• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Potensi Air Sungai di Kabupaten Bireuen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Potensi Air Sungai di Kabupaten Bireuen"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 1

Studi Potensi Air Sungai di Kabupaten Bireuen

Oleh : Cut Azizah

Abstrak

Kabupaten Bireuen mempunyai lima sungai besar yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan air, yaitu Krueng Peusangan, Krueng Peudada (Krueng Oeneun), Krueng Nalan, Krueng Pandrah (Krueng Sambang), dan Krueng Samalanga (Krueng Krian). Sungai tersebut sudah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum, irigasi, industri dan perikanan. Namun dari beberapa tulisan dan informasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bireuen masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah menganalisis penggunaan air eksisting, ketersediaan air, kelebihan air dan kebutuhan air. Kebutuhan air dihubungkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2007-2027. Observasi dan inventarisasi data debit pengambilan pada bangunan di aliran sungai digunakan dalam analisis penggunaan air eksisting. Analisis ketersediaan air menggunakan Metode Mock. Analisis kebutuhan air menggunakan data jumlah penduduk, luas sawah, luas bangunan industri dan jumlah ternak. Dari hasil penelitian diketahui Kebutuhan air minum penduduk Kabupaten Bireuen sampai dengan tahun 2027 yaitu 572.011 jiwa, dapat dipenuhi dari Krueng Peusangan dan Krueng Peudada. Kebutuhan air irigasi lahan potensial sawah yang dapat dikembangkan menjadi irigasi teknis yaitu seluas 5.789 ha, dapat dipenuhi oleh semua sungai. Kebutuhan air industri kawasan KIB Batee Geulungku dan KIB juli dipenuhi oleh Krueng Pandrah dan Krueng Peusangan. Kebutuhan air peternakan dipenuhi oleh Krueng Peusangan dan Krueng Peudada. Berdasarkan analisis kebutuhan air, pada tahun 2028 Krueng Peusangan masih bisa di andalkan dalam memenuhi kebutuhan air Kabupaten Bireuen. Krueng Peudada hampir mengalami kekurangan air terutama untuk kebutuhan air minum. Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga pada tahun 2028 sudah tidak dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan air. Dengan potensi air sungai yang begitu besar sangat disarankan Kabupaten Bireuen dapat memaksimalkan penggunaan air untuk pemenuhan kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan air pada tahun 2028, Kabupaten Bireuen disarankan membangun waduk di sungai Krueng peudada, Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga.

Kata Kunci: Debit andalan, Potensi air, kelebihan air, kekurangan air

I. Pendahuluan

Sungai adalah saluran air di permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah dari tempat tinggi (hulu) ke suatu daerah yang lebih rendah (hilir). Di tinjau dari segi hidrologi, sungai mempunyai fungsi utama menampung curah hujan dan mengalirkannya sampai ke laut. Daerah sungai memperoleh air merupakan daerah tangkapan hujan yang disebut Daerah Aliran Sungai (das). DAS didefinisikan suatu wilayah yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama serta menuju ke laut.

Air sungai merupakan salah satu sumberdaya air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat. Sumberdaya air tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan kehidupan, antara lain untuk kebutuhan air bersih, kebutuhan air untuk pertanian (irigasi), kebutuhan air industri, kebutuhan air perikanan, dan kebutuhan pemeliharaan air sungai. Untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut

maka sangat penting diketahui potensi air sungai yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan.

Kabupaten Bireuen mempunyai 5 (lima) sungai besar yang mempunyai potensi yang

(2)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 2

kebutuhan air bagi manusia. Sungai tersebut adalah Krueng Peusangan, Krueng Peudada (Krueng Oeneun), Krueng Nalan, Krueng Pandrah (Krueng Sambang), dan Krueng Samalanga (Krueng Krian). Selama ini sungai tersebut sudah dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum, irigasi, industri dan perikanan. Namun dari beberapa tulisan dan informasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bireuen, masih banyak potensi air dari ke 5 (lima) sungai tersebut yang belum terpakai secara optimal. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan tentang seberapa banyak potensi air yang masih bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air sesuai dengan prioritas yang ditentukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 7 tahun 2004.

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah menganalisis penggunaan air eksisting, ketersediaan air, kelebihan air dan kebutuhan air dari Krueng Peusangan, Krueng Peudada, Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga. Kebutuhan air yang akan datang tersebut dianalisis berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2007-2027.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka

dilakukan analisis penggunaan air eksisting dengan melakukan inventarisasi, observasi dan data debit pengambilan pada bangunan yang ada di aliran sungai. Tahap kedua adalah menganalisis debit andalan dengan Metode Mock menggunakan peta topografi, data curah hujan

dan klimatologi. Tahap ketiga adalah

menganalisis kelebihan air berdasarkan

pengurangan debit andalan sungai dengan debit

pengambilan bangunan eksisting. Tahap

keempat adalah analisis kebutuhan air

berdasarkan prioritas yang ditetapkan dalam Undang-undang dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2007-2027. Analisis kebutuhan air menggunakan data jumlah penduduk, luas sawah, jumlah industri dan jumlah ternak yang ada di Kabupaten Bireuen.

Batasan ruang lingkup penelitian meliputi perhitungan ketersediaan air, perhitungan kelebihan air dan perhitungan kebutuhan air. Perhitungan ketersediaan air menggunakan data curah hujan kemudian diubah menjadi curah hujan areal dengan metode poligon thiessen. Perhitungan selanjutnya adalah evapotranspirasi dengan metode Penman Modifikasi. Hasil

perhitungan curah hujan areal dan

evapotranspirasi digunakan untuk menghitung debit rata-rata bulanan dengan metode Mock. Debit rata-rata bulanan dibangkitkan menjadi 30 tahun data dengan metode Markov, kemudian

diurutkan dari besar ke kecil untuk

mendapatkan debit andalan probabilitas 80%, 95% dan 99%.

