• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KESULTANAN ACEH DAN TURKI UTSMANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KESULTANAN ACEH DAN TURKI UTSMANI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

18 1. Asal Usul Nama Aceh

Asal muasal nama Aceh memang banyak ragamnya. Asal usul nama Aceh lebih banyak diceritakan dalam cerita lama seperti dongeng yang sudah banyak diketahui umum.

Suatu pendapat mengatakan bahwa pada suatu hari ada seorang Putri Hindustan hilang dicari-cari oleh saudaranya hingga sampai kepulau Sumatera. Sesampainya di Aceh tiba-tiba saudara menjumpai putri itu. Kepada penduduk lalu dijelaskannya bahwa putri tersebut adalah “Aci” nya, yaitu adiknya. Karena putri itu berkelakuan baik dan terhormat, penduduk menyakininnya keturunan bangsawan juga. Atas mufakat pendududk, putri ini diangkat menajdi Ratu (Raja) mereka. Untuk menamai negri yang baru di bangun ini disebut sajalah “Aci”, diambil dari perkataan yang mula-mula terdengardiucapkan oleh saudaranya. Demikianlah selanjutnya sebutan “Aci” itu lama kelamaan berobah menjadi “Aceh”.1

Pendapat lain mengatakan Aceh bersal dari istilah Hindu “Aca atau Atca”. Diceritakan bahwa kerajaan Hindu-Aceh dulu tidak hanya sebatas Aceh sekarang, tapi juga meliputi ke timur laut termasuk Pasai, dan juga dekat Kuala Bantee Kerenda di wilayah Pidie, ada di jumpai

(2)

kuburan Hindu. Negri itu dulu juga dikenal dengan nama Pulau Seroja, yaitu Pulau bunga seroja, ditandai pula oleh nama sungainya Cedah artinya cantik, baru kemudian dinamai Aceh, sebagaimana yang tersiar di dalam cerita rakyat sebagai berikut:

Sebuah kapal Gujarat memasuki Sungai Cedah untuk berdagang. Ketika awak kapal turun ke darat dan tiba di kampung Pandai, tiba-tiba datang hujan, maka dengan terburu-buru mereka berlari ke tempat perteduhan dibawah sepohon kayu berdaun rindang. Merasa lega karena dengan begitu terlindung dari hujan, merekapun berkata Aca, Aca, Aca. Kemudian ketika mereka berada di Pidie, mereka bertemu dengan sebuah perahu dari sungai Cadah. Awak kapal bertanya kepada awak perahu tersebut apakah mereka tadinya singgah di kampong Pandai. Ketika awak perahu menjawab ya, merekapun mengucapkan Aca, Aca, Aca.2 Akhirnya Aca itu disebut menjadi Aceh.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa bangsa Aceh termasuk dalam rumpun bangsa melayu, yaitu Mante (Bante), Lanun, Sakai, Jakun, Semang (orang laut), Senui dan lain sebagainya, yang berasal dari negeri Perak dan Pahang di tanah Semenanjung Melayu bangsa tersebut erat hubungannya dengan bangsa Phonesia dari Babylonia dan bangsa Dravida di lembah sungai Indus, Gangga, dan India. Bangsa Mante di Aceh awalnya mendiami Aceh Besar, khusunya di Kampung Seumileuk3 yang

2Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad, (Medan: PT. Percetakan Dan Penerbitan

Waspada,1981), Jilid 1, hal.139-140

3

(3)

juga disebut Gampong Rumoh Dua Blah. Letak kampung tersebut di atas Seulimun, antara Jantho dan Tangse.

Bangsa Mante inilah yang terus berkembang menjadi penduduk Aceh Lhee Sangoe (di Aceh Besar) yang kemudian ikut perpindah ke tempat-tempat lainnya. Sesudah tahun 400 Masehi, orang mulai menyebut “Aceh” dengan sebutan Rami (Ramni). OrangTiongkok menyebutnya

Lan-li, Lan-wu-li dan Nanpoli yang sebenarnya menurut bahasa Aceh adalah Lam Muri, sementara orang Melayu menyebutnya Lambri (Lamiri).4

Dari cerita-cerita di atas mengenai asal muasal nama Aceh itu hanya cerita-cerita saja. Kepastiannya tidak ada. Tetapi dengan demikan juga tidak salah untuk membenarkan terjadinya nama “Aci” seperti yang diceritakan di atas yakni “adik” atau tidak pula janggal jika disebut bahwa asal nama “aci” adalah “indah”, karena mengingat indahnya pantai Aceh bila ditatap dari laut. Banyak nama-nama negeri, desa, pulau, dan lain-lain di negeri kita terjadi karena suatu peristiwa kebetulan. Hanya sedikit nama-nama yang benar-benar dipikirkan.

