan di

pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakan pada

bagian lain peta, sepanjang tidak menggangu kenampakan peta secara

keseluruhan.

d. Tanda Arah atau Tanda Orientasi

Tanda arah atau tanda orientasi penting artinya dalam suatu

peta. Gunanya untuk menujukkan arah Utara, Timur dan barat. Tanda

(23)

arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta,

asalkan tidak mengganggu kenampakan peta.

e. Simbol dan Warna

Bentuk simbol dapat bermacam-macam seperti ; titik, garis,

batang, lingkaran, dan pola. Simbol titik biasanya dipergunakan untuk

menunjukkan tanda misalnya letak sebuah kota dan menyatakan

kuantitas misalnya satu titik sama dengan 100 orang, dan sebagainya.

Simbol garis digunakan untuk menunjukkan tanda seperti jalan, sungai,

rel kereta api dan lainnya. Garis juga digunakan untuk menunjukkan

perbedaan tingkat kualitas, yang dikalangan pemetaan dikenal dengan

isolines.

1) Simbol Peta

Gunanya agar informasi yang di sampaikan tidak

membingungkan. Simbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat (

sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum) sehingga dapat

menginformasikan hal-hal yang di gambarkan dengan tepat.

Macam-macam simbol peta:

a) Simbol peta berdasarkan bentuknya

(1) Simbol titik, di gunakan untuk menyajikan tempat.

(2) Simbol Garis , di gunakan untuk menyajikan data geografis.

(3) Simbol luasan (Area), di gunakan untuk menujukkan ke

nampakan area

(4) Simbol aliran, di gunakan untuk menyatakan alur dan gerak

(24)

(1) Simbol daratan, digunakan untuk simbol-simbol permukaan

bumi di daratan.

(2) Simbol perairan, digunakan utuk simbol-simbol bentuk

perairan

(3) Simbol budaya, digunakan untuk simbol-simbol, bentuk hasil

budaya

2) Warna

Guna warna pada peta ditujukan untuk tiga hal, yaitu; untuk

membedakan, untuk menunjukan tingkatan kualitas maupun

kuantitas (gradasi), dan untuk keindahan. Dalam menyatakan

perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Misalnya laut

berwarna biru, perkampungan warna hitam, sawah warna kuning dan

sebagainya.

f. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Sumber memberikan kepastian kepada pembaca peta, bahwa

data dan informasi yang disajikan dalam peta tersebut benar-benar

absah (dipercaya/akurat), dan bukan data fiktif atau hasil rekaan. Hal ini

akan menentukan sejauh mana pembaca peta dapat mempercayai

data/informasi tersebut. Selain sumber, tahun pembuatan peta juga

perlu diperhatikan. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu

masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang.

g. Inset dan Indek Peta

Inset peta merupakan peta yang diperbesar dari bagian belah

bumi. Sebagai contoh, mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa

(25)

h. Grid

Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukkan lembar

peta dan untuk memudahkan penunjuk letak sebuah titik di atas lembar

peta.

i. Nomor Peta

Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar

dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.

j. Sumber/Keterangan Riwayat Peta

Sumber di tekankan pada pemberian indentitas peta, meliputi

penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan

deklinasi magnetis, tanggal /tahun pengambilan data dan tanggal

pembuatan/percetakan peta, dan lain sebagainya.

k. Elevasi

Elevasi yaitu ketinggian sebuah titik atas muka bumi dari

permukaan laut

l. Koordinat

Sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat geografis

(gographical coordinate). Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa,

dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan ) yang sejajar dengan

garis katulistiwa. Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan

kutup utara dan kutub selatan, mengukur seberapa jauh suatu tempat

dari meridian. Sedangkan garis lintang adalah garis khayal diatas

permukaan bumi yang sejajar dengan khatulistiwa, untuk mengukur

(26)

3. Jenis Peta Berdasarkan Skala

Peta tidak sama besarnya (ukuranya). Ada peta yang berukuran

besar dan ada peta yang berukuran kecil. Besar-kecilnya peta ditentukan

oleh besar-kecilnya skala yang digunakan. Skala peta adalah perbandingan

jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi

(lapangan). Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat

jenis, yaitu:

a. Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100

sampai 1 : 5.000. peta ini digunakan untuk menggambarkan peta tanah

atau peta dalam sertifikat tanah, oleh kerena itu banyak terdapat di

Departemen Dalam Negeri, pada Dinas agrarian (Badan Pertahanan

Nasional).

b. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1:5.000 sampai

1:250.000. peta skala besar digunakan untuk menggambarkan wilayah

yang relative sempit, misalnya peta kelurahan, peta kecamatan.

c. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara

1:250.000 sampai 1:500.000 peta skala sedang digunakan untuk

menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi jawa

tengah, peta propinsi Maluku.

d. Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1:500.000 sampai

1:1.000.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan untuk

menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara, benua

(27)

4. Proyeksi Peta

Untuk mengindari terjadinya kesalahan yang lebih besar, dalam

ukuran (luas dan jarak) bentuk permukaan bumi pada peta, maka dalam

pembuatan peta digunakan proyeksi peta. Proyeksi peta adalah teknik

pemindahan bentuk permukaan bumi yang lengkung (bulat) ke bidang datar.

