KAJIAN INTEGRASI USAHA BUDIDAYA CABAI RAWIT (Capsicum frutescen) DENGAN USAHA PENGOLAHAN CABAI RAWIT MENJADI
CABAI BUBUK Irvani1)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Dedi Darusman2)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Hj. Enok Sumarsih3)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan,
pendapatan, kelayakan dan perbedaan pendapatan usahatani dengan pengolahan cabai menjadi cabai bubuk. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus pada Kelompok Tani Harapan Mukti yang mengusahakan usahatani cabai dan pengolahan cabai menjadi cabai bubuk di Desa Parakanhonje
Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya . Pemilihan responden di lakukan secara purvosife dan lokasi penelitian dilakukan secara sensus .Usaha budidaya cabai rawit dengan pengolahan cabai rawit menjadi cabai bubuk yang dilakukan oleh Kelompok Tani Harapan Mukti dilakukan pada lahan seluas 750 bata. Dari satu kali musim tanam menghasilkan cabai lolos sortasi sebanyak 6.000 kg, cabai apkir sebanyak 2.000 kg, cabai yang tidak lolos sortasi atau cabai apkir dilakukan pengolahan menjadi cabai bubuk. Biaya total yang dikeluarkan pada usaha budidaya cabai rawit dan pengolahan cabai bubuk sebesar Rp 24.112.043,95. Total penerimaannya sebesar Rp 84.000.000, dan total Pendapatan Kelompok Tani pada kedua usaha tersebut sebesar Rp 59.887.956,05. Tingkat kelayakan dari usahatani dan pengolahan cabai bubuk menghasilkan perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C) sebesar 3,48 Artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,48 rupiah. Usaha budidaya cabai rawit yang diintegrasikan dengan usaha pengolahan cabai bubuk yang dilakukan oleh Kelompok Tani Harapan Mukti dapat direkomendasikan untuk dilaksanakan juga oleh petani ataupun kelompok tani lain. Kelompok Tani Harapan Mukti perlu meningkatkan volume produksi pengolahan cabai rawit
dengan cara menampung cabai afkir dari petani diluar kelompok tani.
Kata kunci: kajian integrasi, usahatani cabai rawit, pengolahan cabai bubuk ABSTRACT
This study aims to determine the amount of costs, revenues, income, eligibility and differences in farm income with chili processing into chili powder. The method used in this research is a case study on farmer group Harapan Mukti who pursue farming and processing chili peppers into chili powder in the Parakanhonje village subdistrict Bantarkalong Tasikmalaya District. Selection of respondents done in purvosife and location of research conducted census .The cultivation of chili with chili sauce processing into chili po wder made by Farmers Group Harapan Mukti performed o n 750 bata . From one growing season to qualify chili sorting produce 6,000 kg, 2,000 kg reject chili, chili peppers do not qualify for sorting or reject don e processing into chili powder. The total cost incurred on the cultivation of cayenne and chili powder processing Rp 24,112,043.95. Total revenues amounted to USD 84 million, and total revenue Farmers Group at the second attempt Rp 59,887,956.05. The feasibility of farming and processing of chili powder generate revenue calculation Cost Ratio (R / C) of 3.48 means that every single rupiah costs incurred will generate revenue of 3.48 rupiah.The cultivation of chili that is integrated with chili powder processing business
conducted by Farmers Group Harapan Mukti can be recommended to be implemented also by farme rs and other farmer groups. Farmers Group Harapan Mukti need to increase the production volume processing in a way cayenne chili accommodate culled from farmers outside the farmer groups.
Keywords: integration studies, farming cayenne pepper, chili powder processing PENDAHULUAN
Cabai rawit (Capsicum futescen ) adalah salah satu jenis tanaman cabai yang termasuk ke dalam keluarga Solanaceae. Cabai rawit mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin. Selain itu, terkandung juga berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang dina makan capsaicinoids. Buah cabai rawit merupakan buah buni dengan bentuk garis lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging buahnya berupa keping-keping t idak berair. Bijinya berjumlah banyak serta terletak di da lam ruangan buah. Secara umum cabai rawit sama halnya dengan jenis cabai lainnya yang me miliki banyak kandunga n gizi dan vitamin diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitam in A, B, dan vitamin C (Setiadi, 2008).
waktu sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat serta peningkatan jumlah penduduk. Pada mulanya cabai rawit dikonsumsi hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yaitu untuk bumbu dapur . S eiring dengan kebutuhan manusia dan teknologi yang berkembang pada saat ini cabai rawit selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, juga dapat digunakan untuk keperluan industri, yaitu sebagai bahan baku industri obat-obatan, kosmetika, zat warna dan penggunaan lainnya (Satyanaryana, 2006).
