• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana di Indonesia, mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) daerah. Dan Rencana Penanggulangan Bencana ini disusun oleh Perangkat Daerah (PD) yang berkaitan dengan Penanggulangan Bencana (PB) dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu.

Penyusunan RPB ini dilakukan pada saat tidak atau belum terjadi bencana dalam Undang Undang 24 Tahun 2007, yaitu dikenal dengan Fase Pra- Bencana, sehingga diharapkan kajian risiko bencana di daerah/wilayah dapat dianalisis secara optimal dan mitigasi penanggulangan bencana dapat dituangkan didalam program kerja PD dan dijelaskan juga dalam hal penganggaran keuangannya sehingga, perencanaan penanggulangan bencana juga bagian dari pembangunan disuatu daerah.

Pada bidang Pra-Bencana BPBD Provinsi Bengkulu dalam hal kegiatan atau program kerja yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahunan, maka Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan

LAMPIRAN :

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR TAHUN 2018

TENTANG

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2018-2022

(2)

yaitu tahun 2016 sampai tahun 2021. BPBD juga meninjau dokumen RPB secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila intensitas kejadian bencana di wilayah Provinsi Bengkulu masuk kategori tinggi.

Dokumen RPB ini merupakan dokumen resmi yang disusun oleh daerah dan memuat data-data kebencanaan daerah serta informasi-informasi yang terkait dengan tingkat risiko bencana, serta dampak-dampak yang akan timbul jika terjadi bencana, sehingga Pemerintah Provinsi Bengkulu memandang perlu untuk melakukan review penyusunan RPB yang terupdate setiap 5 (lima) tahun sekali. Upaya Pemerintah Daerah dalam hal penanggulangan bencana untuk mengurangi risiko bencana melalui program dan kegiatan pembangunan baik struktural maupun non-struktural, termasuk strategi dan kebijakan pemerintah agar penanggulangan bencana dalam mewujudkan upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan terhadap bencana, kapasitas tanggap darurat, dan upaya penanganan pasca bencana di Provinsi Bengkulu lebih terprogram dan terkoneksi antara seluruh PD melalui penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi.

Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui PD Badan Penangulangan Bencana (BPBD) bersama para pemangku kepentingan PD lain yang terkait penanggulangan bencana sesuai peran dan kewenangannya masing-masing untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana 2018 – 2022 Provinsi Bengkulu.

B. Tujuan

Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu disusun dengan tujuan :

1. Mendapatkan informasi terkait dengan kajian risiko bencana daerah serta penanggulangan bencana baik pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana di Provinsi Bengkulu.

(3)

2. Berkontribusi dalam hal Perencanaan Pembangunan Daerah secara terpadu dan terkoordinasi, antar organisasi perangkat daerah yang terkait dengan upaya mengurangi resiko Bencana sesuai dengan perannya masing-masing di wilayah Provinsi Bengkulu.

3. Terencananya kegiatan dan program kerja Badan Penanggulangan Bencana tahun 2018 s.d. 2022 di wilayah Provinsi Bengkulu.

C. Sasaran

Rencana Penangulangan Bencana (RPB) Provinsi Bengkulu ini menjadi dasar program dan kegiatan dalam penanggulangan bencana daerah khususnya wilayah Provinsi Bengkulu dan menitik beratkan perhatian pemerintah daerah terhadap wilayah-wilayah rawan bencana berdasarkan kajian risiko bencana.

D. Kedudukan Dokumen

Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) disusun dan ditetapkan berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. RPB merupakan bagian dari perencanaan pembangunan daerah dan penyusunannya mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

RPB merupakan bagian dari perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini merupakan program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra) instansi maupun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahunan. Kerangka koordinasi dokumen perencanaan pembangunan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dengan

(4)

RPB dapat dilihat pada Gambar 1-1 dalam bentuk diagram alur (Hadi, 2009).

Kurun waktu pelaksanaan RPB adalah sama dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yaitu 5 (lima) tahun. RPB memberi masukan kepada RPJMD, khususnya masukan di bidang penanggulangan bencana. Di dalam RPJMD tersebut terdapat 1 (satu) bab khusus yang berisi mengenai upaya-upaya penanggulangan bencana. Oleh karenanya, Perangkat Daerah (PD) dalam menyusun Rencana Strategis PD harus mengacu kepada RPJMD. Dalam Undang Undang 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana kepala BPBD adalah Sekretaris Daerah, selaku Kepala Ex-Officio Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu, Kepala Pelaksananya adalah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu sehingga dokumen ini menjadi kuat di tingkat Provinsi karena diketahui secara langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi. E. Ruang Lingkup

Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) ini merupakan rujukan dari Undang Undang 24 Tahun 2007 tentang Penangulangan Bencana dan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PERKA BNPB No. 04 Tahun 2008) tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) yang meliputi :

1. Pengenalan dan pengkajian risiko ancaman bencana di wilayah Provinsi Bengkulu.

2. Pemahaman tentang tingkat kerentanan, kapasitas dan ancaman bencana di kalangan Masyarakat.

3. Menganalisis dampak bencana yang akan timbul di wilayah Provinsi Bengkulu sesuai dengan kajian risiko bencana.

4. Penentuan mekanisme dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan dampak bencana di wilayah Provinsi Bengkulu.

(5)

sumber daya yang tersedia untuk melakukan penanggulangan bencana.

6. Merekomendasikan kebijakan penanggulangan bencana berdasarkan hasil kajian risiko bencana dan peta risiko bencana.

F. LandasanHukum

Peraturan perundangan-undangan yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana 2018-2022 Provinsi Bengkulu, adalah:

1. Landasan Idiil

Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila. 2. Landasan Konstitusional

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945.