Menurut Nurdin (2008), proyeksi peta adalah cara memindahkan

sistem paralel (garis lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola

(globe) ke bidang data (peta). Atau ilmu yang mempelajari cara pemindahan

data topografi dari atas permukaan bumi ke atas permukaan peta, sehingga

bentuk dan perubahan besaran data tersebut dapat dirumuskan dengan

formula tertentu. Kerena perbedaan di atas, maka diperlukan pembahasan

yang mendasar, sehingga untuk dapat memindahakan data di permukaan

bumi ke atas bidang proyeksi peta diperlukan beberapa ilmu pengetahuan

yang menunjang, all: Matematika, Fisika, Geodei, Astronomi, Kartografi,

Geografi, Fotogrametri, dan lain-lain.

a. Syarat Peta yang Baik:

1) Tidak boleh membingungkan

2) Harus mudah di mengerti (ditangkap maknanya)

3) Memberikan gambaran yang sebenarnya

4) Harus indah (rapi dan bersih)

b. Jenis-jenis Bidang Proyeksi

1) Proyeksi bidang datar (azimuthal / zenithal) merupakan jenis proyeksi

peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya.

2) Proyeksi kerucut merupakan jenis proyeksi peta yang mengunakan

(28)

merupakan bidang. Lengkung yang dapat di datarkan tanpa

perubahan lebih lanjut, sehingga tidak mengubah bentuk dan

besaran data yang disajikan di atas.

3) Proyeksi silinder merupakan jenis proyeksi peta yang menggunakan

bidang silinder sebagai bidang proyeksinya. Bidang silinder ini

merupakan bidang lengkung yang dapat didatarkan tanpa ada

perubahan lebih lanjut, sehingga tidak mengubah bentuk dan

besaran data yang disajikan di atasnya.

5. Fungsi-fungsi Peta

Fungsi peta adalah; 1. Menunjukan posisi atau lokasi suatu tempat di

permukaan bumi; 2. Memperlihatkan ukuran (luas dan jarak) dan arah suatu

tempat dipermukaan bumi; 3. Mengambarkan bentuk-bentuk dipermukaan

bumi, seperi benua, Negara, gunung, sungai, dan bentuk bentuk lainya; dan

4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei dengan mengetahui kondisi

daerah yang akan diteliti; 5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah;

6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan; 7. Alat untuk

menjelaskan rencana-rencana yang diajukan; 8. Alat untuk menpelajari

hubungan timbal balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi

dipermukaan bumi.

D. GPS (Global Positioning System)

1. Pengertian GPS

Menurut Andi (2002), GPS atau Global Positioning System merupakan

sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan

penggunanya dimana dia berada (secara global) di permukaan bumi yang

(29)

digital. Dimanapun anda berada, maka GPS bisa membantu menunjukan

arah, selama anda melihat langit. Layanan GPS ini tersedia gratis, bahkan

tidak perlu mengeluarkan biaya apapun kecuali membeli GPS recierver-nya.

Awalnya GPS hanya digunakan hanya untuk kepentingan militer, tapi

pada tahun 1980-an dapat digunakan untuk kepentingan sipil. GPS dapat

digunakan dimanapun juga dalam 24 jam. Posisi unit GPS akan ditentukan

berdasarkan titik-titik koordinat derajat lintang dan bujur. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar GPS dibawah ini:

Gambar 1. GPS Garmin

E. SIG (Sistem Informasi Geografi)

1. Pengertian SIG

Sistem Informasi Geografis terdiri dari perangkat lunak, perangkat

keras, maupun aplikasi-aplikasinya, telah dikenal secara luas sebagai alat

bantu (proses) pengambilan keputusan (Aini, 2007). Sistem Informasi

(30)

informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan

menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).

Sistem ini meng-capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,

menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan

kepada kondisi bumi.

Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database,

seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa

yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan

SIG dengan Sistem Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna

berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan

memprediksi apa yang terjadi.

Sistem informasi geografi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka bumi atau informasi

tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab atau

menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang

bersangkutan (Sugandi, 2009).

SIG adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu

(tools) yang sangat ensensial dalam menyimpan, memanipulasi,

menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan

data atribut dan spasial (grafis). SIG adalah suatu system informasi yang

dapat memadukan antara data grafis dengan data teks (atribut) objek yang

dihubungkan secara gegografis di bumi (georefrence).

2. AutoCad Land Desktop Development 2006

AutoCAD adalah salah satu program desain gambar dengan bantuan

(31)

mengalami otomatisasi gambar, menggantikan fungsi manual yang selama ini

mendominasi pekerjaan di segala bidang. Kompatibilitasnya yang tinggi

memungkinkan gambar – gambar AutoCAD dapat diterima oleh sebagian

besar program menggambar lain dan dapat dicetak dengan menggunakan

hampir semua alat pencetakan. AutoCAD memiliki fasilitas yang cukup komplit

untuk membuat gambar-gambar dua dimensi dan tiga dimensi.

Banyak orang mengenal AutoCAD sebagai software yang paling

banyak dipakai dalam bidang arsitektur, sebenarnya tidak saja arsitektur tetapi

program tambahan dari AutoCAD juga sudah sangat representatif dalam

bidang sipil, survei pemetaan, mekanikal desain, dan permodelan 3D.