2. Awal Masuknya Islam di Aceh

Mengenai kapan masuknya Islam di Aceh, sampai sekarang belum dapat ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan kapan pertama kali agama Islam masuk ke Aceh, tetapi berdasarkan perkiraan sezaman dengan terlihatnya aktivitas para pedagang muslim yang selalu singgah di Sumatera dalam perjalanannya ke Cina pada abad ke-7. Hal ini

4 H.M Zainudin, Tarich Atjeh Dan Nusantara, (Medan: Pustaka Iskandar Muda, 1961), Jilid

(4)

menyebabkan Islam mudah masuk ke wilayah Indonesia. Selain sebagai pedagang, para muslim ini tampaknya telah menjadi guru-guru agama dan imam di tengah-tengah kelompok masyarakat setempat, dan tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menikah dan memperistri penduduk setempat.5

Perihal masuknya Islam ke Indonesia ada beberapa teori yaitu diantaranya: Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab yaitu Mekkah dan Madinah pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M.6 Pendapat ini didasarkan adanya bukti pada abad ke-7 yaitu tahun 674 M di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab) dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. Selain itu, Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi‟i, dimana pengaruh mazhab Syafi‟i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah.7

Prof. Dr. Buya Hamka di dalam buku karangan yang berjudul

Sejarah Umat Islam Pra-Kenabian Hingga Islam di Nusantara tentang

masuknya Islam di Indonesia mengatakan bahwa, Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India serta juga bukan pula abad ke-11 M, melainkan pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. agama Islam yang dibawa para pedagang yang giat melakukan pelayaran

5Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno Linguistik dan Geo Politik,

(Jakarta: Raja Wali Press, 2009), hal. 379

6 Maidir Harun, Hand-Out Sejarah Kebudayaan Islam, hal. 49 7Sejarah Islam, di unduh pada tanggal 31 Juli 2017 di

(5)

dan perniagaan, mereka adalah orang Arab yang berasal dari Oman, Hadramaut, Syamar, dan Bahrain.8 Seperti yang telah di jelaskan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa teori Arab ini berpandangan kepada pedagang Arab yang mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak abad ke-7 atau 8 juga sekaligus melakukan penyebaran Islam di Nusantara pada saat itu.

Teori kedua yang mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia berasal dari Gujarat, dan India pada abad 13. Teori ini dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel.9 Teori ini mengatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Gujarat, India yang masuk melalui jalur perdagangan di wilayah-wilayah anak benua India, seperti Gujarat, Benggali, dan Malabar.10 Teori Gujarat ini mendasarkan pendapatnya pada hubungan dagang Indonesia dengan India yang telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa. Selain itu juga ada batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.11 Selain itu menurut teori ini, dikemukakan adanya persamaan mazhab yang dianut oleh umat Muslim di Indonesia dengan umat Islam di Gujarat. Mazhab yang dianut kedua muslim ini adalah mazhab Syafi‟i.12

Dari uraian di atas penulis dapat

8Buya Hamka, Sejarah Umat Islam Pra-KeNabian Hingga Islam di Nusantara, (Jakarta:

Gema Insani, 2016), hal. 503

9Maidir Harun, Op. Cit., hal. 50

10

http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/11/3-teori-masuknya-islam-ke-indonesia-dan.html?m=1

11Sejarah Islam, di unduh pada tanggal 31 Juli 2017 di

http://www.gurusejarah.com/2013/05/teori-masuknya-islam-ke-indonesia.html

12Soekarno, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 3, (Yogyakarta: Yayasan

(6)

menyimpulkan bahwa Teori gujarat, memandang asal muasal datangnya Islam di Indonesia adalah melalui jalur perdagangan Gujarat India pada abad 13.

Teori ke tiga teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia berasal dari Persia (Iran) dan singgah ke Gujarat pada abad 10 M. Teori ini mendasarkan pendapatnya pada persamaan kebudayaan masyarakat Persia dengan masyarakat muslim di Indonesia seperti Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad13, yang sangat di junjung oleh orang Syiah atau Islam Iran. Sedangkan di Sumatera Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik atau Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.14 Teori persia, lebih menitikberatkan pada realitas kesamaan kebudayaan antara masyarakat indonesia pada saat itu dengan budaya Persia.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, mengenai kapan pertama kali Islam masuk di Aceh penulis lebih condong kepada teori pertama, yang mengatakan bahwa Islam pertama di bawa langsung dari Arab yaitu Mekkah dan Madinah, yang dibawa para pedagang Arab yang mendominasi perdagangan Barat-Timur.

