• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ekonomika dan Bisnis p-issn e-issn Vol. 6, No. 1, Juli Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNISS Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ekonomika dan Bisnis p-issn e-issn Vol. 6, No. 1, Juli Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNISS Kendal"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

51

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

TERHADAP PROFESIONALISME YANG BERDAMPAK PADA INTEGRITAS

PENDIDIK

Muhammad Fauzi, Moh.Kholil Jurusan Manajemen FEB UNISS Kendal

email: fauzinahrowisaid@gmail.com

ABSTRACT

The research of organization culture and welfare rate has been done. But the research that examine what the organization culture influence to profesionalism and integrity of teacher hardly done.

Primare date of this research was got from kuesionare of PMS junior high school teacher kendal.the quesionare was given are 50 and all the way back and can used. statistic method that use to examine each hipothesis is path analysis.

This research indicate that not all hypothesis can be accept.in result of this analysis are: 1. The influence of organization culture to profesionalism theacher in the real is not proof. 2. The positive influence between welfare rate to profesionalism teacher is fully proof. 3. Organization culture have positive influence to integrity teacher is proof. 4. Walfare rate have direct positive influence to integrity theacher is not proof. 5. The result of this analysis inform there are positive influence between profesionalism and integrity teacher.

Key Words: Organizational Culture, Welfare Rate, Profesionalism And Integrity Teacher.

Latar Belakang Masalah

Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal merupakan lembaga pendikan Pesantren yang didalamnya terdapat SD, SMP, SMA dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dengan model boarding school, berdiri sejak tahun 1993. Dari tahun ke tahun lembaga pendidikan ini mengalami perubahan yang sangat pesat sehingga banyak permasalahan yang harus diselesaikan dengan berbagai cara. Dengan bertambahnya jumlah siswa tentu harus didukung dengan sumber daya manusia yang ada dan sarana pendukung lainnya.

SMP Pondok Modern Selamat (PMS) sebagai salah satu lembaga pendidikan di lingkungan Pondok Modern Selamat saat ini berstatus sekolah standar nasional (SSN). Sebagai lembaga pendidikan yang berstatus nasional SMP PMS dituntut untuk mampu

(2)

52 menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu faktor utama keberhasilan pendidikan ini adalah guru.

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah sekaligus memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Tugas dan fungsinya sebagai pengajar adalah menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan tugas dan fungsinya sebagai pendidik guru adalah membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri sejalan dengan amanat undang-undang.

Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya yang dilandasi hakekat dan tujuan pendidikan.Berarti ia memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan , atau pun sifat-sifat lain yang melekat pada diri pendidik.

Kenyataan, betapa lemahnya integritas guru terhadap pekerjaannya, betapa lemahnya amanah yang diemban oleh guru, dan belum bisa dijadikan teladan. Beberapa hal yang dapat diupayakan untuk meningkatkan integritas guru, tiga diantaranya adalah budaya organisasi, tingkat kesejahteraan dan profesionalisme guru. Peningkatan kesejahteraan guru perlu kiranya diupayakan untuk memenuhi atau menopang standar kebutuhan hidup, termasuk adanya tunjangan sosial seperti kesehatan, pendidikan, perumahan, sehingga guru merasa nyaman dalam menjalani keseharian hidup bersama keluarganya.

Lemahnya budaya organisasi dan tidak diperhatikannya kesejahteraan guru yang memadai, serta profesionalisme guru yang tidak sesuai dapat memicu timbulnya perilaku menyimpang yang dapat menurunkan integritas guru, yang pada akhirnya merugikan seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara (Melcher, 1995).

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan di SMP Pondok Modern Selamat, kondisi obyektif guru-guru memiliki tugas dan beban kerja yang cukup berat. Dimensi profesionalisme guru terhadap peraturan perundang-undangan cenderung belum terlaksana yang diindikasikan dari kurangnya perencanaan pengajaran secara matang yang ditandai dengan ketersediaan dan kelengkapan perangkat pembelajaran, seperti silabus, RPP, media dan sumber belajar, pemilihan metode pembelajaran, serta alat evaluasi/penilaian pembelajaran yang akan digunakan untuk mengukur kemajuan belajar

(3)

53 siswa. Keanggotaan organisasi profesi hanya terlaksana pada tiga bidang studi, yaitu Sejarah, Matematika dan IPS, sementara mata pelajaran lainnya belum memiliki organisasi profesi yang menyebabkan sebagian besar guru praktis tidak mengikutsertakan diri dalam berbagai kegiatan pengembangan profesionalismenya, sedangkan hubungan dengan sesama guru, kepala sekolah dan pekerjaan cenderung kurang sehat karena adanya persaingan untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan khusus dari kepala sekolah atas hasil pelaksanaan tugas.

Guru SMP PMS dilihat dari tingkat kesejahteraannya (gaji) cenderung mendapatkan kompensasi finansial di atas UMR. Namun demikian faktor-faktor yang menjadi penentu kebijakan penggajian ini yang menimbulkan masalah. Jam kerja guru secara umum di SMP PMS adalah sepuluh jam secara formal. Tetapi pada kenyataannya dikarenakan SMP PMS menggunakan model pesantren, maka ada sebagian guru yang masih tetap bekerja diluar jam formalnya dengan tanpa mendapatkan bonus. Hal ini terkadang menimbulkan permasalahan baru. Guru dengan masa kerja satu tahun dengan yang masa kerjanya 4-5 tahun mendapatkan gaji yang sama jika ijazah terakhirnya S1.

Kondisi obyektif di atas tentu saja berdampak besar terhadap integritas guru. Penguasaan terhadap sikap profesionalisme guru dan budaya organisasi yang sehat/baik serta tingkat kesejahteraan mampu menjadi daya dorong utama dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien. Namun demikian, kondisi obyektif di atas perlu dinilai dalam rangka mengukur sejauh mana tingkat keterlaksanaan tugas guru di sekolah, mengingat keterlaksanaan tugas tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya.