Perhitungan kelebihan air dihitung dengan mengurangi debit andalan dengan debit pengambilan di sepanjang aliran Krueng Peusangan Krueng Peusangan, Krueng Peudada, Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga. Hal ini untuk mendapatkan potensi debit yang dapat digunakan untuk analisis kebutuhan air rencana.

Perhitungan kebutuhan air dihitung untuk kebutuhan air minum, kebutuhan air irigasi, kebutuhan air peternakan dan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai. Kebutuhan air minum dihitung berdasarkan data jumlah penduduk kabupaten Bireuen tahun 2010 kemudian diproyeksikan hingga tahun 2027. Kebutuhan air irigasi dihitung untuk sawah tadah hujan Kabupaten Bireuen. Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan rencana kawasan industri Kabupaten Bireuen. Kebutuhan air peternakan dihitung berdasarkan data ternak kabupaten Bireuen tahun 2006 kemudian

diproyeksikan hingga tahun 2027 dan

kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai juga diproyeksikan hingga tahun 2027.

II. Tinjauan Kepustakaan

2.1 Analisa Ketersediaan Air

Ketersediaan air dapat diartikan

tersedianya suatu sumber air yang

menunjukkan bahwa air tersebut ada atau tersedia pada suatu kawasan tertentu. Analisis ketersediaan air pada suatu daerah aliran sungai adalah suatu debit aliran yang dapat tersedia pada setiap saat dalam waktu yang ditinjau pada keluaran (outlet) daerah yang bersangkutan. Analisis ketersediaan air ini

dapat memberikan gambaran potensi

sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai (Asdak, 2004:190).

Informasi berapa debit aliran yang tersedia dari suatu sumber air dapat diperoleh dari debit aliran sungai yang tercatat atau dari data tinggi hujan yang tercatat pada stasiun hujan. Data tinggi hujan dapat digunakan apabila mempunyai waktu pencatatan runtut waktu (Asdak, 2004:191).

Apabila analisis ketersediaan air

menggunakan data tinggi hujan maka langkah selanjutnya adalah dengan mengubah data tinggi hujan suatu stasiun (hujan titik) menjadi data tinggi hujan kawasan (curah hujan areal). Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis evapotranspirasi, menganalisis debit rata-rata bulanan, membangkitkan debit

(3)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 3

rata-rata bulanan menjadi 30 tahun. Langkah terakhir dalam analisis ketersediaan air adalah menentukan debit andalan sebagai nilai desain debit dari debit rata-rata bulanan tersebut (Triatmodjo, 2008).

2.1.1 Curah hujan areal

Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau terjadi hanya bersifat setempat. Hujan bersifat setempat artinya ketebalan hujan yang diukur dari suatu pos hujan belum tentu dapat mewakili hujan untuk kawasan yang lebih luas, kecuali hanya untuk lokasi di sekitar pos hujan tersebut. Untuk mengubah hujan titik menjadi hujan areal dapat digunakan metode poligon Thiessen (Soemarto, 1999).

Metode poligon thiessen menerapkan anggapan bahwa setiap pos hujan dapat mewakili tebal hujan dari suatu daerah dengan luas tertentu. Tebal hujan rata-rata DAS (Hr) dapat dihitung dengan rumus (Soewarno, 2000:206) :

Hr = 1/A (A1.H1 + A2.H2 + A3.H3 + ... An.Hn)

Keterangan :

A1,A2,A3 dan An = bagian luas polygon

untuk pos hujan 1,2,3… n buah pos (km2);

H1, H2,H3 dan Hn = tebal hujan (mm);

A = luas DAS (km2).

2.1.2 Debit rata-rata bulanan

Debit rata-rata bulanan dapat dianalisis

dengan metode Mock. Metoda Mock

menggunakan konsep keseimbangan air bulanan dan digunakan untuk daerah yang memiliki aliran sungai (Adidarma dkk, 2004). Metode Mock merupakan suatu metode yang digunakan untuk menghitung debit rata-rata bulanan sungai, berdasarkan analisa keseimbangan air yang menjelaskan hubungan runoff dengan

curah hujan bulanan, evapotranspirasi,

kelembaban tanah dan penyimpanan di dalam tanah (Mock, 1973). Rangkaian rumus Mock adalah sebagai berikut:

ΔE = ETo 20 m (18-n) E = ETo – ΔE SMS = ISM + Re – E WS = ISM + Re – E – SMC inf = WS x IF G. STORt = G.STOR(t-1) x Rc+       2 1 Rc x inf

Qbase= inf- G.STORt + G.STOR(t-1)

Qdirect = Ws x (1-IF)

Qstrom = Re x PF

QTotal = Qbase + Qdirect + Qstrom

Qs = Qtotal x A

Keterangan :

ΔE = perbedaan antara

evapotranspirasi potensial dan aktual (mm/bln);

ETo = evapotranspirasi potensial

(mm/hari);

m = proporsi permukaan tanah yang

tidak ditutupi oleh vegetasi (20 %);

n = jumlah hari hujan, (bln);

SMS = simpanan kelembaban tanah

(mm/bln);

SMC = Soil Mostuire Capasity (rongga

void);

ISM = kelembaban tanah awal

(mm/bln);

Re = curah hujan bulanan (mm/bln);

WS = kelebihan air (mm/bln);

Inf = infiltrasi (mm/bln);

IF = proporsi kelebihan curah hujan

yang menyerapke air tanah (0.4); G. STORt = daya tampung air tanah pada

awal bulan (mm/bln);

G.STOR(t-1) = penyimpanan air tanah pada

akhir bulan (mm/bln);

Rc = konstanta pengurangan aliran

(0.6);

Qbase = besar limpasan dasar (mm/bln);

Qdirect = besar limpasan permukaan

(mm/bln);

Qstrom = besar limpasan hujan sesaat

(mm/bln);

Qtotal = besar limpasan (mm/bln);

Qs = debit rata-rata bulanan (m3/bln);

A = luas daerah aliran sungai (Km2).