Pesoalan tentang kapan masuknya Islam ke Nusantara terdapat dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan Islam masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 dan 8 M. Kenyataan ini dilihat dengan adanya sejumlah

13Maidir Harun, Op. Cit, hal. 50

14Muhammad Syarif Hidayatullah, jurnal ilmiah non seminar teori-teori masuknya Islam ke

(7)

komunitas Arab-Muslim di beberapa wilayah Nusantara, di antaranya di pantai barat Sumatera. Pendapat kedua mengatakan, Islam datang ke Nusantara sekitar abad ke-13. Hal ini ditandai oleh adanya lembaga politik yang mempresentasikan kekuasaan politik Islam, yaitu kerajaan Islam Pasai.15

3. Kronologis Pemerintahan Kerajaan Aceh

Sebelum Aceh berdiri menjadi sebuah kerajaan yang berdiri sendiri (bukan daerah taklukkan), di daerah Sumatera Utara telah terdapat enam kerajaan yang terpenting yaitu Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Teumiang (Burma), Kerajaan Pidie (Pedir), Kerajaan Indera Purba (Lamuri/Lambri) dan Kerajaan Indera Jaya.

Kesultanan Aceh Darussalam didirikan oleh seorang ahli tasawuf dari Parsi (ada yang mengatakan orang India keturunan Parsi) yang datang untuk menyebarkan dakwah Islam di Perlak dan Samudera Pasai, Jihan Syah. Beliau menikahi perempuan pribumi dan memiliki keturunan yang kemudian mendirikan Kesultanan Aceh pada abad ke-16.16

Berikut ini silsilah para sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Aceh di antaranya: 17

a. Sultan Ali Mughayat Syah 1497-1530 M

b. Sultan Salah ad-Din / Alauddin 1530-1538 M

15Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII

& XVIII, (Jakarta: Kencana,2005), hal. 29

16 Herwandi dan Kesultanan aceh-wawasan sejarah, di unduh pada tanggal 4 Juni 2017 di

http://wawasansejarah.com/sejarah-kesultanan-aceh/

(8)

c. Sultan Alauddin Ri`ayat Syah al-Kahar 1538-1571 M d. Sultan Alauddin Ri`ayat Syahal-Mukammal 1604-1607 M

e. Sultan Iskandar Muda 1607-1636 M

f. Sultan Iskandar Tsani 1636-1641 M

Setelah sultan-sultan di atas memerintah, Aceh sempat di pimpin oleh beberapa sultan / sultanah. Kesultanan Aceh Darussalam masih berdiri sampai tahun 1903 tetapi eksistensi dari kesultanan Aceh mulai memudar karena penerus kekuasaan yang bersikap lunak pada bangsa asing dan terjadinya perebutan kekuasaan, sehingga berakhirlah kesultanan Aceh pada tahun 1903.18 Untuk lebih jelas dan lengkap mengenai Sultan-Sultan Aceh dan perkembangannya dapat dilihat pada buku Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad, dan juga dapat di lihat pada sumber-sumber lain.

Dari silsilah sultan-sultan yang pernah memerintah Kerajaan Aceh tidaklah semuanya Sultan yang mempunyai prestasi yang menonjol dan sangat berpengaruh dalam perubahan dan perkembangan kemajuan Kerajaan Aceh. Menurut penulis Sultan yang mempunyai banyak prestasi menonjol dan membawa perubahan hanya beberapa di antaranya yaitu:

Pertama Sultan Ali Mughayat Syah, pada masa pemerintahannya,

Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya dengan cara memulai penaklukkan ke pantai timur, merebut kekuasaan atas

(9)

daerah-daerah penghasil lada dan emas. Kedua Sultan Alaudin Riayat Syah Al-Qahar. Pada masa pemerintahannya, kesultanan Aceh berkembang lebih pesat. Beliau di beri gelar Al-Qahar (sang penakluk) karena kemenang-kemenangannya dalam perebutan pengaruh dengan Portugis di beberapa tempat. Ketiga Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahanya, dalam waktu singkat ia berhasil membentuk aceh menjadi Negara yang paling kuat di Nusantara bagian barat. Keberhasila-keberhasilannya di dasarka pada kekuatan militer yang mengesankan. 19 4. Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Aceh

a. Dalam Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Daerah Aceh sejak abad ke-9 sudah dikenal terutama di daerah-daerah Nampoli, Lamuri, Perlak, dan Samudera.20 Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Dengan demikian lada banyak ditanam di Nusantara. Pada abad ke-16 telah terjadi perubahan besar-besaran di pantai barat Pulau Sumatera yaitu dengan dimulainya pembudidayaan lada. Ketika itu lada merupakan tanaman dagang yang bernilai tinggi dalam perdagangan dunia.21

Daerah Aceh merupakan daerah yang subur dan banyak menghasilkan lada yang merupakan sumber komoditas di Sumatera. Selain itu sutera juga dihasilkan dalam jumlah yang lumayan banyak di

19

Abd Rahman Hamid, Sejarah Maritime Indonesia, (Yogyakarta: Ombak, 2013), hal. 129

20Ibid.