Integritas guru seyogyanya menjadi springboard bagi guru untuk terus menerus menata komitmen melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja atas dorongan iklim organisasi yang baik diharapkan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerjanya di sekolah. Budaya organisasi yang kondusif juga dibutuhkan dalam meningkatkan integritas guru. Hubungan baik dengan pemimpin (kepala sekolah), sesama guru dan tata usaha dalam lingkungan sekolah akan memberi semangat kerja bagi guru. Selain itu, keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan kerja guru mutlak diperlukan demi kelancaran pelaksanaan tugas. Apabila semua itu tercipta dalam lingkungan sekolah, maka akan meningkatkan integritas guru. Dengan kata lain, budaya organisasi yang baik tersebut sangat berkaitan dengan

(4)

54 pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Jika guru memiliki sikap profesional dengan dukungan budaya organisasi yang baik, maka proses perencanaan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta lingkungan masyarakat.

Peningkatan integritas merupakan indikator keberhasilan sebuah organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Dayati (2003) tentang integritas karyawan di lingkungan Universitas Diponegoro menyimpulkan bahwa pemberian motivasi yang berupa pemberian upah, promosi jabatan, dan studi lanjut bagi karyawan merupakan cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan integritas karyawan.

Identifikasi Masalah.

Integritas dan profesionalisme guru SMP Pondok Modern Selamat banyak dipengaruhi faktor-faktor, antara lain sebagai berikut:

1. Budaya kerja yang tidak mengenal jam kerja dikarenakan siswa masih harus mendapatkan pengawasan di luar jam sekolah.

2. Sistem penggajian yang dirasakan kurang memenuhi unsur keadilan. (adanya perbedaan tingkat kesejahteraan).

3. Pengaruh dari lingkungan kerja, teman sekerja menurun semangatnya dan tidak memberi contoh yang baik (budaya kerja yang menurunkan profesionalisme guru) 4. Masih kurang optimalnya guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran

(kurang profesional )

5. Tidak masuk kerja dengan alasan yang terkadang dibuat-buat dikarenakan tidak adanya hari libur yang pasti (menurunnya integritas)

Landasan Teoritis Pengertian Integritas

Integritas merupakan perilaku positif yang berakibat pada kemajuan perusahaan atau institusi. Melcher (1995) menyatakan apabila tingkat integritas pegawai kurang maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Handoko (2000) menyatakan banyak faktor yang mencerminkan tingkat integritas pegawai seperti kemampuan kerjanya, motivasi kerjanya, kedisiplinan kerjanya. Werther dan Davis (1997) menyatakan semakin tinggi tingkat

(5)

55 kesejahteraan yang diberikan seperti tingkat upah optimum, tunjangan kesehatan yang baik, iklim kerja yang baik akan berakibat pada tingginya tingkat integritas pegawai (performance) pegawai.

Faktor yang mempengaruhi integritas

Integritas pegawai dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal organisasi, faktor internal merupakan faktor yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan pelaku pelaku yang ada dalam internal organisasi tersebut. Pearce dan Robinson (1997) menyatakan integritas pegawai (job Performance) pelaku-pelaku (orang) dalam sebuah organisasi dipengaruhi oleh pendidikan, kemampuan, motivasi, job description, income,

appraisal (penghargaan). Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar

organisasi yang dapat memberikan peluang, ancaman, dan kendala bagi sebuah organisasi. Kesimpulannya, Integritas pegawai suatu organisasi dapat terwujud dengan baik apabila terjadi kerjasama antara seluruh orang yang terlibat, motivasi yang tinggi, kemampuan yang memadai, kejelasan peran dari semua anggota. Pimpinan suatu organisasi harus mampu membina, membimbing dan mempertahankan seluruh anggota organisasi untuk dapat meningkatkan integritas pegawai sehingga tujuan organisasi dapat diwujudkan.

Profesionalisme

Pengertian Profesionalisme

Supriadi (1998) dalam bukunya bertajuk "Mengangkat Citra dan Martabat Guru" telah menjelaskan secara sederhana istilah profesi, profesional dan profesionalisme. Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa suatu profesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu.

Sementara profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, menunjuk pada penampilan atau performance atau kinerja seseorang yang sesuai dengan tuntutan profesinya. Misalnya, 'pekerjaan itu dilaksanakan secara professional. Kedua, menunjuk pada orang yang melakukan pekerjaan itu, misalnya “dia seorang professional”.

Istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan atau performance seseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau profesi. Ada yang profesionalismenya

(6)

56 tinggi, sedang, dan ada pula yang rendah. Menurut Supriadi (1998), profesionalisme menuntut tiga prinsip utama, yakni well educated, well trained, well paid atau memperoleh pendidikan yang cukup, mendapatkan pelatihan yang memadai, dan menerima gaji yang memadai. Dengan kata lain profesionalisme menuntut pendidikan yang tinggi, kesempatan memperoleh pelatihan yang cukup, dan akhirnya memperoleh bayaran atau gaji yang memadai.

Sebagai profesi, guru memenuhi kelima ciri atau karakteristik yang melekat pada guru, yaitu;

1. Memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat, dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.

2. Menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge).

4. Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut.

5. Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok berhak memperoleh imbalan finansial atau material.

(7)

57 Pengertian Budaya Organisasi

Di Indonesia, budaya organisasi menurut Ndraha (1997) dikenal sejak tahun 80-an, saat swasta berkesempatan mengembangkan usaha di bidang non migas, kebutuhan akan pembudayaan nilai-nilai baru tentang kewira usahaan dan manajemen. Bersama dengan itu para akademisi mulai mengkajinya dan memasukkannya ke dalam kurikulum sebagai pendidikan formal dan informal. Adapun definisi budaya organisasi adalah sebagai berikut:

1. Eldridge & Crombie (1974), Budaya Organisasi menunjukkan konfigurasi unik dari norma, nilai, kepercayaan dan cara-cara berperilaku yang memberikan karakteristik cara kelompok dan individu bekerjasama untuk menyelesaikan tugasnya.