2.1.3 Pembangkitan debit rata-rata bulanan Debit rata-rata bulanan untuk analisis ketersediaan air digunakan apabila mempunyai waktu minimal 30 tahun runtut waktu. Apabila tidak ada debit tersebut dapat dibangkitkan

menggunakan Proses Markov, yaitu

menggunakan model auto-regresif tahunan. Model yang paling sederhana adalah model Markov-Chain, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Soewarno, 1995:115):

Xi =  (Xi-1) + (1- ) Xr + (S) (t) ( 1-  )1/2 Keterangan :

Xi = debit tahunan pada tahun ke-t;

Xi – 1 = debit tahunan pada tahun ke t-1;

Xr = debit rata-rata tahunan dari

pengamatan;

S = deviasi standar dari pengamatan;

 = Koefisien Markov-Chain, nilainya

berkisar antara 0,2 – 0,3, digunakan nilai 0,25;

(4)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 4

t = variat acak dari disttribusi normal

dengan rata-rata = 0 dan deviasi standar = 1,0.

2.1.4 Debit andalan

Debit rata-rata bulanan digunakan untuk

menetapkan debit andalan dari suatu

ketersediaan air. Debit rata-rata bulanan merupakan nilai yang muncul bervariasi dan setiap data munculnya relatif dalam rentang waktu sesaat (Soemarto, 1999:130). Debit andalan adalah nilai yang ditetapkan sebagai acuan jumlah air yang tersedia yang ditetapkan

berdasarkan persentase kemungkinan

terpenuhinya/ tersedianya nilai tersebut dari rangkaian data historis yang ada. Rumus yang digunakan untuk menetapkan probabilitas kemunculan atau ketersediaan nilai desain adalah (Soemarto, 1999:138) : 100% 1 Pr x n m   Keterangan : Pr = probabilitas (%); m = nomor urut data; n = jumlah data.

Prosentase kemungkinan ketersediaan air ditetapkan berdasarkan analisis resiko dan ekonomi. Untuk kebutuhan air irigasi digunakan probabilitas 80%, Untuk kebutuhan air bersih probilitas 99%. Kebutuhan air industri 95% (Soemarto, 1999:137).

2.2 Analisis Kebutuhan Air

Dalam mengembangkan sumberdaya air

memerlukan perencanaan yang matang

dikarenakan berkaitan dengan neraca air sungai. Keseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air harus tetap dipelihara. Masalah utama dari pengaturan sumberdaya air adalah jumlah kebutuhan akan air selalu berubah seiring dengan waktu dan tempat. Oleh sebab itu diperlukan suatu pengaturan agar air yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Dalam pemenuhan kebutuhan yang ada, tentunya harus ditentukan kebutuhan mana yang lebih diprioritaskan. Di Indonesia alokasi pemanfaatan air telah ditentukan prioritasnya secara jelas dalam UU no 7 tahun 2004 pasal 34

tentang sumberdaya air dan Peraturan

Pemerintah no 42 tahun 2008 (Sjarief, 2002:64). 2.2.1 Kebutuhan air bersih

Besarnya kebutuhan air bersih tergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang sejalan dengan naiknya tingkat kesejahteraan, serta ukuran besarnya kota yang dapat diasumsikan bergantung pada jumlah penduduk

(Linsley, 1986:91-93). Kebutuhan air bersih dikategorikan berdasarkan populasi jumlah penduduk yaitu untuk kota yang berpenduduk diatas 1 (satu) juta jiwa kebutuhan konsumsi air adalah 190 ltr/org/hari, untuk kota 500 (lima ratus) ribu sampai dengan 1 (satu) juta jiwa kebutuhan konsumsi air adalah 170 ltr/org/hari, untuk kota 100 (seratus) ribu sampai dengan 500 (lima ratus) ribu jiwa

kebutuhan konsumsi air adalah 150

ltr/org/hari, untuk kota 20 (dua puluh) ribu sampai dengan 100 (seratus) ribu jiwa kebutuhan konsumsi air adalah 130 ltr/org/hari dan untuk kota yang penduduknya lebih kecil dari 20 (dua puluh) ribu jiwa kebutuhan konsumsi air adalah 30 ltr/org/hari.

Menurut Sutjiati (1989) dikutip dari Basri dkk, 2005:62, Jumlah penduduk pada tahun yang akan datang dapat diketahui dengan cara memproyeksikan jumlah penduduk pada tahun sebelumnya dengan catatan rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah tetap. Jumlah penduduk pada tahun yang akan datang diproyeksikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pn= Po (1 +r)n. (2.21)

Qs = Pn x Ka

Keterangan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun tertentu; Po = jumlah penduduk yang sudah diketahui; n = selisih tahun;

r = prosentase pertambahan penduduk; Qa = kebutuhan air bersih;

Ka = kebutuhan air bersih per kapita. 2.2.2 Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah air total yang akan diberikan pada petak sawah atau jaringan irigasi. Besarnya kebutuhan air di petak sawah dipengaruhi oleh banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan pengolahan tanah (Sosrodarsono & Takeda, 1976 :216). Kebutuhan bersih air untuk padi di sawah (NFR = Net Field Water Reguirement) dipengaruhi oleh faktor-faktor penyiapan lahan, curah hujan efektif, kebutuhan air konsumtif, perkolasi dan rembesan, dan penggantian lapisan air. Kebutuhan air irigasi dapat dihitung dengan rumus (Anonim 1 2002) :