21Mhd. Nur, Bandar Sibolga Di Pantai Barat Sumatera abad ke-19 sampai abad ke-20,

(10)

daerah sekitar Aceh. Para petani mengusahakan sutera dalam jumlah yang cukup besar, yang diolah di Aceh menjadi berbagai barang yang sangat digemari di seluruh pulau Sumatera.22 Hingga banyak diminati oleh bangsa lain.

Di bawah pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah, Aceh berkembang menjadi Bandar utama di Asia bagi para pedagang mancanegara, bukan hanya bangsa Inggris dan Belanda yang berdagang di pelabuhan Aceh, melainkan juga bangsa asing lain seperti arab, Persia, Turki, India, Syam, Cina, dan Jepang. Barang yang diperdagangkan dari Aceh, antara lain lada, beras, timah, emas, perak, dan rempah-rempah (dari Maluku). Selain itu, kapal pedagang Aceh juga aktif dalam melakukan perdagangan sampai ke Laut Merah.23 Dengan Adanya pelabuhan tersebut mendorong arus distribusi barang yang sangat cepat. Sehingga kebutuhan barang ekspor dan impor semakin meningkat pesat.

Barang-barang dagangan yang merupakan komoditi ekspor antara yaitu seperti garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu seperti kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan Barang

22 Denys Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Iskandar Muda tahun 16071636, (Jakarata: Balai

Pustaka, 1991), hal. 87

23

(11)

tersebut diperjual belikan antar pedagang nusantara dan juga pedagang asing yang memasuki perairan nusantara.24 Jumlah lada yang makin banyak dihasilakn di Asia Tenggara di bawa ke Timur Tengah dan Eropa.

Usaha untuk meningkatkan Bandar Aceh sebagai Bandar Internasional kini menjadi kenyataan. Kapal-kapal asing yang datang ke Aceh juga membawa barang-barang dagangannya yang berasal dari negrinya. Hasil-hasil dari daerah-daerah lainnya di Nusantara mengalir ke pelabuhan Aceh. Kemajuan perdagangan itu jelas mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan Aceh. Kemampuan Aceh untuk membangun negrinya bertambah besar, Aceh mampu membeli kapal-kapal buatan luar negri untuk memperkuat armadanya. Selain itu Senjata api dibeli dari Turki, dengan demikian Aceh tampil menjadi Negara maritim yang kuat. Dengan armadanya yang kuat Aceh mampu melindungi armada dagangnya. Dan mampu mengamankan laut-laut wilayah kekuasaan dari perompak-perompak dan penyeludupan yang dapat merugikan Negara. Sebagai Negara maritime yang kuat Aceh mampu mengimbangi Malaka.25 Sehingga Malaka menjadi sepi, dan para pedagang banyak berdagang ke Aceh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kemajuan Aceh dalam bidang ekonomi dan perdagangan jelas terlihat pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah, Aceh berkembang menjadi

24Arjuna Wiwaha, di akses pada tanggal 4 July 2017 di

http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-perdagangan-di-indonesia.html

25

(12)

Bandar utama di Asia bagi para pedagang mancanegara. Barang yang diperdagangkan dari Aceh, antara lain lada, beras, timah, emas, perak, dan rempah-rempah Lada merupakan sumber ekonomi yang semakin penting bagi Kerajaan Aceh. Bandar-bandar yang direbut Aceh merupakan negeri penghasil dan penyalur barang dagangan terpenting seperti emas, lada, kapur barus, kemenyan, cengkeh, buah pala, kulit manis, dan hasil bumi lainnya.26

Faktor pendukung yang menyebabkan Aceh cepat tumbuh dan menjadi kerajaan besar adalah sebagai berikut.

1) Letak ibukota Aceh sangat strategis, yaitu di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, Cina, atau ke Jawa.

2) Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang penting. Aceh juga telah melakukan hubungan dagang internasional.

3) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang pantai barat Sumatra.27

Untuk lebih jelasnya penulis akan membahasnya pada bab selanjutnya.

26 Ibid 27

Ahmad Fathoni, Sejarah Kerajaan Aceh: Kehidupan Ekonomi Politik Sosial-Budaya, di unduh pada tanggal 15 Juli 2017, di http://www.zonasiswa.com/2015/06/sejarah-kerajaan-aceh-kehidupan-politik.html

(13)

b. Dalam Bidang Politik

Dalam sejarah Aceh yang panjang, Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menabjukkan, terutama karena dalam kemampuannya dalam megebangkan pola dan system pendidikan, komitmenya dalam menentang imperialism bangsa Eropa, system pemerintahan yang teratur dan sistematik, hingga kemampuan dalam menjalin hubungan diplomatik dengan Negara lain.28

Kesultanan Aceh Darussalam juga meletakkan dasar-dasar politik luar negeri antara lain.

1) Mencukupi kebutuhan sendiri sehingga tidak tergantung pada pihak lain.

