• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

K e t e r an ga n C ov e r

Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

(3)

MONITORING

KESEHATAN TERUMBU KARANG

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

TAHUN 2007

Disusun oleh :

(4)

TIM STUDI MONITORING EKOLOGI

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

K

O O R D I N A T O R

T

I M

P

E N E L I T I A N

:

A

N N A

M

A N U P U T T Y

P

E L A K S A N A P E N E L I T I A N

S

U Y A R S O

A

G U S

B

U D I Y A N T O

D

J U W A R I A H

J

O H A N

P

I C A S O U

Y

A H M A N T O R O

(5)

DAFTAR ISI

D A F T A R IS I .. . .. .. . .. .. . .. . .. .. . .. .. .. . .. . .. .. . .. .. .. . .. . .. .. i

K A T A P EN G A N T A R . .. . .. .. . ... . .. . .. .. . .. .. .. . .. . .. .. . .. .i i R I N G K A S A N E K S E K U T I F . .. .. . .. . .. .. . .. .. .. . .. . .. .. . .. 1

BAB I. PENDAHULUAN ...5

BAB II. ME TODE PENELITIAN ...8

B A B I I I . HAS I L D A N P E MBAHASAN ...14

BAB I V . KES I MPU LA N D A N SARAN ...41

DAFTAR PUSTAKA ...44

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penelitian ilmiah.

Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian Development Bank). Adapun lokasi-lokasi tersebut adalah : Mentawai, Nias, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Batam, Natuna, Lingga dan Bintan.

Pada tahun 2004 telah dilakukan studi baseline di delapan lokasi tersebut. Untuk mengetahui kondisi karang terkini maka pada tahun 2007 ini dilakukan monitoring. Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karang di lokasi tersebut apakah membaik atau tidak. Hasil monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program COREMAP.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa datanya, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2007 Direktur CRITC-COREMAP II – LIPI

(7)

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. P

E N D A H U L U A N

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di sisi barat Propinsi Sumatera Utara. Kabupten ini sebagian besar wilayahnya terdapat di daratan Pulau Sumatera, hanya beberapa pulau besar-kecil, terletak di Teluk Sibolga atau Teluk Tapian Nauli, dengan pulau-pulau besar kecil yang terdapat di dalam teluk, sedangkan ke arah luar teluk terdapat pulau besar yaitu P. Mansalar. Pengamatan baseline ekologi terumbu karang yang merupakan salah satu kegiatan besar di lokasi-lokasi asuhan COREMAP, telah dilakukan juga di kabupaten ini, yaitu pada tahun 2004. Kegiatan selanjutnya yaitu monitoring atau pemantauan kondisi karang dan biota pendukung yang hidup di dalam ekosistemnya telah dilakukan pada tahun 2007.

Penelitian monitoring kesehatan terumbu karang ini melibatkan beberapa kelompok penelitian yaitu : SIG, karang, ikan karang dan megabentos . Persiapan peta dan metode penarikan sampel dan analisa data yang digunakan, disesuaikan dengan substansi masing-masing kelompok penelitian. Substansi yang dipantau meliputi karang, megabentos dan ikan karang. Metode yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing substansi, sama dengan metode yang digunakan pada kegiatan baseline.

Tujuan pengamatan ialah untuk melihat apakah terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah itu perubahan yang positif ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang maupun kelimpahan ikan karang.

(8)

B. H

A S IL

Kegiatan pengamatan dilakukan di 13 (tiga belas) titik lokasi transek permanen, yang ditentukaan pada waktu kegiatan baseline. Hasil pengamatan diuraikan berdasarkan masing-masing substansi.

• Dari hasil monitoring kesehatan terumbu karang

tahun 2007, dicatat karang batu 16 suku dengan 109 jenis.

• Dari hasil pemantauan persentase tutupan karang

hidup bervariasi antara 9,00 % (TPTL 08) - 71,73 % (TPTL 04).

• Terumbu karang yang masuk dalam kategori baik

sebanyak 4 stasiun, kategori cukup sebanyak 5 stasiun, dan kategori kurang sebanyak 4 stasiun. Ini berarti kondisi terumbu karang menurun dibandingkan tahun 2004.

• Di beberapa lokasi terjadi kenaikan persentase

tutupan karang hidup yaitu di stasiun TPTL 01, 02, 03, 04, 06, 08, sedangkan di lokasi lainnya terjadi penurunan.

• Dari hasil “reef check” untuk memantau biota

megabentos yang dilakukan di 13 lokasi transek permanen, dicatat karang jamur (CMR) memiliki kelimpahan tertinggi.

• Nilai tertinggi 32571 individu / ha dicatat di stasiun

TPTL 07, kemudian di TPTL 02 di P. Poncan (14857 individu / ha dan di stasiun TPTL 06 (14429 individu /ha). Di stasiun TPTL 09 tidak ditemukan CMR.