2. Tunstall (1983), Budaya Organisasi adalah konstelasi umum mengenai kepercayaan, kebiasaan, nilai, norma perilaku, dan cara melakukan bisnis yang unik bagi setiap organisasi yang mengatur pola aktifitas dan tindakan organisasi serta melukiskan pola implisit, perilaku dan emosi yang muncul yang menjadi karakteristik dalam organisasi.

Setiap organisasi yang dibentuk telah menetapkan suatu tujuan tertentu sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi. Tujuan secara umum merupakan suatu petunjuk arah bagi pimpinan dan anggota organisasi. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut suatu organisasi berpedoman pada mekanisme dan prosedur kerja yang ditetapkan. Berhasil tidaknya suatu tujuan organisasi banyak dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern organisasi.

Menurut Steers (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi adalah faktor ekstern dan faktor intern. faktor ekstern adalah suatu kekuatan yang muncul didalam organisasi (misalnya kondisi pasar, kondisi ekonomi dan seterusnya). Sedangkan faktor intern adalah faktor di dalam organisasi yang menciptakan iklim kultural dan sosial tempat berlangsungnya kegiatan kearah tujuan.

Organisasi yang dapat survive (tahan) dalam perubahan yang sekarang sedang terjadi adalah organisasi yang berfokus pada kinerja yang tinggi (high performace), yang kesehariaannya diterjemahkan sebagai harga yang bersaing dan produksi dan pelayanan yang berkualitas tinggi, inovasi serta kecepatan yang memungkinkan untuk memperoleh keuntungan kompetitif. Apabila organisasi ingin melaksanakan pemberdayaan sumber

(8)

58 daya manusianya maka harus ada perubahan perilaku dan harapan- harapan baru dari kelompok itu.(Warella 1995).

Kesejahteraan

Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah balas jasa pelengkap baik material maupun non material yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan, bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan, agar produktivitas kerjanya meningkat. Kesejahteraan dapat juga diartikan sebagai pemberian kompensasi yaitu pengaturan seluruh pemberian balas jasa bagi karyawan atau employee baik yang langsung berupa uang (financial) maupun yang tidak langsung berupa barang atau jasa (non financial) (Handoko,2000). Pemberian kesejahteraan penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Melcher (1995) menyatakan pemberian upah/insentif merupakan salah satu cara peningkatan kesejahteraan yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja pegawai.

Werther dan Davis (1996) menyatakan kompensasi sebagai apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada organisasi. Selanjutnya Werther dan Davis menyatakan bahwa di dalam kompensasi terdapat sistem insentif yang menghubungkan kompensasi dengan kinerja. Pengertian lain dari kompensasi menurut Schoell et.al dalam Alma (2003), Compensation is all form of pay or benefits for

employees that arise from their employment. Yang dimaksud dengan bentuk pembayaran

atau benefits yang diterima oleh karyawan adalah:

1) Direct Financial seperti: wages, salaries, dan bonus

2) Indirect Payments seperti fringe benefitis yaitu keuntungan dalam bentuk asuransi,

cuti dan libur.

3) Nonfinancial reward, yaitu berupa penghargaan bukan dalam bentuk uang seperti

pekerjaan, jabatan yang menjanjikan masa depan, pengaturan jam kerja yang lebih santai/fleksibel.

Dilihat dari cara pemberiannya, kompensasi dibagi menjadi kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung. Kompensasi langsung merupakan kompensasi manajemen

(9)

59 seperti upah, gaji dan insentif. Kompensasi tidak langsung dapat berupa tunjangan atau jaminan keamanan dan kesehatan.

Pemberian kompensasi dapat terjadi tanpa ada kaitannya dengan prestasi, seperti upah dan gaji. Upah adalah kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan atas waktu yang telah dipergunakan, sedangkan gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas pelepasan tanggungjawab atas pekerjaan. Istilah upah biasanya dipergunakan untuk memberikan kompensasi kepada tenaga kerja yang kurang terampil, sedangkan gaji dipergunakan untuk memberikan kompensasi kepada tenaga terampil.

Namun, kompensasi dapat pula diberikan dalam bentuk insentif, yang merupakan kontra prestasi di luar upah atau gaji, dan mempunyai hubungan dengan prestasi sehingga dinamakan sebagai pay for performance atau pembayaran atas presta

Dari uraian pemikiran tersebut diatas dapat diperjelas melalui variabel budaya organisasi, tingkat kesejahteraan dan profesionalisme guru memberikan pengaruh kepada integritas. Secara skematis dapat digambarkan seperti pada gambar dibawah ini:

(10)

60 Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Diduga ada pengaruh budaya organisasi terhadap profesionalisme guru.

H2 : Diduga ada pengaruh tingkat kesejahteraan guru terhadap profesionalisme guru. H3 : Diduga ada pengaruh budaya organisasi terhadap tingkat integritas guru. H4 : Diduga ada pengaruh tingkat kesejahteraan terhadap integritas guru. H5 : Diduga ada pengaruh profesionalisme guru terhadap integritas guru.

METODE PENELITIAN Metode dan Desain Penelitian

Suatu penelitian tentu tidak lepas dari penggunaan suatu metode, baik yang dipergunakan untuk menentukan jumlah sampel maupun untuk analisis data. Sesuai dengan riset penelitian atau penelitian adalah usaha untuk menentukan, mengembangkan, menguji suatu penelitian, maka metode penelitian merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang memprediksikan parametrik populasi yang berdasarkan sampel. Penelitian kuantitatif

BUDAYA ORGANISASI TINGKAT KESEJAHTERAAN PROFESIONALISME GURU INTEGRITAS GURU B.1 B.2 B5 B4 B.3

(11)

61 didasarkan pada paradigma positivisme yang bersifat logoco-hypotheco-verifikasi dengan berlandaskan pada asumsi mengenai objek empiris (Arikunto, 2000).

Penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis, dengan maksud membenarkan atau memperkuat hipotesis dengan harapan, yang pada akhirnya dapat memperkuat teori yang dijadikan pijakan. Sugiyono (2000) menyatakan jenis penelitian ini termasuk “Explanatory Research” atau penelitian yang bersifat menjelaskan, artinya penelitian ini menekankan pada hubungan antar variabel penelitian dengan menguji hipotesis uraiannya mengandung deskripsi tetapi fokusnya terletak pada hubungan antar variabel.

Penentuan Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiono (2003) mengartikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang berada di lingkungan SMP Pondok Modern Selamat Kendal yaitu sebanyak 50 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiono (2003) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan Arikunto (1996) mengemukakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Agar sampel benar-benar representatif, maka dalam penelitian ini metode pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh atau sensus yaitu mengambil semua guru di lingkungan SMP Pondok Modern Selamat Kendal. Dalam penelitian ini jumlah sampel ditetapkan sebesar 50 responden.

Uji Kelayakan Instrumen Validitas Data

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Dalam hal ini digunakan beberapa butir pernyataan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur

(12)

62 tersebut. Untuk mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Hipotesis yang diajukan adalah:

Ho : Skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Ha : Skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk.

Uji validitas dilakuan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk tingkat signifikansi 5 persen dari degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid, demikian sebaliknya bila r hitung < r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid (Ghozali, 2005).

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja dengan alat bantu SPSS uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Nunnally dalam Ghozali, 2005).

Teknik Analisis Data

Menurut Patton, 1980 (dalam Moelong 2002) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Teknik penelitian ini adalah digunakannya alat dalam mengukur maupun mengumpulkan data. Pengukuran adalah suatu usaha untuk memberikan gambaran suatu hubungan.

Dalam penelitian ini digunakan analisis kuantitatif untuk mengetahui apakah ada pengaruh budaya organisasi dan tingkat kesejahteraan terhadap profesionalisme guru yang berdampak pada integritas guru SMP Pondok Modern Selamat Kendal. Karena variabel yang diukur adalah skala ordinal yang mana skala ordinal adalah suatu skala di mana penomoran objek disusun menurut besarnya, dari tingkat tinggi ke rendah atau sebaliknya dengan jarak yang tidak harus sama. Untuk memenuhi kriteria sebuah penelitian dengan cermat digunakan.

(13)

63 1. Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data kedalam perhitungan rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviasi), rentang (range) dan perhitungan statistik deskriptif lainnya. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif dimaksud untuk mendapatkan gambaran penyebaran hasil penelitian masing-masing variabel menurut kategori-kategori tertentu. Rumus yang di gunakan untuk penentuan kriteria yakni sebagai berikut:

P = skor total tertinggi – skor total terendah jumlah kategori yang ditetapkan Keterangan :

P = Panjang kelas interval

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi ganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga tidak langsung (Retherford,1993). Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi ganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan dan signifikansi hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel (Wembley, 1997).

Variabel exogenous, variabel-variabel exogenous dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak panah yang menuju kearahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel exogenous dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunjukan dengan anak panah dengan kepala dua yang menghubungkan variabel-variabel tersebut

Variabel endogenous adalah variabel yang mempunyai anak-anak panah menuju kearah variabel tersebut. Variabel yang termasuk didalamnya adalah mencakup semua variabel perantara dan tergantung. Variabel perantara endogenous mempunyai anak panah yang menuju kearahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur. Sedang variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju kearahnya.

(14)

64 Gambar

Analisis Jalur (Path Analysis)

Keterangan : Struktur 1 : X3 = β1.X1+β2.X2 + e Struktur 2 : Y = β1.X1+β2.X2+β3.X3 + e X 1 : Budaya Organisasi X 2 : Kesejahteraan X3 : Profesionalisme Y : Integritas e : error

β : Beta (Koefisien Regresi)

Dari gambar di atas menunjukkan paradigma penelitian ini dinamakan paradigma jalur, karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan variabel anatara lain, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel itu atau bisa langsung ke sasaran akhir. BUDAYA ORGANISASI (X.1) TINGKAT KESEJAHTERAAN ( X.2 ) PROFESIONALISME GURU (X.3) INTEGRITAS GURU ( Y ) β.1 β.2 β.5 β.4 β.3 e.1 e.2

(15)

65 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi untuk melihat seberapa besar pengaruh dari variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y.

Keterangan :

R2 = Besar koefisien determinasi a = Titik potong terhadap Y

b = Slope garis estimasi yang paling baik

n = Banyaknya data

X = Nilai variabel X

Y = Nilai variabel Y

Nilai koefisien determinasi berganda ini adalah lebih besar dari 0 tetapi lebih kecil dari 1, maka apabila :

a. Nilai koefisien determinasi menunjukan angka mendekati 1, berarti variabel bebas (X) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel terikat ( Y ).

b. Nilai koefisien determinasi mendekati 0, berarti bahwa perubahan variabel terikat ( Y ) banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel yang di teliti.

Analisis Data Dan Pembahasan Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen penelitian. Hal ini guna memperoleh tingkat validitas dari kuesioner yang dipakai sebagai alat ukur untuk penelitian, serta memperoleh keakurasian pengukuran dari obyek penelitian apakah suatu item pernyataan valid atau tidak jika digunakan sebagai alat ukur.

Berikut disajikan rangkuman pengujian validitas yang menggunakan analisis korelasi person correlation yang diolah dengan program SPSS 17.