2) Menjalin persahabatan yang lebih erat dengan kerajaan-kerajaan Islam lain di nusantara.

3) Bersikap waspada terhadap kolonialisme Barat. 4) Menerima bantuan tenaga ahli dari pihak luar.

5) Menjalankan dakwah Islam ke seluruh kawasan nusantara.29

Seperti yang telah kita ketahui, Sultan Aceh telah meletakkan dasar-dasar politik luar negeri untuk mencukupi kebutuhan sendiri sehingga tidak tergantung pada pihak lain. Kemudian sultan juga menjalin persahabatan yang lebih erat dengan kerajaan-kerajaan Islam lain di Nusantara. Sultan selalu bersikap waspada terhadap kolonialisme

28

Johari, kertas kerja, di unduh pada tanggal 17 juli 2017 di https://www.scribd.com/document/98545940/KERTAS-KERJA-JMS-211

29

Hidayat, Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Tahun 1607-1636, skripsi pendidikan sejarah, (Yogyakarta, 2015), hal.26-28

(14)

Barat dan menerima bantuan tenaga ahli dari pihak luar, kemudian ia juga menjalankan dakwah Islam ke seluruh kawasan Nusantara.30

c. Dalam Bidang Militer

Beberapa catatan dari Barat, salah satunya yang ditulis oleh C.R. Boxer, mengatakan bahwa menjelang tahun 1530 armada perang Kesultanan Aceh Darussalam sudah mendapat kelengkapan perang yang cukup lengkap dan mutakhir. Bahkan, sejarawan Portugis sendiri, Fernao Loper de Costanheda, menyebut bahwa Sultan Aceh, Ali Mughayat Syah, lebih banyak memperoleh pasokan meriam dibandingkan dengan benteng Portugis di Malaka sendiri. Selain itu, menurut petualang Barat lainnya, Veltman, salah satu rampasan paling berharga dari Samudera Pasai yang berhasil dibawa pulang oleh Sultan Ali Mughayat Syah adalah lonceng besar yang kemudian diberi nama “Cakra Dunia”. Lonceng bersejarah merupakan hadiah dari Laksamana Cheng Ho kepada Raja Samudera Pasai ketika Panglima Besar Kekaisaran Tiongkok itu berkunjung ke Pasai pada awal abad ke-15. 31

Pada masa Sultan Salim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa teknisi dan pembuat senjata ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam sendiri dari kuningan.32

30

https://www.academia.edu/8390287/Pengaruh_Kerajaan_Islam_Di_Aceh_Terhadap_Pen yebaran_dan_Penyiaran_Islam_Di_Nusantara

31Mohammad Said, Op. Cit, hal. 168

32Mohyahya7, Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Aceh Darussalam-Sumatera, di unduh

pada tanggal 15 Juli 2017 di https://mohyahya7.wordpress.com/2014/06/08/membuat-program-kalkulator-dengan-visual-basic/

(15)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemajuan yang dicapai Aceh dalam bidang militer yaitu sejumlah besar rampasan yang berupa alat-alat perang, dan juga termasuk meriam. Salah satu rampasan paling berharga dari Samudera Pasai yang berhasil dibawa pulang oleh Sultan Ali Mughayat Syah adalah lonceng besar yang kemudian diberi nama “Cakra Dunia”.

B. Gambaran Umum Turki Usmani

1. Sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani

Turki Utsmani berawal dari perjalanan yang dilakukan oleh sekelompok suku pengembara dari wilayah Asia Tengah menuju Asia Kecil. Perjalanan ini dipimpin oleh seorang kepala suku yang bernama Sulaiman Syah33 yang berasal dari suku Qayi. Mereka menghindari serangan tentara Mongol dan meminta perlindungan kepada Raja Dinasti Khawarazm-syah terakhir, Jalaludin Mingburnu, yang pusat pemerintahannya berada di Transaksonia.34 Sultan Jalaludin Mingburnu tidak memberikan kesempatan kepada rombongan ini untuk menetap diwilayahnya.

Sultan kemudian menyarankan rombongan ini untuk pergi kearah barat menuju Asia Kecil. Serangan tentara Mongol telah mulai melemah. Sehingga Sulaiman Sah mengajak rombongan pindah ke Syam dengan menyeberangi Sungai Eufrat.35

33

Syafiq A. Mugni, Sejarah kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos, 1997), h. 51

34 C. E. Bosworth, the Islamic dinasties, (Edinburgh: Edinburgh university press, 1980),

diterjemahkan Mizan dengan judul Dinasti-dinasti Islam pada tahun 1993. H. 134

35

(16)

Ketika mereka berada di Sungai Eufrat tiba-tiba banjir Bandang datang menghanyutkan sebagian dari mereka. Sulaiman yang memimpin mereka juga menjadi korban bencana tersebut. Mereka berselisih pendapat mengenai perjalanan mereka selanjutnya. Sebagian dari mereka ada yang ingin melanjutkan dan sebagian lagi dari mereka merubah rute perjalanan ke arah Barat. Satu rombongan lagi memilih untuk mencoba peruntungan baru dengan menjelajahi negeri baru. Rombongan ini dipimpin oleh seorang tokoh bernama Ertogrol.36 Ertogrol adalah anak dari Sulaiman.