NFR = IR – Ref IR = ) 1 ( .  k k e e M .. (2.24) M = Eo + P (2.25) k = S T M . Ref = % 70 15 ) ( % 80 x bulan setengah R NFR = ETc + P – Ref +WLR

(5)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 5 ETc = Kc x ETo DR = 64 , 8 efx NFR

ef = ef1 x ef2 x ef3 1000

A DR Q 

Keterangan :

NFR = kebutuhan bersih air untuk padi (mm/hari);

IR(LP)=kebutuhan untuk penyiapan lahan

(mm/hari);

M = kebutuhan penggantian air (mm/hari);

Eo = evaporasi air terbuka (mm/hari); P = perkolasi, 1- 3 (mm/hari);

k = parameter fungsi dari air ;

T = jangka waktu penyiapan lahan, 30 hari

mekanis dan 45 hari manual (hari);

S = kebutuhan air untuk penjenuhan, (mm);

e = bilangan napir, sebesar 2.718281828.

Ref = curah hujan efektif (mm/hari);

Re80 % (15) = hujan setengah bulanan, 80%

(mm);

ETc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari);

Kc = koefisien tanaman padi;.

ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari). WLR = penggantian lapisan air, 50 (mm/hari).

DR = kebutuhan pengambilan (l/dtk/ha);

ef = efisiensi irigasi total;

ef1 = efisiensi pada jaringan utama (90%); ef2 = efisiensi pada jaringan sekunder (90%); ef3 = efisiensi pada jaringan tersier (80%);

Q = debit pengambilan (m3/dtk);

A = luas areal sawah (ha).

2.2.3 Kebutuhan air untuk industri

Kebutuhan air untuk industri diperlukan untuk menjalankan proses produksi, tergantung kepada jenis industri dan jumlah industri yang ada serta perkembangannya di masa akan datang.) Kebutuhan air yang dibutuhkan di sektor industri adalah 40 ltr/jiwa/hari dan kebutuhan air industri per luas areal industri adalah 1 ltr/dtk/ha (Linsley dkk ( 1986: 93). 2.2.4 Kebutuhan Air Peternakan

Triadmodjo (2008:322) menjelaskan

kebutuhan air untuk ternak di estimasi dengan cara mengalikan jumlah ternak dengan tingkat kebutuhan air. Kebutuhan air untuk ternak dihitung berdasarkan persamaan berikut :

               

qcbh xPcbh qsg xPsg qPi xPPi qPo xPPo

Qt // //  / /   1000 365 Keterangan :

Qt = kebutuhan air untuk ternak

(m3/tahun);

q(c/b/h) = kebutuhan air untuk

sapi/kerbau/kuda (liter/kepala/hari);

q(s/g) = kebutuhan air untuk kambing/domba (liter/kepala/hari);

q(Pi) = kebutuhan air untuk babi

(liter/kepala/hari);

q(Po) = kebutuhan air untuk unggas

(liter/kepala/hari);

P(c/b/h) = jumlah sapi/kerbau/kuda (ekor); P(s/g) = jumlah kambing/domba (ekor);

P(Pi) = jumlah babi (ekor);

P(Po) = jumlah unggas (ekor).

2.2.5 Kebutuhan air pemeliharaan sungai Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai diestimasi berdasarkan perkalian antara jumlah penduduk dengan kebutuhan air untuk

pemeliharaan. Kebutuhan air untuk

pemeliharaan sungai dihitung dengan

(Triatmodjo, 2008) : ) ( 1000 ) ( 365harixq f xPn Qf Keterangan :

Qf = jumlah kebutuhan air pemeliharaan

(m3/tahun);

q(f) = kebutuhan air untuk pemeliharaan (liter/kapita/hari);

P(n) = jumlah penduduk kota (orang).

III. Metodologi Penelitian

3.1 Data Topografi, Curah Hujan dan Klimatologi

Peta topografi dengan skala 1:50.000 Bakosurtanal digunakan untuk menghitung luas DAS. Data curah hujan bulanan dari BMG Malikulsaleh, BPP Peudada, BPP Takengon, BPP Samalanga, BPP Tangse dan BPP Mereudu. Data klimatologi yaitu data temperatur, data kelembaban relatif, data kecepatan angin dan

data penyinaran matahari dari BMG

Malikulsaleh.

3.2 Data Bangunan pengambilan

Bangunan pengambilan di aliran Krueng Peusangan adalah WTP Tirta Tawar, WTP Tirta Bengi, D.I Datar Diana, WTP Peusangan, D.I Peusangan, WTP PT. KKA, WTP PT Arun dan WTP PT PIM. Bangunan pengambilan di aliran Krueng Peudada adalah WTP Lawang dan D.I Peudada, Krueng Nalan adalah D.I Nalan, Krueng Pandrah adalah WTP Samagadeng dan D.I Pandrah, dan Krueng Samalanga adalah dan D.I Samalanga dan WTP Samalanga.