Cabai rawit merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik produk pertanian pada umumnya yaitu bersifat amba ( volumous) da n mudah rusak ( perishable) serta produksinya sangat tergantung kepada musim. Produksi cabai rawit pada saat panen raya sangat melimpah, hal ini dapat menyebabk an harga cabai menurun tajam dengan elastisitas yang tinggi. Berubahnya harga tersebut diakibatkan oleh produksi yang melimpah dan umur produk ca bai rawit yang tidak tahan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya pada saat produksi rendah, maka harga cabai melambung tinggi terutama pada saat di luar musim panen.
Fluktuasi produksi dan harga ini akan terus terjadi apabila tidak dilakukan penanganan yang menyeluruh dan terpadu agar cabai rawit menjadi suatu komoditi yang mempunyai nilai tambah, baik bagi produsen maupun bagi
konsumen. Cabai rawit dapat dikategorikan sebagai komoditas komersial, karena sebagian besar ditujukan unt uk memenuhi permintaan pasar. Karakteristik pengembangannya memungkinkan komoditas ini untuk dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan. Oleh k arena itu, pengolahan cabai rawit dapat ditujukan untuk memenuhi permintaan rumah tangga dan industri, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Walaupun potensi pasar untuk cabai rawit olahan ini cukup terbuka, namun pengelolaannya secara komersial belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena tersebarnya lokasi produksi dan umumnya diusahakan dalam skala usaha tani kecil yang masih tradisional.
Masalah fluktuasi harga komoditas cabai khususnya cabai rawit yang terjadi secara umum, selalu menjadi kekhawatiran petani begitu juga petani cabai rawit pada Kelompok Tani Harapan Mukti yang berlokasi di Desa Parakanhonje
Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Kelompok Tani Harapan Mukti dalam menjalankan usahatani cabai rawitnya tidak terlepas dari unsur risiko dan ketidakpastian dari produk pertanian menyebabkan tidak kontinyunya penerimaan yang diperoleh petani sedangkan petani memerlukan biaya untuk menjalankan usahataninya setiap saat.
Upaya yang dilakukan oleh Kelompok Tani Harapan Mukti untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam pengembangan komoditas cabai rawit yang diusahakan petani maka Kelompok Tani tersebut melakukan kerjasama dengan Perusahaan Indofood melalui ketentuan kontrak harga dengan perusahaan tersebut. Pelaksanaan kontrak kerjasama dengan Perusahaan Indofood tersebut tidak selamanya menguntungkan bagi petani, namun adakalanya membuat petani dirugikan. Salah satunya disebabkan oleh tingkat sortasi dan gradding yang sangat ketat. Rata-rata produk yang tidak lolos proses sortasi adalah sebanyak 25 persen, apabila produk yang tidak lolos sortasi tersebut dijual ke pasar umum maka harganya menjadi rendah dan tidak menguntungkan bagi petani, untuk mengatasi masalah tersebut Kelompok Tani mencoba berupaya dengan mengintegrasikan ushataninya dengan usaha pengolahan cabai rawit menjadi cabai bubuk.
Industri pengolahan cabai bubuk dapat menjadi alternatif usaha yang dapat diandalkan dan dapat membe rikan kontribusi besar terhadap penghasilan petani. Industri pembuatan cabai bubuk dapat memperpanjang daya simpan serta mempermudah penanganan baik dalam pengangkutan maupun penggunaannya. Pengolahan cabai rawit menjadi cabai bubuk merupakan suatu inovasi yang bermanfaat bagi perkembangan agroindustri Indonesia.