Di bawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan „Ala ad-Din, Raja Kerajaan Seljuk, yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium37. Ertogrol datang membantu dan dengan kontribusinya kemudian mereka berhasil mengalahkan Bizantium dalam peperangan tersebut. Kemudian Sultan „Ala ad-Din memberikan tanah yang ditaklukkan itu kepada Ertogrol untuk dijadikan sebagai tempat bermukim bagi rombongannya yang terletak di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.38

Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Turki Usmani yang memerintah antara tahun (1231-1324 M).39 Usman membangun balatentara untuk mempertahankan sukunya dari ancaman dunia luar, terutama dari Kerajaan Bizantium.

36Ibid, hal. 51 37

Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Utsmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), hlm. 2

38 Tim Riset Studi Islam Mesir, Op. Cit, hal. 145 39

(17)

Usman juga membentuk pasukan dengan tujuan besar, yaitu untuk menekan keberadaan Bizantium. Tidak berapa lama kekuatan Usman semakin kuat, dengan menaklukkan wilayah yang dikuasai Bizantium kedudukan Usman semakin kuat di Asia Kecil. Usman muncul sebagai penguasa kuat di samping Sultan „Ala al-Din, sehingga terdapat dua kekuatan yang saling menyegani di wilayah tersebut.

Sementara „Ala Al-Din banyak mengalami kekalahan, di lain fihak posisi Usman semakin kuat. Usman kemudian mengambil alih wilayah-wilayah yang dahulunya dikuasai oleh „Ala al-Din. Dengan demikian maka Usman menjadi penguasa tunggal di Asia Kecil. Sepeninggal Usman, dinasti ini dikembangkan oleh Bayazid I (1389) dia adalah cicit dari Usman, dan kepemimipnan selanjutnya dilanjutkan oleh sultan-sultan berikutnya.40 Dalam perjalanannya, kerajaan ini mengalami pasang surut. Akan tetapi, kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Utsmani berlangsung demikian cepat.41

Uraian singkat dari sejarah berdirinya kerajaan Turki Utsmani dapat dipahami bahwa, kerajaan Turki Utsmani ini berasal dari sekelompok suku pengembara dari wilayah Asia Tengah menuju Asia Kecil yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang bernama Sulaiman Syah yang berasal dari suku Qayi. Saat dalam perjalaan menuju Syam melalui sungai Eufrat. Kemalangan menimpa kelompok pengembara ini, dan perjalanan di lanjutkan oleh Ertogrol anak dari Sulaiman. Pendiri Turki Utsmani adalah

40 Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: Serambi, 2005), hal. 898 41

(18)

Usman putra dari Ertogrol. Pada masa pemerintahanya kekuasaan Usman semakin dengan menaklukkan wilayah-wilayah di Asia Kecil.

2. Kronologis Pemerintahan KerajaanTurki Utsmani

Raja-Raja Turki Utsmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual. Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun temurun. Tetapi tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu, adakalanya putra kedua atau ketiga yang selanjutnya mengantikan sultan. Dalam perkembangan selanjutnya pergantian sultan juga diserahkan kepada saudara sultan bukan kepada anaknya. Dengan sistem pergantian seperti ini, sering timbul perebutan kekuasaan yang tidak jarang menjadi ajang pertempuran antara pangeran dengan yang lain yang mengakibatkan lemahnya kekuasaan Utsmani.42

Kerajaan Turki Utsmani merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir tujuh abad lamanya (1281/1299-1924) dan merupakan kerajaan yang besar dan Eropa Barat menyebut Ottoman Empire.43 Kerajaan Turki Utsmani ini berkuasa sekitar 625 tahun, dan dalam rentang waktu yang cukup panjang itu telah diperintah oleh tiga puluh delapan sultan yang sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi menjadi lima periode sebagai berikut.