3.3 Analisis Perhitungan 3.3.1 Analisis ketersediaan air

Ketersediaan air dapat diartikan

tersedianya suatu sumber air yang

menunjukkan bahwa air tersebut ada atau tersedia pada suatu kawasan tertentu. Analisa

(6)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 6

ketersediaan air pada suatu daerah aliran sungai adalah suatu debit aliran yang dapat tersedia pada setiap saat dalam waktu yang ditinjau pada keluaran (outlet) daerah yang bersangkutan. langkah untuk menghitung ketersediaan air, pendataan tinggi hujan harian setiap stasiun hujan, curah hujan areal, perhitungan curah hujan areal dilakukan untuk mengubah hujan titik menjadi hujan areal, debit rata-rata bulanan, dihitung dengan menggunakan metode Mock, pembangkitan Debit rata-rata bulanan menggunakan Proses Markov dan debit andalan. 3.3.2 Analisis penggunaan air exsisting

Sebagai langkah awal penelitian, dilakukan observasi ke Krueng Peusangan, Krueng Peudada, Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga. Observasi yang dilakukan

adalah mendokumentasikan, menentukan

koordinat dan ketinggian bangunan dari permukaan laut. Bangunan pengambilan yang didata adalah bangunan yang tercatat dan mempunyai izin pembangunan.

3.3.3 Analisis kebutuhan air

Setelah didapatkan berapa potensi air

yang dapat dikembangkan dari setiap sungai maka dianalisa kebutuhan air, kebutuhan air minum, kebutuhan air irigasi, kebutuhan air peternakan dan kebutuhan air pemeliharaan sungai.

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Analisis Penggunaan Air Eksisting

Krueng Peusangan mempunyai luas DAS

2538,82km2 terdapat 8 bangunan pengambilan

dengan debit pengambilan, WTP Tirta Tawar

0,057m3/s; WTP Tirta Bengi 0,050m3/s; D.I Datar

Diana 1,43m3/s; WTP Peusangan 0,065m3/s; D.I

Peusangan 13,12m3/s; WTP PT. KKA (tidak

aktif); WTP PT. Arun NGL 0,134m3/s dan WTP

PT. PIM 0,203m3/s.

Krueng Peudada mempunyai luas DAS

448.56 km2 terdapat bangunan pengambilan WTP

Lawang 0,005 m3/s dan D.I Peudada 1,39 m3/s.

Krueng Nalan yang luas DAS 134,30 km2 terdapat

bangunan pengambilan D.I Nalan dengan debit

pengambilan 4,65 m3/s. Krueng Pandrah dengan

luas DAS 113,25 km2 terdapat pengambilan WTP

Samagadeng 0,02 m3/s dan D.I Pandrah

1,73m3/s. Krueng Samalanga mempunyai luas

DAS 270,9km2 terdapat bangunan pengambilan

D.I Samalanga 4,34 m3/s dan WTP Samalanga

0,013 m3/s.

4.2 Analisis Ketersediaan Air 4.2.1 Krueng Peusangan

Analisis debit andalan Krueng Peusangan dihitung dengan lima perhitungan. Perhitungan

pertama dengan luas DAS 253,03 km2 pada

bangunan pengambilan WTP Tirta Tawar.

Perhitungan kedua dengan luas DAS 7,17 km2

pada bangunan pengambilan WTP Tirta Bengi.

Perhitungan ketiga dengan luas DAS 45,59 km2

pada bangunan pengambilan D.I Datar Diana. Perhitungan keempat dengan luas DAS 1626,34

km2 pada bangunan pengambilan D.I

Peusangan/WTP Peusangan. Perhitungan

kelima dengan luas DAS 417,57 km2 pada

bangunan pengambilan WTP PT. Arun NGL dan PT. PIM. Grafik Debit andalan Krueng Peusangan ditampilkan pada Gambar 1.

Debit Andalan Probabilitas 80%

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Qa WTP TT WTP TB D.I DD WTP/D.I PS Wtp Arun/Pim

Gambar 1.Debit andalan Krueng Peusangan 4.2.2 Krueng Peudada (Krueng Oeneun)

Analisis debit andalan Krueng Peudada dihitung pada titik bangunan pengambilan WTP Lawang/Bendung D.I Peudada dengan luas DAS

435,63 km2. Grafik Debit andalan Krueng

Peudada dengan probabilitas 80%, 95% dan 99% ditampilkan pada Gambar 2.

Debit Andalan Krueng Peudada

0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Qa Q80% Q95% Q99%

Gambar 2.Debit andalan Krueng Peudada 4.2.3 Krueng Nalan

Analisis debit andalan Krueng Nalan dihitung pada titik bangunan pengambilan Bendung Lhok Kulam (D.I Nalan) dengan luas

DAS 102,8 km2. Grafik Debit andalan Krueng

Nalan dengan probabilitas 80%, 95% dan 99% ditampilkan pada Gambar 3.

(7)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 7

Debit Andalan Krueng Nalan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Qa Q80% Q95% Q99%

Gambar 3.Debit andalan Krueng Nalan 4.2.4 Krueng Pandrah ( Krueng Sambang)

Analisis debit andalan Krueng Pandrah dihitung pada titik bangunan pengambilan WTP Samagadeng/Bendung D.I Pandrah dengan luas

DAS 86,63 km2. Grafik debit andalan Krueng

Pandrah dengan probabilitas 80%, 95% dan 99% ditampilkan pada Gambar 4.

Debit Andalan Krueng Pandrah

0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Qa Q80% Q95% Q99%

Gambar 4.Debit andalan Krueng Pandrah 4.2.5 Krueng Samalanga (Krueng Krian)

Analisis debit andalan Krueng Samalanga

dihitung dengan pada titik bangunan

pengambilan D.I/WTP Samalanga dengan luas

DAS 167,76 km2. Grafik debit andalan Krueng

Samalanga dengan probabilitas 80%, 95% dan 99% ditampilkan pada Gambar 5.

