• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN DISUSUN OLEH: NELVARIANI HANAFI/NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN DISUSUN OLEH: NELVARIANI HANAFI/NIP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Karya Ilmiah

PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN

DISUSUN OLEH:

NELVARIANI HANAFI/NIP. 132 162 040

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

(2)

Lembar Pengesahan

Nama

: Nelvariani Hanafi, SP., M.Si

Golongan/Jabatan

: III a / Asisten

N I P

: 132 162 040

Departemen/Fakultas

: Agribisnis/ Pertanian USU

Judul Tulisan

: Perencanaan Program Penyuluhan

Mengetahui, Medan, 23 Juni 2009

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Pertanian USU

(Ir. Luhut Sihombing, MP)

Nelvariani

Hanafi,

SP.,

M.Si

(3)

PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN

Untuk mengetahui mengenai perencanaan Program Penyuluhan, ada 5 (lima) hal penting yang baru dibahas secara sistematis, yaitu :

(1) Penyuluhan

(2) Perubahan berencana (3) Perencanaan

(4) Program

(5) Perencanaan program penyuluhan

1. Penyuluhan Pembangunan

Penyuluhan didefinisikan sebagai upaya mendidik manusia untuk meningkatkan standar kehidupannya, dengan usaha mereka sendiri, menggunakan sumber-sumber kekuatan dan materi mereka sendiri disertai bantuan sangat terbatas dari pemerintah. Melalui pengikut sertaan pemimpin setempat dan semangat menolong diri.

Penyuluhan pembangunan berusaha mengendalikan atau memanipulasi lingkungan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang-orang tertentu untuk mau mengubah perilakunya yang pada gilirannya akan memperbaiki kehidupan mereka .

Falsafah penyuluhan dilandasi oleh tiga hal pokok : (1) Penyuluhan masyarakat adalah suatu proses pendidikan

Penyuluhan adalah pendidikan non-formal yang terutama ditujukan bagi orang dewasa, guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental seseorang. Dengan penyuluhan tersebut diharapkan timbulnya perubahan perilaku yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik sehingga tercapainya kesejahteraan hidup manusia

(2) Penyuluhan merupakan proses demokrasi

Penyuluhan dilakukan atas kebutuhan para peserta/klien sehingga lebih bercirikan demokrasi dan ‘bottom up’. Karena memenuhi kebutuhan klien, tidak diharapkan

(4)

terjadinya penolakan juga pemaksaan pada kllien dalam proses penyuluhan. Berbeda dengan penyuluhan yang ‘top down’ sering bukan merupakan kebutuhan klien, sehingga yang terjadi adalah penolakan terhadap inovasi yang ditawarkan. Kalaupun klien terpaksa mengikutinya, berarti tidak memberikan kebebasan klien yang dapat dikatakan tidak demokratis.

(3) Penyuluhan merupakan proses yang terus menerus

Penyuluhan harus dilakukan secara kontinyu, tidak bisa bersifat sewaktu-waktu. Konsisten juga memiliki arti penting dalam penyuluhan. Ini disebabkan karena penyuluhan adalah proses belajar yang terus mengalir pada diri individu sebagai klien. Dari ketiga falsafah penyuluhan di atas, maka penyuluhan itu merupakan proses pendidikan dengan metode anak didik ‘dipaksa-terpaksa-kepaksa-terbiasa’ dalam merubah perilaku mereka secara terus menerus mengikuti perubahan dalam masyarakat.

Melalui penyuluhan diharapkan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dalam merubah perilaku mereka secara terus menerus mengikuti perubahan dalam masyarakat.

Melalui penyuluhan diharapkan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dalam memecahkan masalahnya dengan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Selanjutnya Havelock menyebutkan adanya empat cara yang dilakukan oleh seseorang penyuluh sebagai agen pembaharuan, yaitu melalui pemberian :

(1) Motivasi, yaitu memberikan rangsangan/stimulus dan penguatan/reinforcement yang membuat masyarakat sadar akan arti penting perubahan

(2) Saran-saran yang bersifat teknis, yang berguna untuk dapat memecahkan masalah-masalah teknis yang dihadapi

(3) Cara-cara memecahkan masalah, dengan membantu melakukan identifikasi masalah dan pemecahannya

(4) Informasi tentang sumber-sumber, yaitu mengenai bantuan dari lembaga-lembaga dan pemerintah yang dapat diperoleh.

Beberapa yang penting pula diketahui untuk mendorong terjadinya perubahan adalah pemahaman sejumlah faktor-faktor sosial budaya masyarakat yang akan disuntikkan

(5)

perubahan. Peranan penyuluh sebagai agen perubahan dalam hal ini harus mengenal pengetahuan juga proses perubahan yang berlangsung dalam masyarakat. Penyuluh juga harus memperhatikan sejumlah sikap mental yang dimiliki oleh klien dalam berkomunikasi, seperti :

(1) “Value Expressive Attitude” adalah sikap mental menonjolkan diri.

