OPTIMALISASI LAHAN DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM HIDROPONIK Rangga Roby Murtadha1, Anita Wahyu Ning Tias2, Deva Muzdhalifah3, Nur Laelatul Adha4,
Suci Rahmah Fitriyani5 dan Laila Listiana Ulya (Pembimbing)6
[email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected];[email protected]5;[email protected]6
ABSTRAK
Potensi pekarangan sebagai sumber pemenuhan gizi keluarga cukup besar. Salah satu upaya pemanfaatan lahan sempit pada pekarangan adalah dengan teknologi hidroponik. Hidroponik merupakan suatu metode budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, melainkan menggunakan teknologi bercocok tanam air, nutrisi, dan oksigen. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan peran masyarakat RT05/RW 02 Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang agar mampu produktif memanfaatkan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan sayur dalam rumah tangga. Pelatihan bercocok tanam dengan menggunakan metode hidroponik pada masyarakat RT.05 RW.02 Desa Pabuaran Kabupaten Subang berjalan dengan lancar. Proses pelaksanaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode daring dan tatap muka. Metode hidroponik yang digunakan adalah DFT (Deep Flow Tehnic) yaitu sistem hidroponik dengan menggunakan air yang mengalir dan sedikit menggenang. Hasil dari serangkaian pelatihan budidaya menggunakan system hidroponik yaitu diharapkan menjadi salah satu alternative optimalisasi lahan pekarangan bagi masyarakat, sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga juga dapat dijadikan sumber penghasilan yang memadai.
Kata Kunci : Hidroponik; optimalisasi lahan;
The potential of the yard as a source of family nutrition fulfillment is quite large. One of the efforts to use the narrow land in the yard is hydroponic technology. Hydroponics is a method of cultivating plants without using soil, but using technology to grow water, nutrients, and oxygen. The purpose of this activity is to increase the role of the community in RT05 / RW 02 of Pabuaran Village, Pabuaran District, Subang Regency so that they are able to productively utilize their yards to meet household vegetable needs. Farming training using hydroponic methods in the community RT. 05 RW.02, Pabuaran Village, Subang Regency, went well. The implementation process is carried out 3 times using online and face-to-face methods. The hydroponic method used is DFT (Deep Flow Tehnic), a hydroponic system using flowing and slightly stagnant water. The results of a series of cultivation trainings using a hydroponic system are expected to be an alternative to optimizing yard land for the community, so that in addition to meeting household food needs it can also be used as an adequate source of income. Keywords: Hydroponics; land optimization
PENDAHULUAN
Sayuran adalah makanan kesukaan masyarakat yang biasanya berdampingan dengan sepiring nasi dan lauk lainnya. Kebanyakan orang mungkin berpikir bahwa tanpa lahan yang luas dan cukup, mereka tidak akan bisa untuk menanam sayuran. Terlebih masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, mereka akan sulit menemukan lahan yang luas untuk bertanam. Hal ini disebabkan oleh lahan yang sempit. ([1] Anang Masduki, 2017)
Saat ini ada cara lain untuk memanfaatkan lahan sempit sebagai usaha untuk mengembangkan metode penanaman sayuran, yakni dengan cara bercocok tanam secara hidroponik.
Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan rumah, atap rumah maupun lahan lainnya.
Cara bercocok tanam secara hidroponik memiliki banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang banyak. (Roidah, 2014)
Budidaya secara hidroponik memiliki beberapa sistem instalasi yang berbeda-beda.
1. Wick
Sistem wick atau sistem sumbu, dinamakan sistem sumbu karena sistem ini memakai bantuan sumbu untuk menyalurkan nutrisi ke tanaman. Sistem wick merupakan sistem yang paling sederhana dan sangat cocok untuk pemula.
Hidroponik sistem wick mudah dibuat, dengan alat wadah untuk menampung air, netpot yang diberi sumbu berupa kain flanel dan styrofoam untuk menyangga netpot. Agar pertumbuhan lebih baik dapat juga ditambahkan air
stone untuk menambah oksigen.
