• Tidak ada hasil yang ditemukan

Written by SUDIBYO Tuesday, 02 February :11 - Last Updated Tuesday, 02 February :25

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Written by SUDIBYO Tuesday, 02 February :11 - Last Updated Tuesday, 02 February :25"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar.

Sudah menjadi tradisi dikalangan para lulusan sesuatu lembaga pendidikan mencoba  memelihara tetap terjalinnya hubungan antara satu dengan yang lain dengan membentuk sebuah identitas yang digunakan sebagai tempat untuk berkomunikasi dan sesekali bertemu. Lembaga semacam itu lazim diberi identitas sebagai Paguyuban. Demikian pula para lulusan pendidikan militer, seperti lulusan KMA (Akademi Militer Belanda) Breda, MA (Akademi Militer) Jogya, AMN (Akameni Militer Nasional) Magelang, AKMIL (Akademi Militer) Magelang,

Akademi Zeni AD Bandung, ATEKAD (Akademi Teknik AD ) Bandung,  AKMIL JURTEK  (Akademi Militer Jurusan Teknik) Bandung dan lain-lain. Juga  lulusan ATEKAD  (Akademi Teknik AD Bandung) lulusan tahun 1960, dimana saya termasuk didalamnya  mempunyai wadah komunikasi dan pertemuan atau Paguyuban yang diberi nama PANORAMA LIMA. Nama PANORAMA LIMA tentu ada ceritanya, mengapa nama tersebut dipilih menjadi identitas forum yang menjadi sarana komunikasi dan  momen dimana lulusan ATEKAD tahun 1960 tiga bulan sekali bertemu, terakhir bertemu awal Januari 2010, dimana keberadaan website

Panorama ini diinformasikan oleh mas Mochtar (yang pernah menjadi Ketua Golkar Bidang ABRI dan Sekretaris Wapres Try Sutrisno).

Pada tahun 1957 dibukalah penerimaan Taruna untuk Akademi Zeni AD Angkatan ke Lima di Bandung. Maka tersebutlah, setelah seleksi berakir, dilapangan  Perwira milik Pusat Pendidikan Zeni AD di Bogor, pada 26 Nopember 1957, dilantik 103 calon Taruna Akademi Zeni AD yang berasal dari seluruh Indonesia, saya beruntung  termasuk didalamnya dan untuk pertama kali saya bekenalan dan hidup bersama dengan teman-teman yang berasal dari seluruh Nusantara.

Setelah mengalami basic training enam bulan, kami dikirim ke Akademi Zeni AD di Bandung dilantik menjadi Taruna Tingkat Satu, atau Kopral Taruna Akademi Zeni AD Angkatan ke Lima,  dengan kampus yang terletak di Jalan Panorama, yang terletak didekat gedung pada saat itu Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) , Bumi Siliwangi Bandung. Jadi pada saat itu untuk mencapai kompleks  Akademi Zeni AD Bandung, harus melalui Jalan Cipaganti menuju

Lembang dan sebelum sampai di Bumi Siliwangi akan bertemu dengan Jalan Panorama menuju kearah Timur, sebuah jalan yang   disebelah kiri dan kanan jalan penuh dengan perumahan Perwira dan perumahan penduduk, namun jalan tersebut akan berujung di kompleks Akademi Zeni AD. Yah mirip Jalan Raya  Cipayung, Cilangkap, Pondok Gede

(2)

Jakarta, yang begitu panjang dan merupakan fasilitas umum, berujung di Markas Besar TNI Cilangkap.

Meskipun ketika Taruna Akademi Zeni AD Angkatan ke Lima lulus sudah ada

perubahan-perubahan nama, yaitu Akademi Zeni Angkatan Darat  yang semula berubah menjadi Akademi Teknik AD (ATEKAD), pada menjelang pelantikan Perwira bulan Desember 1960, berubah namanya menjadi Akademi Militer Jurusan Teknik (AKMIL JURTEK) dan berada dalam satu atap dengan Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang, dibawah Pimpinan Kolonel Inf Soerono.

Oleh karena itulah kami para lulusan Akademi Zeni AD Angkatan ke Lima yang sekaligus juga lulusan Akademi Teknik AD (ATEKAD) dan Akademi Militer Jurusan Teknik (AKMIL JURTEK) Angkatan Pertama memilih nama bagi  paguyuban kami  PANORAMA LIMA.