Biota tertinggi berikutnya ialah bulu babi (Diadema

(9)

(14929 individu / ha) dan juga tidak ditemukan di stasiun TPTL 09.

Gastropoda Drupella sp. tidak ditemukan di lokasi

transek.

Acanthaster planci ditemukan di 3 stasiun yaitu

TPTL 08, TPTL 10 dan TPTL12 di sekitar P. Mansalar, dengan jumlah individu yang sama yaitu 71 individu / ha.

• Dari hasil pengamatan ikan karang dengan metode

”Underwater Fish Visual Census (UVC) di 13 stasiun transek permanen dicatat sebanyak 186 jenis ikan karang yang termasuk dalam 32 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 21958 individu per hektar.

Jenis Archamia fucata merupakan jenis ikan

karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 4835 individu/ha.

• Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting

seperti ikan kakap (suku Lutjanidae), 916 individu/ ha, ikan kerapu (suku Serranidae) 398 individu/ha, ikan ekor kuning (suku Caesionidae) yaitu 1365 individu/ha.

• Selama penelitian berlangsung, ikan Napoleon

(Cheilinus undulatus) tidak dijumpai

• I k a n k e p e - k e p e ( B u t t e r f l y f i s h ; s u k u

Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan 565 individu/ha.

• Kelimpahan kelompok ikan major, ikan target dan

ikan indikator di lokasi transek permanen adalah 15044 individu/ha, 6349 individu/ha dan 565 individu/ha, sehingga perbandingan antara ikan

(10)

major, ikan target dan ikan indikator adalah 27:11:1.

C. S

A R A N

Dari pengalaman dan hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

Pengamatan yang dilakukan di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah, hanya diwakili oleh beberapa lokasi yang tersebar sehingga kesimpulan yang diambil m u n g k i n s a j a t i d a k s e l u r u h n y a b e n a r u n t u k menggambarkan kondisi Kabupaten Tapanuli Tengah secara keseluruhan dan mengingat jumlah stasiun penelitian, terutama untuk stasiun transek permanen sangatlah terbatas (13 stasiun). Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang sangat terbatas. Untuk itu sebaiknya jumlah stasiun bisa ditambahkan pada penelitian selanjutnya.

Dengan meningkatnya kegiatan di darat di sekitar Kabupaten Tapanuli Tengah, pasti akan membawa pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian kembali di daerah ini sangatlah penting dila-kukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi se-hingga hasilnya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi para stakeholder dalam mengelola ekosistem te-rumbu karang secara lestari. Selain itu, data hasil pe-mantauan tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan evaluasi keberhasilan COREMAP.

Selanjutnya diharapkan personil daerah yang ikut bertanggung jawab dalam kegiatan ini dapat melakukan kegiatan monitoring sendiri di lokasi transek perma-nent, sehingga diperoleh data yang akurat dan berkesi-nambungan.

(11)

BAB I. PENDAHULUAN

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di sisi barat Provinsi Sumatera Utara. Kabupten ini sebagian besar wilayahnya terdapat di daratan Pulau Sumatera, hanya beberapa pulau besar-kecil, terletak di Teluk Sibolga atau Teluk Tapian Nauli, dengan pulau Mansalar, salah satu pulau yang cukup besar yang terletak di bagian luar teluk.

Dalam program COREMAP, yang sudah berjalan sampai ke Fase II saat ini, telah dilakukan kegiatan studi baseline di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah ini pada tahun 2004. Hasil pengamatan telah disajikan dalam laporan Baseline Ekologi Tapanuli Tengah tahun 2006. Kegiatan baseline tersebut difokuskan pada studi ekologi karang, ikan karang dan biota megabentos di daerah yaitu pesisir utara dan selatan teluk dengan kota Sibolga terletak di tengahnya, dan di Pulau Mansalar, P.Kukusan, P.Poncan Besar dan P.Poncan Kecil.

Kegiatan kali ini ialah pemantauan kesehatan terumbu karang di lokasi baseline, yaitu tepatnya pemantauan dilakukan di lokasi transek permanen yang dibuat pada waktu studi baseline. Tujuan pengamatan ialah untuk melihat apakah terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah itu perubahan yang positif ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang maupun kelimpahan ikan karang.