Menurut Yudistira (2013), AutoCAD Land Desktop merupakan

software yang familiar dalam dunia ukur tanah, mulai dari Land Desktop

Development atau disingkat LDD sampai sekarang yang di

gunakan AutoCAD Civil 3D Land Desktop Companion 2009. Cara

menggunakan AutoCAD Civil 3D Land Desktop Companion berbeda dengan

menggunakan AutoCAD biasa. Pada AutoCAD Civil 3D kita diharuskan

membuat sebuah data project yang merupakan satu kesatuan antara gambar

dan data-data yang di input.

3. ArcGIS 10

Anonim (2013), ArcGis adalah salah satu software pengolah Sistem

Informasi Geografi (SIG/GIS). Sistem Informasi Geografik sendiri merupakan

suatu sistem yang dirancang untuk menyimpan, memanipulasi, menganalisis,

dan menyajikan informasi geografi. Mungkin anda sudah kenal kenal dengan

yang namanya peta. Perlu diketahui bahwa peta juga bisa disebut SIG atau

(32)

Terdapat beberapa perbedaan antara peta di atas kertas (peta analog)

dan SIG yang berbasis komputer. Perbedaannya adalah bahwa peta

menampilkan data secara grafis tanpa melibatkan basis data. Sedangkan SIG

adalah suatu sistem yang melibatkan peta dan basis data. Dengan kata lain

peta adalah bagian dari SIG. Sedangkan pada ArcGis anda dapat melakukan

beberapa hal yang peta biasa tidak dapat melakukannya. Perbedaan pokok

antara Peta Analog dengan ArcGis adalah bahwa Peta itu statik sedangkan

ArcGis biasa digunakan antara lain untuk :

a. Digitasi data citra dari layer monitor (on screen digitizing)

b. Reaktifikasi citra dengan bantuan ekstensi image analysis

c. Editing tema dengan drag and drop atau cut and paste

d. Editing tema dengan query item pada tabel

e. Kemudahan konversi data ke perangkat lunak lain, seperti: AUTOCAD,

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sangasanga

Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Waktu

Penelitian ini membutuhkan waktu selama 4 bulan meliputi

penyusunan proposal, pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan

penyusunan laporan.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) GPS Handheld, digunakan sebagai alat Pengambilan data waypoint

berupa titik Koordinat dan Kabel USB GPS Hendheld untuk download

data.

b) Alat tulis, digunakan untuk mencatat data di lapangan.

c) Papan LJK, digunakan sebagai alas untuk tally sheet agar data tidak

rusak atau sobek.

d) Komputer dengan spesifikasi intel core i3, 2 GB DDR3 memory untuk

pengolahan data

e) Printer Canon MP102 untuk printing

f) Kendaraan bermotor digunakan untuk mencapai tempat penelitian

2. Bahan

(34)

1. Paku payung, yang nantinya akan ditancapkan pada titik-titik tertentu

agar memudahkan dalam pekerjaan.

2. Pita, sebagai tanda pada paku-paku yang sudah ditancapkan supaya

tidak membingungkan dalam pengukuran.

3. Tally Sheet, digunakan untuk mencatat data-data lapangan sebelum

diolah agar data-data lapangan tersebut tidak hilang atau lupa.

4. Sawah Di Kecamatan Sangasanga, digunakan sebagai media yang

akan diukur.

5. Sofware autoCAD Land Desktop 2006 dan ArcGIS 10

6. Peta batas administrasi Kecamatan Sangasanga Kabupaten Kutai

Kartanegara

7. Kertas A4 70gsm dan 80 gsm.

8. Tita warna maxigraf.

D. Prosedur Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Penelitian

STUDI LITERATUR START PENGOLAHAN DATA PEMBUATAN PETA PENULISAN / DOKUMENTASI KI END IDENTIFIKASI MASALAH PENGAMBILAN DATA

(35)

1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi literatur tentang sawah di perpustakaan

dan artikel yang ada di internet.

2. Identifikasi Masalah

Pada tahap ini dilakukan proses identifikasi terhadap Jenis-jenis

Sawah di Kecamatan Sangasanga yaitu identifikasi data-data yang

diperlukan untuk penelitian, metode penelitian yang akan digunakan dan

cara pengambilan data penelitian.

3. Pengambilan Data

Metode pengambilan data dengan sensus yaitu semua jenis sawah

datanya diambil dan pengambilan titik koordinat dengan waypoint yaitu

dilakukan langsung kelapangan menggunakan alat GPS Handheld Garmin.

Data yang diambil dalam penelitian ini anatara lain :

a. Data koordinat letak sawah

Pengambilan data langsung di lapangan dengan menggunakan

alat GPS handheld. Data yang diambil dilapangan dalam kegiatan ini

berupa titik koordinat. Cara pengambilan data koordinat sawah yaitu

dengan mengambil titik koordinat di sudut-sudut sawah di setiap

perubahan bentuk sawah.