(2) “Ego Defensive Attitude” adalah sikap mental adanya kecurigaan/prasangka.

(3) “Knowledge Attitude adalah sikap mental seorang ‘tengkulak pengalaman atau pengetahuan baru bagi perbaikan dan kesejahteraan dirinya.

(4) “Utilitarian Attitude” adalah sikap mental seseorang sebagai makhluk sosial yang selalu akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Keempat sikap mental ini harus diketahui penyuluh sebelum membuka komunikasi dengan kliennya. Adapun strategi yang harus dilakukan oleh penyuluh adalah seperti berikut ini. Mula-mula penyuluh mulai dengan “sikap berguru” mengenai nilai-nilai serta kemampuan yang dibanggakan oleh klien (Value Expressive Attitude). Langkah ini mengurangi prasangka/curiga/sikap melawan dariklien (Ego Defensive Attitude). Baru pada kesempatan yang tepat diberikan pengetahuan/informasi yang diperlukan oleh klien (Knowledge Attitude).Setelah klien tertarik berguru/menimba pengalaman, klien menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya yang selalu mendambakan perbaikan kesejahteraannya (Utilitarian Attitude).

Dalam rangka mengupayakan perubahan perilaku individu, kelompok dan masyarakat, penyuluh sebagai agen perubahan melakukan pemasaran sosial akan inovasi pada kliennya dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru bagi individu, kelompok dan masyarakat. Walaupun dalam ide yang inovatif tidak selalu berarti harus baru sama sekali, suatu inovasi mungkin telah lama diketahui oleh seseorang, beberapa waktu yang lalu tetapi belum dikembangkan sikap suka atau tidak suka, menerima atau menolak.

Ahli-ahli difusi telah lama mengetahui bahwa keputusan seseorang untuk menerima atau menolah inovasi bukanlah tindakan yang sekali jadi, melainkan lebih menyerupai sesuatu

(6)

proses keputusan inovasi yang disebut sebagai proses “adopsi” sebagaimana dikemukakan oleh ahli-ahli Sosiologi Pedesaan tahun 1955 terdiri dari lima tahap (Hanafi, 1987:36) :

(1) Tahap kesadaran, dimulai saat pada seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengenai hal itu.

(2) Tahap menaruh minat, orang tersebut selanjutnya mulai menaruh minat atau perhatian terhadap inovasi

(3) Tahap penilaian, seseorang akan mengadakan penilaian terhadap ide baru tersebut dan dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan dimasa mendatang, selanjutnya menentukan untuk mencobanya atau tidak

(4) Tahap percobaan, dimulai dengan menerapkan ide-ide baru itu dalam skala kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi dirinya.

(5) Tahap penerimaan (adopsi), adalah saatnya seseorang menggunakan ide bari itu secara tetap dalam skala luas.

Untuk menjawab kritikan terhadap proses adopsi Rogers merancang suatu model proses kebutuhan inovasi yang terdiri dari lima tahap (Rogers, 1983:36) :

(1) Pengetahuan (knowledge), pada saat seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu berfungsi

(2) Persuasi (persuasion), selanjutnya akan terbentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi

(3) Keputusan (decision), adalah saat dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi

(4) Penerapan (implementation), dilanjutkan dengan mencoba menerapkan ide-ide baru, dan

(5) Konfirmasi (confirmation), akhirnya seseorang mencari penguat bagi keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan.

Namun, ada pula faktor yang sangat menentukan suatu inovasi akan diterima atau ditolak penyebarannya dalam suatu masyarakat. Dari sekian faktor-faktor yang mempengaruhi

(7)

diterima atau ditolaknya inovasi, salah satu diantaranya adalah faktor yang merupakan sifat dari inovasi itu sendiri, yakni :

(1) Suatu pengambilan keputusan yang optimal, dalam arti keputusan pemilihan untuk adopsi atau menolak suatu inovasi, diambil oleh seorang individu secara bebas, lepas dari keputusan anggota sistemnya (factor predisposisi individu itu sendiri).

(2) Pengambilan keputusan secara kolektif, karena pilihan untuk melakukan adopsi atau menolak inovasi adalah hasil keputusan bersama diantara anggota sistem

(3) Pengambilan keputusan oleh penguasa, karena keputusan untuk menerima atau menolak inovasi dibuat oleh beberapa individu yang mempunyai kekuasaan dan status, atau oleh para ahli dibidang teknologi.