Debit Andalan Krueng Samalanga

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Qa Q80% Q95% Q99%

Gambar 5.Debit andalan Krueng Samalanga 4.3 Analisis Kebutuhan Air

Kebutuhan air untuk Kabupaten Bireuen dihitung sesuai prioritas kebutuhan yang diatur oleh Undang-undang no 7 tahun 2004 pasal 34

tentang sumberdaya air dan Peraturan

Pemerintah no 42 tahun 2008. Perhitungan kebutuhan air juga dihubungkan dengan draft

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2007-2027. Urutan prioritas pemanfaatan air adalah kebutuhan air bersih (domestik), kebutuhan air irigasi (pertanian rakyat), kebutuhan air industri, kebutuhan air untuk peternakan dan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai.

4.3.1 Kebutuhan air minum

Berdasarkan perhitungan kelebihan air

dengan probabilitas 99%, sungai yang

berpotensi untuk dimanfaatkan dalam

pemenuhan air bersih adalah Krueng Peusangan dan Krueng Peudada.

Perhitungan kebutuhan air bersih

dihitung dengan prediksi pertumbuhan

penduduk sampai dengan tahun 2027

dihubungkan dengan perwilayahan

pengembangan RTRW Kabupaten Bireuen. Ada tiga Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) yaitu SWP I meliputi Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunib, Peulimbang dan peudada. SWP II meliputi Jeumpa, Kuala, Kota Juang, Jangka, Juli, Peusangan dan Peusangan Selatan. SWP III meliputi Kuta Blang, Makmur, Peusangan Siblah Krueng, dan Gandapura.

Kebutuhan air bersih SWP I dipenuhi oleh Krueng Peudada dan SWP II serta SWP III dipenuhi oleh Krueng Peusangan.

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan

penduduk dengan persentase pertumbuhan sebesar 2,32 persen maka penduduk Kabupaten Bireuen tahun 2027 adalah 572.011 jiwa. Proyeksi pertumbuhan penduduk 17 kecamatan di Kabupaten Bireuen ditampilkan pada Grafik berikut.

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 Sam alan ga Sim pang M Pand rah Peul imba ng Jeun ib Peud ada Jeum pa Kual a Kota Jua ng Jang ka Juli Peus anga n Peus anga n S Kuta Bla ng Mak mur Gan dapu ra Peus anga n S. K 2007 2027

Gambar 6.Proyeksi pertumbuhan penduduk Untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Peulimbang, Jeunib dan Peudada direncanakan dipenuhi oleh WTP Lawang Krueng Peudada. Dari perhitungan air bersih ke 6 kecamatan tersebut diketahui kebutuhan air bersih tahun 2027 adalah 0,29 m3/detik.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih kecamatan Jeumpa, Kuala, Kota Juang, Jangka, Juli, Peusangan dan Peusangan

(8)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 8

Selatan, Kuta Blang, Makmur, Peusangan Siblah Krueng, dan Gandapura direncanakan dipenuhi oleh WTP Peusangan yang terdapat di Desa Beuyot Kecamatan Juli . Dari perhitungan air bersih ke 11 kecamatan tersebut diketahui kebutuhan air bersih tahun 2027 adalah 0,71 m3/detik.

4.3.2 Kebutuhan air irigasi

Perhitungan kebutuhan air irigasi

Kabupaten Bireuen untuk sawah potensial yang masih ada di Kabupaten Bireuen. Luas total sawah potensial tersebut adalah 5.789 ha. Berdasarkan perhitungan kelebihan air dengan probabilitas 80% semua sungai masih berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan air irigasi. Pembagian sungai dilakukan dengan cara kedekatan sungai dengan kecamatan tersebut.

Luas Sawah Kabupaten Bireuen

-200 400 600 800 1,000 1,200 Sam alan ga Simpa ng M Pandr ah Peu limba ng Jeun ib Peu dada Jeum pa Kua la Kot a Ju ang Jang ka Juli Peu sang an Peu sang an S Kuta Bla ng Mak mur Gan dapu ra Peu sang an S K saw ah (Ha)

Gambar 7. Sawah potensial Kabupaten Bireuen

Krueng Samalanga akan memenuhi

kebutuhan air irigasi untuk sawah tadah hujan seluas 181 Ha dengan debit pengambilan 0.25 m3/detik, Krueng Pandrah akan memenuhi kebutuhan air irigasi untuk sawah tadah hujan seluas 119 ha dengan debit pengambilan 0.17 m3/detik, Krueng Nalan akan memenuhi kebutuhan air irigasi untuk sawah tadah hujan seluas 131 ha dengan debit pengambilan 0,18 m3/detik, Krueng Peudada akan memenuhi kebutuhan air irigasi untuk sawah tadah hujan seluas 1.221 ha dengan debit pengambilan 1,71 m3/detik dan Krueng Peusangan akan memenuhi kebutuhan air irigasi untuk sawah tadah hujan seluas 4.137 ha dengan debit pengambilan 5,79 m3/detik.

4.3.3 Kebutuhan air industri

Perhitungan kebutuhan air industri

Kabupaten Bireuen berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen. Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen direncanakan dua Kawasan Industri Bireuen (KIB) yaitu KIB Batee Geulungku seluas 795 Ha dan KIB Juli seluas 16,3 Ha. Dari perhitungan kebutuhan air industri, debit pengambilan Kib Batee Geulungku adalah 0,8 m3/detik dan debit pengambilan KIB Juli adalah 0,02 m3/detik.

Untuk memenuhi dua kawasan industri tersebut direncanakan dipenuhi oleh Krueng Pandrah dan Krueng Peusangan. Krueng Pandrah memenuhi kebutuhan air KIB Batee Geulungku dan Krueng Peusangan memenuhi kebutuhan air KIB Juli.