A. L

A T A R

B

E L A K A N G

Pengamatan ekologi terumbu karang di lokasi – lokasi COREMAP merupakan salah satu kegiatan yang

(12)

merupakan tugas utama CRITC COREMAP - LIPI. Kegiatan ini telah dilakukan sejak program Fase I. Setelah dilakukan evaluasi oleh pihak penyandang dana yaitu ”Asian Development Bank” (ADB), maka disepakati adanya lokasi-lokasi tambahan seiring dengan pemekaran wilayah oleh pemerintah daerah setempat. Untuk lokasi Kabupataen Tapanuli Tengah yang relatif merupakan lokasi baru, kegiatan studi baseline baru dilakukan pada Fase II. Pada COREMAP Fase II ini, kegiatan baseline di Kabupaten Tapanuli Tengah telah dilakukan pada tahun 2004. Kegiatan ini dilakukan oleh tim dari CRITC COREMAP-LIPI dengan menggunakan KR. Baruna Jaya VIII. Hasil pengamatan dilaporkan dalam Laporan Studi Baseline Tapanuli Tengah yang diterbitkan tahun 2006. Karena dianggap masih kurang, dan juga harus disesuaikan dengan lokasi-lokasi tambahan dari tim Sosial Ekonomi CRITC C O R E M A P - L I P I , s e h i n g g a p a d a p e n g a m a t a n pemantauan kali ini juga dilakukan penambahan beberapa lokasi baru. Keputusan ini diambil juga dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan di pesisir Tapanuli Tengah baik

secara alam maupun oleh manusia. Dengan demikian,

setiap kali dilakukan pemantauan terjadi kegiatan ganda, baseline dan pemantauan. Disamping perlu dilakukan pencatatan data yang baru sehingga dapat digunakan sebagai data dasar, pemantauan tetap harus dilakukan di lokasi lama sehingga ada data baru yang berkesinambungan. Data hasil pemantauan untuk kegiatan selanjutnya kemudian dianalisa sehingga diperoleh hasil yang akurat apakah kondisi terumbu karang di suatu lokasi benar-benar mengalami kenaikan persentase tutupan karang dan kelimpahan biota pendukung lainnya, atau mengalami hal sebaliknya.

(13)

B. TUJUAN P

ENELITIAN

Melihat kondisi terumbu karang di lokasi transek permanen, apakah terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah itu perubahan yang positif ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang , kelimpahan biota megabentos, maupun kelimpahan ikan karang di lokasi transek.

C. RUANG L

INGKUP PENELITIAN

Pengamatan ekologi terumbu karang untuk pengambilan data dasar di lokasi tambahan di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah telah dilakukan pada tahun 2004. Untuk monitoring kesehatan terumbu karang kali ini, juga melibatkan disiplin ilmu yang sama dengan pada waktu kegiatan baseline, yaitu ekologi karang dan ikan karang, dan dibantu oleh bidang SIG (Sistem Informasi Geografi) untuk penyediaan peta dasar dan peta tematik. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel, grafik maupun peta tematik.

(14)

II. METODE PENELITIAN

A. L

O K A S I P E N E L I T I A N

Lokasi penelitian meliputi perairan pesisir utara dan selatan Teluk Tapian Nauli , Pulau Poncan Besar, P. Poncan Kecil, P. Mansalar dan P. Kukusan (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Kabupaten Tapanuli

(15)

B. W

A K T U

P

E N E L I T I A N

Penelitian monitoring kesehatan terumbu karang di Kabupaten Tapanuli Tengah, dilaksanakan pada bulan akhir Mei- awal Juni 2007 selama 12 hari kerja.

C. P

E L A K S A N A

P

E N E L I T I A N

Pelaksana penelitian terdiri dari Peneliti dan Pem-bantu peneliti dari bidang studi : ekologi karang, megabentos, ikan karang, SIG, dan statistika. Kegiatan penelitian lapangan ini melibatkan staf CRITC (Coral Reef Information and Training Centre) Jakarta, dibantu oleh Staf Puslit Oseanografi dan beberapa personil dari daerah Tapanuli Tengah.

D. M

E T O D E

P

E N A R I K A N

S

A M P E L D A N

A

NA L I SA

D

A T A

Penelitian monitoring kesehatan terumbu karang ini melibatkan beberapa kelompok penelitian yaitu : SIG, karang, ikan karang dan megabentos . Persiapan peta dan metode penarikan sampel dan analisa data ya n g dig un ak an ol eh ma si ng -ma s in g ke lo mpo k penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1 . S i st e m I n fo r m asi G e og r a fis

Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan penarikan sampel, pertama-tama disiapkan peta lokasi studi baseline yang menampilkan posisi transek permanen. Juga tabel posisi transek permanen untuk pencocokan posisi di lapangan nanti.

(16)

2 . K a r ang

Pengamatan dilakukan di titik stasiun yang dipasang transek permanen di kedalaman antara 3-5 m, data dicatat dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti English et al., (1997), dengan beberapa modifikasi. Teknik pelaksanaan sama dengan pada waktu kegiatan baseline. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebanyak 3 kali. Untuk memudahkan pekerjaan di bawah air, seorang penyelam meletakkan pita berukuran sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian LIT ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian hingga centimeter.