Sifat komunikasi yang terjadi antara komunikator dan komunikan harus : (1) Informatif, pesannya harus bermakna

(2) Persuasif, tidak bersifat paksaan

(3) Entertainment, dapat diterima dengan menyenangkan (Berlo, 1960:8-9)

Peranan komunikasi yang harus dibina oleh penyuluh dengan kliennya adalah sebagai berikut :

(1) Pematri tumbuh dan berkembangnya kebersamaan (2) Pemicu saling asah, asih dan asuh

(3) Penguat rasa persatuan dan kesatuan

(4) Sebagai sarana tumbuhnya rasa optimistic dan dinamika pembaharuan (5) Penunjang efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan kegiatan

Resep jitu dalam membina kebersamaan menurut Havelock adalah : (1) Adanya komunikasi

(2) Adanya rasa kedekatan (3) Saling membantu (4) Adanya keterbukaan

(5) Masing-masing individu berusaha meningkatkan diri (6) Secara bersama-sama meningkatkan kebersamaan

(8)

(7) Adanya imbalan/’reward’ yang seimbang

Demikianlah pentingnya komunikasi terutama dalam penyuluhan

2. Perubahan Berencana

Sekalipun kita telah banyak tahu kondisi dan perubahan, kita belum menemukan adanya penjelasan yang memuaskan menyangkut pertanyaan mengapa perubahan itu muncul? Jawaban yang paling sederhana adalah perubahan sebagai sesuatu yang konstanta, dalam arti sesuatu yang memang selalu ada dalam alam semesta, termasuk di dalamnya masyarakat. Misalnya, jumlah penduduk mengalami peningkatan dan penurunan, mode datang dan pergi, gunung menjulang dan terkikis, bahkan matahari pun lambat laun kehilangan daya.

Tidak satu pun masyarakat yang mengambil alih secara utuh kebudayaan yang ada pada generasi sebelumnya. Ini membuktikan bahwa selalu terjadi perubahan-perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bisa dikatakan hampir tidak pernah berhenti. Hanya tingkatan kecepatan dan arah perubahan di setiap masyarakat berbeda-beda.

Ada perbedaan yang cukup berarti antara perubahan sosial dengan kemajuan (progress). “Kemajuan” mengandung hasil penilaian (value judgement). Kemajuan berarti perubahan ke arah yang dikehendaki, namun menurut ukuran siapa dan untuk kepentingan siapa? Kemajuan juga merupakan istilah yang bersifat evaluative (mengandung penilaian), maka para ahli ilmu sosial lebih senang menggunakan istilah “perubahan” yang bersifat netral dan deskriptif.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan dalam masyarakat adalah : (1) Faktor geografis

Lingkungan fisik dapat mempengaruhi penduduk untuk mudah atau sulit mengalami perubahan. Segala bentuk bencana alam memberikan pengaruh pada masyarakat untuk merubah pola kehidupannya.

(9)

Banyak penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan perubahan sosial. Penggunaan pesawat televisi merubah hubungan-hubungan sosial dalam keluarga, perilaku konsumsi

(3) Ideologi

Ideologi dasar terdiri dari keyakinan dan nilai-nilai yang bersifat kompleks, ada pada setiap masyarakat. Ideologi dapat dijadikan alat untuk memelihara keadaan, akan tetapi ia akan membantu mempercepat timbulnya perubahan jika keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai tersebut tidak lagi dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat

(4) Kepemimpinan

Perubahan-perubahan sosial sering dimulai oleh pemimpin-pemimpin yang kharismatik karena mampu menarik pengikut-pengikut dalam jumlah besar yang akan bergabung dengan mereka

(5) Penduduk

Peningkatan atau penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi faktor penyebab perubahan. Peningkatan drastis dalam jumlah penduduk bisa memaksa timbulnya penemuan-penemuan baru dalam teknik produktif, sementara penduduk yang menurun secara cepat dapat menimbulkan perubahan-perubahan penting kehidupannya

(6) Struktur masyarakat juga mempengaruhi sejauh mana masyarakat berubah. Misalnya dalam masyarakat yang tradisional yang sangat konformis (sangat terintegrasi) akan lebih mudah mengalami perubahan daripada masyarakat individualistis yang permisif (kurang terintegrasi). Sikap dan nilai-nilai masyarakat sangat menunjang atau menghambat terjadinya perubahan.

(7) Kebutuhan yang dirasakan (perceived needs) oleh masyarakat mempengaruhi tingkat kecepatan dan arah perubahan. Tingkat perubahan sosial sangat berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, antara kurun waktu yang satu dengan kurun waktu lainnya.

