IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA
Oleh : Tri Setya Putra NIM. 100 500 219
PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA 2013
IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA
Oleh
Tri Setya Putra NIM. 100 500 219
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh sebuah Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA 2013
IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN JENIS-JENIS SAWAH DI KECAMATAN SANGASANGA
Oleh : Tri Setya Putra NIM. 100 500 219
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh sebuah Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Identifikasi dan Pemetaan Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga
Nama : Tri Setya Putra
NIM : 100500219
Program Studi : GeoInformatika
Jurusan : Manajemen Pertanian
Lulus ujian pada tanggal : ……… Penguji I,
Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 196108121988031003
Penguji II,
Rudi Djatmiko S. Hut, MP NIP. 197009151995121001 Pembimbing,
Husmul Beze, S. Hut, MSi NIP. 197906132008121003
Menyetujui,
Ketua Program Studi GeoInformatika,
Dyah Widyasasi, S.Hut, MP NIP. 197101031997032001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005
ABSTRAK
TRI SETYA PUTRA. Identifikasi dan Pemetaan Jenis-Jenis Sawah di
Kecamatan Sangasanga, (dibawah bimbingan HUSMUL BEZE).
Penelitian ini di latarbelakangi oleh belum maksimalnya pemanfaatan sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga sehingga sawah perlu dipetakan untuk mengetahui sebaran dan luas sawah yang masih ada. Banyak lahan sawah yang terlantar dan tidak terurus oleh para petani dikarenakan kekurangan tenaga, banyak pemuda lebih memilih bekerja pada perusahaan tambang batu bara yang penghasilan perbulanya lebih besar daripada bertani. Lama kelamaan para petani menjual sawahnya kepada perusahaan tambang karena tidak mampu mengurusnya dan desakan ekonomi yang semakin tinggi tiap tahunnya.
Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan atau memetakan sawah, mengetahui sawah yang masih aktif dan tidak aktif serta luasan sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga.
Metode pengambilan data dengan sensus yaitu semua jenis sawah datanya diambil dan pengambilan titik koordinat dengan waypoint yaitu dilakukan langsung kelapangan menggunakan alat GPS Handheld Garmin dan pengolahan data menggunakan software ArcGis 10.
Secara persentase dari total luas 124 ha, kelurahan Pendingin memiliki sawah paling luas 89 ha (tadah hujan 80 ha dan 9 ha sawah bencah), kelurahan Jawa 17 ha (sawah irigasi), kelurahan Sangasanga Muara 16 ha (bencah), kelurahan Sarijaya 2 ha (bencah) dan di kelurahan Sangasanga Dalam tidak terdapat lahan sawah sedikitpun.
Penelitian ini telah dilaksanakan dalam rangka pengumpulan informasi tentang jenis-jenis sawah, sawah aktif dan tidak aktif serta data atribut sawah. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, mengakibatkan lahan usaha pertanian semakin menyempit.
RIWAYAT HIDUP
TRI SETYA PUTRA, lahir pada tanggal 14 Maret 1990 di
Kota Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara. Merupakan anak ke tiga dari 6 bersaudara oleh pasangan Puas dan Siti Julaikah.
Pada tahun 1996 Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 002 Sangasanga dan lulus pada tahun 2002, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan ke SMP Negeri 1 Sangasanga dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 melanjutkan ke SMK NEGERI 1 Sangasanga Jurusan Teknik Sipil (Konstruksi Batu dan Beton) dan berijazah pada tahun 2008. Sempat vakum dari dunia pendidikan selama dua tahun dikarenakan bekerja untuk mencari biaya kuliah.
Kemudian melanjutkan kuliah pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Geoinformatika.
Pada tanggal 5 Maret 2013 sampai 30 April 2013 mengikuti program PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT. Timur Adyacitra sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Geoinformatika pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdarakan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sangasanga. Sebuah penghargaan yang tak ternilai tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian karya ilmiah ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulus hati kepada :
1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa, secara moral maupun materil.
2. Dosen Pembimbing, yaitu Bapak Husmul Beze, S.Hut,MSi
3. Kepala laboratorium SIG dan Penginderaan jauh, yaitu Bapak Ir. Suparjo S.Hut., MP.
4. Dosen Penguji satu, yaitu Bapak Ir. M. Fadjeri, MP dan Dosen Penguji dua yaitu Bapak Rudi Djatmiko, S. Hut, MP
5. Ketua Program Studi Geoinformatika, yaitu Ibu Dyah Widyasasi S.Hut MP. 6. Ketua Jurusan Manajemen Pertanian, yaitu Bapak Ir. Hasanudin MP.
7. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bapak Ir. Wartomo MP 8. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Geoinformatika. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan tugas akhir karya
ilmiah ini yang tidak dapat dituliskan satu persatu.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dalam penulusan laporan karya ilmiah ini, mendapat balasan yang setimpal dari Allah Subhanahu Wata’ala, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam penguasaan materi. Namun Penulis berharap informasi yang tersaji di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya untuk kemajuan perkembangan pengetahuan di bidang pertanian.
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ……… I. PENDAHULUAN ………
II. TINJAUAN PUSTAKA ………..
A. Pengertian Sawah ………. B. Keadaan Umum Kecamatan Sangasanga ……….. C. Pengertian Peta ………. D. GPS (Global Positionong System) ………. E. SIG (Sistem Informasi Geografi) ……….
III. METODE PENELITIAN ………
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. B. Alat dan Bahan ……… C. Prosedur Penelitian ………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..
A. Hasil ………. B. Pembahasan ………
V. KESIMPULAN DAN SARAN ………..
A. Kesimpulan ……….. B. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN ………. vii viii x xi 3 4 6 18 19 23 23 24 30 35 44 44 45 46
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1 2 3 4 5 6
Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sangasanga ………… Luasan Tanam dan Panen Per Hektar Tahun 2007 - 2012 Tally Sheet Pengukuran GPS ……… Tabel Luasan, Status, dan Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga Tahun 2013 Per Kelurahan ………. Status Sawah Berdasarkan Keaktifannya Per Kelurahan .. Jenis-Jenis Sawah Perkelurahan ...
5 6 25 30 30 31 Lampiran 7 8 9 10
Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Sangasanga Muara Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Sarijaya ... Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Pendingin ... Data Pengukuran Sawah di Kelurahan Jawa ...
47 47 48 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tubuh Utama Halaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 GPS Garmin ………. Diagram Alir Prosedur Penelitian ……… Diagram Alir Overlay Jenis-Jenis Sawah ……… Peta Sawah Aktif dan Tidak Aktif di Kecamatan Sangasanga ………. Peta Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga ….….. Kondisi Padi di Kelurahan Pendingin pada Jenis Sawah Tadah Hujan ……….. Diagram Luas Jenis-Jenis Sawah Per Kelurahan …..……… Sawah Bencah yang di Kelurahan Sarijaya ………. Sawah Irigasi di Kelurahan Jawa yang Belum Tergarap Petani ………. Diagram Persentase Keaktifan Sawah Per Kelurahan ... Sawah Aktif yang Ditanami Padi di Kelurahan Pendingin ... Sawah Yang Tidak Aktif Ditumbuhi Rerumputan di Kelurahan Jawa ...
Lampiran
Sawah Irigasi Tidak Aktif di Kelurahan Jawa ... Sawah Tadah Hujan di Kelurahan Pendingin ... Pengambilan Titik Koordinat di Kelurahan Sarijaya ………. Pengambilan Titik Koordinat di Kelurahan Sangasanga Muara ……… 19 24 27 32 34 36 37 38 40 41 42 43 50 50 51 51
BAB I PENDAHULUAN
Menurut Suprapto (2004), sawah adalah lahan usaha pertanian yang
secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami
padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan
untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu
menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode
tertentu dalam pertumbuhannya.
Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau
air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara
yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai
padi lahan basah (lowland rice). Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah
dicetak berteras untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras
banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung.
Belum maksimalnya pemanfaatan sawah yang ada di Kecamatan
Sangasanga sehingga sawah perlu dipetakan untuk mengetahui sebaran dan
luas sawah yang masih ada. Mengingat kini lahan pertanian di Kecamatan
Sangasanga semakin menyempit dikarenakan adanya aktifitas pertambangan
batu bara. Sementara itu sawah merupakan areal penghasil sumber pangan
khususnya beras yang dibutuhkan oleh orang banyak, dimana beras merupakan
sumber makanan pokok.
Dengan latarbelakang diatas maka perlu dipetakan areal sawah di
Kecamatan Sangasanga. Sesuai dengan pendapat Retno (2011), yang
menyatakan bahwa pemetaan lahan pertanian merupakan salah satu saran
informasi tentang luas sawah yang masih aktif di tanami padi dan tidak ditanami
padi oleh para petani di Kecamatan Sangasanga. Tujuan dari kegiatan penelitian
ini diantaranya yaitu menggambarkan atau memetakan sawah, mengetahui
sawah yang masih aktif dan tidak aktif serta luasan sawah yang ada di
Kecamatan Sangasanga.
Dengan diadakannya kegiatan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan hasil berupa informasi tentang lahan sawah aktif dan tidak aktif,
jenis-jenis lahan pertanian serta memberikan informasi kepada Pemerintahan
Kabupaten Kutai Kartanegara tentang potensi luasan lahan pertanian di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sawah
Menurut Suprapto (2004), Sawah adalah lahan usaha tani yang secara
fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi pematang, dapat ditanami padi dan
palawija / tanaman pangan lainya. Pengairan sawah dapat dilakukan dengan
irigasi atau tadah hujan.
Sawah aktif adalah sawah yang masih di tanami padi atau palawija oleh
para petani sedangkan sawah tidak aktif adalah sawah yang sudah lama tidak di
kelola namun suatu saat nanti akan di kelola kembali menjadi sawah. Ciri-ciri
sawah antara lain :
1. Membutuhkan air yang cukup banyak.
2. Pengolahan tanah dilakukan secara teratur.
3. Merupakan pertanian menetap.
4. Jenis tanaman utama adalah padi.
Sawah di Indonesia terdiri atas :
1. Sawah Irigasi
Sawah irigasi adalah sawah yang sistem pengairanya teratur, sumber
air biasa berasal dari aliran sungai/waduk. Sawah irigasi adalah sawah yang
sumber air utamanya berasal dari air irigasi (Suprapto, 2004). Penanaman
padi dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah
hujan tahunan. Di area sawah irigasi para petani dapat melakukan kegiatan
pengolahan lahan lebih dari satu kali dalam setahun sehingga hasil rata-rata
2. Sawah Tadah Hujan
Sawah tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairanya
tergantung dengan air hujan, sehingg kelangsungan pengolahan lahan
sangat tergantung pada curah hujan. Sawah tadah hujan merupakan sawah
yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan (Suprapto, 2004). Pada
musim kemarau sawah ini tidak dapat ditanami pada sebab air tidak
mencukupi tanaman. Pada musim seperti ini penduduk memanfaatkannya
untuk menanam tanaman palawija, misalnya jagung, kacang-kacangan, dan
sayuran.
3. Sawah Bencah (Sawah Pasang Surut)
Sawah bencah adalah sawah yang terletak di daerah rawa-rawa
pantai yang telah kering atau sering pula di daerah muara sungai yang
besar. Sawah pasang surut adalah lahan yang terbentuk sebagai akibat dari
proses naik turunya permukaan air, kemudian dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan terutama untuk lahan persawahan (Sittadewi, 2008). Pertanian
sawah pasang surut ini banyak diusahakan di pulau sumatera dan
Kalimantan sebab banyak terdapat muara sungai besar dan rawa pasang
surut.
B. Keadaan Umum Kecamatan Sangasanga
1. Letak Geografis
Rahmat (2012), Wilayah Kecamatan Sangasanga secara geografis
terletak di daerah khatulistiwa dan berada pada posisi antara 117o 01’ BT –
117o 17 BT dan 0o 35’ LS – 0o 45’ LS, dengan luas wilayah 233,40 km2.
Secara administratif batas wilayah adalah Kecamatan Sangasanga sebagai
Sebelah Utara : Kecamatan Anggana
Sebelah Timur : Kecamatan Anggana
Sebelah Selatan : Kecamatan Muara Jawa
Sebelah Barat : Kecamatan Palaran (Kota Samarinda)
Kecamatan ini terbagi menjadi lima Kelurahan yaitu Kelurahan Jawa
(luas 60,53 km2), Kelurahan Sangasanga Dalam (luas 55,42 km2), Kelurahan
Pendingin (luas 58,83 km2), Kelurahan Sarijaya (luas 22,81 km2), dan
Kelurahan Sangasanga Muara (luas 35,81 km2).
2. Penduduk
Rahmat (2012), Penduduk Kecamatan Sangasanga pada tahun 2011
tercatat sebanyak 18.704 jiwa yang terdiri atas 9.877 jiwa laki-laki (52,81%)
dan 8.827 (47,19%) jiwa perempuan yang tersebar dilima kelurahan.
Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Sangasanga Dalam yaitu 7.740
jiwa dan yang paling sedikit adalah Kelurahan Sarijaya dengan penduduk
sebanyak 1.968 jiwa.
Tabel 1. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sangasanga
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Rata-rata Orang/Km2 1 Jawa 60,53 3.029 18 2 Sangasanga Dalam 55,42 7.740 37 3 Pendingin 58,83 2.862 13 4 Sarijaya 22,81 1.968 27 5 Sangasanga Muara 35,81 3.105 22
Ket : Data diatas diambil dalam buku “Kecamatan Sangasanga Dalam Angka 2012”
3. Sawah
Anonim (2012), data Dinas Pertanian Kutai Kartanegara pada tahun
tahunya, namun hasil panen yang berhasil hanya sepertiga dari luas lahan.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Luasan Tanam dan Panen Per Hektar Tahun 2007 - 2012 Kecamatan Tahun Luas Tanam (ha) Panen (ha)
Sangasanga 2007 122 40 2008 125 41 2009 127 41 2010 131 43 2011 134 44 2012 136 45
Sumber:Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kutai Kartanegara
Dinas Pertanian Kutai Kartanegara sudah banyak memberikan
bantuan kepada para petani, baik benih padi, pupuk, obat penghilang hama
serta mesin pembajak sawah, namun hasil panen tidak dapat meningkat. Hal
ini disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang untuk penanaman dan
perawatan dalam masa tumbuh kembang padi (Kasianto, 2013).
C. Pengertian Peta
Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi
yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan
dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta dengan
berbagai pengertian, namun hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang
sama. Peta mulai ada dan di gunakan manusia, sejak manusia melakukan
penjelajahan dan penelitian walaupun masih dalam bentuk yang sangat
sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat (Nurdin,
2008). Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius ptolomaeus mengemukakan
dibukukan dan diberi nama “ Atlas ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai
peta adalah kartografi. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, peta adalah:
1. Gambaran permukaan bumi yang diperkecil dengan skala
2. Mengambarkan permukaan bumi yang diperkecil dengan skala diberi tulisan
dan simbol
3. Gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil seperti
penampakan yang terlihat dari atas. Penampakan tersebut digambarkan
menggunakan simbol-simbol sebagai pengganti penampakan yang ada
dipermukaan bumi. Selain itu, digunakan juga tulisan-tulisan sebagai
keterangan tentang simbol-simbol tersebut.