1 1 2 2 2 3 2 2 b x Y b x Y b x R Y   

(16)

66 Tabel

Rangkuman Pengujian Validitas

No Variabel Item

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

1 Budaya Organisasi X1.1 0.377 0.279 Valid X1.2 0.667 0.279 Valid X1.3 0.589 0.279 Valid X1.4 0.631 0.279 Valid 2 Tingkat Kesejahteraan X2.1 0.523 0.279 Valid X2.2 0.591 0.279 Valid X2.3 0.420 0.279 Valid X2.4 0.602 0.279 Valid X2.5 0.686 0.279 Valid 3 Profesionalisme Guru X3.1 0.727 0.279 Valid X3.2 0.762 0.279 Valid X3.3 0.685 0.279 Valid X3.4 0.857 0.279 Valid X3.5 0.728 0.279 Valid 4 Integritas Guru Y1.1 0.774 0.279 Valid Y1.2 0.737 0.279 Valid Y1.3 0.715 0.279 Valid Y1.4 0.803 0.279 Valid Y1.5 0.825 0.279 Valid

Sumber: Output SPSS Correlation

Dari tabel 4.26 hasil pengujian validitas di atas dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan pada variabel budaya organisasi, tingkat kesejahteraan, profesionalisme guru dan integritas guru dikatakan valid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r_hitung lebih besar dari r_tabel (0,279), sehingga dapat dipercaya dan diandalkan untuk penelitian selanjutnya.

(17)

67 2. Uji Reliabilitas

Pengujuan reliabilitas digunakan untuk mengukur reliabel tidaknya suatu konstruk atau variable penelitian. Dalam pengujian reliabilitas menggunakan alat bantu program SPSS 17, berikut disajikan rangkuman hasil pengujian reliabilitas.

Tabel

Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Alpha Cronbach Alpha Standar Keterangan Budaya Organisasi 0.697 0,6 Reliabel Tingkat Kesejahteraan 0.708 0,6 Reliabel Profesionalisme Guru 0.793 0,6 Reliabel

Integritas Guru 0.798 0,6 Reliabel

Sumber: Output SPSS, Reliability

Dari tabel 4.27 hasil pengujian reliabilitas di atas dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian yaitu budaya organisasi, tingkat kesejahteraan, profesionalisme guru dan integritas guru adalah reliabel, di mana nilai alpha

cronbach (alpha hitung) lebih besar dari alpha standard (0,6) sehingga dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah data dari variable yang diteliti, yaitu variabel budaya organisasi, tingkat kesejahteraan, profesionalisme dan integritas guru penyebarannya dalam populasi berdistribusi normal.

(18)

68 Tabel

Tabel Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Budaya Organisas i Tingkat Kesejahteraa n Profesionalis me Integrita s N 50 50 50 50 Normal Parametersa Mean 12.4000 15.4200 16.9200 17.5200 Std. Deviation 1.35526 1.92820 2.18380 2.06269 Most Extreme Differences Absolute .151 .138 .150 .163 Positive .136 .106 .143 .149 Negative -.151 -.138 -.150 -.163 Kolmogorov-Smirnov Z 1.068 .977 1.057 1.156

Asymp. Sig. (2-tailed) .204 .295 .213 .138

a. Test distribution is Normal. Sumber: output SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh variabel memiliki

asymp sig diatas 0,05, hal ini berarti bahwa seluruh variabel berdistribusi normal.

2. Analisis Jalur

Berdasarkan rancangan model analisis jalur, maka dapat dilakukan dua tahap analisis regresi yaitu struktur 1 (X3 =β1.X1+β2.X2 + e) dan struktur 2 (Y=β1.X1+β2.X2+β3.X3 + e)

Struktur 1 (Pengaruh Budaya Organisasi (X1) dan Tingkat Kesejahteraan (X2) Terhadap Profesionalisme Guru (X3))

Dari Hasil output Regresi berganda dengan menggunakan SPSS versi 17 didapatkan hasil sebagai berikut:

(19)

69 Tabel Regresi Linier Berganda

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .444a .197 .163 1.99822

a. Predictors: (Constant), Tingkat Kesejahteraan, Budaya Organisasi

ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1Regression 46.015 2 23.008 5.762 .006a Residual 187.665 47 3.993 Total 233.680 49

a. Predictors: (Constant), Tingkat Kesejahteraan, Budaya Organisasi b. Dependent Variable: Profesionalisme

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1(Constant) 10.101 2.935 3.441 .001 Budaya Organisasi -.109 .232 -.068 -.469 .641 Tingkat Kesejahteraan .530 .163 .468 3.250 .002

a. Dependent Variable: Profesionalisme Sumber: Output SPSS

(20)

70 Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan menguji koefisien path masing-masing variabel. Koefisien path menunjukkan pengaruh langsung dari setiap variabel (Gaspers,1992).

Dari tabel 4.29 di atas diperoleh koefisien regresi terstandar (beta) sebagai ukuran analisis hubungan kausal pada struktur 1 sebagai berikut :

Tabel Koefisien Path Struktur 1 Pengaruh X1 dan X2 terhadap X3

No Model Beta t Nilai

F Hasil Pengujian Adjusted R Square Sig Koefisien Variabel lain (sisa) 1 Budaya Organisasi (X1) terhadap Profesionalisme Guru (X3) -0.068 -0.469 5.762 Ho diterima Ha ditolak 0.163 0.641 0.987 2 Tingkat Kesejahteraan (X2) terhadap Profesionalisme Guru (X3) 0.468 3.250 Ho ditolak Ha diterima 0.002

Sumber: Output SPSS Regresi

Uji t X1 (Budaya Organisasi) Terhadap X3 (Profesionalisme)

Tabel 4.30 di atas menjelaskan bahwa variabel budaya organisasi (X1) pada taraf kepercayaan 95 % signifikansi 5 % memiliki nilai t hitung (-0.469) lebih kecil dari t tabel (1.67722) dan memiliki koefisien sig 0.641 lebih besar dari toleransi yang diberikan sebesar 0.05, hal ini dapat diartikan bahwa budaya organisasi tidak memiliki pengaruh langsung terhadap profesionalisme guru (X3).