Ketika kami meninggalkan ATEKAD pada tahun 1961,  jalan memasuki kompleks ATEKAD sudah dipindahkan dari arah Cipaganti membelok kearah Hegarmanah selanjutnya ke

kompleks ATEKAD. Teman-teman mengatakan kata-kata PANORAMA LIMA terdengar lebih lembut dan menyentuh perasaan.

Periode Basic Training.

Latihan dasar pendidikan infanteri atau yang biasa disebut basic training seperti disebut dimuka dilaksanakan di Pusat Pendidikan Zeni AD (PUSDIKZI AD) Bogor dari tanggal 26 Nopember 1957 sampai dengan bulan Mei 1958, yaitu ketika kami dipindahkan ke Akademi Zeni AD  di Jalan Panorama Bandung. Kami lama bertahan di PUSDIKZI AD Bogor bukan karena masalah konsep basic training yang  istimewa, tetapi karena gedung tempat kami hidup sekitar  hampir empat tahun kemudian di Akademi Zeni AD Bandung, baru selesai pembangunannya sekitar April 1958.

Kami di PUSDIKZI AD Bogor tinggal digedung-gedung peninggalan pasukan Jepang (mungkin juga peninggalan pasukan Genie Belanda, KNIL) yang besar kokoh dan keker. Berbeda dengan kondisi  pada tahun 1968 ketika kami mengikuti Pendidikan SUSLAPA, maka kondisi

PUSDIKZI AD Bogor pada tahun 1957 masih boleh dikata prima, khususnya dalam hal

kebutuhan air untuk MCK, kami bisa mandi sepuasnya. Pada saat mengikuti SUSLAPA tahun 1968, kebutuhan untuk MCK agak menjadi masalah.

Hawa dingin Bogor, apalagi diwaktu malam, masih memberikan kenangan yang tidak mudah dilupakan, khususnya ketika terompet bangun berbunyi dan dalam suasana dingin kami harus

(3)

senam pagi. Saya agak lupa mungkin kami senam pagi tanpa baju kaos dalam. Sebagai cacatan terompet bangun pagi adalah bunyi terompet  yang paling kami benci apalagi kalau ditiup sangat dekat degan gedung dimana kami tidur. Beberapa teman pernah membujuk Tamtama peniup terompet agar mendelay peniupan terompet sekitar lima atau sepuluh menit, agar tidur pagi bisa panjang sedikit, tetapi  tidak berhasil, karena bisa mengganggu seluruh jadwal pagi,  para tamtama peniup terompet hanya tersenyum saja, mereka masih melihat kita sebagai anak-anak lulusan SMA.

Daerah latihan yang mengesankan dan mengenangkan adalah tentu jalan-jalan raya didalam kota Bogor, ketika latihan terjun kendaraan (truck jumping) dilakukan, karena dilihat banyak orang meskipun sangat ngeri kami mencoba melaksanakannya dengan baik. Ingat-ingat waktu itu berat badan masih sekitar lima puluh kilo dan usia masih sekitar 20 tahun,  sehingga

komando yang diteriakkan instruktur untuk meloncat masih bisa direspond dengan baik, paling tidak tidak pernah ada laporan keseleo atau luka-luka. Tetapi sebelum diterjunkan dijalan, para instruktur PUSDIKZI juga bijaksana, kami di drill dulu dilapangan Sareal Bogor.

Tempat latihan kedua yang mengesankan dan mengenangkan tentu kawasan kuburan  Tionghoa yang terletak diantara Rancamaya (sekarang lapangan golf) dengan Batutulis. Beberapa waktu yang lalu (akhir 2009) saya menghadiri pemakaman keluarga seorang teman orang Tionghoa disalah satu daerah pemakaman Tionghoa yang luas tersebut, masih terasa seram, padahal jumlah penduduk yang lalu lalang sudah sangat ramai. Bayangkan situasi di daerah itu pada tahun 1957, setelah jam empat sore suasana sudah sunyi senyap, suara belalang dan kupupun tidak terdengar. PUSDIKZI menyelenggarakan latihan Perajurit malam melalui makam Tionghoa tersebut. Untung semua berjalan lancar, tetapi tetap ngeri juga

sekarang kalau membayangkan kembali situasi pada saat itu,  untung pada saat itu cerita-cerita horor belum banyak  beredar.