Menurut Mutiara (2004), peta merupakan gambaran permukaan bumi
dalam skala yang lebih kecil pada bidang datar. Suatu peta idealnya harus dapat
memenuhi ketentuang eometrik sebagai berikut :
1. Jarak antara titik yang terletak diatas peta harus sesuai dengan jarak
sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
2. Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas
sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
3. Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus
sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi
4. Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang
sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi
diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat
dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan
permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat
dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang
sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ideal dapat
dipenuhi.
1. Macam-macam Peta
Berdasarkan kegunaanya peta dibagi menjadi 5 yaitu: peta umum,
peta topografi, peta Chorografi, peta tematik, dan peta Khusus.
a. Peta umum
Menurut (Nurdin, 2008), peta umum adalah peta yang
menggambarkan permukaan bumi secara umum. peta umum ini memuat
semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan
fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis
misalnya sungai, gunung, laut, danau, dan lainya. Kenampakan sosial
budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota dan lainya.
Peta umum ada dua jenis yaitu: peta topografi dan peta chorografi.
b. Peta Topografi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk relief
(tinggi rendahnya) permukaan bumi (Nurdin, 2008). Peta topografi
menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga
dengan peta ini bisa diperkiraan bentuk permukaan bumi.
Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk
garis-garis kontur. Peta topografi menampilkan semua unsur yang
berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan
alam bebas, termasuk peta untuk kepentingan militer, teknik sipil dan
arkeologi.
c. Peta Chorografi
Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau
sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil yakni antara 1 :
250.000 sampai 1 : 1.000.000 atau bahkan lebih (Nurdin, 2008).
Perbedaan chorografi dengan topografi terletak pada penggunan
garis-garis kontur, kerena peta topografi itu lebih kepada penggambaran bentuk
relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi, skala yang digunakan sendiri
lebih kepada skala besar.
Peta chorografi mengambarkan daerah yang luas, misalnya
propinsi, negara, benua bahkan dunia. Dalam peta chorografi di
gambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah di
antaranya pegunungan, gunung sungai, danau, jalan raya, jalan kereta
api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain.
d. Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema
dengan informasi yang lebih dalam / detail (Nurdin, 2008). Tujuan
utamanya adalah untuk secara spesifik mengkomunikasikan konsep data.
Contoh peta tematik yang biasa digunakan dalam perencanaan termasuk
peta kadastral (batas pemilikan), peta zona (peta rancangan legal
penggunan lahan), peta tata guna lahan, peta kepadatan penduduk, peta
kelerengan, peta geologi, peta curah hujan dan peta produktivitas
Pemilihan sumber data disesuaikan dengan maksud dan tujuan
pembuatan peta serta keadaan medan yang dihadapi. Terdapat bebrapa
sumber data yang digunakan pada pemetaan yaitu dengan pengamatan
langsung di lapangan, dengan pengindraan jauh atau dari peta yang
sudah ada (base map). Secara khusus, peta pengelolahan hutan
berisikan tentang kejelasan pemilikan (batas-batas kadastral maupun
administrasi), wilayah itu sendiri dan hasil inventarisasi yang menujukan
unit-unit tegakan yang seragam.
Kerena kegiatan survei lapangan umumnya sangat mahal, maka
peta hutan biasanya digambarkan dari potret udara dengan penafsiran
kegiatan dilapangan hanya diperlukan untuk pembuktian apakan
penafsiran sudah betul apa belum dan juga melengkapi rincian di
lapangan yang tidak dapat dilihat secara langsung pada potret.
e. Peta Khusus
Peta khusus adalah peta yang menampakan suatu keadaan atau
kondisi khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi.
Contohnya adalah peta persebaraan hasil tambang, peta curah hujan,
peta pertanian perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya. Disebut Peta
khusus atau tematik kerena peta tersebut hanya menggambarkan satu
atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan
dengan kata lain, yang ditampilkan berdasarkan tema tertentu. Peta
khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan
(fenomena geosfer) tertentu, baik kepadatan penduduk, peta penyebaran
hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur
2. Komponen-Komponen Peta
Menurut Nurdin, (2008) komponen-komponen peta atau
kelengkapan peta ada 12 yaitu:
a. Judul Peta
Judul peta biasanya diletakkan dibagian tengah atas peta.
Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan
tidak mengganggu kenampakan dari keseluruhan peta. Judul peta
merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum
pembaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang
dibacanya.
Judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada
peta. Judul peta biasanya diletakan di bagian tengah atas peta. Tetapi
judul peta dapat juga diletakan di bagian lain dari peta, asalkan tidak
menggangu kenampakan dari keseluruhan peta. Judul peta memuat isi
peta. Dari judul peta kita dapat segera mengetahui data dan daerah
mana yang tergambar dalam peta tersebut contoh:
1) Peta penyebaran penduduk pulau jawa.
2) Peta bentuk muka bumi asia.
3) Peta Indonesia.
b. Skala Peta
Skala adalah perbandingan antara dua titik sembarang di peta
dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran
yang sama. Pembilang yang terletak dibagian atas pecahan merupakan
merupakan angka dalam unit yang sama yang menunjukkan jarak yang
sebenarnya dilapangan/bumi.
Bila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala
besar, misalnya 1 : 5000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan
hubungan kenampakan secara keseluruhan, digunakan skala kecil,
misalnya skala 1 : 1000.000. Contonya skala 1 : 500.000 artinya 1
bagian dipeta sama dengan 500.000 jarak yang sebenarnya, apabila
dipakai satuan cm maka artinya 1 cm jarak di peta sama dengan
500.000 cm (5 Km) jarak sebenarnya di permukaan bumi.
c. Legenda atau Keterangan
Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam
peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta.
Legenda merupakan komponen penting pada peta. Kerena peta tanpa
legenda keterangan petanya, sulit untuk dibaca, jadi agar mudah dibaca
dan ditafsirkan, peta harus dilengkapi dengan legenda atau keterangan.
Legenda menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat dalam peta
contoh: legenda atau keterangan peta. Legenda biasanya diletakan di
pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakan pada
bagian lain peta, sepanjang tidak menggangu kenampakan peta secara
keseluruhan.
d. Tanda Arah atau Tanda Orientasi
Tanda arah atau tanda orientasi penting artinya dalam suatu
peta. Gunanya untuk menujukkan arah Utara, Timur dan barat. Tanda
arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta,
asalkan tidak mengganggu kenampakan peta.
e. Simbol dan Warna
Bentuk simbol dapat bermacam-macam seperti ; titik, garis,
batang, lingkaran, dan pola. Simbol titik biasanya dipergunakan untuk
menunjukkan tanda misalnya letak sebuah kota dan menyatakan
kuantitas misalnya satu titik sama dengan 100 orang, dan sebagainya.
Simbol garis digunakan untuk menunjukkan tanda seperti jalan, sungai,
rel kereta api dan lainnya. Garis juga digunakan untuk menunjukkan
perbedaan tingkat kualitas, yang dikalangan pemetaan dikenal dengan
isolines.
1) Simbol Peta
Gunanya agar informasi yang di sampaikan tidak
membingungkan. Simbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat (
sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum) sehingga dapat
menginformasikan hal-hal yang di gambarkan dengan tepat.
Macam-macam simbol peta:
a) Simbol peta berdasarkan bentuknya
(1) Simbol titik, di gunakan untuk menyajikan tempat.