42 Syafiq A. Mugni, Op. Cit, hal. 53

43 Abd Rahim Yunus & Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, (Yogyakarta: Ombak,

(19)

a. Periode Pertama (1299-1402)

Periode ini dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur. Sultan-sultan yang memerintah:

1) Usman I 1299-1326

2) Orkhan (putera Usman I) 1326-1359

3) Murad I (putera Orkhan) 1359-1389

4) Bayazid I Yildirim (putera Murad) 1389-1402 b. Periode Kedua (1402-1566)

Periode ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Sultan-sultan yang memerintah:

5) Muhammad I (putera Bayazid I) 1403-1421 6) Murad II (putera Muhammad I) 1421-1451

7) Muhammad II Fatih (putera Murad II) 1451-1481

8) Bayazid II (putera Muhammad II ) 1481-1512 9) Salim I (putera Bayazid) 1512-1520 10) Sulaiman I Qanuni (putera Salim I) 1520-1566 c. Periode Ketiga (1566-1699)

Periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya, sampai lepasnya Hungaria. Namun kemunduran segera terjadi. Sultan-sultan yang memeritah:

(20)

12) Murad III (putera Salim II) 1573-1596 13) Muhammad III (putera Murad III) 1596-1603 14) Ahmad I (putera Muhammad III) 1603-1617 15) Mustafa I (putera Muhammad III) 1617-1618 16) Usman II (putera Ahmad I) 1618-1622 17) Mustafa I (yang kedua kalinya) 1622-1623 18) Murad IV (putera Ahmad I) 1623-1640 19) Ibrahim I (putera Ahmad I) 1640-1648 20) Muhammad IV (putera Ibrahim I) 1648-1687 21) Sulaiman III (putera Ibrahim I) 1687-1691 22) Ahmad II (putera Ibrahim I) 1691-1695 23) Mustafa II (putera Muhammad IV) 1695-1703 d. Periode Keempat (1699-1839)

Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah ditangan para penguasa wilayah. Sultan yang memerintah:

24) Ahmad III (Putera Muhammad IV) 1703-1730 25) Mahmud I (putera Mustafa II) 1730-1754 26) Usman III (putera Mustafa II ) 1754-1757 27) Mustafa III (putera Ahmad III) 1757-1774 28) Abdul Hamid I (putera Ahmad III) 1774-1788 29) Salim III (putera Mustafa III) 1789-1807 30) Mustafa IV (putera Abd al-Hamid I) 1807-1808

(21)

31) Mahmud II (putera Abd al-Hamid I) 1808-1839 e. Periode Kelima (1839-1924)

Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administrative dari Negara di bawah pengaruh ide-ide Barat. Sultan-sultanya adalah:

32) Abdul Majid I (putera Mahmud II) 1839-1861 33) Abdul Aziz (putera Mahmud II) 1861-1876 34) Murad V (putera Abd al-Majid I) 1876-1876 35) Abdul Hamid II (putera Abd al-Majid I) 1876-1909 36) Muhammad V (putera Abd al-Majid I) 1909-1818 37) Muhammad VI (putera Abd al-Majid I) 1918-1922

38) Abdul Majid II 1922-1924

Turki Usmani akhirnya dihapuskan oleh Kemal Attaturk dan Turki menjadi Negara Nasional Republik Turki.44 Dari uraian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa Turki Usmani berkuasa sangat lama yaitu sekitar 625 tahun yang pernah dipimpin oleh beberapa sultan yang diantaranya ada yang memiliki kelebihan dan ada juga yang tidak.

3. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Turki Utsmani

Sejak didirikan Turki Utsmani didirikan Usman yaitu pada tahun 1300 M, pemerintahan Dinasti Usmani mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan yang dicapai Dinasti Usmani

44

(22)

merupakan usaha keras dan tak kenal putus asa dari para pemimpin dan bala tentaranya. Kemajuan-kemajuan menonjol yang dicapai yaitu,

a. Bidang Kemiliteran

Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun, kerajaan Turki Usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja dan dimana saja.45 Disini jelas terlihat bahwa kemajuan kerajaan bukan hanya didasari keunggulan dalam politik tapi juga didasari dengan keberanian dan ketangguhan serta kekuatan militer yang kuat.

Orkhan adalah pemimpin Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur. Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa dan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun, yang kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang kuat).

45

(23)

Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negri-negri non muslim. Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani.46 Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaan karena dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer sehingga lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran.47

Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim. Angkatan laut juga mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani.48

Dari uraian di atas mengenai kemajuan Turki Utsmani dalam bidang Kemiliteran dapat di lihat dari para pemimpin kerajaan Turki

46

Fakhrizal, Kejayaan Peradaban Turki Usmani, di akses pada tanggal 8 Maret 2017 dari http://www.jejakpendidikan.com/2015/03/kejayaan-peradaban-turki-usmani.html

47Badri Yatim, op, cit,.h.135 48

(24)

Usmani yang terdiri dari orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Bukan itu saja yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja dan dimana saja.

b. Bidang pemerintahan

Sistem pemerintahan di dalam Kerajaan Turki Utsmani yang memegang kekuasaan tertinggi yaitu sultan dengan menggunakan berbagai macam gelar dan kemudian sultan juga bergelar khalifah.49