Tentu banyak peristiwa-peristiwa lain yang juga mengesankan telah dialami oleh teman-teman yang jumlahnya saat itu sekitar 103 orang. Namun sejauh pengamatan saya tidak ada  diantara teman-teman yang dikemudian hari menyunting gadis Bogor, kalau mojang Priangan dari kota Bandung banyak. Beberapa teman nampaknya tidak cocok dengan  kehidupan militer sehingga mengundurkan diri setelah basic training selesai, sehingga ketika berada di Bandung seingat  saya  jumlahnya tidak sebanyak itu lagi.

Periode Akademik, OJT di Sumatera Barat.

Inti pendidikan di Akademi Zeni AD Bandung menurut kesan saya adalah pertama-tama memantapan jiwa, watak dan kepribadian serta perilaku sebagai Perwira TNI yang

(4)

berdansa sebagai alat pergaulan dan etiket makan atau table manner (makan resmi).

Kemudian pendidikan diarahkan mendidik kami  sebagai seorang teknikus, seorang pemikir, perencana sekaligus pemimpin sejumlah Perajurit di lapangan, yang mumpuni. Waktu itu sepertinya belum pernah dihembuskan idola-idola sebagai DAN YON, DAN BRIG, DAN REM dan PANGDAM atau jabatan yang tinggi lainnya. Kami masih sering dibuat pessimis, dengan warning jangan bicara  muluk-muluk sebab setelah lulus dan dilantik sebagai Perwira kita masih akan diuji apakah mampu menjadi “qualified platoon leader dan sebagai potential company commander”.  Inti-inti pendidikan tersebut meskipun merupakan konsepsi umum pendidikan Perwira TNI  yang kapanpun akan tetap begitu bunyinya, bahkan ditambah berbagai macam kualitas sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya umat manusia sendiri, tetapi bukan sesuatu yang mudah. Dengan modal intelektualisme dan disiplin kita benar-benar belajar dan berlatih sehingga mencapai sasaran akhir pendidikan: dilantik sebagai Letnan Dua TNI dari berbagai jurusan.

Apa yang saya catat adalah meskipun ada beberapa teman yang mengundurkan diri sehabis mengikuti basic training, karena merasa tidak cocok dengan kehidupan militer, tetapi justeru kami yang melanjutkan di Akademi Zeni AD Bandung  sangat terangsang jiwa dan semangat  kami pada umumnya kepada kehidupan militer, sehingga hasrat memilih kecabangan Zeni tempur lebih menonjol, dibanding misalnya tugas difungsi Zeni bangunan. Kesempatan dapat ditunjuk ikut latihan PARA atau latihan amphibie menjadi issue yang menarik.  Apakah sistuasi tersebut karena mata kuliah Matematika Tingkat Tinggi, ilmu Mekanika Praktek, Ilmu

Gaya/Diagram Kremona,  Konstruksi Baja/Las lumer, Konstruksi Beton Bertulang. dan Ilmu Bangunan, Jembatan Improvisasi, Konstruksi Jalan dan Lapangan Terbang, Bangunan Air  dan last but not least juga Jembatan Bailey, meskipun membuat jembatan berdasar tabel, tetapi hitungan-hitungan tetap mendominasi prosesnya. Penguasaan mengenai hal-hal itulah

nampaknya seseorang Taruna akan dapat atau tidaknya ditetapkan sebagai seorang teknikus militer. Kualifikasi ini memang  kelihatannya cukup sulit dikuasai apabila jam belajar hanya sampai jam 22.00 ketika Piket berkeliling dan memerintahkan lampu kamar dimatikan.

Entahlah, tetapi kenyataan kami terpaksa mohon ijin khusus wayangan (belajar sampai malam) apabila akan ada ujian. Untung diantara kami ada tokoh seperti Mas Wahyudi yang begitu menguasai masalah-masalah yang perlu kecerdasan atau otak encer tersebut, sehingga mas Wahyudi dapat berfungsi memberikan asistensi apabila minggu tenang untuk menghadpi ujian  telah tiba. Mas Wahyudi sendiri berhasil melanjutkan ke ITB dan memperoleh gelar Insinyur Sipil. Sekarang saya dengar mas Wahyudi  menjadi  seorang konsultan  yang sangat sibuk dari sebuah Perusahaan Pembangunan Jalan,  sehingga karena sibuknya jarang berkesempatan hadir apabila ada acara kumpul-kumpul dalam rangka kegiatan paguyuban.

