• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMELIHARAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN PADA PENDERITA DIARE DI RS WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO TEGUH EKO P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMELIHARAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN PADA PENDERITA DIARE DI RS WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO TEGUH EKO P"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMELIHARAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN PADA PENDERITA DIARE DI RS WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA

MOJOKERTO TEGUH EKO P

11001135 Subject:

Ibu yang memiliki anak penderita diare DESCRIPTION

Diare merupakan gangguan kesehatan yang cukup sering diderita oleh anak-anak selain infeksi saluran pernapasan atas. Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar komplikasi disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh. Komplikasi yang lebih serius dapat berupa sepsis (pada infeksi sistemik) dan abses liver. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemeliharaan kebersihan lingkungan pasien penderita diare pada anak.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penilitian deskriptif, rancang bangun yang digunakan adalah survey, variabel dalam penelitian ini adalah pemeliharaan kebersihan lingkungan pada penderita diare, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dari penderita diare kategori anak di RSUD Wahidin Sudiro Husodo dengan rata-rata jumlah penderita perbulan sebesar 16 orang, instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, teknik data meliputi editing, coding, scoring, entry data, cleaning, penyajian data.

Hasil penelitian tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan pada penderita diare di RS Wahidin Sudiro Husodo sebagian besar responden mempunyai pemeliharaan kebersihan yang baik sebanyak 7 responden (70%).

Oleh sebab itu diharapkan kebersihan lingkungan pada penderita diare tetap terjaga untuk menghidari terjadinya, bahaya serta dampak dari penyakit diare, cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian healt education kepada orang tua penderita diare.

Kata kunci : kebersihan, lingkungan, anak. ABSTRACT

Diarrhoea is a health disorder that quite often suffered by children other than upper respiratory tract infections. Diarrhoea can lead to various complications. Most of the complications are coused by an imbalance of fluid in thye body. More serious complications my include sepsis (systemic infection) and liver abcess. Purpose of this study was to determine the maintenance of environmental hygiene in patients with diarrhoea in children.

(2)

2

Type of research used in this study was descriptive research used in this study was descriptive research, design used was a survey, the variable in this study was the maintenance of environmental hugiene in patients with diarrhoea, the population in this study was all mothers of children with diarrhoea category by 16 people, instrumens in this research was questionnaire, data processed through editing, coding, data entry, cleaning, data presentation.

Result of this research on environmental hygiene maintenance in patients in RSUD Wahidin Sudiro Husodo obtained that most respondents had good maintenance of hygiene by 7 respondents (70%).

Maintenance of environmental hygiene in children with diarrhea acquired of the respondents had good hygiene maintenance. It is expected that environmental hygiene in patients with diarrhea to be aware to avoid, the dangers and impact of diarrheal diseases, the way that can be done is by providing health education to parents of patients with diarrhoea.

Keywords : hygiene, environmental, diarrhea Contributor : 1. Eka Diah K, SKM.,M.Kes

2. dr. Rahmi Syarifatun Abidah Date : 14 Juni 2014

Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier : -

Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari (Depkes. RI, 2000 dalam Medicinesia, 2011). Diare merupakan gangguan kesehatan yang cukup sering diderita oleh anak-anak selain infeksi saluran pernapasan atas. Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar komplikasi disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh. Komplikasi yang lebih serius dapat berupa sepsis (pada infeksi sistemik) dan abses liver (Safeti, 2011). Diare dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dan dapat terjadi berbagai komplikasi seperti dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enjim lactase, kejang (terjadi pada dehidrasi hipertonik), malnutrisi energy protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik) (Ngastiyah, 2005).

Diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian diare yang cukup tinggi. Angka kesakitan diaresekitar 200-400 kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah Anak di bawah Lima Tahun (BALITA). Sebagian dari penderita

(3)

3

(1- 2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50 - 60% di antaranya dapat meninggal. Kelompok ini setiap tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu kejadian diare (Public Health, 2013). Kejadian diare di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 1,563,976 kasus (4.11%) dengan 72.43% yang tertangani sedangkan kejadian di Kabupaten Mojokerto adalah sebesar 43,154 kasus (4.11%) (Jatim dalam angka, 2012).

Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan perorangan , lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian diare ( Retno Purwaningsih / Unnes Journal of Public Health 3 (2) 2013 ).

Studi pendahuluan pada tanggal 18 Februari 2013 di ruang anak RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, diperoleh jumlah penderita diare pada tahun 2013 rata-rata terdapat 10 pasien perbulan sedangkan pada tahun 2014, bulan Januari terdapat 18 penderita sedangkan Februari terdapat 14 orang.