(10)

Tidak semua inovasi dapat diterima. Sikap dan nilai-nilai kelompok menentukan ragam inovasi yang berkemungkinan untuk diterima oleh kelompok. Jika kegunaan inovasi dapat dibuktikan secara mudah diterima. Perubahan yang disarankan juga bisa ditolak jika :

(1) Perubahan itu dipaksakan oleh pihak lain (2) Perubahan itu tidak dipahami

(3) Perubahan itu dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai masyarakat (Martinez, 1987:18)

Dalam kaitan ini, berlaku proses penerimaan selektif karena beberapa inovasi lainnya memerlukan penundaan yang lama, ada inovasi yang ditolak sepenuhnya, dan ada pula beberapa inovasi lainnya yang diterima sebagian.

Faktor kelompok atau masyarakat menentukan inovasi diterima atau ditolak oleh individu. Selain itu faktor pimpinan masyarakat (formal atau informal) juga menentukan suatu inovasi diterima atau ditolak. Pimpinan masyarakat merupakan agen pembaharuan yang memegang peranan yang sangat penting dengan memberikan informasi-informasi yang jelas, bermanfaat dan persuasif dengan contoh-contoh yang mudah diterima, dengan pelayanan yang baik.

Beberapa pengamatan mengatakan bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya kekuatan diluar kemampuan kita.

Bentuk-bentuk perubahan (Soekanto, 1990 : 439-350) : (1) Perubahan yang lambat dan yang cepat

(2) Perubahan kecil dan besar

(3) Perubahan yang dikehendaki/indended change atau perubahan yang

direncanakan/planed change dan perubahan yang tidak dikehendaki/ unintended

change atau tidak direncanakan/unplanned change.

Dalam kaitannya dengan penyuluhan bentuk perubahan yang akan dibicarakan adalah perubahan yang dikehendaki atau direncanakan, yaitu perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan disebut

(11)

sebagai ‘agent of social change’, yaitu seorang/sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi orang menerima atau menolak perubahan Menurut Lippitt (Spalding, 1958 : 85-89) :

Resistance Forces/kekuata bertahan, menurunkan kemauan.

(1) Ketidakyakinan perubahan yang ditawarkan akan membawa perbaikan (2) Jadi perlu bukti-bukti

(2.a.) Adakan proyek-proyek kegiatan yang cepat dirasakan (felt need) (2.b) Hubungkan dengan kebutuhan pokoknya (real need)

Interference Forces/kekuatan pengganggu : Kekuatan yang timbul bukan karena menolak perubahan/pembaharuan tapi ini menghambat jalannya pembaharuan.

(1) Kekuatan masyarakat yang saling bersaing/ambil nama/ambil hati (2) Kesulitan/kerumitan perubahan

(3) Terbatasnya sarana

Motivational Forces/kekuatan mendorong, meningkatkan kemauan pembaharuan/bertindak.

(1) Ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi yang ada (2) Ada kesenjangan ‘what is’ → ‘what might be’

(3) Ada tekanan dari luas sistem sosial, oleh karena itu ada keinginan menyesuaikan diri. (4) Kebutuhan meningkatkan efisiensi.

Untuk perubahan tersebut :

(1) Klien mempunyai/merasakan tanggung jawab (~belajar dari diri sendiri)

(2) Klien tidak perlu menyelesaikan proses perubahan terlalu cepat, karena yang penting terjadi proses belajar

Suatu perubahan yang baik adalah perubahan yang terencana. Perubahan yang berencana dapat meminimalisasi dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan. Perubahan berencana didefinisikan (Spalding, 1958:10) :

(12)

“The decision to make a change may be by the system itself, after experiencing pain (malfunctioning) or discovering the possibility of improvement, or by an outside change agent who observes the need for change in a particular sistemand takes the initiative in establishing a helping relationship with that system.”

Keputusan untuk melakukan suatu usaha yang sengaja guna meningkatkan sistem dengan memperoleh bantuan dari agen di luar sistem (kita sebut agen dari luar sistem tersebut dengan istilah agen pembaharuan/perubahan). Keputusan untuk membuat perubahan kemungkinan dilakukan oleh sistem itu sendiri, sesudah adanya pengalaman yang tidak mengenakkan (malfungsi) atau mereka menemukan kemungkinan-kemungkinan untuk peningkatan. Dapat juga perubahan di dalam sistem dan mengambil prakarsa serta mengembangkan suatu hubungan bantuan dengan sistem tersebut.

Menurut Lippitt, besar kemungkinan perubahan itu terjadi secara tidak alami yang terutama disebabkan oleh dua alasan pokok (Mardikanto, 1983:279):

(1) Adanya keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dirasakan, dengan memodifikasi sumber daya dan lingkungan hidupnya, melalui penerapan ilmu pengetahuan atau teknologi yang dikuasainya.

(2) Ditemukannya inovasi-inovasi yang memberikan peluang bagi setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan atau memperbaiki kesejahteraan hidupnya, tanpa harus mengganggu lingkungan aslinya.