Untuk mempermudah proses pengambilan data maka dibuat tally

sheet seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Tally Sheet Pengukuran GPS

Nama

Titik Easting Northing Elevation

Estimate

Accuracy Keterangan

P1 P2 P3

(36)

Keterangan :

1. Titik P1, P2, P3, pemberian nama pada GPS

2. Easting, Northing, elevation, estimate accuration : data yang ada pada GPS

b. Data jenis-jenis sawah serta ciri-ciri sawah aktif dan tidak aktif

Data jenis-jenis sawah merupakan data atribut atau data

pelengkap untuk kejelasan tentang sawah. Jenis-jenis sawah yang

diambil yaitu sawah tadah hujan, sawah Irigasi dan sawah bencah yang

ada di Kecamatan Sangasanga.

Ciri-ciri sawah Aktif:

1. Sawah masih ditanami padi oleh para petani

2. Masa penanaman dalam setahun paling tidak satu kali

3. Selain padi terdapat tanaman palawija yang di tanam oleh petani

4. Sawahnya masih dirawat dengan baik tidak dibiarkan banyak

semak belukar ataupun gulma yang menyerang tanaman padi

Ciri-ciri sawah tidak aktif:

1. Banyak semak belukar/pepohonan yang menutupi lahan sawah

2. Semak belukar yang tumbuh yaitu rumput peredangan dapat

tumbuh ± 100 cm, daun dan batangnya tajam

3. Pepohonan yang tumbuh yaitu pohon pule, alaban,

asam-asaman, dan jambu-jambuan

c. Data alamat sawah

Data ini diambil disesuaikan dengan alamat yang ada di

lapangan. Untuk mempermudah proses pengambilan data maka di buat

(37)

4. Pengolahan Data

Data yang diambil di lapangan kemudian diolah menggunakan

beberapa perangkat lunak

a. Data Poligon Sawah

Pengolahan data poligon sawah dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Data koordinat yang di ambil adalah waypoint, setiap ada perubahan

bentuk dari lahan sawah diambil agar luasan sawah akurat.

2) Data yang diambil, diolah menjadi data titik koordinat menggunakan

alat bantu bantu perangkat lunak MS. Excel

3) Selanjutnya data titik koordinat di-add data ke perangkat lunak

ArcGIS untuk diolah untuk menjadi data dalam bentuk poligon

b. Data Batas Administrasi

Data batas administrasi Kecamatan Sangasanga diambil dari

data sekunder peta batas administrasi Kecamatan Sangasanga format

PDF kemudian di-convert menjadi format JPEG agar terbaca pada perangkat lunak ArcGIS. Cara memperoleh data batas administrasi

Kecamatan Sangasanga adalah sebagai berikut:

1) Melakukan proses geoprocessing peta batas administrasi Kecamatan

Sangasanga

2) Melakukan digitasi batas Kecamatan Sangasanga

3) Hasil digitasi disimpan untuk selanjutnya data diolah menjadi peta

(38)

Gambar 3. Diagram Alir Overlay Jenis-Jenis Sawah Keterangan:

Data Sawah

Data sawah adalah data poligon sawah dalam bentuk vektor.

Data Batas Administrasi

Data batas administrasi adalah dalam penelitian ini adalah data

peta batas administrasi Kecamatan Sangasanga yang sudah

dikoreksi koordinatnya menjadi koordinat UTM.

Overlay

Overlay adalah proses menggabungkan data spasial dan atributnya

yaitu saluran air dan data batas administrasi menjadi sebuah Peta

Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga Kutai Kartanegara.

Query

Pada tahap ini melakukan proses menampilkan atribut-atribut data

yang diperlukan yaitu :

QUERY END PETA SAWAH DI SANGASANGA OVERLAY START

(39)

- Menampilkan sawah aktif / tidak aktif

- Menampilkan sawah irigasi

- Menampilkan sawah tadah hujan

- Menampilkan sawah bencah (sawah pasang surut)

- Hitung luas masing-masing sawah

Peta Sawah Sangasanga

Peta yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah:

- Peta Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga

- Peta Sawah Aktif dan Tidak Aktif

c. Pembuatan Peta

Pada tahap ini dilakukan proses layout terhadap semua data

yang telah diolah pada perangkat lunak di atas.

Adapun data-data yang akan di-layout dan dijadikan peta adalah

1) Layer poligon batas administrasi Kecamatan Sangasanga

2) Layer sawah di Kecamatan Sangasanga

3) Melengkapi data atribut dari masing-masing layer

Langkah berikutnya dari proses pembuatan peta ini adalah mencetak

peta dalam ukuran A4 dimana peta sudah dilengkapi dengan

kelengkapan peta seperti judul peta, legenda, arah angin, sumber peta,

skala, insert dan grid peta.

d. Dokumentasi

Pada tahap ini proses penulisan karya ilmiah yang ditulis dan

diterbitkan untuk memaparkan hasil penelitian atau kajian yang telah

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Dalam penelitian ini diambil beberapa data antara lain data sawah, data

batas kecamatan, data batas kelurahan, data saluran irigasi, dan data jalan.