Dari ke-5 responden yang diberi kuesioner, 4 responden mempunyai pengetahuan baik tentang penyakit diare dan 1 responden mempunyai pengetahuan cukup tentang diare. Pada Hiegiene pribadi ibu, semua responden mencuci tangan sebelum makan, semua responden selalu mencuci tangan setelah BAK/BAB, 4 responden memasak air minum sampai mendidih terlebih dahulu, dan semua responden menyimpan makanan yang telah dimasak di meja/lemari dan ditutup. Sedangkan pada penyediaan sarana air bersih, 3 responden menjawab kepemilikan air bersih milik pribadi, 2 responden menjawab sumur pompa yang digunakan untuk minum, 1 responden menjawab sumur gali yang digunakan untuk minum, 2 responden menjawab sumur pompa yang digunakan untuk mencuci bahan makanan, 1 responden menjawab sumur gali yang digunakan untuk mencuci bahan makanan, 2 responden menjawab sumur pompa yang digunakan untuk mencuci pakaian dan alat-alat dapur, 1 responden menjawab sumur gali yang digunakan untuk mencuci pakaian dan alat-alat dapur, 3 responden menjawab jarak jamban dengan sumber air untuk diminum (10-30 meter), sedangkan kebersihan lingkungan, 4 responden menyapu rumah setiap hari, 3 responden mengepel lantai rumah setiap hari, semua responden menjawab di dapur tersedia tempat sampah, 3 responden keadaan tempat sampahnya tertutup, 3 responden sampah di rumahnya diangkut oleh petugas setiap hari, semua responden keadaan lingkungan rumah dan sekitarnya bersih dan sedikit lalat.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan penyakit diare. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga (Depkes RI, 2005). hasil penelitian Wulandari (2009) tentang hubungan antara faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi dengan

(4)

4

kejadian diare pada balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Hasil penelitiannya menunjukkan ada hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita.

Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan pada penderita diare di ruang anak RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan Pada Penderita Diare. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Penderita diare kategori anak di RS Wahidin Sudiro Husodo. Penelitian ini menggunakan nonprobality sampling jenis purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini di ambil dari data primer. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner.

HASIL PENELITIAN DAN PEMAHASAN

Hasil penelitian tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan pada penderita diare di RS Wahidin Sudiro Husodo kota Mojokerto sebagian besar responden mempunyai pemeliharaan kebersihan lingkungan yang baik sebanyak 7 responden ( 70% ). Menurut Azwar (2004) lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alam yang terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor sosial budaya, norma, dan adat istiadat.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit lainnya yakni : human reservoir, animal reservoir, dan anthropode rerservoir. Pada reservoir disini bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit ataupun pejamu.

Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk. Disebutkan bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan bibit penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti timbangan. Disini pejamu dan bibit penyakit berada di ujungmasing- masing tuas, sedangkan lingkungan sebagai penumpangnya.

Hasil peneliti menunjukkan bahwa perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dikategorikan, baik sebanyak 2 orang (20%), sangat baik sebanyak 4 orang (40%), tidak baik sebanyak 1 orang (10%), serta sangat tidak baik sebanyak 3 orang (30%).

(5)

5

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006) dalam Fediani, 2012.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa 6 responden menggunakan air minum yang telah dimasak. Air minum yang berasal dari mata air, sumur, dan PDAM adalah sumber air yang dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas, asalkan tidak tercemar oleh kotoran baik yang berasal dari manusia maupun hewan. Ada berbagai macam cara pengolahan air minum secara sederhana, yaitu : merebus air sampai mendidih, pemanasan matahari (sodis), menggunakan filter keramik (ceramics filter) dan pemberian klorin (chlorinase). Perilaku terkait pengolahan air minum serta penyimpanannya menjadi salah satu perilaku kunci pencegahan penyebaran Eicherencia coli ke dalam tubuh manusia (Nababan, 2009). Kebiasaan mengkonsumsi air mentah dapat meningkatkan resiko terjadinya diare akibat kontaminasi bakteri pada sumber air yang tercemar. tanpa melalui proses pemasakan kuman penyebab diare tidak akan mati sehingga seseorang yang sering mengkonsumsi air mentah mudah terserang diare.