(21)

71 Uji t X2 (Tingkat Kesejahteraan) Terhadap X3 (Profesionalisme)

Sedangkan variabel tingkat kesejahteraan (X2) pada taraf kepercayaan 95 % atau signifikansi 5 % memiliki nilai t hitung sebesar 3.250 lebih besar dari t tabel (1.67722) dan memiliki koefisien sig 0.002 lebih kecil dari toleransi yang diberikan 0.05, hal ini dapat diterjemahkan bahwa tingkat kesejahteraan berpengaruh langsung terhadap profesionalisme guru (X3)

Uji F X1 (Budaya Organisasi), X2 (Tingkat Kesejahteraan) Terhadap X3 (Profesionalisme)

Hasil Pengoperasian model analisis regresi menghasilkan persamaan X3 = -0.068 X1 + 0.468 X2 dengan nilai F hitung sebesar 5.762. Nilai F hitung pada regresi ganda sebesar 5.672 lebih besar dibanding F tabel (3.19). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95 %, model regresi yang digunakan sesuai dengan model konseptual yang dirancang sehingga persamaan regresi mempunyai makna yang berarti apabila dipergunakan untuk melakukan prediksi. Demikian pula hasil koefisien probabilitas (“sig”) 0.006 ternyata lebih kecil dari toleransi yang diberikan sebesar 0,05 (lihat tabel 4.29 Anova)

Koefisien Determinasi X2 (Tingkat Kesejahteraan) Terhadap X3 (Profesionalisme) Analisis regresi berganda menghasilkan nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square/R2) sebesar 0.163. Koefisien determinasi itu selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai residual analisis regresi struktur 1 sebesar 0.9866

Dari hasil di atas, model hubungan kausal kedua variabel bebas terhadap variabel terikat (struktur 1) dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel Koefisien Path Pengaruh X1 dan X2 terhadap X3

Sumber: Outpout SPSS regresi struktur 1 (tabel coefficients)

Budaya Organisasi (X1) Tingkat Kesejahteraan (X2) Profesionalisme Guru (X3) R1 = 0.987 β = -0.068 Sig.= 0.641 β = 0.468 Sig. = 0.002

(22)

72 Struktur 2 (Pengaruh Budaya Organisasi (X1), Tingkat Kesejahteraan (X2) dan Profesionalisme Guru (X3) terhadap Integritas Guru (Y))

Dari Hasil output Regresi berganda dengan menggunakan SPSS versi 17 didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel Regresi Linier Berganda Struktur 2

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .697a .486 .453 1.52613

a. Predictors: (Constant), Profesionalisme, Budaya Organisasi, Tingkat Kesejahteraan ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1Regression 101.343 3 33.781 14.504 .000a Residual 107.137 46 2.329 Total 208.480 49

a. Predictors: (Constant), Profesionalisme, Budaya Organisasi, Tingkat Kesejahteraan

b. Dependent Variable: Integritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

(23)

73 B Std. Error Beta 1(Constant) 2.058 2.509 .820 .416 Budaya Organisasi .362 .178 .238 2.040 .047 Tingkat Kesejahteraan .190 .138 .177 1.376 .176 Profesionalisme .476 .111 .504 4.270 .000 a. Dependent Variable: Integritas

Dari tabel di atas diperoleh koefisien regresi terstandar (beta) sebagai ukuran analisis hubungan kausal pada struktur 2 sebagai berikut :

Tabel Hasil Analisis Path

N o Model Beta t Nilai F Hasil Uji Adju sted R Squa re Sig Koefis ien Variab el Lain 1 Budaya Organisasi (X1) terhadap Integritas Guru (Y) 0.23 8 2.04 0 14.5 04 Ho. Ditola k Ha diteri ma 0.48 6 0.047 0.891 2 Tingkat Kesejahtera an (X2) terhadap Integritas Guru (Y) 0.17 7 1.37 6 Ho diteri ma Ha. ditolak 0.176

(24)

74 3 Profesionali sme Guru (X3) terhadap Integritas Guru (Y) 0.50 4 4.27 0 Ho ditolak Ha diteri ma 0.000

Sumber: Output SPSS Regresi

Uji t X1 (Budaya Organisasi) terhadap Y (Integritas Guru)

Tabel 4.33 menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi (X1), pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5 % memiliki nilai t hitung sebesar 2.040 lebih besar dari t tabel sebesar 1.67793. dan memiliki koefisien sig 0.047 lebih kecil dibanding toleransi yang diberikan sebesar 0.05. hal ini dapat diartikan bahwa variabel budaya organisasi dan profesionalisme memiliki pengaruh langsung terhadap variabel integritas guru (Y).

Uji t X2 (Tingkat Kesejahteraan) terhadap Y (Integritas Guru)

Tabel 4.33 variabel tingkat kesejahteraan (X2) memiliki nilai t hitung sebesar 1.376 lebih kecil dari t tabel sebesar 1.67793. dan memiliki koefisien sig 0.176 lebih besar dari toleransi yang diberikan sebesar 0.05. hal dapat diartikan bahwa variabel tingkat kesejahteraan tidak berpengaruh langsung terhadap variabel integritas guru (Y).

Uji t X3 (Profesionalisme Guru) terhadap Y (Integritas Guru)

Tabel 4.33 menunjukkan bahwa variabel Profesionalisme guru (X3) pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5 % memiliki nilai t hitung sebesar 4.270 lebih besar dari t tabel sebesar 1.67793. dan memiliki koefisien sig 0.000 lebih kecil dibanding toleransi yang diberikan sebesar 0.05. hal ini dapat diartikan bahwa variabel budaya organisasi dan profesionalisme memiliki pengaruh langsung terhadap variabel integritas guru (Y).