(2) Simbol Garis , di gunakan untuk menyajikan data geografis.
(3) Simbol luasan (Area), di gunakan untuk menujukkan ke
nampakan area
(4) Simbol aliran, di gunakan untuk menyatakan alur dan gerak
(1) Simbol daratan, digunakan untuk simbol-simbol permukaan
bumi di daratan.
(2) Simbol perairan, digunakan utuk simbol-simbol bentuk
perairan
(3) Simbol budaya, digunakan untuk simbol-simbol, bentuk hasil
budaya
2) Warna
Guna warna pada peta ditujukan untuk tiga hal, yaitu; untuk
membedakan, untuk menunjukan tingkatan kualitas maupun
kuantitas (gradasi), dan untuk keindahan. Dalam menyatakan
perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Misalnya laut
berwarna biru, perkampungan warna hitam, sawah warna kuning dan
sebagainya.
f. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta
Sumber memberikan kepastian kepada pembaca peta, bahwa
data dan informasi yang disajikan dalam peta tersebut benar-benar
absah (dipercaya/akurat), dan bukan data fiktif atau hasil rekaan. Hal ini
akan menentukan sejauh mana pembaca peta dapat mempercayai
data/informasi tersebut. Selain sumber, tahun pembuatan peta juga
perlu diperhatikan. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu
masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang.
g. Inset dan Indek Peta
Inset peta merupakan peta yang diperbesar dari bagian belah
bumi. Sebagai contoh, mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa
h. Grid
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukkan lembar
peta dan untuk memudahkan penunjuk letak sebuah titik di atas lembar
peta.
i. Nomor Peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar
dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
j. Sumber/Keterangan Riwayat Peta
Sumber di tekankan pada pemberian indentitas peta, meliputi
penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan
deklinasi magnetis, tanggal /tahun pengambilan data dan tanggal
pembuatan/percetakan peta, dan lain sebagainya.
k. Elevasi
Elevasi yaitu ketinggian sebuah titik atas muka bumi dari
permukaan laut
l. Koordinat
Sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat geografis
(gographical coordinate). Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa,
dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan ) yang sejajar dengan
garis katulistiwa. Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan
kutup utara dan kutub selatan, mengukur seberapa jauh suatu tempat
dari meridian. Sedangkan garis lintang adalah garis khayal diatas
permukaan bumi yang sejajar dengan khatulistiwa, untuk mengukur
3. Jenis Peta Berdasarkan Skala
Peta tidak sama besarnya (ukuranya). Ada peta yang berukuran
besar dan ada peta yang berukuran kecil. Besar-kecilnya peta ditentukan
oleh besar-kecilnya skala yang digunakan. Skala peta adalah perbandingan
jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi
(lapangan). Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat
jenis, yaitu:
a. Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100
sampai 1 : 5.000. peta ini digunakan untuk menggambarkan peta tanah
atau peta dalam sertifikat tanah, oleh kerena itu banyak terdapat di
Departemen Dalam Negeri, pada Dinas agrarian (Badan Pertahanan
Nasional).
b. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1:5.000 sampai
1:250.000. peta skala besar digunakan untuk menggambarkan wilayah
yang relative sempit, misalnya peta kelurahan, peta kecamatan.
c. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara
1:250.000 sampai 1:500.000 peta skala sedang digunakan untuk
menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi jawa
tengah, peta propinsi Maluku.
d. Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1:500.000 sampai
1:1.000.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan untuk
menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara, benua
4. Proyeksi Peta
Untuk mengindari terjadinya kesalahan yang lebih besar, dalam
ukuran (luas dan jarak) bentuk permukaan bumi pada peta, maka dalam
pembuatan peta digunakan proyeksi peta. Proyeksi peta adalah teknik
pemindahan bentuk permukaan bumi yang lengkung (bulat) ke bidang datar.
Menurut Nurdin (2008), proyeksi peta adalah cara memindahkan
sistem paralel (garis lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola
(globe) ke bidang data (peta). Atau ilmu yang mempelajari cara pemindahan
data topografi dari atas permukaan bumi ke atas permukaan peta, sehingga
bentuk dan perubahan besaran data tersebut dapat dirumuskan dengan
formula tertentu. Kerena perbedaan di atas, maka diperlukan pembahasan
yang mendasar, sehingga untuk dapat memindahakan data di permukaan
bumi ke atas bidang proyeksi peta diperlukan beberapa ilmu pengetahuan
yang menunjang, all: Matematika, Fisika, Geodei, Astronomi, Kartografi,
Geografi, Fotogrametri, dan lain-lain.
a. Syarat Peta yang Baik:
1) Tidak boleh membingungkan
2) Harus mudah di mengerti (ditangkap maknanya)
3) Memberikan gambaran yang sebenarnya
4) Harus indah (rapi dan bersih)
b. Jenis-jenis Bidang Proyeksi
1) Proyeksi bidang datar (azimuthal / zenithal) merupakan jenis proyeksi
peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya.
2) Proyeksi kerucut merupakan jenis proyeksi peta yang mengunakan
merupakan bidang. Lengkung yang dapat di datarkan tanpa
perubahan lebih lanjut, sehingga tidak mengubah bentuk dan
besaran data yang disajikan di atas.
3) Proyeksi silinder merupakan jenis proyeksi peta yang menggunakan
bidang silinder sebagai bidang proyeksinya. Bidang silinder ini
merupakan bidang lengkung yang dapat didatarkan tanpa ada
perubahan lebih lanjut, sehingga tidak mengubah bentuk dan
besaran data yang disajikan di atasnya.
5. Fungsi-fungsi Peta
Fungsi peta adalah; 1. Menunjukan posisi atau lokasi suatu tempat di
permukaan bumi; 2. Memperlihatkan ukuran (luas dan jarak) dan arah suatu
tempat dipermukaan bumi; 3. Mengambarkan bentuk-bentuk dipermukaan
bumi, seperi benua, Negara, gunung, sungai, dan bentuk bentuk lainya; dan
4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei dengan mengetahui kondisi
daerah yang akan diteliti; 5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah;
6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan; 7. Alat untuk
menjelaskan rencana-rencana yang diajukan; 8. Alat untuk menpelajari
hubungan timbal balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi
dipermukaan bumi.
D. GPS (Global Positioning System)
1. Pengertian GPS
Menurut Andi (2002), GPS atau Global Positioning System merupakan
sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan
penggunanya dimana dia berada (secara global) di permukaan bumi yang
digital. Dimanapun anda berada, maka GPS bisa membantu menunjukan
arah, selama anda melihat langit. Layanan GPS ini tersedia gratis, bahkan
tidak perlu mengeluarkan biaya apapun kecuali membeli GPS recierver-nya.
Awalnya GPS hanya digunakan hanya untuk kepentingan militer, tapi
pada tahun 1980-an dapat digunakan untuk kepentingan sipil. GPS dapat
digunakan dimanapun juga dalam 24 jam. Posisi unit GPS akan ditentukan
berdasarkan titik-titik koordinat derajat lintang dan bujur. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar GPS dibawah ini:
Gambar 1. GPS Garmin
E. SIG (Sistem Informasi Geografi)
1. Pengertian SIG
Sistem Informasi Geografis terdiri dari perangkat lunak, perangkat
keras, maupun aplikasi-aplikasinya, telah dikenal secara luas sebagai alat
bantu (proses) pengambilan keputusan (Aini, 2007). Sistem Informasi
informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan
menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).
Sistem ini meng-capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan
kepada kondisi bumi.
Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database,
seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa
yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dengan Sistem Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna
berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan
memprediksi apa yang terjadi.