Dari data hasil LIT tersebut, kemudian dihitung nilai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek.

Selain itu, beberapa analisa lanjutan dilakukan dengan bantuan program statistik seperti analisa regresi (Supranto, 1991; Neter et al. 1996), analisa korelasi (Supranto, 1991; Neter et al. 1996), analisa pengelompokan (Cluster analysis) (Warwick and Clarke, 2001) dan Multi Dimensional Scaling (MDS) (Warwick and Clarke, 2001).

3 . M eg a be n t os

Untuk mengetahui kelimpahan beberapa megabentos terutama yang memiliki nilai ekonomis penting dan bisa dijadikan indikator dari kesehatan terumbu karang, dilakukan pengamatan kelimpahan m e g a b e n t o s d e n g a n m e t o d e ” R e e f C h e c k Benthos” (RCB) pada setiap stasiun transek permanen dimana posisi stasiunnya sama dengan

(17)

stasiun untuk terumbu karang dengan metode LIT. Dengan dilakukannya pengamatan megabentos ini pada setiap stasiun transek permanen, diharapkan d i w a k t u - w a k t u m e n d a t a n g b i s a d i l a k u k a n pemantauan kembali pada posisi stasiun yang sama sehingga bisa dibandingkan kondisinya.

Teknis di lapangan, pada stasiun transek permanen yang telah ditentukan, tersebut diletakkan pita berukuran (roll meter) sepanjang 70 m sejajar garis pantai pada kedalaman antara 3-5 m. Semua biota mega benthos yang berada 1 m sebelah kiri dan kanan pita berukuran sepanjang 70 m tadi dicatat jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati untuk setiap stasiunnya sebesar (2m x

70m) = 140 m2. Adapun biota megabentos yang

dicatat jenis dan jumlah individunya sepanjang garis transek terdiri dari :

Lobster (udang karang)

”Banded coral shrimp” (udang karang kecil yang hidup di sela cabang karang Acropora spp, Pocillopora spp. atau Serriatopora spp.)

A c a nt ha s te r pl an c i (bintang bulu seribu) D i a de ma s e to s u m (bulu babi hitam)

“Pencil sea urchin” (bulu babi seperti pensil) “Large Holothurian” (teripang ukuran besar) “Small Holothurian” (teripang ukuran kecil) “Large Giant Clam” (kima ukuran besar) “Small Giant Clam” (kima ukuran kecil) T r oc h us n i l o tic us (lola)

(18)

D r u p el l a sp. (sejenis Gastropoda / keong yang hidup di atas atau di sela-sela karang teru-tama karang bercabang)

“Mushroom coral’ (karang jamur, Fungia spp.)

4 . I k an K ar a n g

Untuk pengamatan ikan karang pada setiap titik transek permanen, metode yang digunakan yaitu metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC), di mana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan jumlahnya. Luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 70 )

= 350 m2.

Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall and Heemstra (1991) dan Heemstra dan Randall (1993). Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (ENGLISH, et al., 1997), yaitu : kelompok ikan target, kelompok ikan indikator dan kelompok ikan major.

Sama halnya seperti pada karang, nilai indek keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index = H’) (Shannon, 1948 ; Zar, 1996) dan indeks kemerataan Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou, 1966 ; Zar, 1996) juga dipakai untuk jenis ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen dari hasil UVC.

Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/ha. Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (ENGLISH, et al., 1997), yaitu :

(19)

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya ikan-ikan ini men-jadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh suku Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan k a k a p ) , L e t h r i n i d a e ( i k a n l e n c a m ) , Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);

b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang

khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh suku Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);

c. I k a n - i k a n m a j o r , m e r u p a k a n j e n i s i k a n berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan k a r a k t e r i s t i k p e w a r n a a n y a n g b e r a g a m sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh suku Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).

(20)

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Monitoring kondisi terumbu karang di lokasi transek permanen di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah telah dilakukan pada tahun 2007. Substansi yang dipantau meliputi karang, megabentos dan ikan karang. Metode yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing substansi, sesuai dengan metode yang digunakan pada kegiatan baseline. Kegiatan pengamatan dilakukan di 13 (tiga belas) titik lokasi transek permanen, yang ditentukaan pada waktu k e g i a t a n b a s e l i n e . H a s i l p e n g a m a t a n d i u r a i k a n berdasarkan masing-masing substansi.