Berdasarkan data yang telah diambil dari pengukuran lapangan diperoleh dari

hasil titik koordinat sawah di Kecamatan Sangasanga sebagai berikut :

Tabel 4. Luasan, Status, dan Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga Tahun

2013 per Kelurahan

NO Kelurahan Luas Sawah

(ha) Status Jenis Sawah

1 Kelurahan Jawa 16,8400 Tidak Aktif Sawah Irigasi

2 Kelurahan Sarijaya 0,8725 Tidak Aktif Sawah Bencah

3 Kelurahan Sarijaya 0,7426 Tidak Aktif Sawah Bencah

4 Kelurahan Sarijaya 0,3155 Aktif Sawah Bencah

5 Kelurahan Sarijaya 0,2724 Tidak Aktif Sawah Bencah

6 Kelurahan Sangasanga Muara 9,2484 Aktif Sawah Bencah

7 Kelurahan Sangasanga Muara 6,5447 Aktif Sawah Bencah

8 Kelurahan Pendingin 37,6715 Aktif Sawah Tadah Hujan

9 Kelurahan Pendingin 13,7380 Aktif Sawah Tadah Hujan

10 Kelurahan Pendingin 28,8253 Aktif Sawah Tadah Hujan

11 Kelurahan Pendingin 7,4765 Aktif Sawah Bencah

12 Kelurahan Pendingin 1,8238 Aktif Sawah Bencah

Ket: Data diperoleh dari data pengukuran kemudian diolah menggunakan ArcGIS 10 sehingga dapat diketahui luasanya

Tabel 5. Status Sawah Berdasarkan Keaktifannya Per Kelurahan

No Kelurahan Luas(ha) Status

1 Kelurahan Jawa - Aktif

16,8400 Tidak Aktif

2 Kelurahan Sarijaya 0,3155 Aktif

1,8875 Tidak Aktif

3 Kelurahan Pendingin 89,5351 Aktif

(41)

Tabel 5. (Lanjutan)

4 Kelurahan Sangasanga Dalam - Aktif

- Tidak Aktif

5 Kelurahan Sangasanga Muara 15,7931 Aktif

- Tidak Aktif

Total 105,6437 Aktif

18,7275 Tidak Aktif

Luas Sawah di Kecamatan Sangasanga 124.3712 124 ha

Ket: Data diperoleh dari keterangan data pengukuran

Tabel 6. Jenis-jenis sawah perkelurahan

No Kelurahan Luas(ha) Jenis Sawah

1 Kelurahan Jawa - Bencah

- Tadah Hujan

16,8400 Irigasi

2 Kelurahan Sarijaya 2,2030 Bencah

- Tadah Hujan

- Irigasi

3 Kelurahan Pendingin 9,3003 Bencah

80,2348 Tadah Hujan

- Irigasi

4 Kelurahan Sangasanga Dalam - Bencah

- Tadah Hujan

- Irigasi

5 Kelurahan Sangasanga Muara 15,7931 Bencah

- Tadah Hujan

- Irigasi

Total 27.2964 Bencah

80,2348 Tadah Hujan

16,8400 Irigasi

Luas Sawah di Kecamatan Sangasanga 124 ha

Ket: Data diperoleh dari keterangan data pengukuran

Data-data di atas merupakan hasil dari perhitungan titik-titik koordinat

yang telah diambil di Kecamatan Sangasanga. Setelah diolah menggunakan

(42)
(43)

Pada peta di atas terlihat sisa luasan sawah di Kecamatan Sangasanga

saat ini. Berdasarkan data peta batas administrasi milik Kecamatan Sangasanga

luas kecamatan ini adalah 10591 ha namun berdasarkan hasil penelitian ternyata

hanya memiliki total sawah seluas 124 ha yaitu 105 ha adalah lahan pertanian

yang aktif digarap petani sepanjang tahun dan 19 ha lahan pertanian yang

kadang-kadang digarap oleh masyarakat, jumlah luas sawah yang ditanami padi

sekarang menurun dibandingkan lima tahun terakhir .

Menyempitnya lahan pertanian di Kecamatan Sangsanga terjadi karena

adanya konversi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian yang tidak

terkontrol, hal ini sesuai dengan pendapat Suhaimi (2010). Masyarakat lebih

memilih lahan pertaniannya dijadikan sebagai lahan nonpertanian karena hasil

dari nilai konversi lahan tersebut jauh lebih besar nilai keekonomiannya dari

usaha pertanian yang mereka lakukan selama ini.

Pada penelitian ini juga diidentifikasi jenis-jenis sawah yang ada di

Kecamatan Sangasanga. Hasil penelitian memperlihatkan ada 3 jenis sawah

yang ada di Kecamatan Sangasanga yaitu sawah irigasi, tadah hujan dan sawah

bencah. Untuk melihat lebih jelas ketiga kategori sawah tersebut bisa dilihat pada

(44)
(45)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian luas sawah di Kecamatan Sangasanga

adalah 124 ha. Data ini mengalami penurunan dengan data milik Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Holtikultura Kutai Kartanegara. Pada tahun 2007 luas

sawah di Kecamatan Sangasanga 122 ha, luas sawah ini terus meningkat setiap

tahunnya yaitu tahun 2008 seluas 125 ha, tahun 2009 seluas 127 ha, tahun 2010

seluas 131 ha, tahun 2011 seluas 134 ha, dan tahun 2012 seluas 136 ha

(Anonim, 2012).

Data milik Dinas Pertanian ini tampaknya tidak sama dengan hasil

penelitian dalam riset ini. Selain mengidentifikasi luas sawah secara keseluruhan

di Kecamatan Sangasanga, juga mengidentifikasi luas jenis-jenis sawah dan

keaktifan sawah.