Sistem informasi geografi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka bumi atau informasi
tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab atau
menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang
bersangkutan (Sugandi, 2009).
SIG adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu
(tools) yang sangat ensensial dalam menyimpan, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan
data atribut dan spasial (grafis). SIG adalah suatu system informasi yang
dapat memadukan antara data grafis dengan data teks (atribut) objek yang
dihubungkan secara gegografis di bumi (georefrence).
2. AutoCad Land Desktop Development 2006
AutoCAD adalah salah satu program desain gambar dengan bantuan
mengalami otomatisasi gambar, menggantikan fungsi manual yang selama ini
mendominasi pekerjaan di segala bidang. Kompatibilitasnya yang tinggi
memungkinkan gambar – gambar AutoCAD dapat diterima oleh sebagian
besar program menggambar lain dan dapat dicetak dengan menggunakan
hampir semua alat pencetakan. AutoCAD memiliki fasilitas yang cukup komplit
untuk membuat gambar-gambar dua dimensi dan tiga dimensi.
Banyak orang mengenal AutoCAD sebagai software yang paling
banyak dipakai dalam bidang arsitektur, sebenarnya tidak saja arsitektur tetapi
program tambahan dari AutoCAD juga sudah sangat representatif dalam
bidang sipil, survei pemetaan, mekanikal desain, dan permodelan 3D.
Menurut Yudistira (2013), AutoCAD Land Desktop merupakan
software yang familiar dalam dunia ukur tanah, mulai dari Land Desktop
Development atau disingkat LDD sampai sekarang yang di
gunakan AutoCAD Civil 3D Land Desktop Companion 2009. Cara
menggunakan AutoCAD Civil 3D Land Desktop Companion berbeda dengan
menggunakan AutoCAD biasa. Pada AutoCAD Civil 3D kita diharuskan
membuat sebuah data project yang merupakan satu kesatuan antara gambar
dan data-data yang di input.
3. ArcGIS 10
Anonim (2013), ArcGis adalah salah satu software pengolah Sistem
Informasi Geografi (SIG/GIS). Sistem Informasi Geografik sendiri merupakan
suatu sistem yang dirancang untuk menyimpan, memanipulasi, menganalisis,
dan menyajikan informasi geografi. Mungkin anda sudah kenal kenal dengan
yang namanya peta. Perlu diketahui bahwa peta juga bisa disebut SIG atau
Terdapat beberapa perbedaan antara peta di atas kertas (peta analog)
dan SIG yang berbasis komputer. Perbedaannya adalah bahwa peta
menampilkan data secara grafis tanpa melibatkan basis data. Sedangkan SIG
adalah suatu sistem yang melibatkan peta dan basis data. Dengan kata lain
peta adalah bagian dari SIG. Sedangkan pada ArcGis anda dapat melakukan
beberapa hal yang peta biasa tidak dapat melakukannya. Perbedaan pokok
antara Peta Analog dengan ArcGis adalah bahwa Peta itu statik sedangkan
ArcGis biasa digunakan antara lain untuk :
a. Digitasi data citra dari layer monitor (on screen digitizing)
b. Reaktifikasi citra dengan bantuan ekstensi image analysis
c. Editing tema dengan drag and drop atau cut and paste
d. Editing tema dengan query item pada tabel
e. Kemudahan konversi data ke perangkat lunak lain, seperti: AUTOCAD,
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sangasanga
Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Waktu
Penelitian ini membutuhkan waktu selama 4 bulan meliputi
penyusunan proposal, pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan
penyusunan laporan.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) GPS Handheld, digunakan sebagai alat Pengambilan data waypoint
berupa titik Koordinat dan Kabel USB GPS Hendheld untuk download
data.
b) Alat tulis, digunakan untuk mencatat data di lapangan.
c) Papan LJK, digunakan sebagai alas untuk tally sheet agar data tidak
rusak atau sobek.
d) Komputer dengan spesifikasi intel core i3, 2 GB DDR3 memory untuk
pengolahan data
e) Printer Canon MP102 untuk printing
f) Kendaraan bermotor digunakan untuk mencapai tempat penelitian
2. Bahan
1. Paku payung, yang nantinya akan ditancapkan pada titik-titik tertentu
agar memudahkan dalam pekerjaan.
2. Pita, sebagai tanda pada paku-paku yang sudah ditancapkan supaya
tidak membingungkan dalam pengukuran.
3. Tally Sheet, digunakan untuk mencatat data-data lapangan sebelum
diolah agar data-data lapangan tersebut tidak hilang atau lupa.
4. Sawah Di Kecamatan Sangasanga, digunakan sebagai media yang
akan diukur.
5. Sofware autoCAD Land Desktop 2006 dan ArcGIS 10
6. Peta batas administrasi Kecamatan Sangasanga Kabupaten Kutai
Kartanegara
7. Kertas A4 70gsm dan 80 gsm.
8. Tita warna maxigraf.
D. Prosedur Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Penelitian
STUDI LITERATUR START PENGOLAHAN DATA PEMBUATAN PETA PENULISAN / DOKUMENTASI KI END IDENTIFIKASI MASALAH PENGAMBILAN DATA
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur tentang sawah di perpustakaan
dan artikel yang ada di internet.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan proses identifikasi terhadap Jenis-jenis
Sawah di Kecamatan Sangasanga yaitu identifikasi data-data yang
diperlukan untuk penelitian, metode penelitian yang akan digunakan dan
cara pengambilan data penelitian.
3. Pengambilan Data
Metode pengambilan data dengan sensus yaitu semua jenis sawah
datanya diambil dan pengambilan titik koordinat dengan waypoint yaitu
dilakukan langsung kelapangan menggunakan alat GPS Handheld Garmin.
Data yang diambil dalam penelitian ini anatara lain :
a. Data koordinat letak sawah
Pengambilan data langsung di lapangan dengan menggunakan
alat GPS handheld. Data yang diambil dilapangan dalam kegiatan ini
berupa titik koordinat. Cara pengambilan data koordinat sawah yaitu
dengan mengambil titik koordinat di sudut-sudut sawah di setiap
perubahan bentuk sawah.
Untuk mempermudah proses pengambilan data maka dibuat tally
sheet seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Tally Sheet Pengukuran GPS
Nama
Titik Easting Northing Elevation
Estimate
Accuracy Keterangan
P1 P2 P3
Keterangan :
1. Titik P1, P2, P3, pemberian nama pada GPS
2. Easting, Northing, elevation, estimate accuration : data yang ada pada GPS
b. Data jenis-jenis sawah serta ciri-ciri sawah aktif dan tidak aktif
Data jenis-jenis sawah merupakan data atribut atau data
pelengkap untuk kejelasan tentang sawah. Jenis-jenis sawah yang
diambil yaitu sawah tadah hujan, sawah Irigasi dan sawah bencah yang
ada di Kecamatan Sangasanga.
Ciri-ciri sawah Aktif:
1. Sawah masih ditanami padi oleh para petani
2. Masa penanaman dalam setahun paling tidak satu kali
3. Selain padi terdapat tanaman palawija yang di tanam oleh petani
4. Sawahnya masih dirawat dengan baik tidak dibiarkan banyak
semak belukar ataupun gulma yang menyerang tanaman padi
Ciri-ciri sawah tidak aktif:
1. Banyak semak belukar/pepohonan yang menutupi lahan sawah
2. Semak belukar yang tumbuh yaitu rumput peredangan dapat
tumbuh ± 100 cm, daun dan batangnya tajam
3. Pepohonan yang tumbuh yaitu pohon pule, alaban,
asam-asaman, dan jambu-jambuan
c. Data alamat sawah
Data ini diambil disesuaikan dengan alamat yang ada di
lapangan. Untuk mempermudah proses pengambilan data maka di buat
4. Pengolahan Data
Data yang diambil di lapangan kemudian diolah menggunakan
beberapa perangkat lunak
a. Data Poligon Sawah
Pengolahan data poligon sawah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Data koordinat yang di ambil adalah waypoint, setiap ada perubahan
bentuk dari lahan sawah diambil agar luasan sawah akurat.