A. K

A R A N G

Pada waktu dilakukan studi baseline tahun 2004 dilakukan pengamatan kondisi terumbu karang dengan metode LIT di 13 stasiun transek permanen. Sebagai g a m b a r a n d i s a j i k a n s e c ar a g a r i s b e s a r h a s i l pengamatan yang menunjukkan bahwa terumbu karang yang masuk dalam kategori baik sebanyak 6 stasiun, kategori cukup sebanyak 5 stasiun, dan kategori kurang sebanyak 2 stasiun. Hasil lengkap persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substratnya disajikan dalam Gambar 2.

(21)

Gambar 2. Histogram persentase tutupan kategori biota dan

sub-strat hasil baseline (t-0)dengan metode LIT tahun 2004, di masing-masing stasiun transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Dari hasil monitoring kesehatan terumbu karang tahun 2007, dicatat karang batu 16 suku dengan 109 jenis. Hasil pengamatan kondisi terumbu karang di 13 lokasi disajikan dalam Gambar 3.

Hasil pemantauan meperlihatkan persentase tutupan karang hidup bervariasi antara 9,00 % (TPTL 08) - 71,73 % (TPTL 04). Hasil pemantauan menunjukkan bahwa terumbu karang yang masuk dalam kategori baik sebanyak 4 stasiun, kategori cukup sebanyak 5 stasiun, dan kategori kurang sebanyak 4 stasiun. Ini berarti kondisi terumbu karang menurun dibandingkan tahun 2004. Di beberapa lokasi terjadi kenaikan persentase tutupan karang hidup yaitu di stasiun TPTL 01, TPTL 02, TPTL 03, TPTL 04, TPTL 06, TPTL 08, sedangkan di lokasi lainnya terjadi penurunan.

0% 20% 40% 60% 80% 100% TP TL0 1 TP TL0 2 TP TL0 3 TP TL0 4 TP TL0 5 TP TL0 6 TP TL0 7 TP TL0 8 TP TL0 9 TP TL1 0 TP TL1 1 TP TL1 2 TP TL1 3 Rock Silt Sand Rubble Other Biota Fleshy Seaweed Sponge Soft Coral Dead Coral wih algae Dead Coral Non Acropora Acropora

(22)

Hal ini selanjutnya perlu di uji dengan analisa statistik untuk mengetahui kebenarannya.

Gambar 3. Histogram persentase tutupan kategori biota dan

substrat hasil monitoring (t-1) dengan metode LIT tahun 2007, di masing-masing stasiun transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Untuk memudahkan pengamatan dan penyajian hasil pengamatan, lokasi pengamatan dibagi dalam tiga area yaitu lokasi di sekitar bagian dalam teluk (P. Poncan dan sekitarnya), sekitar pesisir teluk (daerah Sitardas dan sekitarnya) dan di P. Mansalar dan sekitaranya Gambar 4-6). Selanjutnya hasil pengamatan diuraikan berdasarkan lokasi masing-masing.

TAPTENG 2007 0% 20% 40% 60% 80% 100% TPTL 01 TPT L 02 TPTL 03 TPTL 04 TPTL 05 TPTL 06 TPTL 07 TPTL 08 TPTL 09 TPTL 10 TPTL 11 TPTL 12 TPT L 13 Rock Silt Sand Rubble Other Biota Fleshy Seaw eed Sponge Soft Coral DC DCA Non Acropora Acropora

(23)

Gambar 4. Posisi stasiun transek permanen untuk karang,

megabentos dan ikan karang di perairan sekitar P. Poncan , Teluk Tapian Nauli (3 stasiun)

(24)

Gambar 5. Posisi stasiun transek permanen untuk karang,

megabentos dan ikan karang di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan (4 stasiun).

(25)

Gambar 6. Posisi stasiun transek permanen untuk karang,

megabentos dan ikan karang di perairan P. Mansalar (6 stasiun).

P . Po n can K ec il , P. Po n ca n B e s a r ( T PT L 0 1, T PT L 0 2 d a n T P TL 0 3 )

Hasil pengamatan di tiga stasiun ini menunjukkan kondisi karang masuk dalam kategori sedang, dengan variasi tutupan antara 32,73 – 38,70 %. Persentase tutupan tertinggi dicatat di P. Poncan Kecil (48,60 %) dan hanya ada karang non- Acropora. Kategori lain yang cukup tinggi persentase tutupannya ialah patahan karang mati (rubble) dengan variasi 10,13 – 48,40 %, kemudian diikuti oleh tutupan DCA (16,93 – 32,57 %) dan tutupan pasir (0,50 – 23,60 %). Lokasi transek

(26)

ditunjukkan dalam Gambar 4, sedangkan hasil transek ditunjukkan dalam Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 7. Persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan

kategori abiotik hasil monitoring, di lokasi transek permanen, di perairan P. Poncan Kecil dan Poncan Besar, Kabupaten Tapanuli Tengah.