Berbagai mata kuliah seperti saya sebut merupakan Mata Kuliah Pokok yang mematikan, artinya kalau nilainya dibawah nilai minimal (“on voldunde” kata Pewira lulusan KMA Breda), bisa tidak lulus. Dengan sistem open book-pun belum tentu satu  soal bisa selesai pada waktunya. Barangkali beruntung Taruna masa kini, dimana sudah ada kalkulator, pada tahun lima puluhan, hitungan masih harus diselesaikan dengan, mistar hitung (regen linial)

(5)

Suasana tentang adanya hasrat yang menyenangi tugas-tugas tempur yang sedemikian mengebu-gebu dikalangan para Taruna Akademi Zeni AD nampaknya terdengar dan sampai kepada  Brigadir Jenderal TNI GPH Djatkusumo, waktu itu Direktur Zeni AD sehingga entah bagaimana proses pembahasannya ditingkat Mabes TNI AD, tetapi Batalyon Korps Taruna Akademi Zeni AD mendapat kesempatan untuk ber OJT (On the Job Training) ke Sumatera Barat, yang pada saat itu (1959) masih berada  dalam status Daerah Operasi Tempur. Batalyon Korps Taruna Akademi Zeni AD yang  berjumlah  kalau tidak salah sekitar 250 orang

ditugaskan ke daerah operasi militer di Sumatera Barat selama tiga bulan, ditugaskan didaerah RTP (Resimen Team Pertempuran) III Solok. Agar sesuai dengan ciri kecabangan yang

menjadi jurusan pendidikan Taruna Akademi Zeni AD, Batalyon Korps Taruma Akademi Zeni AD mendapat Tugas Pokok untuk memulihkan lagi transportasi kereta api dari Solok sampai ke Batutabal, sebuah desa diperbatasan Kabupaten Solok-Padangpanjang yang termasuk daerah RTP (Resimen Team Pertempuran) II Bukit Tinggi. Analisa terhadap Tugas Pokok

menyimpulkan Batalyon Taruna harus mengamankan daerah sepanjang Solok-Batutabal dengan melakukan tugas-tugas sebagai pasukan infanteri, memasang kembali rel kereta  api yang rusak akibat situasi gangguan keamanan yang terjadi dan melakukan  kegiatan-kegiatan teritorial yang memungkinkan rakyat disekitar daerah tersebut paham dan bahkan membantu pemasangan kembali rel kereta api dan rakyat/penduduk  terdorong serta terstimulasi untuk menggunakan kembali kereta api yang mensejajari pantai danau Singkarak sebagai alat angkut.  Apabila kita memperhatikan gambar kereta api turis  Semarang-Ambarawa  yang masih ada dewasa ini, maka begitu itulah kira-kira wujud kereta api Solok - Batutabal pada saat itu (1959). Alhasil ketika tugas berakhir dan Batalyon Taruna harus kembali ke Bandung

kehidupan pasar disepanjang jalur jalan kereta api Solok-Batutabal sudah mulai berfungsi lagi, paling tidak  sayur mayur, berbagai keperluan dapur dan lemang tapai sudah dengan tanpa rasa takut dijual belikan oleh Ibu-ibu dan Uni-uni nan rancak. Sementara itu selama kami tiga bulan berada disekitar danau Singkarak  yang indah tersebut, tidak pernah terjadi pertempuran yang berarti, paling-paling adalah tembakan dari jarak jauh yang segera berhenti, yang

nampaknya sekedar mengganggu, tetapi telah melatih para Taruna terampil melaksanakan prinsip-prinsip didaerah pertempuran, yaitu waspada dan dengan cekatan mengambil posisi tempur apabila situasi berbahaya terjadi.

Bagi kami On the Job Training di Sumatera Barat pada tahun tersebut (1959) adalah salah satu dari  kenangan dan kesan  yang indah dan tidak mungkin kami lupakan, sebagai bentuk latihan yang mencakup banyak pelajaran dalam masa-masa akademi yang berlangsung sekitar empat tahun di kota Bogor dan Bandung dari tahun 1957 sampai dengan tahun 1961. Saya satu perasaan dengan Mayjen TNI Darwanto (Akademi Zeni AD lulus tahun 1959, sudah alm), yang waktu itu masih berpangkat Sersan Mayor Taruna ditunjuk sebagai DAN TON Taruna, sehabis melakukan patroli dan berdiri ditepi pantai danau Singakarak di desa Singkarak memandang keindahan danau Singkarak, mas Darwanto mengatakan “ Pada suatu saat nanti kita akan kembali lagi kesini sebagai turis”.  