2) Data yang diambil, diolah menjadi data titik koordinat menggunakan
alat bantu bantu perangkat lunak MS. Excel
3) Selanjutnya data titik koordinat di-add data ke perangkat lunak
ArcGIS untuk diolah untuk menjadi data dalam bentuk poligon
b. Data Batas Administrasi
Data batas administrasi Kecamatan Sangasanga diambil dari
data sekunder peta batas administrasi Kecamatan Sangasanga format
PDF kemudian di-convert menjadi format JPEG agar terbaca pada perangkat lunak ArcGIS. Cara memperoleh data batas administrasi
Kecamatan Sangasanga adalah sebagai berikut:
1) Melakukan proses geoprocessing peta batas administrasi Kecamatan
Sangasanga
2) Melakukan digitasi batas Kecamatan Sangasanga
3) Hasil digitasi disimpan untuk selanjutnya data diolah menjadi peta
Gambar 3. Diagram Alir Overlay Jenis-Jenis Sawah Keterangan:
• Data Sawah
Data sawah adalah data poligon sawah dalam bentuk vektor.
• Data Batas Administrasi
Data batas administrasi adalah dalam penelitian ini adalah data
peta batas administrasi Kecamatan Sangasanga yang sudah
dikoreksi koordinatnya menjadi koordinat UTM.
• Overlay
Overlay adalah proses menggabungkan data spasial dan atributnya
yaitu saluran air dan data batas administrasi menjadi sebuah Peta
Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga Kutai Kartanegara.
• Query
Pada tahap ini melakukan proses menampilkan atribut-atribut data
yang diperlukan yaitu :
QUERY END PETA SAWAH DI SANGASANGA OVERLAY START
- Menampilkan sawah aktif / tidak aktif
- Menampilkan sawah irigasi
- Menampilkan sawah tadah hujan
- Menampilkan sawah bencah (sawah pasang surut)
- Hitung luas masing-masing sawah
• Peta Sawah Sangasanga
Peta yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah:
- Peta Jenis-Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga
- Peta Sawah Aktif dan Tidak Aktif
c. Pembuatan Peta
Pada tahap ini dilakukan proses layout terhadap semua data
yang telah diolah pada perangkat lunak di atas.
Adapun data-data yang akan di-layout dan dijadikan peta adalah
1) Layer poligon batas administrasi Kecamatan Sangasanga
2) Layer sawah di Kecamatan Sangasanga
3) Melengkapi data atribut dari masing-masing layer
Langkah berikutnya dari proses pembuatan peta ini adalah mencetak
peta dalam ukuran A4 dimana peta sudah dilengkapi dengan
kelengkapan peta seperti judul peta, legenda, arah angin, sumber peta,
skala, insert dan grid peta.
d. Dokumentasi
Pada tahap ini proses penulisan karya ilmiah yang ditulis dan
diterbitkan untuk memaparkan hasil penelitian atau kajian yang telah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Dalam penelitian ini diambil beberapa data antara lain data sawah, data
batas kecamatan, data batas kelurahan, data saluran irigasi, dan data jalan.
Berdasarkan data yang telah diambil dari pengukuran lapangan diperoleh dari
hasil titik koordinat sawah di Kecamatan Sangasanga sebagai berikut :
Tabel 4. Luasan, Status, dan Jenis Sawah di Kecamatan Sangasanga Tahun
2013 per Kelurahan
NO Kelurahan Luas Sawah
(ha) Status Jenis Sawah
1 Kelurahan Jawa 16,8400 Tidak Aktif Sawah Irigasi
2 Kelurahan Sarijaya 0,8725 Tidak Aktif Sawah Bencah
3 Kelurahan Sarijaya 0,7426 Tidak Aktif Sawah Bencah
4 Kelurahan Sarijaya 0,3155 Aktif Sawah Bencah
5 Kelurahan Sarijaya 0,2724 Tidak Aktif Sawah Bencah
6 Kelurahan Sangasanga Muara 9,2484 Aktif Sawah Bencah
7 Kelurahan Sangasanga Muara 6,5447 Aktif Sawah Bencah
8 Kelurahan Pendingin 37,6715 Aktif Sawah Tadah Hujan
9 Kelurahan Pendingin 13,7380 Aktif Sawah Tadah Hujan
10 Kelurahan Pendingin 28,8253 Aktif Sawah Tadah Hujan
11 Kelurahan Pendingin 7,4765 Aktif Sawah Bencah
12 Kelurahan Pendingin 1,8238 Aktif Sawah Bencah
Ket: Data diperoleh dari data pengukuran kemudian diolah menggunakan ArcGIS 10 sehingga dapat diketahui luasanya
Tabel 5. Status Sawah Berdasarkan Keaktifannya Per Kelurahan
No Kelurahan Luas(ha) Status
1 Kelurahan Jawa - Aktif
16,8400 Tidak Aktif
2 Kelurahan Sarijaya 0,3155 Aktif
1,8875 Tidak Aktif
3 Kelurahan Pendingin 89,5351 Aktif
Tabel 5. (Lanjutan)
4 Kelurahan Sangasanga Dalam - Aktif
- Tidak Aktif
5 Kelurahan Sangasanga Muara 15,7931 Aktif
- Tidak Aktif
Total 105,6437 Aktif
18,7275 Tidak Aktif
Luas Sawah di Kecamatan Sangasanga 124.3712 ≈ 124 ha
Ket: Data diperoleh dari keterangan data pengukuran
Tabel 6. Jenis-jenis sawah perkelurahan
No Kelurahan Luas(ha) Jenis Sawah
1 Kelurahan Jawa - Bencah
- Tadah Hujan
16,8400 Irigasi
2 Kelurahan Sarijaya 2,2030 Bencah
- Tadah Hujan
- Irigasi
3 Kelurahan Pendingin 9,3003 Bencah
80,2348 Tadah Hujan
- Irigasi
4 Kelurahan Sangasanga Dalam - Bencah
- Tadah Hujan
- Irigasi
5 Kelurahan Sangasanga Muara 15,7931 Bencah
- Tadah Hujan
- Irigasi
Total 27.2964 Bencah
80,2348 Tadah Hujan
16,8400 Irigasi
Luas Sawah di Kecamatan Sangasanga 124 ha
Ket: Data diperoleh dari keterangan data pengukuran
Data-data di atas merupakan hasil dari perhitungan titik-titik koordinat
yang telah diambil di Kecamatan Sangasanga. Setelah diolah menggunakan
Pada peta di atas terlihat sisa luasan sawah di Kecamatan Sangasanga
saat ini. Berdasarkan data peta batas administrasi milik Kecamatan Sangasanga
luas kecamatan ini adalah 10591 ha namun berdasarkan hasil penelitian ternyata
hanya memiliki total sawah seluas 124 ha yaitu 105 ha adalah lahan pertanian
yang aktif digarap petani sepanjang tahun dan 19 ha lahan pertanian yang
kadang-kadang digarap oleh masyarakat, jumlah luas sawah yang ditanami padi
sekarang menurun dibandingkan lima tahun terakhir .