Yang diperlukan dalam perubahan :

(1) Tenaga-tenaga professional, yang punya rencana juga evaluasinya

(2) Makna legitimasi berupa pengakuan/pengesahan ide-ide tentang perubahan untuk dapat dukungan dan partisipasi dari semua pihak.

Perubahan yang diharapkan terjadi adalah : (1) Perubahan individu

(2) Perubahan kelompok (3) Perubahan kebudayaan (4) Perubahan politik (5) Perubahan teknologi

(13)

(6) Perubahan ekonomi

3. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Perencanaan merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan (why), bilamana (when), dimana (where), oleh siapa (who) dan bagaimana (how) → (4W-1H). sebuah rencana yang baik akan meliputi faktor-faktor yang relevan dan pada saat yang bersamaan mampu memberikan penggambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan yang akan ditangani lewat program yang bersangkutan. Yang penting adalah uraian secara terperinci dari masing-masing komponen perencanaan yang baik, sehingga dapat memberikan sumbangan dan hasil yang diinginkan.

Dalam membicarakan perencanaan tidak terlepas dari kegiatan pengambilan keputusan. Dari sudut pandang rasional maka kegiatan harus berdasarkan sejumlah data mengenai peristiwa-peristiwa atau hasil-hasil yang selanjutnya dimasukkan ke dalam perencanaan di masa yang akan datang.

Perencanaan adalah sesuatu yang diorganisir, disengaja dan merupakan usaha yang berkesinambungan untuk memilih alternatif yang terbaik agar mencapai tujuan-tujuan khusus. Perencanaan dapat dilihat sebagai suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan secara lebih baik (Mardikanto, 1993:283), karena :

(1) Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan

(2) Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan/forecasting terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan, tetapi juga mengenai hambatan-hambatan

(14)

dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin

(3) Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.

(4) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.

(5) Dengan adanya rencana maka akan nada suatu alat ukur atau standar untuk mengadakan pengawasan/evaluasi

Dengan demikian, kegiatan penyuluhan pembangunan yang efektif harus didahului dengan perencanaan program penyuluhan yang baik

4. Program

Program adalah suatu pernyataan yang dikeluarkan untuk menimbulkan pengertian dan perhatian mengenai suatu kegiatan. Dalam pernyataan itu ada :

(1) Situasi dimana orang-orang itu berada

(2) Masalah-masalah yang merupakan bagian dari situasi (3) Tujuan yang ingin dicapai bersangkutan dengan masalah (4) Cara-cara untuk mencapai tujuan

(15)

Program merupakan kegiatan yang lebih luas dari hanya sekedar kurikulum, jadi (Boyle, 1981:5):

“Program adalah suatu bentuk hasil dari semua kegiatan-kegiatan yang dirancang dimana tenaga pendidik yang professional dan mereka yang belajar saling terlibat.” Dalam pendidikan untuk orang dewasa atau pendidikan yang sifatnya berkelanjutan (terus menerus) terdapat beberapa tipe program, perbedaan ini disebabkan karena masing-masing akan mempunyai tujuan sendiri yang konsekuensinya ada pada pelaksanaan program, sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, serta peranan dari pembuatan program dalam proses penyusunan program. Tipe-tipe program (Boyle, 1981:5): (1) Program Pengembangan (developmental Programme)

Bertujuan untuk memperjelas dan memecahkan masalah-masalah individu, kelompok atau masyarakat. Program ini merancang kegiatan untuk pendidikan tertentu, pengetahuan diperlukan dalam kontribusinya untuk membantu pemecahan masalah terhadap kebutuhan

(2) Program Intitusional (Institutional Programme)

Bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dasar individu, keterampilan-keterampilan, pengetahuan, kewenangan dan sebagainya, seperti misalnya kemampuan berpikir dan berkomunikasi. Pusat perhatian dari program ini adalah mengajar isi dari suatu pengetahuan atau bagian-bagian dari beberapa disiplin ilmu guna pengembangan pengetahuan. Pendidikan yang berkelanjutan dilaksanakan guna membantu peserta didik meningkatkan pengetahuannya

(3) Program Informasi (Informational Programme)

Bertujuan untuk melakukan kegiatan pertukaran informasi. Informasi-informasi yang baru diperoleh dari hasil-hasil penelitian, peraturan-peraturan atau hukum yang baru dan sebagainya untuk selanjutnya disebarluaskan. Informasi diberikan kepada mereka yang membutuhkan, misalnya antara penyuluh dan petani, dimana petani akan memperoleh

(16)

informasi yang mereka butuhkan, informasi yang baik dan benar serta cocok. Informasi disampaikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap mental.

Ketiga tipe ini dalam pelaksanaanya sering tumpah tindih dan saling berhubungan, atau sering merupakan kombinasi diantara tipe-tipe.