1. Jenis-Jenis Sawah

Status aktif atau tidak aktif dan jenis sawah yang ada di kecamatan

Sangasanga sebagai berikut:

a. Sawah Tadah Hujan

Berdasarkan hasil penelitian sawah tadah hujan hanya berada di

Kelurahan Pendingin biasanya berada di daerah yang berbukit dan jauh

dari sungai. Menurut keterangan warga sawah tadah hujan ini

dimanfaatkan petani hanya satu kali setahun untuk ditanami padi.

Penanaman padi ini dilakukan petani ketika memasuki musim penghujan.

Sebab pada saat itu pasokan air cukup melimpah, sehingga padi yang

ditanam bisa tumbuh subur. Hal itu didukung oleh Prihasto (2013) yang

menyatakan bahwa sawah tadah hujan merupakan sawah alternatif

(46)

Gambar 6. Kondisi

Tadah

Bila musim panen pada telah usai, lahan ini tidak dibiarkan

menggangur oleh petani. Tetapi digunakan untuk ditanami palawija,

singkong, jagung dan pisang.

bahwa sebagian besar petani di Pulau Jawa menggunakan lahan kosong

pada lahan sawah tadah hujan milik mereka untuk ditanami sawo, pisang,

kelapa kopyor, matoa, jambu dan belimbing. Hal ini dimaksudkan untuk

menambah penghasilan para pet

Kondisi Padi di Kelurahan Pendingin pada adah Hujan

Bila musim panen pada telah usai, lahan ini tidak dibiarkan

menggangur oleh petani. Tetapi digunakan untuk ditanami palawija,

singkong, jagung dan pisang. Prihasto (2013) juga mengungkapkan

bahwa sebagian besar petani di Pulau Jawa menggunakan lahan kosong

pada lahan sawah tadah hujan milik mereka untuk ditanami sawo, pisang,

kelapa kopyor, matoa, jambu dan belimbing. Hal ini dimaksudkan untuk

menambah penghasilan para petani.

pada Jenis Sawah

Bila musim panen pada telah usai, lahan ini tidak dibiarkan

menggangur oleh petani. Tetapi digunakan untuk ditanami palawija,

juga mengungkapkan

bahwa sebagian besar petani di Pulau Jawa menggunakan lahan kosong

pada lahan sawah tadah hujan milik mereka untuk ditanami sawo, pisang,

(47)

Gambar 7. Diagram Luas Jenis-Jenis Sawah Per Kelurahan

Sawah tadah hujan adalah jenis sawah paling luas di Kecamatan

Sangasanga. Luas sawah tadah hujan di Kecamatan Sangasanga adalah

64 persen dari total luas sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga. Hal

ini menunjukan bahwa sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga tidak

memiliki saluran irigasi yang memadai. Sebab para petani masih

mengandalkan air hujan untuk mengairi sawahnya. Walaupun di

Kecamatan Sangasanga memiliki anak sungai Mahakam yang cukup

panjang namun belum bisa dimanfaatkan warga untuk mengairi

sawahnya. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara tampaknya belum

memperhatikan sektor pertanian di daerah ini.

b. Sawah Bencah

Sawah bencah adalah sawah yang terletak di daerah rawa-rawa

pantai yang telah kering atau sering pula di daerah muara sungai yang

besar. Pertanian sawah pasang surut ini banyak diusahakan di muara

2 9 16 80 17 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kel. Jawa Kel. Sarijaya Kel.

Pendingin Kel. Sangasanga Dalam Kel. Sangasanga Muara

Luas Jenis-Jenis Sawah Per Kelurahan (Ha)

Bencah Tadah Hujan Irigasi

(48)

sungai besar dan rawa pasang surut. Sawah bencah adalah saw

pengairan sawahnya berasal dari air pasang surut sungai, secara tidak

langsung sawah bencah terletak dekat dengan sungai.

Gamba

Luas sawah bencah di Sangasanga adalah 22 persen dari luas

sawah yang ada di k

sawah bencah kurang di manfaatkan dengan baik di Kecamatan

Sangasanga.

sesuai dengan pendapat

lahan rawa di Indoen

palawija seperti kedelai, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kopi, kelapa, sayur

dan buah-buahan serta temu

berpotensi sebagai sawah bencah di Kecamatan Sangasanga masih

sangat luas. Hal ini disebabkan oleh minat masyarakat yang minim di

bidang pertanian.

sungai besar dan rawa pasang surut. Sawah bencah adalah saw

pengairan sawahnya berasal dari air pasang surut sungai, secara tidak

langsung sawah bencah terletak dekat dengan sungai.