Menyempitnya lahan pertanian di Kecamatan Sangsanga terjadi karena
adanya konversi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian yang tidak
terkontrol, hal ini sesuai dengan pendapat Suhaimi (2010). Masyarakat lebih
memilih lahan pertaniannya dijadikan sebagai lahan nonpertanian karena hasil
dari nilai konversi lahan tersebut jauh lebih besar nilai keekonomiannya dari
usaha pertanian yang mereka lakukan selama ini.
Pada penelitian ini juga diidentifikasi jenis-jenis sawah yang ada di
Kecamatan Sangasanga. Hasil penelitian memperlihatkan ada 3 jenis sawah
yang ada di Kecamatan Sangasanga yaitu sawah irigasi, tadah hujan dan sawah
bencah. Untuk melihat lebih jelas ketiga kategori sawah tersebut bisa dilihat pada
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian luas sawah di Kecamatan Sangasanga
adalah 124 ha. Data ini mengalami penurunan dengan data milik Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Holtikultura Kutai Kartanegara. Pada tahun 2007 luas
sawah di Kecamatan Sangasanga 122 ha, luas sawah ini terus meningkat setiap
tahunnya yaitu tahun 2008 seluas 125 ha, tahun 2009 seluas 127 ha, tahun 2010
seluas 131 ha, tahun 2011 seluas 134 ha, dan tahun 2012 seluas 136 ha
(Anonim, 2012).
Data milik Dinas Pertanian ini tampaknya tidak sama dengan hasil
penelitian dalam riset ini. Selain mengidentifikasi luas sawah secara keseluruhan
di Kecamatan Sangasanga, juga mengidentifikasi luas jenis-jenis sawah dan
keaktifan sawah.
1. Jenis-Jenis Sawah
Status aktif atau tidak aktif dan jenis sawah yang ada di kecamatan
Sangasanga sebagai berikut:
a. Sawah Tadah Hujan
Berdasarkan hasil penelitian sawah tadah hujan hanya berada di
Kelurahan Pendingin biasanya berada di daerah yang berbukit dan jauh
dari sungai. Menurut keterangan warga sawah tadah hujan ini
dimanfaatkan petani hanya satu kali setahun untuk ditanami padi.
Penanaman padi ini dilakukan petani ketika memasuki musim penghujan.
Sebab pada saat itu pasokan air cukup melimpah, sehingga padi yang
ditanam bisa tumbuh subur. Hal itu didukung oleh Prihasto (2013) yang
menyatakan bahwa sawah tadah hujan merupakan sawah alternatif
Gambar 6. Kondisi
Tadah
Bila musim panen pada telah usai, lahan ini tidak dibiarkan
menggangur oleh petani. Tetapi digunakan untuk ditanami palawija,
singkong, jagung dan pisang.
bahwa sebagian besar petani di Pulau Jawa menggunakan lahan kosong
pada lahan sawah tadah hujan milik mereka untuk ditanami sawo, pisang,
kelapa kopyor, matoa, jambu dan belimbing. Hal ini dimaksudkan untuk
menambah penghasilan para pet
Kondisi Padi di Kelurahan Pendingin pada adah Hujan
Bila musim panen pada telah usai, lahan ini tidak dibiarkan
menggangur oleh petani. Tetapi digunakan untuk ditanami palawija,
singkong, jagung dan pisang. Prihasto (2013) juga mengungkapkan
bahwa sebagian besar petani di Pulau Jawa menggunakan lahan kosong
pada lahan sawah tadah hujan milik mereka untuk ditanami sawo, pisang,
kelapa kopyor, matoa, jambu dan belimbing. Hal ini dimaksudkan untuk
menambah penghasilan para petani.
pada Jenis Sawah
Bila musim panen pada telah usai, lahan ini tidak dibiarkan
menggangur oleh petani. Tetapi digunakan untuk ditanami palawija,
juga mengungkapkan
bahwa sebagian besar petani di Pulau Jawa menggunakan lahan kosong
pada lahan sawah tadah hujan milik mereka untuk ditanami sawo, pisang,
Gambar 7. Diagram Luas Jenis-Jenis Sawah Per Kelurahan
Sawah tadah hujan adalah jenis sawah paling luas di Kecamatan
Sangasanga. Luas sawah tadah hujan di Kecamatan Sangasanga adalah
64 persen dari total luas sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga. Hal
ini menunjukan bahwa sawah yang ada di Kecamatan Sangasanga tidak
memiliki saluran irigasi yang memadai. Sebab para petani masih
mengandalkan air hujan untuk mengairi sawahnya. Walaupun di
Kecamatan Sangasanga memiliki anak sungai Mahakam yang cukup
panjang namun belum bisa dimanfaatkan warga untuk mengairi
sawahnya. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara tampaknya belum
memperhatikan sektor pertanian di daerah ini.
b. Sawah Bencah
Sawah bencah adalah sawah yang terletak di daerah rawa-rawa
pantai yang telah kering atau sering pula di daerah muara sungai yang
besar. Pertanian sawah pasang surut ini banyak diusahakan di muara
2 9 16 80 17 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Kel. Jawa Kel. Sarijaya Kel.
Pendingin Kel. Sangasanga Dalam Kel. Sangasanga Muara
Luas Jenis-Jenis Sawah Per Kelurahan (Ha)
Bencah Tadah Hujan Irigasi
sungai besar dan rawa pasang surut. Sawah bencah adalah saw
pengairan sawahnya berasal dari air pasang surut sungai, secara tidak
langsung sawah bencah terletak dekat dengan sungai.
Gamba
Luas sawah bencah di Sangasanga adalah 22 persen dari luas
sawah yang ada di k
sawah bencah kurang di manfaatkan dengan baik di Kecamatan
Sangasanga.
sesuai dengan pendapat
lahan rawa di Indoen
palawija seperti kedelai, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kopi, kelapa, sayur
dan buah-buahan serta temu
berpotensi sebagai sawah bencah di Kecamatan Sangasanga masih
sangat luas. Hal ini disebabkan oleh minat masyarakat yang minim di
bidang pertanian.
sungai besar dan rawa pasang surut. Sawah bencah adalah saw
pengairan sawahnya berasal dari air pasang surut sungai, secara tidak
langsung sawah bencah terletak dekat dengan sungai.
Gambar 8. Sawah Bencah di Kelurahan Sarijaya
Luas sawah bencah di Sangasanga adalah 22 persen dari luas
sawah yang ada di kecamatan Sangasanga. Hal ini menunjukan bahwa
sawah bencah kurang di manfaatkan dengan baik di Kecamatan
Sangasanga. Sejauh ini baru dimanfaatkan untuk tanaman padi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sittadewi (2008) yang menyatakan bahwa
lahan rawa di Indoensia sebagian besar hanya cocok ditanami padi dan
palawija seperti kedelai, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kopi, kelapa, sayur
buahan serta temu-temuan. Padahal areal lahan yang
berpotensi sebagai sawah bencah di Kecamatan Sangasanga masih
s. Hal ini disebabkan oleh minat masyarakat yang minim di
bidang pertanian. Apalagi, menurut Sittadewi (2008), pengelolaan lahan sungai besar dan rawa pasang surut. Sawah bencah adalah sawah yang
pengairan sawahnya berasal dari air pasang surut sungai, secara tidak
di Kelurahan Sarijaya
Luas sawah bencah di Sangasanga adalah 22 persen dari luas
ecamatan Sangasanga. Hal ini menunjukan bahwa
sawah bencah kurang di manfaatkan dengan baik di Kecamatan
Sejauh ini baru dimanfaatkan untuk tanaman padi. Hal ini
yang menyatakan bahwa
sia sebagian besar hanya cocok ditanami padi dan
palawija seperti kedelai, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kopi, kelapa, sayur
Padahal areal lahan yang
berpotensi sebagai sawah bencah di Kecamatan Sangasanga masih
s. Hal ini disebabkan oleh minat masyarakat yang minim di
pasang surut sangat tergantung dari pengolahan tanah dan air yang
khusus. Sebab dua faktor ini merupakan kunci keberhasilan tanaman
pangan di tanah rawa.