Jenis-Jenis Program (Boyle, 1985:7)

Jenis program Komponen Program

Developmental Institusional Informasional 1. Tujuan primer Menentukan dan

menanggulangi masalah-masalah individu, kelompok dan komunitas Pengembangan dan peningkatan kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan kompetensi dasar individu Pertukaran informasi

2. Sumber Sasaran Dikembangkan

terutama dari kebutuhan atau masalah klien

Dikembangkan

terutama dari disiplin atau bidang pengetahuan dari pendidik

Diturunkan terutama dari informasi baru yang tersedia dari temuan penelitian, atau peraturan baru 3. Kegunaan Pengetahuan Pengetahuan atau materi untuk membantu menyelesaikan masalah. Pengetahuan merupakan alat untuk mencapai tujuan Penguasaan materi dan pengetahuan merupakan focus dari program. Program difokuskan pada bagaimana

mencapai tujuan ini

Materi ditransfer ke klien untuk kegunaan mendesak 4. Keterlibatan Sasaran Terlibat dalam menentukan masalah atau kebutuhan dan lingkup serta sifat program Terlibat dalam implementasi pengalaman belajar Terlibat terutama sebagai penerima informasi 5. Pesan dari Programer Memfasilitasi Mendiseminasi pengetahuan Memberi jawaban atas permintaan

(17)

keseluruhan

proses pendidikan dari identifikasi kebutuhan melalui proses evaluasi. Peran lain akan mencakup promosi, legitimasi, dan komunikasi hasil melalui proses pengajaran informasi

6. Baku efektivitas Efektivitas

ditentukan atas dasar kualitas solusi masalah dan tingkat perkembangan keterampilan individu, kelompok dan komunikasi dalam menanggulangi masalah Efektivitas ditentukan berdasarkan pada bagaimana klien menguasai dengan baik materi dari kompetensi yang diinginkan Efektivitas ditentukan berdasarkan jumlah orang yang terjangkau, dan bagaimana informasi didistribusikan

Hal-hal yang perlu diketahui dalam Proses Program Pembangunan (Boyle, 1981:29-34) :

(1) Involvement : sejauh mana keterlibatan klien/sasaran belajar dalam proses program pembangunan. Orang dewasa mempunyai sejumlah masalah, jadi program dirancang untuk menyelesaikan masalah mereka. Sudah mandiri dalam menyelesaikan masalah. Masalah yang dihadapi ‘felt needs’ dan ‘real needs’ merupakan primadona bagi orang yang terlibat penyuluhan. Ia belajar memecahkan masalah, juga bisa memecahkan masalahnya sendiri. Jadi belajar sambil mengerjakan program

(2) Needs and Interest : program harus melibatkan kebutuhan dan keinginan semua orang. Semua merasakan berbagai masalah dan kebutuhan bersama. Sasaran belajar mempunyai seperangkat kebutuhan yang khas: penyuluh, lembaga pendidikan non formal, dan masyarakat juga mempunyai seperangkat kebutuhan.

(18)

(4) Evaluation : klien harus terlibat pada tahap evaluasi dan harus segera mungkin mendapatkan umpan balik. Terlibat dalam program berarti terlibat dan evaluasinya

(5) Decision Making : setiap orang dapat menentukan apa saja yang dianggapnya benar. Jadi, program harus mengaktifkan semua orang yang ada dalam proses pengambilan keputusan.

(6) Support : ‘you get what you pay for’. Dukungan berupa sarana dan upaya (7) Focus : program terfokus pada

Potensi individu - individu

Saling bantu - group

Masalah umum – community

(8) Differences : program ditekankan pada perbedaan golongan masyarakat (9) Accreditation : pengukuran program diukur/dinilai oleh masing-masing individu (10) Quality : program harus memberikan keuntungan bagi peserta

5. Perencanaan Program Penyuluhan

Perencanaan Program Penyuluhan memberikan kerangka kerja bagi penyuluh dan semua pihak yang terlibat (termasuk masyarakat) untuk mengambil keputusan tentang kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembangunan. Programnya harus dirancang secara efektif sesuai dengan tujuan dan efisien sesuai cara pelaksaannya.

Perencanaan program (Mardikanto, 1993:282) merupakan suatu prosedur kerja bersama-sama masyarakat dalam upaya untuk merusmuskan masalah (keadaan-keadaan yang belum memuaskan) dan upaya pemecahan yang mungkin dapat dilakukan demi tercapainya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

(19)

Perencanaan program sebagai upaya sadar yang dirancang atau dirumuskan guna tercapainya tujuan (kebutuhan, keinginan, minat) masyarakat, untuk siapa program tersebut ditujukan.