Gambar 8. Sawah Bencah di Kelurahan Sarijaya

Luas sawah bencah di Sangasanga adalah 22 persen dari luas

sawah yang ada di kecamatan Sangasanga. Hal ini menunjukan bahwa

sawah bencah kurang di manfaatkan dengan baik di Kecamatan

Sangasanga. Sejauh ini baru dimanfaatkan untuk tanaman padi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sittadewi (2008) yang menyatakan bahwa

lahan rawa di Indoensia sebagian besar hanya cocok ditanami padi dan

palawija seperti kedelai, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kopi, kelapa, sayur

buahan serta temu-temuan. Padahal areal lahan yang

berpotensi sebagai sawah bencah di Kecamatan Sangasanga masih

s. Hal ini disebabkan oleh minat masyarakat yang minim di

bidang pertanian. Apalagi, menurut Sittadewi (2008), pengelolaan lahan sungai besar dan rawa pasang surut. Sawah bencah adalah sawah yang

pengairan sawahnya berasal dari air pasang surut sungai, secara tidak

di Kelurahan Sarijaya

Luas sawah bencah di Sangasanga adalah 22 persen dari luas

ecamatan Sangasanga. Hal ini menunjukan bahwa

sawah bencah kurang di manfaatkan dengan baik di Kecamatan

Sejauh ini baru dimanfaatkan untuk tanaman padi. Hal ini

yang menyatakan bahwa

sia sebagian besar hanya cocok ditanami padi dan

palawija seperti kedelai, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kopi, kelapa, sayur

Padahal areal lahan yang

berpotensi sebagai sawah bencah di Kecamatan Sangasanga masih

s. Hal ini disebabkan oleh minat masyarakat yang minim di

(49)

pasang surut sangat tergantung dari pengolahan tanah dan air yang

khusus. Sebab dua faktor ini merupakan kunci keberhasilan tanaman

pangan di tanah rawa.

Petani di Kecamatan Sangasanga hanya mampu memanfaatkan

lahan sawah bencahnya hanya sekali setahun untuk ditanami padi. Bila

musim hujan datang, maka masyarakat akan memanfaatkan lahannya

untuk tanaman padi. Namun bila musim panas tiba, lahan sawah bencah

tidak bisa dimanfaatkan petani. Sebab sawah dimasuki air asin dan

tanaman tidak bisa tumbuh. Hal ini didukung oleh Sittadewi (2008) yang

menyatakan bahwa rata-rata lahan pasang surut hanya dapat ditanami

sekali dalam setahun, selebihnya dibiarkan karena tergenang air.

c. Sawah irigasi

Sawah irigasi adalah sawah yang sistem pengairanya teratur,

sumber air jenis sawah ini berasal dari aliran sungai anakan mahakam.

Pengisian air pada model sawah ini dilakukan pada saat air pasang

secara teratur. Bila air pasang maka saluran irigasi dibuka untuk

memasukkan air. Sebaliknya, jika air mulai surut maka pintu air akan

ditutup. Dengan pengaturan sederhana tersebut pasokan air untuk sawah

(50)

Gambar 9. Sawah

Penanaman padi pada jenis sawah ini dapat dilakukan

sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah hujan tahunan.

Untuk jenis padi, sawah irigasi

kali panen. Selebihnya dimanfaakan petani untuk menanam sayuran dan

palawija. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian lahan

sawah irigasi ada yang tidak digarap petani secara maksimal.

Luas sawah irigasi di

dari luas keseluruhan sawah yang ada di Kecamatan sangasanga yaitu

124 ha. Jumlah luasan ini belum mengalami peningkatan dalam satu

dasawarsa terakhir. Pemerintah atau masyarakat belum ada mencetak

sawah baru untuk je

sawah-sawah di Sangasanga terus mengalami penyusutan.

didukung oleh

Sawah Irigasi di Kelurahan Jawa yang Belum

Penanaman padi pada jenis sawah ini dapat dilakukan

sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah hujan tahunan.

Untuk jenis padi, sawah irigasi bisa dimanfaatkan petani sebanyak dua

kali panen. Selebihnya dimanfaakan petani untuk menanam sayuran dan

palawija. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian lahan

sawah irigasi ada yang tidak digarap petani secara maksimal.

Luas sawah irigasi di Kecamatan Sangasanga adalah 14 persen

dari luas keseluruhan sawah yang ada di Kecamatan sangasanga yaitu

ha. Jumlah luasan ini belum mengalami peningkatan dalam satu

dasawarsa terakhir. Pemerintah atau masyarakat belum ada mencetak

sawah baru untuk jenis ini. Bahkan menurut pengamatan selama ini,

sawah di Sangasanga terus mengalami penyusutan.

didukung oleh Barus B. dkk (2009) yang menyatakan bahwa lahan ang Belum Tergarap Petani

Penanaman padi pada jenis sawah ini dapat dilakukan

sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah hujan tahunan.

bisa dimanfaatkan petani sebanyak dua

kali panen. Selebihnya dimanfaakan petani untuk menanam sayuran dan

palawija. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian lahan

sawah irigasi ada yang tidak digarap petani secara maksimal.

Kecamatan Sangasanga adalah 14 persen

dari luas keseluruhan sawah yang ada di Kecamatan sangasanga yaitu

ha. Jumlah luasan ini belum mengalami peningkatan dalam satu

dasawarsa terakhir. Pemerintah atau masyarakat belum ada mencetak

nis ini. Bahkan menurut pengamatan selama ini,

sawah di Sangasanga terus mengalami penyusutan. Hal ini

(51)

pertanian di Indonesia sebagian besar mengalami perubahan status.

Lahan kering berubah menjadi perumahan, lahan untuk industri dan lahan

untuk jasa sementara lahan basah dipergunakan untuk area

pertambangan dan lain-lain.