2. NFT (Nutrient FilmTechnique) Sistem NFT memanfaatkan aliran air yang dangkal dan tidak merendam akar tanaman. Instalasi NFT biasanya dibuat agak miring agar air tidak menggenang. Cara kerja dari sistem ini nutrisi dipompakan ke bak tanam sehingga nutrisi membasahi akar.
Lalu nutrisi kembali lagi ke tandon. Karena nutrisi tidak merendam akar, maka dengan sistem NFT akar tanaman lebih memungkinkan untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.
3. DFT (Deep Flow Technique) Hidroponik dengan sistem DFT adalah sistem yang menggunakan genangan nutrisi. Akar tanaman pada sistem ini terendam nutrisi
sedalam 3-5 cm. Sistem DFT mirip dengan sistem NFT namun instalasi tidak dibuat miring untuk menciptakan sirkulasi yang lambat sehingga terjadi genangan. Keunggulan dari sistem ini jika listrik mati masih terdapat cadangan nutrisi sehingga tanaman masih tetap segar.
4. Ebb and Flow
Sistem ebb and flow atau yang dikenal dengan sistem pasang surut, bekerja dengan cara nutrisi akan membanjiri bak tanam lalu pada periode waktu tertentu nutrisi surut dan kekmbali ke tandon. Pada sistem ini kerja pompa diatur oleh timer.
Saat pompa menyala akan mengakibatkan pasang sehingga tanaman terendam oleh nutrisi, ketikan pompa mati nutrisi akan surut. Pasang surutnya nutrisi memungkinkan akar tanaman mendapatkan oksigen lebih banyak. 5. Deep Water Culture
Sistem deep water culture atau sering disebut juga sistem rakit apung, merupakan sistem yang sederhana. Cara kerja sistem ini pasif, air nutrisi di bak tanam menggenang dan merendam akar tanaman.
Sistem ini mirip sistem sumbu yang membedakan sistem ini tidak menggunakan sumbu. Karena nutrisi tidak tersirkulasi jadi pada sistem rakit apung harus ditambahkan air stione untuk
menambah oksigen.
6. Drip
Sistem drip atau sistem tetes merupakan sistem hidroponik yang paling umum dilakukan petani. Sistem ini terdapat dua jenis yaitu recovery dan nonrecovery. Sistem drip recovery bekerja
dengan cara meneteskan nutrisi ke akar tanaman lalu sisa nutrisi yang menetes akan kembali ke tandon, sedangkan nonrecovery nutrisi tidak kembali ke tandon.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian masyarakat KKN BMC ini difoKuskan pada kegiatan pelatihan bercocok tanam dengan metode hidroponik bagi masyarakat RT05/RW 02 Desa Pauaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang. Pelatihan tersebut melibatkan warga di RT05/RW 02. Agar pelaksanaan pelatihan bagi masyarakat ini lebih terarah, maka metode yang digunakan adalah metode lesson study (LS) dengan tiga tahap kegiatan utama yaitu: (1) tahap perencaan dan persiapan (plan), (2) tahap pelaksanaan (do), dan (3) tahap evaluasi dan refleksi (see), (Lewis, 2002). Adapun uraiannya sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan
Pertama melakukan identifikasi terhadap warga RT/RW 02 Kawasan Industri Batamindo, yang berminat bercocok tanam dengan menggunakan metode hidroponik. Kedua, menyiapkan materi pelatihan hidroponik mulai dari perencanaan, pelaksanan dan evaluasi. Pada bagian perencanaan meliputi:
1) penyusunan angaran bercocock tanam mengunakan metode hidroponik,
2) menjelasakan keuntungan dan kelemahan bercocok tanam hidroponik,
3) penyiapan bahan dan alat habis pakai. Alat yang digunakan untuk bercocok tanam. Bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu:
Benih tanaman (buah-buahan atau sayuran. Contoh buah-buahan yaitu stoberi, tomat, paprika; contoh sayuran yaitu pakcoy, kangkung, bayam, dan selada).