Beberapa pokok pikiran tentang perencanaan program dapat disimpulkan sebagai (Mardikanto, 1993:283) :

(1) Suatu proses yang berkelanjutan, berupa serangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan (kebutuhan, keinginan, minat) yang dikehendaki

(2) Hasil perumusan banyak pihak, artinya dirumuskan oleh penyuluh bersama-sama masyarakat sasarannya dengan didukukung oleh para spesialis, praktisi dan penentu kebijaksanaan yang berkaitan dengan upaya-upaya pembangunan masyarakat setempat

(3) Perumusan atas dasar fakta (bukan dugaan), dan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia yang mungkin dapat digunakan

(4) Perumusan tentang keadaan, masalah, tujuan, cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(5) Pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah tujuan, dan cara mencapai tujuan dan rencana evaluasi atas hasil pelaksanaan program yang telah dirumuskan

Perlunya Perencanaan program penyuluhan berdasarkan pada alasan-alasan:

(1) Sebagai acuan dalam mempertimbangkan secara seksama apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara melaksanakannya. Dengan berbagai alternatif

(2) Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan masyarakat untuk mencegah terjadinya salah pengertian serta dapat dikaji ulang (evaluasi)

(3) Sebagai pedoman pengambilan keputusan bila ada usulan/saran penyempurnaan yang baru

(4) Memantapkan tujuan serta dapat diukur dan dievaluasi untuk mengetahui seberapa jauh telah dicapai. Mencegah kesalahanartian akan tujuan akhir, dan mengembangkan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.

(20)

(5) Memberi pengertian terhadap pemilihan tentang masalah insidential dan perubahan sementara

(6) Mencegah kesalahartian tentang tujuan akhir

(7) Member kepastian pada diri klien selama proses perubahan

(8) Membantu mengembangkan kepemimpinan untuk menjangkau tujuan yang dikehendaki (9) Menghindari pemborosan tenaga, biaya dan waktu dalam rangka efisiensi

(10) Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan dalam dan oleh masyarakat

Ukuran dari suatu perencanaan program yang baik pada umumnya mencakup (Mardikanto, 1993:285-288) :

(1) Analisis fakta dan keadaan

Perencanaan program baik harus mengungkapkan hasil analisis fakta dan keadaan yang lengkap menyangkut sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, tersedianya sarana/prasarana, dukungan kebijaksanaan, keadaang sosial, keamanan dan stabilitas politik.

(2) Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan

Hasil analisis fakta dan keadaan, biasanya menghasilkan berbagai masalah (baik masalah yang sudah dirasakan maupun belum dirasakan masyarakat setempat)

(3) Jelas dan menjamin keluwesan

Perencanaan program harus jelas sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan serta luwes untuk member peluang untuk dimodifikasi

(4) Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan

Masyarakat harus tahu manfaat program yaitu yang bertujuan perbaikan kualitas/kesejahteraan masyarakat agar masyarakat tergerak untuk berpartisipasi

(5) Menjaga keseimbangan

Keputusan harus ditekankan kepada kebutuhan orang banyak, efisien dan ada pemerataan kegiatannya antara penyuluh dan masyarakat

(21)

Perencanaan program harus jelas masyarakat sasarannya, tujuannya, waktu dan tempat, serta metode yang akan digunakan, tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait dsb

(7) Proses yang berkelanjutan

Perumusan masalah, pemecahan masalah dan tindak lanjut pada tahapan berikutnya harus dalam satu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan

(8) Merupakan proses belajar dan mengajar

Semua pihak yang terlibat sejak awal (perumusan) hingga akhir (evaluasi) perlu mendapat kesempatan belajar dan mengajar

(9) Merupakan proses koordinasi

Seluruh proses penting utnuk dikoordinasi guna menggerakkan semua pihak, agar berpartisipasi, dan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan serta kesemrawutan pelaksanaan

(10) Memberikan kesempatan evaluasi yang berkesinambung dan melekat dalam program serta hasil dari evaluasi

Secara singkat, dapat dikatakan : (1) Mengacu pada kebutuhan masyarakat (2) Bersifat komprehensif

(3) Luwes

(4) Merupakan proses pendidikan

(5) Beranjak dari sudut pandang masyarakat (6) Memerlukan kepemimpinan lokal yang handal

(7) Menggunakan teknik-teknik dan penelitian untuk memperoleh informasi

(8) Mengharapkan partisipasi masyarakat, agar mereka dapat membantu diri mereka sendiri

(9) Menerapkan evaluasi secara berkelanjutan

Evaluasi dari proses dan hasil harus dilakukan terus menerus sejak awal hingga akhir, dan merupakan bagian dari keseluruhan perencanaan

(22)

Model-model Peencanaan Program Penyuluhan

Banyak ahli yang membuat berbagai model perencanaan program penyuluhan, namun demikian jika ditarik suatu kesimpulan terdapat suatu kemiripan di antara tahapan dalam model tersebut. Paling tidak empat tahapan utama dalam perencanaan program ada didalamnya, yaitu : (1) situasi atau keadaan, yang dapat diketahui dengan mengumpulkan fakta melalui pengamatan, wawancara maupun dari laporan-laporan tertulis; (2) masalah yang dihadapi oleh sasaran; (3) penetapan tujuan : berdasarkan dari adanya masalah yang ingin dicari pemecahannya; (4) cara mencapai tujuan, yang di dalamnya dibuat suatu program kerja untuk menjawab “5W 1H (what, why, when, who, where, how)”. Selanjutnya program kerja dibuat secara terperinci dalam bentuk kalender atau jadwal kerja.