. # # # KOLANG TAPIAN NAULI SIBOLGA SELATAN SIBOLGA KOTA P. PONCAN BESAR P. PONCAN KECIL 1°41' 1°41' 1°42' 1°42' 1°43' 1°43' 1°44' 1°44' 1°45' 1°45' 98°41' 98°41' 98°42' 98°42' 98°43' 98°43' 98°44' 98°44' 98°45' 98°45' 98°46' 98°46' 98°47' 98°47' 98°48' 98°48' Legenda : TUTUPAN LIFEFORM PER STASIUN LIT DI PONCAN (2007) U Darat Hutan Mangrove Fringing Reef Patch Reef Acropora Non acropora Dca Dc Soft coral Sponge Fleshy seaweed Other biota Rubble Sand Silt Rock Jalan

(27)

Gambar 8. Persentase tutupan karang hidup hasil monitoring di

lokasi transek permanen, di perairan P. Poncan Kecil dan Poncan Besar, Kabupaten Tapanuli Tengah.

P e r a i ra n D e s a S it ar d a s ( TPT L 0 4, TP T L 0 5, T P T L 06 d a n T P TL 0 7 )

Hasil pemantauan di lokasi menunjukkan kondisi terumbu karang yang bervariasi, dengan persentase tutupan karang bervariasi dari kategori kurang (< 25 %) sampai kategori baik (> 50 %). Persentase tutupan karang tertinggi dicatat di stasiun TPTL 04 yaitu 71,73 %. Lokasi ini terpisah jauh dari daratan Desa Sitardas, merupakan pulau kecil (gosong) yang dikelilingi oleh terumbu karang. Karang di lokasi ini hanya terdiri dari k a r a n g n o n - A c r o p o r a . D i l o k a s i l a i n t e r d a p a t

(28)

pertumbuhan Acropora yang cukup baik (16,10 % dari total karang hidup 52,33 %) yaitu di stasiun TPTL 06. Lokasi ini berada disisi barat semenanjung Desa Sitardas tepatnya di sebelah luar Teluk Tapian Nauli dan menghadap ke laut lepas. Kategori bentik lainnya yang dicatat cukup tinggi persentase tutupannya ialah DCA (15,27 – 35,23 %), nilai tertinggi dicatat di stasiun TPTL 05 dimana persentase tutupan karangnya 21, 70 %. Hasil pengamatan selengkapnya ditunjukkan dalam Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan

kategori abiotik hasil monitoring, di lokasi transek permanen, di perairan Desa Sitardas dan sekitarnya, Kabupaten Tapanuli Tengah.

# # # # SITARDAS AEK HORSIK JAGO JAGO P. Bakal P. Unggas gkusnasi Ug. Kabun Ug. Buluaro Ug. Batuparit Ug. Batumamak Ug. Batudinding 1°32' 1°32' 1°33' 1°33' 1°34' 1°34' 1°35' 1°35' 1°36' 1°36' 98°43' 98°43' 98°44' 98°44' 98°45' 98°45' 98°46' 98°46' 98°47' 98°47' 98°48' 98°48' 98°49' 98°49' Legenda : TUTUPAN LIFEFORM PER STASIUN LIT DI SITARDAS (2007) U Darat Hutan Mangrove Fringing Reef Patch Reef Acropora Non acropora Dca Dc Soft coral Sponge Fleshy seaweed Other biota Rubble Sand Silt Rock Jalan

(29)

P e r a i r a n P u l a u M a n s a l a r d a n s e k i t a r n y a ( T P T L0 8,T P T L 0 9, T P T L 1 0, T P T L 1 1, T P T L 1 2, T P TL 1 3 . )

Perairan P. Mansalar, terletak jauh ke arah barat di luar Teluk Tapian Nauli, ke arah Samudera Indonesia. Pemantauan dilakukan di enam stasiun, dan kondisi terumbu karang dengan tutupan karang masuk dalam kategori kurang (<25 %) ada 3 stasiun dan kategori sedang 1 stasiun dan kategori baik (>50 %) ada 2 stasiun.

Gambar 10. Persentase tutupan karang hidup hasil monitoring di

lokasi transek permanen, di perairan Desa Sitardas dan sekitarnya, Kabupaten Tapanuli Tengah.

(30)

Pertumbuhan karang Acropora ditemukan di stasiun TPTL 11 (9,17 % dari total karang hidup 57,87 %).Kategori lain yang persentase tutupannya cukup tinggi ialah DCA (20,87 % - 46,47 %), sedangkan kategori abiotik lainnya yaitu ”rubble” atau patahan karang mati (1,93 -29,17 %) dan pasir (4,80 – 25,40 %), nilainya hampir sama. Hasil pengamatan selengkapnya disajikan dalam Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11. Persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan

kategori abiotik hasil monitoring, di lokasi transek permanen, di perairan P. Mansalar dan sekitarnya Kabupaten Tapanuli Tengah.