4.3.4 Kebutuhan air peternakan

Perhitungan kebutuhan air peternakan dibagi 3 kategori yaitu kebutuhan air untuk unggas, kambing/domba dan sapi/kerbau. Standar kebutuhan air untuk unggas adalah 32

ltr/hari/100 ekor, kambing/domba 9

ltr/hari/ekor dan sapi/kerbau 45 ltr/hari/ekor. Berdasarkan perhitungan kelebihan air dengan

probabilitas 95% semua sungai masih

berpotensi untuk dimanfaatkan dalam

pemenuhan air peternakan.

Perhitungan kebutuhan air peternakan dihitung berdasarkan prediksi pertumbuhan ternak tahun 2027 berdasarkan data tahun 2006. Dari hasil perhitungan kebutuhan air peternakan yang dipenuhi oleh Krueng Peusangan adalah 0,072 m3/detik dan dari Krueng Peudada adalah 0,043 m3/detik. 4.3.5 Kebutuhan air pemeliharaan sungai

Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai diestimasi berdasarkan perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran perkapita. Proyeksi kebutuhan air per kapita untuk

pemeliharaan sungai adalah 300

liter/kapita/hari.

Dari perhitungan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai diketahui kebutuhan air untuk pemeliharaan Krueng Samalanga adalah 0,13 m3/s, Krueng Pandrah adalah 0,16 m3/s, Krueng nalan adalah 0,07 m3/s, Krueng Peudada adalah 0,11 m3/s dan Krueng Peusangan adalah 0,90 m3/s.

4.4 Analisis Potensi Air Tahun 2027

Kabupaten Bireuen sampai dengan tahun 2027 masih mempunyai sumber air yang masih bisa diandalkan. Berdasarkan analisis potensi air dan analisis kebutuhan air sampai tahun 2027 Krueng Krueng Peusangan masih mampu memenuhi kebutuhan air. Berdasarkan Gambar 8, debit andalan Krueng Peusangan pada tahun 2027 probabilitas 80% berkisar 140,20-174,99 m3/detik, probabilitas 95% berkisar 91,23-158,18 m3/detik dan probabilitas 99% berkisar 5,57-33,25 m3/detik.

(9)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 9

Debit Krueng Peusangan tahun 2027

0 40 80 120 160 200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Q Q80 Q95 Q99

Gambar 8. Debit andalan Kr. Peusangan tahun 2027

Debit andalan Krueng Peudada tahun 2027, probabilitas 80% berkisar 25,85-30,57 m3/detik, probabilitas 95% berkisar 13,68-26,71 m3/detik dan probabilitas 99% berkisar 0,21-5,44 m3/detik.

Debit Krueng Peudada tahun 2027

0 10 20 30 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Q Q80 Q95 Q99

Gambar 9. Debit andalan Kr. Peudada tahun 2027

Pada tahun 2027 debit andalan Krueng Nalan probabilitas 80% berkisar 2,06-3,13 m3/detik. Debit andalan Krueng Nalan pada probabilitas 95% mengalami defisit yaitu -0,87- 2,22 m3/detik, probabilitas 99% mengalami defisit air sebesar -4,06 - -2,79 m3/detik.

Debit Krueng Nalan tahun 2027

-6 -4 -2 0 2 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Q Q80 Q95 Q99

Gambar 10. Debit andalan Kr. Nalan tahun 2027 Debit andalan Krueng Pandrah tahun 2027, probabilitas 80% berkisar 2,90-4,24 m3/detik, probabilitas 95% berkisar 0,47-3,09 m3/detik. Pada probabilitas 99% debit andalan Krueng Pandrah mengalami defisit air yaitu -2,19- -1,14 m3/detik.

Debit Krueng Pandrah tahun 2027

-4 -2 0 2 4 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Q Q80 Q95 Q99

Gambar 11. Debit andalan Kr. Pandrah tahun 2027

Debit andalan Krueng Samalanga tahun 2027, probabilitas 80% berkisar 4,74- 8,65 m3/detik, probabilitas 95% berkisar -1,55 - 6,29 m3/detik dan probabilitas 99% berkisar -4,60 - -1,34 m3/detik.

Debit Krueng Samalanga tahun 2027

-8 -4 0 4 8 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Q Q80 Q95 Q99

Gambar 12. Debit andalan Kr. Samalanga tahun 2027

4.5 Analisis Potensi Air Untuk RTRW Kabupaten Bireuen

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bireuen, kawasan strategis yang akan dikembangkan adalah kawasan industri Batee Geuluengku dan Pelabuhan Teupin Jalo di Kecamatan Simpang Mamplam, kawasan pariwisata Batee Iliek di Kecamatan Samalanga, kawasan PPI Peudada di Kecamatan Peudada, kawasan industri alat pertanian di Kuta Blang, Pusat pengembangan peternakan di Geureugok dan kawasan pengembangan indutri Bio Diesel di Teupin

Manee Kecamatan Juli. Untuk memenuhi

kebutuhan air kawasan strategis tersebut direncanakan sebagai berikut :

1. Kebutuhan air untuk kawasan industri

Batee Geuluengku dan Pelabuhan Teupin Jalo dapat dipenuhi dari Krueng Pandrah.

2. Kebutuhan air untuk pariwisata Batee

Iliek dapat dipenuhi dengan menjaga ketersediaan air untuk pemeliharaan sungai.

3. Kebutuhan air untuk kawasan PPI

Peudada di Kecamatan Peudada dapat dipenuhi dengan menjaga ketersediaan air untuk pemeliharaan sungai.