Model perencanaan program berupa tahapan-tahapan yang merupakan suatu siklus yang berlangsung terus menerus. Untuk lebih jelasnya masing-masing model dapat dilihat pada berikut ini :

(1) Model Leagans (1955)

Menurut Leagans terdapat lima tahapan dalam pembuatan rencana program : (a) Identifikasi masalah

(b) Penentuan tujuan

(c) Pengembangan rencana kerja (d) Penetapan kemajuan

(2) Model Dinas Penyuluhan Federal (1956)

Model ini terdiri dari delapan tahapan yang saling berkaitan, yaitu : (a) Pengumpulan data

(b) Analisis situasi (c) Identifikasi masalah (d) Penetapan tujuan

(e) Penyusunan rencana kerja (f) Pelaksanaan rencana kerja

(23)

(g) Penentuan kemajuan kerja (h) Rekonsederasi

(3) Model KOK (1962)

Model KOK memperkenalkan sembilan tahapan dalam perencanaan program: (a) Survai

(b) Analisis situasi (c) Identifikasi

(d) Penetapan alternatif

(e) Penetapan tujuan dan ruang lingkup masalah (f) Pengembangan rencana kerja

(g) Pelaksanaan rencana kerja (h) Evaluasi

(i) rekonsederasi

(4) Model Kealsey dan Hearne (1963)

Terdapat tujuh tahapan perencanaan program dalam model ini: (a) Analisis situasi

(b) Organisasi perencanaan (c) Proses perencanaan

(d) Program yang telah direncanakan (e) Rencana kerja

(f) Pelaksanaan rencana kerja (g) Evaluasi atau penilaian hasil (5) Model Pesson (1966)

Model Pesson memiliki delapan tahapan perencanaan program, yaitu: (a) Pengumpulan fakta

(b) Analisis situasi (c) Identifikasi masalah (d) Penetapan tujuan

(24)

(e) Penyusunan rencana kerja (f) Pelaksanaan rencana (g) Penentuan kemajuan (h) Rekonsederasi

(6) Model Raudabaugh (1967)

Raudabaugh menyusun lima tahapan perencanaan program, yaitu : (a) Identifikasi masalah

(b) Penentuan tujuan

(c) Pengambangan rencana kerja (d) Pelaksanaan rencana kerja (e) Penetapan kemajuan

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Asngari, Pang. 2001. Catatan Kuliah Pascasarjana : Perencanaan Program Penyuluhan Pertanian dari Bulan Februari s/d Mei 2001

Ban, van Den, A.w. dan Hawkins, H.s. 1998. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Kusnadi, 1985. Penyuluhan Pertanian Teori dan Terapan. Fakultas Pertanian Universitas Brawajiaya. Malang

Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. 11 Maret University Press. Surakarta

Suhardiyono. 1990. Penyuluhan: Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga, Jakarta Wiriatmadja, Soekandar. 1983. Pokok-pokok Penyuluh Pertanian. CV Yasaguna, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Adapun program pendidikan yang dirancang terdiri dari program pendidikan belajar, yakni pendidikan akademik dan pendidikan non akademik, program-program perayaan hari

Untuk mendukung dimensi-dimensi itu, maka keterampilan yang harus dimiliki tenaga pendidik pendidikan nonformal adalah: (a) terampil dan professional dalam mengelola

Serangkaian kegiatan yang telah dirancang oleh wakil kepala madrasah bidang keagamaan sebagai bentuk respon dari program Kementerian Agama tentang pendidikan

Pengembangan Mutu Dan Kualitas Program Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Rp

Pelaksanaan PPL di SMK Negeri 2 Wonogiri merupakan salah satu upaya untuk mencetak tenaga pendidik yang professional dan dapat mengkondisikan kegiatan belajar mengajar

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Program Sekolah Pendidikan Aman Bencana (SPAB) ini warga sekolah baik itu tenaga pendidik dan terkhusus peserta

Evaluasi kompetensi guru dalam bentuk UKG selama masa pandemi tidak dilaksanakan Hasil evaluasi keseluruhan pelaksanaan program peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik Non PNS