# # # # # # P. MANSALAR 1°33' 1°33' 1°36' 1°36' 1°39' 1°39' 1°42' 1°42' 98°27' 98°27' 98°30' 98°30' 98°33' 98°33' 98°36' 98°36' 98°39' 98°39' 98°42' 98°42' Legenda : TUTUPAN LIFEFORM PER STASIUN LIT DI MANSALAR (2007) U Darat Hutan Mangrove Fringing Reef Patch Reef Acropora Non acropora Dca Dc Soft coral Sponge Fleshy seaweed Other biota Rubble Sand Silt Rock Jalan

(31)

Gambar 12. Persentase tutupan karang hidup hasil monitoring di

lokasi transek permanen, di perairan P. Mansalar dan sekitarnya, Kabupaten Tapanuli Tengah.

H a s i l A nal i si s M on it o r i ng K ar a n g

Pada penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2007 ini (t1), berhasil dilakukan pengambilan data pada 13 stasiun penelitian yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian tahun 2004 (t0).

Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pemantauan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % disajikan dalam Gambar 13. # # # # SITARDAS AEK HORSIK JAGO JAGO 1°32' 1°32' 1°33' 1°33' 1°34' 1°34' 1°35' 1°35' 1°36' 1°36' 98°43' 98°43' 98°44' 98°44' 98°45' 98°45' 98°46' 98°46' 98°47' 98°47' 98°48' 98°48' 98°49' 98°49' Legenda : TUTUPAN LIFEFORM PER STASIUN LIT DI SITARDAS (2007) U Da rat Hutan Mangro ve Fringing Reef Patch Reef Acropora No n acro pora Dca Dc So ft coral Sponge Fleshy seaweed Other bio ta Rubble Sa nd Silt Ro ck Jalan

(32)

Gambar 13. Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat

berdasarkan waktu pemantauan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 %.

Sedangkan hasil uji t-berpasangan yang dilakukan terhadap data biota dan substrat setelah dilakukan transformasi arcsin akar pangkat dua dari data (p’=arcsin√p) diperoleh nilai p, atau nilai kritis untuk menolak H0. Jadi dengan tingkat kepercayaan 95%, maka H0 akan ditolak bila nilai p <0,05, yang artinya bahwa persentase tutupan untuk kategori tersebut berdasarkan pemantauan tahun 2004 (t0) berbeda nyata dengan persentase tutupan berdasarkan pemantauan 2007 (t1). P e rs e n ta s e tu tu p a n Waktu Batu an Lum pur Pasi r Peca han kara ng Bio ta la in Fles hy s eaw eed Spon ge Kar ang luna k Kar ang mat i dgn alga Kar ang mat i Non Acr opor a Acr opor a Kar ang hidu p t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 60 50 40 30 20 10 0

Plot interval untuk biota dan substrat terhadap waktu pemantauan dengan interval kepercayaan 95% untuk nilai rataan (t0=2004; t1=2007)

(33)

Tabel 1. Nilai p berdasarkan hasil uji t-berpasangan.

Tanda *) berarti H0 ditolak.

Dari Tabel 1, terlihat bahwa perbedaan persentase tutupan dari tahun 2004 ke 2007 terjadi hanya untuk kategori pecahan karang (R), Pasir (S), dan Lumpur (SI), sedangkan untuk kategori lainnya tidak berbeda se-cara nyata. Pada tahun 2007, persentase tutupan R

Kategori Nilai p

Karang hidup 0,236

Acropora 0,186

Non Acropora 0,346

Karang mati 0,337

Karang mati dgn alga 0,458

Karang lunak 0,963 Sponge 0,912 Fleshy seaweed 0,928 Biota lain 0,245 Pecahan karang 0,031 *) Pasir 0,027 *) Lumpur 0,031 *)

(34)

(12,74%) dan S (10,94%) lebih besar dibandingkan pada tahun 2004 (R=5,41% dan S=6,17%). Sedangkan hal sebaliknya terjadi pada SI dimana persentase tutupannya menurun dari tahun 2004 (2,73%) ke 0,00% di tahun 2007.

Untuk karang hidup (LC), walaupun tidak terlihat perbedaan tutupan yang signifikan, namun terlihat adanya kecenderungan menurun dimana persentase tutupan pada tahun 2004 sebesar 43,63% sedangkan pada tahun 2007 sebesar 38,31%.