Pada perilaku penggunaan oralit didapatkan hanya 3 responden yang menggunakan oralit. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kepmenkes RI, 2011) dalam Fediani, 2012. Perilaku kelurga dalam hal menangani penyakit diare seharusnya menggunakan oralit, karena oralit dapat membantu pasien diare untuk mencegah terjadinya dehidrasi secara dini dan oralit gampang untuk dibuat oleh semua anggota keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku hygiene ibu pada kategori baik sebanyak 4 orang (40%) sedangkan 6 orang pada kategori sangat baik (60%). Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enteric terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI eksklusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan, memberikan susu formula dalam botol bayi, penyimpanan makanan pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar tidak mencuci tangan saat memasak, makan atau menyuapi anak atau sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak, dan tidak membuang tinja dengan benar. Faktor sarana lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia (Depkes RI, 2009) dalam Nasili dkk,

(6)

6

2012. Perilaku hygiene pribadi ibu dalam menjaga kebersihan sangat berpengaruh dalam hal terjadinya diare pada anak, diharapkan semua ibu untuk mengetahui tentang pentingnya hygiene dan penyebab terjadinya diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 orang responden (60%) pada kategori yang baik dalam penyediaan air bersih, 3 orang (30%) pada kategori tidak baik dan 1 orang (10%) pada kategori sangat tidak baik. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006) dalam Fediani, 2012. Penyediaan air bersih sangat berpengaruh terhadap terjadinya diare, jenis air yang dikonsumsi serta sarana dan prasarana penyediaan air bersih yang tidak sesuai beresiko tinggi terkontaminasi kuman penyebab diare.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa kebersihan lingkungan responden pada kategori baik sebanyak 4 orang (40%), sangat baik sebanyak 1 orang (10%), tidak baik sebanyak 4 orang (40%), dan sangat tidak baik sebanyak 1 orang (10%). Diare juga tidak bisa terlepas dari faktor lingkungan yang memungkinkan berkembang-biaknya bakteri Eicherenchia coli hingga sampai ke manusia. Faktor lingkungan ini meliputi persoalan sanitasi yang tidak tertata dengan baik. Rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas jamban, terutama di daerah kumuh bantaran sungai serta minimnya ketersediaan air bersih. Kondisi ini membuat masyarakat sangat rentan terkena diare terutama anak-anak dan balita (Nababan, 2009). Kebersihan lingkungan yang buruk tidak tertata baik memungkinkan penyebaran bakteri penyebab diare semakin meluas, penting untuk masyarakat menjaga kebersihan lingkungan seperti membersihkan rumah dan lingkungan, penyediaan tempat sampah yang tepat untuk meminimalisir kuman penyebab diare.

SIMPULAN

Hasil penelitian tentangpemeliharaan kebersihan lingkungan pada penderita diare di RS Wahidin Sudiro Husodo didapatkan sebagian besar respondenmemiliki pemeliharaan kebersihan yang baik sebanyak 7 responden ( 70% ).

REKOMENDASI

1. Bagi anggota keluarga

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai informasi mengenai pentingnya kesehatan dengan mengetahui factor apa saja yang dapat menyebabkan diare. Sehingga para ibu balita dapat menghindari apa saja yang dapat menyebabkan penyakit diare.

2. Bagi tenaga kesehatan

Khususnya bagi tenaga kesehatan terutama perawat, hendaknya hasil penelitian ini di jadikan sebagai bahan untuk merubah strategi pelayanan kesehatan yang di berikan kepada anggota keluarga sehingga anggota keluarga dapat mengerti tentang penyakit diare, misalnya dengan memberikan head educationdan mengadakan konseling pada penderita maupun pada keluarga 3. Bagi peneliti selanjutnya

(7)

7

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenaipemeliharaan kebersihan lingkungan pada penderita diaredengan menyertakan variabel yang belum diangkat dalam penelitian ini.

ALAMAT KORESPONDENSI

E-mail : thegoeh_marvel@yahoo.co.id

No. Hp : 085258888408

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri kita. Biasanya ini menyangkut hal-hal yang bersifat dasar seperti, usia, jenis

tyvinį kriterijų ar pasirinkimo principą, kaip jis buvo traktuojamas Vakarų klasikinėje ar post- modernistinėje estetikoje 6 • Skonį ir skanavimą aptarsiu kaip pakankamai

Inovasi Perguruan Tinggi untuk Peningkatan Daya Saing Industri...

Metode AHP memiliki beberapa keunggulan yaitu : (1) dapat memecahkan berbagai persoalan yang kompleks; (2) dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh

Untuk memastikan agar keluarga-keluarga miskin di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tidak digerus imbas kenaikan harga BBM, sesungguhnya yang dibutuhkan bukan

Berdasarkan hasil output pada Tabel 1 nampak bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan yaitu dengan koefisien parameter sebesar 0,235

Hasil perhitungan validitas skala motivasi berprestasi yang terdiri dari 40 item diperoleh 36 item yang valid dengan koefisien korelasi antara 0,218 sampai

Hasil penelitian membuktikan bahwa secara simultan besarnya signifikansi pengaruh variabel bebas budaya kerja terdiri atas budaya kejujuran, budaya ketekunan, budaya