3. Landasan Operasional

a. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2828); b. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); c. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

d. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

e. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil-Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

(6)

Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

f. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); g. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

h. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 NOmor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829);

i. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830);

j. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

k. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

l. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tata Ruang Provinsi Bengkulu (Lembaran Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2005 Nomor 5);

m. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Bengkuu Tahun 2008 Nomor 4);

(7)

n. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu (Lembaran Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Nomor 3);

o. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bengkulu tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Nomor 4);

p. Peraturan Gubernur Bengkulu Nomor 21 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Lain Perangkat Daerah Provinsi Bengkulu.

q. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

r. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;

s. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana;

t. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana;

u. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana;

v. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu (Lembaran Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Nomor 3);

w. Peraturan Gebernur Nomor 37 Tahun 2014 tentang Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu;

(8)

x. Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2014 tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu.

G. Definisi-Definisi

Penjelasan singkat atas beberapa istilah dan konsep dasar yang perlu dipahami dalam penanggulangan bencana, adalah sebagai berikut:

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

3. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. 6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

(9)

7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

10. Resiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

11. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. 12. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua

aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

13. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

(10)

budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

14. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

15. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

16. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.

17. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

18. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.

19. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

20. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. 21. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(11)

22. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, atau perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

23. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, atau swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

24. Lembaga internasional adalah organisasi yang berada dalam lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asing non-pemerintah dari negara lain di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa. H. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu maka diperlukan kerangka pikir dan sistem penulisan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.04 Tahun 2008 adalah :

a. Kerangka Pikir

Dalam menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Bengkulu maka sangat diperlukan melakukan analisis ancaman/bahaya kerentanan dan kapasitas yang ada di wilayah Provinsi Bengkulu ini disesuaikan dengan karakter wilayah dan tingkat bencana berdasarkan kajian risiko bencananya.

Analisis Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Bengkulu meliputi analisis ancaman/bahaya bencana, kerentanan dan kapasitas. Perencanaan yang dilakukan dalam hal penanggulangan bencana sesuai dengan Undang Undang 24 tahun 2007 dengan fase Pra-Bencana, Tanggap Darurat dan Pasca Bencana, yang disajikan

(12)

dalam analisis risiko bencana dan peta resiko bencana serta memberikan informasi menyeluruh kepada masyarakat luas tentang potensi, kemampuan, dan risiko bencana termasuk sistem penanggulangan bencana, juga mengacu pada Kajian Risiko Bencana (KRB) dalam tahun yang masih berlaku.

b. Sistematika Penulisan

Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) 2018-2022 Provinsi Bengkulu disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini menggambarkan tentang latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup serta dasar yang kuat sebagai bentuk pentingnya dilakukan penyusunan RPB, dengan harapan ter integrasinya antar PD Provinsi Bengkulu di dalam penanggulangan bencana.

Bab II Kondisi Kebencanaan

Dalam bab ini dibahas kondisi bencana yang pernah terjadi di Provinsi Bengkulu dengan jenis bencana yang muncul, kemudian melihat dampak dari bencana tersebut yang dialami masyarakat, baik korban jiwa, korban harta, bahkan dampak perekonomian dan lingkungan akibat bencana. Juga menggambarkan sejarah kejadian bencana serta melihat potensi-potensi bencana di wilayah Provinsi Bengkulu.

Bab III Kajian Resiko Bencana

Bab ini menggambarkan dari Hasil Kajian Resiko Bencana yang ada diwilayah Provinsi Bengkulu dengan tingkat indeks bahaya, penduduk terpapar, kerugian fisik, ekonomi, kerusakan lingkungan dan kapasitas dari setiap kejadian bencana.

(13)

Bab IV Kebijakan Penanggulangan Bencana

Dalam bab ini diuraikan kebijakan dan langkah-langkah yang mungkin untuk dilakukan pada saat kejadian bencana, yang didasarkan pada hasil dari pengkajian resiko diwilayah Provinsi Bengkulu.

Bab V Program dan Fokus Prioritas Penanggulangan Bencana

Bab ini menjelaskan tentang kegiatan dan program Penanggulangan bencana yang lebih khusus atau specifik untuk diambil tindakan terkait dengan penanggulangan bencana yang mendasar.

Bab VI Rencana Aksi Bab VIII Penutup

Memberikan kesimpulan akhir terkait tingkat risiko bencana dan kebijakan yang direkomendasikan serta kemungkinan tindaklanjut dari dokumen yang sedang disusun.

Referensi

Dokumen terkait

Dear Panitia, Dalam dokumen spesifikasi APD PIOM, point nomor 5 untuk Perangkat Codec, untuk menjamin kompabilitas, vicon endpoint harus comply dengan sistem IP Phone dan

Ikan Bakar Cianjur yang berkaitan dengan siklus pembelian adalah tidak adanya otorisasi pada formulir permintaan pembelian sehingga dapat terjadi kecurangan pada

Gambar 6 Physical Data Model (PDM) Sistem Informasi Distribusi Stock memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki

Rencana ini harus menjabarkan skenario pengembangan kotadan pengembangan sektor bidang cipta karya, usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis

Sesuai dengan tugas utama UPT Balai Informasi Teknologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yaitu melaksanakan pengembangan, pelayanan informasi teknologi dan

Batas- batas untuk tiap potensi lahan dapat diketahui dengan pasti pola keruangannya dan yang paling penting adalah posisi absolutnya, oleh karena itu diperlukan suatu

Pemberian nilai probabilitas mutasi adaptif terhadap urutan sub populasi ternyata memberikan hasil yang baik karena sub populasi terendah dengan nilai probabilitas mutasi tertinggi

Cara pengambilan data penelitian ini antara lain yakni; (1) data kegiatan pembelajaran diambil dari RPP yang dibuat oleh guru dan lembar observasi pelaksanaan model