Integrasi usaha ini dilakukan oleh petani dengan harapan proses pengolahan dapat meningkatkan nilai tambah dari cabai rawit yang tidak lolos sortasi, namun konsekuensi lain bagi Kelompok Tani adalah petani harus
mengeluarkan lagi biaya-biaya lain untuk proses pengolahan. Sampai saat ini kelompok Tani Harapan Mukti belum melakukan analisis finansial yang
mendalam mengenai tingkat keuntungan yang didapat hubungannya dengan kerjasama dengan Perusahaan Indofood maupun integrasi usaha budidaya cabai
rawit dengan usaha pengolahan cabai rawit menjadi cabai bubuk.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai aspek kelayakan usaha cabai rawit yang dilaksanakan oleh Kelompot Tani Harapan Mukti,
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat di
identifikasikan dalam penelitian ini, yaitu : (1) Berapa besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan dari usaha budidaya cabai rawit yang dilakukan secara kerja sama dengan perusahaan Indofood . (2) Berapa besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan jika usaha budidaya cabai rawit diintegrasikan dengan usaha pengolahan cabai bubuk pada Kelompok Tani Harapan Mukti (3) Bagaimana kelayakan usaha budidaya cabai rawit yang dilakukan secara
kerjasama dengan perusahaan Indofood . (4) Bagaimanakah kelayakan usaha budidaya cabai rawit jika diintegrasikan dengan usaha pengolahan cabai bubuk pada Kelompok Tani Harapan Mukti . (5) Berapa besar perbedaan pendapatan usaha budidaya cabai rawit tanpa itegrasi dengan usaha budidaya cabai rawit yang diintegrasikan dengan pengolahan cabai rawit menjadi cabai bubuk pada Kelompok Tani Harapan Mukti
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada Kelompok Tani Harapan Mukti Desa Prakanhonje Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya . Adapun pengertian dari metode studi kasus menurut Moehar Daniel (2003) adalah penelitian yang sifatnya lebih terarah atau terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum, biasanya dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat tertentu dan waktu tertentu. Responden dipilih atas dasar pertimbangan bahwa responden telah melakukan pembu didayaan dan industri pengolahan cabai bubuk.
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah : (1) Data Primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden, melalui wawancara langsung dengan responden dengan alat bantu kuisioner. (2) Data Sekunder, yaitu data yang diambil dari hasil studi pustaka dan dari lembaga atau instansi terkait yang berhubungan
dengan penelitian ini.
Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan pengeluaran (biaya produksi) usaha budidaya cabai rawit dan pengolahan cabai bubuk sehingga dapat dihitung ratio penerimaan dan biaya (R/C) untuk menentu kan kelayakan usahatani cabe dan pengolahan cabai bubuk oleh kelompok tani Harapan Mukti Desa Parakanhonje Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya.
Total Cost 1)
TC = ∑TFC + ∑TVC TVC = ∑TFCi
Keterangan:
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost (biaya variabel total) ∑TFCi = Jumlah biaya total dari ke 2 jenis usaha i = Jenis usaha yang diusahakan
Penerimaan: 2)
TR = Y. Py Keterangan:
TR = Total Revenue (penerimaan total) Y = Jumlah Produksi (kilogram) Py = Harga Jual Produk (Rp/kg) TR = ∑Yi.Pyi TR = Y1P1 + Y2P2 Pendapatan: 3) I = ∑TR – ∑TC Keterangan : I = Income (pendapatan).
TR = Total Revenue (penerimaan total). TC = Total Cost (biaya total).
TR1 = Y1Py1 + Y2Py2 4)
Keterangan :
TR1 = Total Revenue (penerimaan total) Usaha Tani Cabai Y1 = Cabai rawit segar lolos sortasi (Kg)
Py1 = Harga cabai rawit lolos sortasi (Rp) Y2 = Cabai rawit tidak lolos sortasi (Kg) Py2 = Harga cabai rawit tidak lolos sortasi (Rp)
TR2 = Y1Py1 + Y3Py3 5)
Keterangan:
TR2 = Total Revenue (penerimaan total) Agroindustri Pengolahan Cabai bubuk
Y1 = Cabai rawit segar lolos sortasi (Kg) Py1 = Harga cabai rawit lolos sortasi (Rp) Y3 = Jumlah produk cabai bubuk (Kg) Py3 = Harga produk cabai bubuk (Rp)
Ketentuan :
Apabila R/C > 1, maka usahatani yang
-dilakukan memperoleh keuntungan dan layak untuk diusahakan.
Apabila R/C = 1, maka usahatani yang
-dilakukan tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Apabila R/C < 1, maka usahatani yang
-dilakukan mengalami kerugian dan tidak layak untuk diusahakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Besarnya biaya total pada kedua jenis usaha adalah Rp 24.112.043,95. Dimana besarnya biaya tetap dari kedua jenis usaha sebesar Rp 2.205.001 ,14 dan viaya variabel sebesar Rp 21.907.042,8. Berdasarkan data diatas biaya terbesar yang dikeluarkan pada usahatani cabai dan pengolahan cabai bubuk terdapat pada biaya variabel usahatani cabai rawit
Besarnya penerimaan total dari kedua jenis usaha sebesar Rp 84.000.000. dimana penerimaan dari usaha tani cabai sebesar Rp 64.000.000. dan dari usaha pengolahan cabai bubuk sebesar Rp 20.000.000. Penerimaan usahatani cabai selama satu kali musim tanam berasal dari dua jenis cabai yaitu cabai yang lolos sortasi dijual dengan harga Rp 10.000 /kg, harga tersebut adalah merupakan harga kontrak dengan perusahaan indofood. Sedangkan cabai afkir dijual dengan harga Rp 2.000. Petani biasanya menjual cabai afkir ke pasar terdekat atau terkadang ada bandar yang langsung membeli ke lokasi petrani.