Uji F X1 (Budaya Organisasi), X2 (Tingkat Kesejahteraan), X3

(25)

75 Hasil pengoperasian model analisis regresi ganda pada struktur 2 menghasilkan persamaan Y = 0.238 + 0.177 + 0.504 dengan nilai F hitung sebesar 14.504. Nilai F hitung 14.504 lebih besar dibanding F tabel sebesar 2.80 hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan 95% model regeresi yang digunakan sesuai dengan model konseptual yang dirancang sehingga persamaan regresi tersebut memiliki makna yang berarti apabila digunakan membuat suatu prediksi. Demikian pula koefisien probabilitas (“sig”) ternyata lebnih kecil dari toleransi yang diberikan sebesar 0.05 (lampiran regresi struktur 2 tabel anova)

Koefisien determinasi

Analisis regresi ganda menghasilkan nilai adjusted R2 sebesar 0.453. Dari hasil analisis tersebut diperoleh koefisien determinasi sebesar 0.486 digunakan untuk menghitung nilai residual analisis regresi struktur 2 sebesar 0.8914

Tabel

Hubungan Kausal Koefisien Path Pengaruh X1 dan X2 ,X3 terhadap Y

Selanjutnya seluruh hasil pengujian hipotesis secara konseptual diringkas pada tabel sebagai berikut:

Budaya Organisasi (X1)

Integritas Guru (Y)

Tingkat Kesejahteraaan (X2) Profesionalisme Guru (X3) β . 0.238 Sig. 0.047 β . 0.177 Sig. 0.176 β = 0.504 Sig= 0.000 R2 = 0.891

(26)

76 Tabel 4.35

Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis Kesimpulan

1 H1 Budaya Organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap Profesionalisme Guru

Ditolak

2 H2 Tingkat Kesejahteraan mempunyai pengaruh positif terhadap

Profesionalisme Guru

Diterima

3 H3 Budaya Organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap Integritas Guru

Diterima

4 H4 Tingkat Kesejahteraan mempunyai pengaruh positif terhadap Integritas Guru

Ditolak

5 H5 Profesionalisme Guru mempunyai pengaruh positif terhadap Integritas Guru

Diterima

Pembahasan

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Profesionalisme Guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh positif antara budaya organisasi terhadap profesionalisme guru ternyata tidak terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil output

SPSS versi 17 dengan analisis regresi masing-masing variabel yang menunjukkan hasil

yang tidak signifikan (0.0641>0.05).

Berdasarkan dari hasil data kuesioner yang didapat dari variabel budaya organisasi didapatkan hasil bahwa item soal yang berbunyi lingkungan kerja sesuai dengan yang diharapkan, sebanyak 21 responden menjawab tidak setuju. Hal ini dimungkinkan karena budaya kerja yang ada dilingkungan SMP Pondok Modern Selamat kurang sesuai dengan harapan dari para responden. Keterbukaan antara sesama guru perlu ditingkatkan, cara

(27)

77 berperilaku dan bersikap perlu dievaluasi supaya budaya yang dibangun memberikan respon yang baik terhadap peningkatan profesionalisme guru.

Pimpinan melakukan supervisi, memberikan arahan atau motivasi untuk perbaikan kinerja dan mengarahkan pada profesionalisme. Supervisi harus dilakukan secara rutin untuk lebih meningkatkan pengawasan dan mengevaluasi kinerja masing-masing guru. Dengan dilakukannya supervisi secara rutin akan memberikan dampak psikologis pada diri tiap guru bahwa mereka merasa selalu diperhatikan oleh pimpinan sehingga selalu berusaha meningkatkan dan menunjukkan kerja yang baik.

Pengaruh Tingkat Kesejahteraan Terhadap Profesionalisme Guru

Pengujian terhadap hipotesis 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat kesejahteraan terhadap profesionalisme guru ternyata sepenuhnya terbukti. Hal ini dapat dilihat dari hasil output SPSS versi 17 dengan analisis regresinya masing-masing variable menunjukkan hasil sesuai dengan tingkat signifikansinya (0.002 < 0.05).

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Integritas Guru

Pengujian terhadap hipotesis 3 dalam penelitian ini menyatakan budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap Integritas Guru ternyata sepenuhnya terbukti. Hai ini bisa dilihat dari hasil regresi output SPSS versi 17 dengan analisis masing-masing variable mununjukkan hasil signifikan (0.047 < 0.05).

Pengaruh Tingkat Kesejahteraan Terhadap Integritas Guru

Pengujian terhadap hipotesis 4 dalam penelitian ini menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan mempunyai pengaruh positif terhadap integritas guru ternyata tidak terbukti. Hal ini dapat dilihat dari hasil output SPSS yang menunjukkan hasil tidak signifikan (0.176 > 0.05).

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004), yang menyatakan tingkat kesejahteraan berpengaruh positif terhadap integritas. Faktor yang memungkinkan terjadinya tingkat kesejahteraan tidak berpengaruh terhadap integritas adalah jika dilihat dari karakteristik responden 48 % adalaha usia muda (26-35 tahun) dan kebanyakan mereka adalah baru selesai menempuh pendidikan strata 1 dan Berdasarkan

(28)

78 karakteristik responden yang belum menikah sebanyak 52 %. Maka disimpulkan kebanyakan mereka adalah tenaga-tenaga pendidik baru yang belum mampu menjiwai makna kebutuhan kesejahteraan dan integritas itu sendiri. Bagi mereka yang belum mempunyai tanggungan kebutuhan hidup seperti yang sudah berkeluarga lebih mementingkan gaji yang cukup tetapi bisa melakukan apa saja yang diinginkan. Tetapi budaya di SMP Pondok Modern Selamat Kendal, dengan model boarding school, bagi yang belum menikah harus tinggal di asrama. Sehingga dengan gaji yang cukup belum mampu membentuk integritas yang memadai karena adanya unsur Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Integritas Guru

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara profesionalisme terhadap integritas guru. Hasil output SPSS versi 17 menunjukkan hasil sesuai pada tingkat signifikansinya (0.000<0.05) Hasil analisis ini menunjukkan ada pengaruh positif profesionalisme guru terhadap integritas guru.

Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi, kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan setelah yang bersangkutan lulus dari pendidikan prajabatan ataupun sedang dalam melaksanakan jabatan.

Guru berkewajiban menciptakan suasana yang baik agar tercipta produktivitas kerja yang tinggi. Untuk menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Guru baik secara personal maupun institusi, dan 2. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat.

Suasana yang haromis di sekolah tidak akan terjadi bila personil yang terlihat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa, tidak menjalin hubungan yang baik di antara sesamanya. Penciptaan suasana kerja menantang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

(29)

79 Penutup

Kesimpulan

1. Pengaruh positif antara budaya organisasi terhadap profesionalisme guru ternyata tidak terbukti. Nilai koefisien path sebesar -0.068 dengan ρ=0.641 (p>0.05) adalah tidak signifikan Dari hasil di atas menunjukkan tidak adanya pengaruh yang positif antara budaya organisasi terhadap profesionalisme guru dengan tingkat signifikansi di atas 0.05 (p = 0.641), ini menunjukkan hipotesis 1 ditolak, artinya budaya organisasi tidak memiliki pengaruh positif terhadap profesionalisme guru.

2. Terdapat pengaruh positif antara tingkat kesejahteraan terhadap profesionalisme guru ternyata sepenuhnya terbukti. analisis regresinya masing-masing variabel menunjukkan hasil sesuai dengan tingkat signifikansinya. Dari hasil di atas menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara tingkat kesejahteraan terhadap profesionalisme guru dengan tingkat signifikansi di bawah 0.05 (p = 0.02).

3. Budaya Organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap Integritas Guru ternyata sepenuhnya terbukti. Diketahui pengaruh langsung sebesar 0.238 sedangkan angka pengaruh tidak langsungnya sebesar -0.034 lebih kecil dari 0.238. dapat disimpulkan bahwa pengaruh budaya organisasi terhadap integritas guru dominan pengaruh langsung.

4. Tingkat Kesejahteraan mempunyai pengaruh positif langsung terhadap integritas guru ternyata tidak terbukti. bahwa nilai koefisien path sebesar 0.177 dengan p=0.176 (p>0.05) adalah tidak signifikan. Sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar 0.236 lebih besar dari 0.176. dapat disimpulkan bahwa pengaruh tingkat kesejahteraan terhadap integritas guru dominan pengaruh tidak langsung.

5. Ada pengaruh positif antara profesionalisme terhadap integritas guru. Hasil output SPSS versi 17 menunjukkan hasil sesuai pada tingkat signifikansinya. Dari hasil di atas menunjukkan adanya pengaruh positif antara profesionalisme guru terhadap integritas guru dengan tingkat signifikansi di bawah 0.05 (p = 0.000). Hasil analisis ini menunjukkan

(30)

80 Daftar Pustaka

Algifari. 2000. Analisis: Teori dan Kasus Solusi. BPFE. Yogyakarta.

Arikunto, S.2006. Prodesur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bumi Aksara.

Dayati, Tatik 2003. Pengaruh Motivasi, Kemampuan Kerja danKejelasan Peran Dalam

Organisasi dan Komunikasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Kantor Pusat Undip. Tesis Program Magister Manajemen Pendidikan. Pascarsarjana Universitas

Negeri Semarang.

Gantyowati, Evi. 1999. Kode Etik Bagi Profesi Sistem Informasi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Jakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Universitas Diponegoro. Semarang

Hadi, Sutrisno. 2001.Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia. (Edisi Kedua), Yogyakarta : BPFE.

Indriawan. 2002. Pengaruh Budaya Organisasi, motivasi kerja terhadap produktivitas

kerja di Sekda Kota Semarang. Tesis MAP Undip. Semarang.

Karo Karo, B. 2002. Analisis Pengaruh Motivasi, Kemampuan, dan Imbalan terhadap

Kinerja Sumber Daya Manusia. Tesis MM Undip, Semarang.

Kuntjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Rajawali.

Maslow, Abraham 1994. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : Pustaka Banawan.

Marfuah, Idza. 1996. Kemiskinan dan Kesejahteraan. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 1 No.1, Jakarta.

Melcher, Arlyn J. 1995. Struktur dan Proses Organisasi. Rineka Cipta. Jakarta.

Nasution, Samsul Chair,2004, Pengaruh Penegakan Kode Etik Dan Peningkatan

Kesejahteraan Terhadap Tingkat Integritas Pegawai (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Tipe A Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Tanjung Emas Semarang),Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas

Gambar

Tabel Uji Normalitas
Tabel Koefisien Path Struktur 1 Pengaruh X 1  dan X 2  terhadap X3
Tabel Koefisien Path Pengaruh X 1  dan X 2  terhadap X3
Tabel Regresi Linier Berganda Struktur 2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melakukan kajian terhadap teras reaktor riset yang sedang beroperasi saat ini dan yang sedang dalam pembangunan, serta desain

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank yang menggunakan prinsip syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan

Sesungguhnya transaksi yang dilakukan antara investor ( s}a&gt;hibul ma&gt;l ) dengan pihak Gerai Dinar ( muqa&gt;rid} ) merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

Ingroup Favoritsme dalam diri umat Buddha di Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung merupakan salah satu dampak dari perpecahan yang terjadi pada

Sebuah elektron dari luar kulit yang berenergi lebih tinggi kemudian mengisi lubang, dan perbedaan energi antara kulit yang berenergi lebih tinggi dengan kulit

Selain itu sosok Duterte juga dikenal sebagai pemimpin yang tidak dapat mengontrol ucapannya, Duterte pernah mendapat kecaman tentang leluconnya terhadap seorang

Menurut saya ...komite sekolah bisa mengundang orang tua siswa dan masyarakat untuk mengadakan pertemuan secara berkala dan insidental sesuai jadwal yang sudah

Produktivitas unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan proses HD untuk meningkatkan produksi air tawar sangat tergantung pada temperatur air laut masuk humidifier,