(6)

AD pada 20 Desember 1960, bersama Taruna AMN Magelang Angkatan  Pertama setelah dibuka kembali tahun 1957. Diantara lulusan Taruna AMN Magelang tersebut adalah Letda Inf Soegiarto (sudah alm), yang kemudian pada tahun 1978  dengan pangkat Brigjen TNI menjadi Pangdan XIV/Hasanuddin Ujung  Pandang (Makasar) dimana saya menjadi salah seorang Stafnya, sebagai AS INTEL KAS KODAM XIV/Hasanuddin dan ketemu lagi di Mabes ABRI, beliau menjabat sebagai AS PERS ABRI dan saya bertugas di BAIS ABRI. Mayjen Soegiarto, terakhir berpangkat Letjen TNI,  adalah lulusan AMN angkatan pertama setelah dibuka kembali tahun 1957 yang pertama meraih pangkat Kolonel, setelah berhasil mempimpin pendaratan  dari udara (LINUD) atas kota Baucao di Timot Timur pada 5 Desember 1975.

Periode Pengabdian dan Purna Tugas.

Ketika kami lulus Letda TNI AD dan melanjutkan pemantapan kecabangan Zeni sampai Desember 1961 dan meninggalkan ATEKAD yang sudah berganti nama menjadi AKMIL JURTEK, kami membuat Buku Kenangan yang berisi tulisan-tulisan mengenai pengalaman kami yang lucu-lucu selama mengikuti pendidikan di Akademi Zeni AD yang kemudian berganti nama menjadi ATEKAD dan berubah lagi menjadi AKMIL JURTEK. Buku tersebut kalau masih ada tentu sudah berusia lebih dari 40 tahun, sehingga hampir pasti sulit diketemukan kembali. Seperti juga teman-teman para Perwira lulusan AMN, AKMIL JURTEK dan AKMIL setelah lulus telah mengabdikan diri kepada  ABRI, TNI bahkan Pemerintahan Sipil pada berbagai

pengabdian. Saya yakin  belum seluruhnya telah menulis pengalaman dan kesan-kesan pengabdian tersebut baik sebagai buku maupun sebagai tulisan-tulisan yang bersifat parsial. Mudah-2an dalam kesempatan yang akan datang website Panorama  ini dapat menjadi tempat bagi teman-teman menuliskan pengalamannya, lebih-lebih pada saat periode Purna Tugas tentu kita tidak  terlalu sibuk dibanding ketika kita masih aktif, sehingga banyak peluang untuk menulis.

Website Panorama menunjukkan cukup mempunyai daya tarik, sampai tanggal 2 Februari 2010 sudah dikunjungi lebih dari 4 ribu orang. Kenyataan ini tentu penting untuk dimanfaatkan

sebaik-baiknya.

Saya gembira dengan adanya website Panorama ini, sebuah temuan dan aplikasi teknologi yang mendekatkan umat manusia yang hidup ditempat yang berjauhan sekalipun.

Sekian.

Referensi

Dokumen terkait

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemapuan pikiran, imajinasi, kecekatan,

[r]

Sehingga tindakan tersebut juga mengindikasikan adanya sikap seseorang atau suatu kelompok dari bagian masyarakat yang ingin menunjukkan bahwa dia atau merekalah yang memegang

Diakhir penelitian ini kami meringkaskan bahwa Limbah Cair Pabrik CPO harus diolah lagi karena kolam anaerobik tidak efektif, karena telah mencemari sungai dan laut air bangis

Dengan demikian maka penelitian ini akan berkonsentrasi pada pertanyaan utama : Bagaimanakah makna ruang kekinian di Kawasan Keraton Kasepuhan dengan adanya pergeseran makna

Sugesti adalah suatu cara membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk me- nerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar ke- percayaan yang logis pada

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan biodiesel di pabrik ini adalah minyak jarak pagar dengan kadar 99% dan metanol dengan kadar 99,85%.Reaksi ini terjadi di

Untuk memaksimalkan kinerja water bath, perlu adanya indikator level air yang berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan level air di dalam waterbath,agar heater selalu