Gambar 10. Diagram Persentase Keaktifan Sawah Per Kelurahan

d. Sawah Aktif dan Tidak Aktif

Sawah aktif adalah suatu lahan pertanian yang masih dirawat

dan ditanami padi atau pun tanaman palawija. Hanya beberapa petani

yang bertahan untuk menanam padi, di karenakan mereka tidak ingin

sawah mereka warisan dari leluhur ataupun orang tua mereka rusak di

karenakan tambang batu bara.

Umumnya sawah yang tergolong aktif adalah sawah yang masih

di tanami selama satu tahun terakhir. Di Kecamatan Sangasanga masih

ada delapan petak sawah yang masih aktif, luasnya adalah 105 ha.

0.3 89.5 15.8 16.8 1.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kel. Jawa Kel. Sarijaya Kel.

Pendingin Kel. Sangasanga Dalam Kel. Sangasanga Muara P e rs e n ta se

Persentase Keaktifan Sawah

Aktif Tidak Aktif

(52)

Gambar 11

Sawah tidak aktif adalah suatu lahan pertanian yang sudah tidak

di tanami padi atau tanaman palawija dan sawah ini biasanya di tumbuhi

oleh semak belukar dan rerumputan karena sudah tidak di rawat lagi

oleh pemiliknya. Kebanyakan sawah tidak aktif karena pemiliknya lebih

memilih pekerjaan lain yang hasil lebih besar, seperti bekerja di

pertambangan

tidak aktif di Kecamatan Sangasanga dan luasnya adalah sekitar

1. Sawah Aktif yang Ditanami Padi di Kelurahan Pendingin

Sawah tidak aktif adalah suatu lahan pertanian yang sudah tidak

di tanami padi atau tanaman palawija dan sawah ini biasanya di tumbuhi

oleh semak belukar dan rerumputan karena sudah tidak di rawat lagi

miliknya. Kebanyakan sawah tidak aktif karena pemiliknya lebih

memilih pekerjaan lain yang hasil lebih besar, seperti bekerja di

pertambangan ataupun sebagai nelayan. Ada empat petak

tidak aktif di Kecamatan Sangasanga dan luasnya adalah sekitar

adi di Kelurahan Pendingin

Sawah tidak aktif adalah suatu lahan pertanian yang sudah tidak

di tanami padi atau tanaman palawija dan sawah ini biasanya di tumbuhi

oleh semak belukar dan rerumputan karena sudah tidak di rawat lagi

miliknya. Kebanyakan sawah tidak aktif karena pemiliknya lebih

memilih pekerjaan lain yang hasil lebih besar, seperti bekerja di

petak sawah yang

(53)
(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kegiatan telah dilaksanakan, dengan demikian dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Sawah di Kecamatan Sangasanga memiliki luas keseluruhan 124 ha yang

mana terdiri dari 27 ha sawah bencah, 80 ha sawah tadah hujan dan 17 ha

sawah irigasi.

2. Status sawah aktif seluas 105 ha dan seluas 19 ha adalah sawah tidak aktif.

3. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, mengakibatkan lahan usaha

pertanian semakin menyempit.

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan pemeliharaan/perawatan terhadap sawah yang masih

ada di Kecamatan Sangasanga untuk ketahanan pangan di masa mendatang.

2. Dilakukanya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya sawah untuk

lahan penanaman padi.

3. Sebaiknya sawah yang tidak ditanami padi harus ditanami padi kembali, agar

produksi padi dapat meningkat, sehingga ketahanan pangan dapat tercapai

Gambar

Tabel  Luasan,  Status,  dan  Jenis  Sawah  di  Kecamatan  Sangasanga  Tahun 2013 Per Kelurahan …………………
Diagram Alir Prosedur  Penelitian ……………………………
Tabel 1. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sangasanga  No  Kelurahan  Luas Wilayah
Tabel 2. Luasan Tanam dan Panen Per Hektar Tahun 2007 -  2012  Kecamatan  Tahun  Luas Tanam (ha)  Panen (ha)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prediksi Kebutuhan Arus Proteksi Pada Underground Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) Dengan Menggunakan Artificial Neural Network.. Pada kesempatan kali

Pada penelitian ini ( Analisis Flight Data Recorder Kecelakaan Pesawat Terbang A320 untuk Mendapatkan Stall Speed dan Proses Rekonstruksi Kecelakaan Menggunakan

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Nanda Hapsari Ayuning Ratri menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial

“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang ”. 11

Selain menjadi ruang ekspresi estetis terhadap sastra Sunda, lagu-lagu EMKA 9 juga di gunakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan dan makna yang terdapat pada

Dengan kata lain dalam tahap ini siswa mencoba mengaitkan masalah yang diberikan dengan sesuatu yang telah diketahuinya, baik itu berupa pengetahuan awal atau

Reliabilitas merupakann sesuatu yang dibutuhkan tetapi bukan persyaratan mutlak untuk validitas suatu instrument (Rasyid dan Mansur,2007).. Masalah dalam penelitian ini

Tabel 1 Deskripsi Hasil Pre-test dan Post-test Kelompok Eksperimen Kelompok Eksperimen Pretest Posttest Mean 6,5 6,67 Std. Hasil tes kemampuan under basket shoot sebelum