Netpot (wadah untuk tanaman) Rockwool (media tanam yang
bersifat menyerap dan menyimpan air)
Sumbu (digunakan pada beberapa jenis sistem)
Pupuk (biasanya menggunakan Abmix untuk sayuran maupun buah-buahan).
Pada bagian persiapan meliputi:
1. Mendesain ruang (tempat) bercocok tanam,
2. Bagaimana cara menanam dengan menggunakan metode hidroponik. 3. bagaimana cara pemberian pupuk
dan penanaman terhadap tanaman hidroponik.
4. koordinasi dengan pihak kelurahan. Pada Pelaksanan Evaluasi meliputi (1) simulasi praktek kepada setiap kelompok, (2) monitoring kepada kelompok tani hidroponik yang dilakukan mitra. Adapun alat yang digunakan adalah: (1) sisa botol aqua gelas, (2) busa, (3) kater, (4) bibit tanaman, (5) paralon ukuran 5 cm, dan lain-lain.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini meliputi tahap pelatihan dan
dengan narasumber Ketua kelompok Rangga Roby Murtadha Tahap pelaksanan ini menjelaskana manfaat,dan keuntugan bercocok tanaman dengan hidroponik. Pada tahap ini juga dijelaskanjuga perencanaan biaya dalam bercocok tanama hidroponik, Pada tahap ini juga ada praktek langsung mulai dari tahap persiapan,pelaksanan dan evaluasi, dan diharapkan peserta melakukan bimbingan kepada warga di rumah masing-masing. 3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk melihat sejauhmana keberlanjutan pelatihan bercocok tanam Hidroponik oleh warga RT05/RW 02 Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang. . Sedangkan Tahap pelaporan akhir untuk melaporkan bagaimana pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan di lapangan ke LPPM Universitas Negeri Semarang sebagai bentuk dari laporan akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bertanam secara hidroponik merupakan solusi untuk melakukan budidaya tanaman di lahan yang sempit dengan tetap menghasilkan suatu jenis tanaman yang berkualitas.Budidaya tanaman.Budidaya tanaman secara hidroponik ini tidak menggunakan tanah sebagai media tanam nya,melainkan ada media tanam lain yang bisa digunakan seperti rockwall,hidrotone dll.Ada beberapa macam sistem yang digunakan pada saat budidaya tanaman secara hidroponik,diantaranya system DFT,NFT,Rakit apung dll.
Dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bersama Melawan Covid-19 Universitas Negeri Semarang Tahun 2020
ini,program kerja pelatihan budidaya tanaman sayur menjadi program kerja yang wajib bagi setiap mahasiswa yang mengikuti KKN. Ada banyak metode bertanam diantaranya bertanam secara konvensional dengan menggunakan media tanam tanah serta bertanam secara hidroponik.Bertanam sayuran secara hidroponik menjadi salah satu kegiatan yang dipilih karena dianggap lebih praktis dan mudah dalam pelaksanaan nya.
Proses pelatihan dilakukan melalui 2 cara,yakni secara daring dan tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan covid-19.Pelatihan yang dilakukan secara daring melalui Whatsapp Group Rt dan Rw dengan cara memberikan e-book yang berisi tentang materi seputar hidroponik seperti definisi,system yang digunakan,alat dan bahan,jenis tanaman yang dapat ditanam secara hidroponik dll.
Pada pertemuan pertama mencoba untuk memperkenalkan budidaya tanaman secara hidroponik dengan cara berdiskusi melalui daring.Diskusi antara masyarakat di lingkungan Rt 05 Rw 02 desa pabuaran kecamatan pabuaran kabupaten subang ini menghasilkan banyka inovasi bercocok tanam yang baru.Karena selama ini masyarakat hanya mengenal bertanam secara konvensional dengan menggunakan media tanam tanah.Dengan adanya sosialisasi pertama tentang hidroponik,masyarakat mulai tertarik untuk memperdalam cara bertanam seperti ini.