4. Kebutuhan air untuk kawasan industri

(10)

Majalah Ilmiah Unimus Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek

VARIASI, ISSN: 2085- Volume 3 Nomor 9, Pebruari 2012 Hal - 10

pengembangan peternakan di Geureugok dan kawasan pengembangan indutri Bio Diesel di Teupin Manee Kecamatan Juli dapat dipenuhi dari Krueng Peusangan. V. Kesimpulan Dan Rekomendasi

5.1 Kesimpulan

1. Kabupaten Bireuen mempunyai lima sungai

besar yang berpotensi untuk

dikembangkan. Sungai tersebut adalah Krueng Peusangan, Krueng Peudada, Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga.

2. Kebutuhan air minum penduduk Kabupaten

Bireuen sampai dengan tahun 2027 yaitu 572.011 jiwa, dapat dipenuhi dari Krueng Peusangan dan Krueng Peudada.

3. Kebutuhan air irigasi lahan potensial

sawah yang dapat dikembangkan menjadi irigasi teknis yaitu seluas 5.789 ha, dapat dipenuhi dari Krueng Peusangan, Krueng Peudada, Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga.

4. Kebutuhan air industri kawasan KIB Batee

Geulungku dan KIB juli dapat dipenuhi

oleh Krueng Pandrah dan Krueng

Peusangan.

5. Kebutuhan air peternakan dapat dipenuhi

oleh Krueng Peusangan.dan Krueng

Peudada.

6. Pada tahun 2028, Krueng Peusangan masih

bisa di andalkan untuk memenuhi kebutuhan air Kabupaten Bireuen. Krueng Peudada hampir mengalami kekurangan air terutama dalam memenuhi kebutuhan air minum. Krueng Nalan, Krueng Pandrah dan Krueng Samalanga pada tahun 2028 sudah tidak dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan air.

5.2 Rekomendasi

1. Dengan potensi air sungai yang begitu

besar sangat disarankan Kabupaten

Bireuen dapat memaksimalkan

pemakaiannya untuk pemenuhan

kebutuhan air.

2. Pemenuhan kebutuhan air untuk Kawasan

Industri Bireuen yaitu KIB Batee Geulungku

dari Krueng Pandrah memerlukan

perencanaan konstruksi khusus

dikarenakan elevasi KIB Batee Geulungku lebih tinggi dari Krueng Pandrah.

3. Untuk memenuhi kebutuhan air pada

tahun 2028, Kabupaten Bireuen dapat membuat waduk di sungai Krueng peudada, Krueng Nalan, Krueng Pandarah dan Krueng Samalanga.

4. Pembangunan Waduk Peudada segera

direalisasikan agar dapat selesai sebelum tahun 2027 sehingga kebutuhan air pada tahun selanjutanya dapat dipenuhi. VI. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim 1, 2002, Pedoman/Petunjuk Teknik dan

Manual, Bagian 2: Irigasi (Standar Perencanaan Irigasi), Balitbang Kimpraswil,

Jakarta.

Asdak. C, 2004. Hidrologi dan Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Basri, A, Ziana & Faizin, M.N, 2005, Studi

alokasi air Krueng Peusangan terhadap kebutuhan air industri LNG PT. Arun NGL hingga tahun 2015, Jurnal Teknik Sipil

Universitas Syiah Kuala, Vol 4, pp. 58-66. Linsley, dkk, 1986, Teknik sumber daya air,

Jilid I, Edisi III, Erlangga, Jakarta.

Mock, F.J, 1973, Land Capabilty Appraisal

Indonesia; Water Availability Appraisal,

UNDP/FAO of UN, Bogor, Indonesia.

Sjarief. R, 2002, Pengelolaan Sumberdaya Air, Litbang Kimpraswil, Jurnal Konstruksi & Disain ITB, NO 1, Jilid 1, pp. 64-76.

Soemarto, 1999, Hidrologi Teknik, Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.

Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid 1 dan Jilid 2, Nova, Bandung.

Sosrodarsono, S & Takeda, K, 1976, Hidrologi

untuk pengairan, PT. Pradya Paramita,

Jakarta.

Triatmodjo. B, 2008, Hidrologi Terapan, Beta offset, Yogyakarta.

Penulis:

Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Gambar

Gambar 1.Debit andalan Krueng Peusangan  4.2.2   Krueng Peudada (Krueng Oeneun)
Gambar 3.Debit andalan Krueng Nalan  4.2.4   Krueng Pandrah ( Krueng Sambang)
Gambar 10. Debit andalan Kr. Nalan tahun 2027  Debit andalan Krueng Pandrah tahun 2027,  probabilitas  80%  berkisar  2,90-4,24  m3/detik,   probabilitas  95%  berkisar  0,47-3,09  m3/detik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui proses pelaksanaan perjanjian jual beli, peraturan serta hak dan kewajiban antara penjual dengan pembeli, dan mengetahui tanggung

Media utama yang digunakan pada perancangan ini ialah buku pedoman dengan menggunakan teknik komik strip, sebagai media untuk meningkatkan kesadaran remaja di kota

Sumasaklaw ang pag-aaral na ito sa unang taon ng Institusyong Panteknolohiya ng Pilipinas sa lungsod ng Quezon, na kumukuha ng kursong I.T tungkol sa epekto at

Kualanamu dan sekitarnya digunakan data pengamatan arah dan kecepatan angin di Stasiun Meteorologi Kulanamu yang diolah dengan aplikasi WRPLOT, sehingga didapatkan kondisi arah

Dalam meningkatkan keahlian dan ketrampilan karyawan lewat keikutsertaan mereka dalam program pelatihan dan pendidikan, maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja

Nilai koefisien determinasinya adalah sebesar 0,297 atau 29,7% yang berarti bahwa kontribusi yang diberikan oleh variabel kepemimpinan transformasional dan variabel

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui tingkat stres responden kelompok intervensi sebelum diberikan latihan hatha yoga, bahwa hasil tertinggi dari pretest