Petani di Kecamatan Sangasanga hanya mampu memanfaatkan
lahan sawah bencahnya hanya sekali setahun untuk ditanami padi. Bila
musim hujan datang, maka masyarakat akan memanfaatkan lahannya
untuk tanaman padi. Namun bila musim panas tiba, lahan sawah bencah
tidak bisa dimanfaatkan petani. Sebab sawah dimasuki air asin dan
tanaman tidak bisa tumbuh. Hal ini didukung oleh Sittadewi (2008) yang
menyatakan bahwa rata-rata lahan pasang surut hanya dapat ditanami
sekali dalam setahun, selebihnya dibiarkan karena tergenang air.
c. Sawah irigasi
Sawah irigasi adalah sawah yang sistem pengairanya teratur,
sumber air jenis sawah ini berasal dari aliran sungai anakan mahakam.
Pengisian air pada model sawah ini dilakukan pada saat air pasang
secara teratur. Bila air pasang maka saluran irigasi dibuka untuk
memasukkan air. Sebaliknya, jika air mulai surut maka pintu air akan
ditutup. Dengan pengaturan sederhana tersebut pasokan air untuk sawah
Gambar 9. Sawah
Penanaman padi pada jenis sawah ini dapat dilakukan
sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah hujan tahunan.
Untuk jenis padi, sawah irigasi
kali panen. Selebihnya dimanfaakan petani untuk menanam sayuran dan
palawija. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian lahan
sawah irigasi ada yang tidak digarap petani secara maksimal.
Luas sawah irigasi di
dari luas keseluruhan sawah yang ada di Kecamatan sangasanga yaitu
124 ha. Jumlah luasan ini belum mengalami peningkatan dalam satu
dasawarsa terakhir. Pemerintah atau masyarakat belum ada mencetak
sawah baru untuk je
sawah-sawah di Sangasanga terus mengalami penyusutan.
didukung oleh
Sawah Irigasi di Kelurahan Jawa yang Belum
Penanaman padi pada jenis sawah ini dapat dilakukan
sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah hujan tahunan.
Untuk jenis padi, sawah irigasi bisa dimanfaatkan petani sebanyak dua
kali panen. Selebihnya dimanfaakan petani untuk menanam sayuran dan
palawija. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian lahan
sawah irigasi ada yang tidak digarap petani secara maksimal.
Luas sawah irigasi di Kecamatan Sangasanga adalah 14 persen
dari luas keseluruhan sawah yang ada di Kecamatan sangasanga yaitu
ha. Jumlah luasan ini belum mengalami peningkatan dalam satu
dasawarsa terakhir. Pemerintah atau masyarakat belum ada mencetak
sawah baru untuk jenis ini. Bahkan menurut pengamatan selama ini,
sawah di Sangasanga terus mengalami penyusutan.
didukung oleh Barus B. dkk (2009) yang menyatakan bahwa lahan ang Belum Tergarap Petani
Penanaman padi pada jenis sawah ini dapat dilakukan
sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada curah hujan tahunan.
bisa dimanfaatkan petani sebanyak dua
kali panen. Selebihnya dimanfaakan petani untuk menanam sayuran dan
palawija. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian lahan
sawah irigasi ada yang tidak digarap petani secara maksimal.
Kecamatan Sangasanga adalah 14 persen
dari luas keseluruhan sawah yang ada di Kecamatan sangasanga yaitu
ha. Jumlah luasan ini belum mengalami peningkatan dalam satu
dasawarsa terakhir. Pemerintah atau masyarakat belum ada mencetak
nis ini. Bahkan menurut pengamatan selama ini,
sawah di Sangasanga terus mengalami penyusutan. Hal ini
pertanian di Indonesia sebagian besar mengalami perubahan status.
Lahan kering berubah menjadi perumahan, lahan untuk industri dan lahan
untuk jasa sementara lahan basah dipergunakan untuk area
pertambangan dan lain-lain.
Gambar 10. Diagram Persentase Keaktifan Sawah Per Kelurahan
d. Sawah Aktif dan Tidak Aktif
Sawah aktif adalah suatu lahan pertanian yang masih dirawat
dan ditanami padi atau pun tanaman palawija. Hanya beberapa petani
yang bertahan untuk menanam padi, di karenakan mereka tidak ingin
sawah mereka warisan dari leluhur ataupun orang tua mereka rusak di
karenakan tambang batu bara.
Umumnya sawah yang tergolong aktif adalah sawah yang masih
di tanami selama satu tahun terakhir. Di Kecamatan Sangasanga masih
ada delapan petak sawah yang masih aktif, luasnya adalah 105 ha.
0.3 89.5 15.8 16.8 1.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Kel. Jawa Kel. Sarijaya Kel.
Pendingin Kel. Sangasanga Dalam Kel. Sangasanga Muara P e rs e n ta se
Persentase Keaktifan Sawah
Aktif Tidak Aktif
Gambar 11
Sawah tidak aktif adalah suatu lahan pertanian yang sudah tidak
di tanami padi atau tanaman palawija dan sawah ini biasanya di tumbuhi
oleh semak belukar dan rerumputan karena sudah tidak di rawat lagi
oleh pemiliknya. Kebanyakan sawah tidak aktif karena pemiliknya lebih
memilih pekerjaan lain yang hasil lebih besar, seperti bekerja di
pertambangan
tidak aktif di Kecamatan Sangasanga dan luasnya adalah sekitar
1. Sawah Aktif yang Ditanami Padi di Kelurahan Pendingin
Sawah tidak aktif adalah suatu lahan pertanian yang sudah tidak
di tanami padi atau tanaman palawija dan sawah ini biasanya di tumbuhi
oleh semak belukar dan rerumputan karena sudah tidak di rawat lagi
miliknya. Kebanyakan sawah tidak aktif karena pemiliknya lebih
memilih pekerjaan lain yang hasil lebih besar, seperti bekerja di
pertambangan ataupun sebagai nelayan. Ada empat petak
tidak aktif di Kecamatan Sangasanga dan luasnya adalah sekitar
adi di Kelurahan Pendingin
Sawah tidak aktif adalah suatu lahan pertanian yang sudah tidak
di tanami padi atau tanaman palawija dan sawah ini biasanya di tumbuhi
oleh semak belukar dan rerumputan karena sudah tidak di rawat lagi
miliknya. Kebanyakan sawah tidak aktif karena pemiliknya lebih
memilih pekerjaan lain yang hasil lebih besar, seperti bekerja di
petak sawah yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Kegiatan telah dilaksanakan, dengan demikian dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sawah di Kecamatan Sangasanga memiliki luas keseluruhan 124 ha yang
mana terdiri dari 27 ha sawah bencah, 80 ha sawah tadah hujan dan 17 ha
sawah irigasi.
2. Status sawah aktif seluas 105 ha dan seluas 19 ha adalah sawah tidak aktif.
3. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, mengakibatkan lahan usaha
pertanian semakin menyempit.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan pemeliharaan/perawatan terhadap sawah yang masih
ada di Kecamatan Sangasanga untuk ketahanan pangan di masa mendatang.
2. Dilakukanya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya sawah untuk
lahan penanaman padi.
3. Sebaiknya sawah yang tidak ditanami padi harus ditanami padi kembali, agar
produksi padi dapat meningkat, sehingga ketahanan pangan dapat tercapai