Dalam pemerintahannya, Dinasti Utsmani telah memiliki kitab undang-undang dasar yang disusun oleh Khalifah Sulaiman I (1520). Kitab undang-undang ini disebut dengan Qanun. Undang-undang ini mengatur hubungan antara pusat dengan daerah. Untuk menjaga keutuhan wilayah Turki Utsmani yang sangat luas. Pemerintahan Dinasti Usmani mememiliki beberapa kiat yang sangat efisien untuk menjaga integritas wilayahnya. Pertama, Sultan-Sultan Dinasti Utsmani menjalankan pemerintahan dengan tegas. Jika sultan menemukan sedikit saja indikasi yang akan mengancam keutuhan wilayah, maka sultan akan mengambil tindakan taktis untuk memadamkan gejolak tersebut. Langkah kedua yang dilakukan adalah, dalam menjalankan pemerintahan sultan dibantu oleh shadar azham. Jabatan shadar al-Azham ini sama dengan jabatan perdana menteri.

49Hasnul Arifin Melayu, Syariat Islam Pada Dinasti Di Asia, di akses pada tanggal 8 Maret

(25)

Perdana menteri inilah yang menjalankan roda pemerintahan di pusat. Tingkat daerah dipimpin oleh Pasya atau setingkat gurbernur. Pasya-pasya ini bertanggung jawab kepada shadar al-azham. Untuk daerah tingkat II, pemerintahan dijalankan oleh seorang pimpinan yang disebut dengan al-zanaziq atau „alawiyah di zaman sekarang mungkin setara dengan bupati. Dinasti Usmani sebagai negara adi kuasa telah memiliki birokrasi kenegaraan yang teratur, tata negara ini sangat dibutuhkan untuk mengontrol wilayahnya yang sangat luas. Langkah ketiga ialah kerja sama antara sultan-sultan yang berada di daerah, pasukan Jenisari, dan tarekat-tarekat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.50 Wilayah kekuasaan Turki Usmani termasuk yang paling luas di antara dinasti sepanjang sejarah Islam dimana meliputi tiga benua, Asia, Eropa, dan Afrika. Di kawasan Asia wilayah Turki Utsmani meliputi Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, Yaman. Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair merupakan wilayah Turki Utsmani di Afrika, dan kemudian Bulgaria, Yunani, Yoguslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania yang berada di Eropa.51

Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.52

50

Badri Yatim, Op. Cit, hal. 133-135

51Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid I, (Jakarta: UI Press, 1979),

hal. 84

52

(26)

Berdasarkan uraian tetang kemajuan yang di capai Turki Utsmani dalam bidang pemerintahan di atas, jelas terlihat adanya upaya untuk menciptakan sistem pemerintahan yang sangat efisien untuk menjaga integritas wilayahnya.

c. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.

Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan harus shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Sehingga Sultan Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan yang paling terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke 16 beliau adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang penguasa yang shaleh, dan juga berhasil menerjemahkan Al-Qur‟an dalam bahasa Turki.

Bahkan pada saat Eropa terjadi pertentangan antara katolik, mereka diberi kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Bahkan Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidak adilan dan kezaliman Katolik Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.

(27)

Di kerajaan Turki Usmani Tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling terkenal ialah Tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang sangat dominan di kalangan Jenissary, sehingga mereka sering disebut dengan tentara Bektasyi. Sementara Tentara Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissary Bektasyi.

Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (madzab) keagamaan dan menekan madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran Ash-„Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang.53

Berdasarkan uraian tentang uraian di atas, jelas terlihat adanya upaya untuk menciptakan sistem kehidupan masyarakat yang berpedoman pada nilai-nilai al-Qur‟an dan Sunnah. Ini jelas terlihat sekali pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan menjalankan syariat tersebut.

53 Fakhrizal, kejayaan Peradaban Turki Usmani di unduh pada tanggal 8 Maret 2017 di

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan tara gum sebagai pengikat pada formula tablet ekstrak kulit kayu rapat menunjukan perbedaan yang bermakna pada parameter

Pencapaian Perkara Tempoh ditetapkan (Sem 2 Sesi 2014/15) Jumlah keputusan peperiksaan akhir semester dalam SMP (Januari – Jun 2015) Jumlah keputusan peperiksaan akhir

Hasil karakterisasi asam humat hasil ekstraksi cair-cair tanah gambut fibrik dan hemik dengan menggunakan FTIR menunjukkan adanya kesamaan gugus fungsi dengan asam

(7) Dengan kata lain dapat dikatakan secara umum kota semarang sudah mencapai target dalam pelayanan Antenatal care, namun secara khusus pada wilayah kerja

Untuk memudahkan pengguna dalam mengakses web telemedicine ini, maka kami sediakan berbagai fitur antara lain: konsultasi langsung secara daring dengan dokter, mendapatkan

korelasi antara ekspresi miR-155 dengan grade histopatologi pada jaringan kanker. payudara

Butir II.D - PPN KB (LB) Rp. b) PKP melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak Februari dan Masa-Masa seterusnya sampai dengan posisi lebih bayar menjadi kurang bayar,