Peserta pelatihan hidroponik ini bukan hanya berasal dari petani,melainkan banyak peserta yang berlatar belakang diluar petani seperti pedagang,siswa sekolah dan ibu rumah tangga.Respon dari peserta sangat positif,karena pelatihan ini merupakan pelatihan hidroponik pertama
yang ada di lingkungan masyarakat setempat.
Pada pertemuan selanjutnya,ada beberapa masyarakat yang ingin mengetahui langsung konstruksi hidroponik.Oleh karena itu,pelatihan dilakukan secara tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.Pada pertemuan ini,masyarakat melihat secara langsung konstruksi hidroponik dengan menggunakan system DFT (Deep Flow Tehnic) yaitu sistem hidroponik dengan menggunakan air yang mengalir dan sedikit menggenang.
Selanjutnya pelatihan dilakukan secara daring dengan sistem diskusi dan tanya jawab.Pada pertemuan ini masyarakat mulai tertarik untuk menanam sayur secara hidroponik.Sebagian masyarakat bahkan sudah memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh jika bertanam secara hidroponik ini sukses.Saat ini harga jual sayur konvensional yang ada di pasaran dengan harga jual sayur hidroponik sangat
berbeda.Bahkan harga sayur hidroponik bisa mencapai 2 kali lipat harga sayur konvensional.Tentunya ini menjadi daya Tarik masyarakat yang ingin bertanam sayur secara hidroponik.
Pelatihan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.Setelah mengikuti pelatihan masyarakat menjadi lebih paham tentang hidroponik dan dapat mengaplikasikan nya. Sebagian masyarakat yang merasa kurang dengan materi yang disampaikan,mereka juga mengakses informasi melalui youtube.Karena didalam youtube banyak petani hidroponik yang sukses dan mereka mau berbagi pengalaman nya melalui youtube.
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam Pengabdian Kuliah Kerja Nyata Bersama Melawan Covid-19 tentang Pelatihan bercocok tanam dengan menggunakan metode hidroponik pada masyarakat RT.05 RW.02 Desa Pabuaran Kabupaten Subang berjalan dengan lancar. Proses pelaksanaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode daring dan tatap muka, pada pertemuan pertama dilakukan secara daring dengan materi pengenalan budidaya secara hidroponik, pada pertemuan kedua dilakukan secara tatap muka dengan materi memperkenalkan kontruksi hidroponik dengan sistem DFT
(Deep Flow Technique) sistem yang
menggunkan genangan nutrisi dan pada
pertemuan ketiga dilakukan secara daring dengan melakukan diskusi dan tanya jawab. Respon masyarakat sangan positif dan antusias karena selama ini mereka hanya menerapkan cocok tanam secara konvensional serta beberapa masyarakat mulai mengaplikasikan cocok tanam dengan metode hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Gamot Malau dkk. 2015. Meningkatkan Keterampilan Bercocok Tanam Dengan Metode Hidroponik Di Kelurahan Mukakuning, Kota Batam.
Seminar Nasional Pengabdian
Kepada Masyarakat: Universitas
Terbuka
Anang Masduki. (2017). Hidroponik Sebagai Sarana Pemanfaatan Lahan.
Pemberdayaan, 1(2), 185–192.
Haq, Nadhiifah Nurul . 2019. 6 Pilihan
Sistem Bercocok Tanam dengan
Hidroponik. Dikutip dari:
www.idntimes.com 25 Agustus 2020. Jimmy-Halim. (2016). Teknik Hidroponik.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Lingga, Pinus. (1984). Hidroponik
Bercocok Tanam Tanpa Tanah.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Roidah, I. S. (2014). Pemanfaatan Lahan
Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Tahun,
1(2), 43–50. Retrieved from
22-1-SM.pdf
Tallei, E Triana dkk. 2017. Hidroponik
untuk Pemula. Manado: LPPM
UNSRAT.