Besarnya pendapatan dari usaha budidaya cabai rawit yang di integrasikan dengan usaha pengolahan cabai bubuk sebesar Rp 59.887.956,05. Dimana
pendapatan dari usaha budidaya cabai rawit yang dilakukan secara bekerjasama dengan perusahaan indofoof sebesar Rp 48.930.756,25. Dan dari usaha
pengolahan cabai bubuk sebesar Rp 10.957.199,8. Pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha pengolahan cabai bubuk digunakan untuk membeli alat alat pertanian yang dibutuhkan oleh kelompok terutama peralatan yang harganya relatif mahal seperti pompa air, pompa sprayer dll. Semua peralatan yang dimiliki oleh kelompok dapat dimanfaatkan oleh semua anggota Kelompok Tani Harapan Mukti.
Penerimaan total berasal dari usahatani dan penglahan cabai bubuk yang diusahakan sebesar Rp 84.000.000 dan dibagi dengan biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani dan pengolahan cabai bubuk yaitu sebesar Rp 24.112.043,95. Maka akan diperoleh nilai R-C ratio sebesar 3 ,48 Artinya bahwa setiap 1 (satu) rupiah biaya yang di keluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,48 rupiah.
pendapatan yang diperoleh daru usahatani cabai sebelum dilakukan pengolahan sebesar Rp 48.930.756,25. Dan pendapatan yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan sebesar Rp 59.887.956,05. Berdasarkan perhitungan diatas menunjukan pendapatan bertamabah sebesar Rp 10.957.199,8 (22,39) persen. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Usaha budidaya cabai rawit yang di lakukan secara kerjasama oleh Kelompok Tani Harapan Mukti dengan perusahaan indofood pada luas lahan satu hektar memerlukan total biaya sebesar Rp
15.069.243,75. Total penerimaan sebesar Rp 64.000.000 dan pendapatan sebesar Rp 46.264.036,25. (2) Usaha budidaya cabai rawit yang diintegrasikan dengan usaha pengolahan cabai bubuk pada Kelompok Tani Harapan Mukti dengan luas lahan satu hektar memerlukan total biaya sebesar Rp 24.112.043,95 . Total
penerimaan sebesar Rp 84.000.000 dan pendapatan sebesar Rp 59.887.956 ,05. (3) Usaha budidaya cabai rawit yang di lakukan secara kerjasama oleh Kelompok Tani Harapan Mukti dengan perusahaan indofood pada luas lahan satu hektar layak untuk diusahakan dengan besarnya nilai R/C 4,24. (4) Usaha budidaya cabai rawit yang diintegrasikan dengan usaha pengolahan cabai bubuk pada Kelompok Tani Harapan Mukti pada luas lahan satu hektar layak untuk diusahakan dengan
besarnya nilai R/C 3,4. (5) Terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp 10.957.199,80 ( 22,39) persen setelah usaha budidaya cabai rawit diintegrasikan dengan ussaha pengolahan cabai bubuk.
Saran
Berdasarkan hasil dan simpulan dari penelitian ini maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: (1) Usaha budidaya cabai rawit yang diintegrasikan dengan usaha pengolahan cabai bubuk yang dilakukan oleh
Kelompok Tani Harapan Mukti dapat direkomendasikan untuk dilaksanakan juga oleh petani ataupun Kelompok Tani lain. (2) Kelompok Tani Harapan Mukti perlu meningkatkan volume produksi pengolahan cabai rawit untuk efisiensi biaya produksi dengan cara menampung cabai afkir dari petani diluar kelompok tani.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=3&id_subyek=55¬ab=0 Moehar Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi . PT Bumi Aksara. Jakarta.
Satyanaryana, 2007 Cabai Merah . http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai. Diakses pada
tanggal 13 September 2014.
Setiadi, 2008 Menanan Budidaya Cabai Merah http://rivafauziah.wordpress. com/2009/02/02/menanam-budidaya-cabai-merah/. Diakses pada tanggal 13 September 2014