B. M

E G A B E N T O S

Dari hasil “reef check” untuk memantau biota megabentos yang dilakukan di 13 lokasi transek perma-nen, dicatat karang jamur (CMR) memiliki kelimpahan tertinggi. Nilai tertinggi 32571 individu/ha dicatat di stasiun TPTL 07, kemudian di TPTL 02 di P. Poncan (14857 individu/ha dan di stasiun TPTL 06 (14429 individu /ha). Di stasiun TPTL 09 tidak ditemukan CMR. Kelimpahan biota tertinggi berikutnya ialah bulu babi (Diadema setosum), tertinggi ditemukan di stasiun TPTL 12 (14929 individu/ha) dan juga tidak ditemukan di stasiun TPTL 09. Jenis gastropoda, Drupella sp. tidak ditemukan di lokasi transek. Acanthaster planci ditemukan di 3 stasiun yaitu TPTL 08, TPTL 10 dan TPTL12 di sekitar P. Mansalar, dengan jumlah individu yang sama yaitu 71 individu/ha. Untuk kima ukuran kecil jumlahnya bervariasi antara 0 – 786 individu/ha, sedangkan yang berukuran besar antara 0 – 571 individu/ha. Yang menarik ialah bulu babi pensil (pencil sea urchin) ditemukan di 3 stasiun, 71 - 3643 individu/ ha. Untuk lola dan lobster masing-masing ditemukan hanya di satu lokasi dengan jumlah yang sama yaitu 71 individu/ha. Hasil selengkapnya disajikan dalam Gambar 14a, 14b, 14c.

(35)

Gambar 14a. Kondisi megabentos hasil ”reef check” di perairan

P. Poncan Besar dan Poncan Kecil, Kabupaten Tapanuli Tengah.

(36)

Gambar 14b. Kondisi megabentos hasil ”reef check” di

perairan Desa Sitardas Kabupaten Tapanuli Tengah

(37)

Gambar 14c. Kondisi megabentos hasil ”reef check” di perairan

P. Mansalar dan sekitarnya Kabupaten Tapanuli Tengah.

H a s i l A nal i si s M on it o r i ng M eg a b en t os

Penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2007 ini (t1), berhasil dilakukan pengambilan data pada 13 stasiun penelitian yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian tahun 2004 (t0).

Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan disajikan pada Tabel 2.

(38)

Tabel 2. Rerata jumlah individu per transek untuk setiap

kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan

Untuk melihat apakah jumlah individu setiap kategori megabentos tidak berbeda nyata untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2004 dan 2007), maka dilakukan uji t-berpasangan. Berdasarkan data yang ada, uji tidak dilakukan untuk Drupella sp. dikarenakan pada masing-masing waktu pengamatan (2004 dan 2007) tidak dijumpai sama sekali (Tabel 2). Sebelum uji dilakukan, untuk memenuhi asusmsi-asumsi yang diperlukan dalam penggunaan uji t-berpasangan ini, data ditransformasikan terlebih dahulu menggunakan transformasi ln, sehingga datanya menjadi y’=ln(y+1). Nilai p untuk setiap data jumlah individu/transek pada

Jumlah Individu/transek 2 0 04 2 0 07 Acanthaster planci 0.23 0.23 CMR 234.46 119.77 Diadema setosum 93.69 51.46 Drupella sp. 0.00 0.00

Large Giant clam 2.38 2.23

Small Giant clam 0.92 2.69

Large Holothurian 0.15 0.00

Small Holothurian 0.00 0.08

Lobster 0.00 0.23

Pencil sea urchin 0.00 4.46

Trochus niloticus 0.23 0.08

(39)

kategori megabentos yang diuji disajikan pada Tabel 3. Bila nilai p tersebut lebih kecil dari 5% (=0,05), maka berarti Ho ditolak, yang berarti bahwa jumlah individu/ transek kategori megabentos tersebut berbeda antara pengamatan tahun 2004 (t1) dan tahun 2007 (t1).

Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa perbedaan yang nyata antara jumlah individu per transeknya untuk megabentos yang diamati pada tahun 2004 dan 2007 terjadi hanya untuk kategori Small Giant clam saja. Pada tahun 2004 rerata kelimpahan Small Giant Clam sebesar 0,92 individu/transek, dan meningkat pada tahun 2007 yaitu sebesar 2,69 individu/transek.

Tabel 3. Hasil uji t-berpasangan terhadap data jumlah individu/

transek megabentos (data ditransformasikan ke dalam bentuk ln)

Kategori Nilai p

Acanthaster planci 0,881

CMR 0,409

Diadema setosum 0,066

Large Giant clam 0,837

Small Giant clam 0,044 *)

Large Holothurian 0,165

Small Holothurian 0,337

Lobster 0,177

Pencil sea urchin 0,145

(40)

C. I

K A N

K

A R A N G

Hasil pengamatan ikan karang dengan metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC) di lokasi transek permanen perairan Teluk Tapian Nauli yang dilakukan di 13 stasiun transek permanen dicatat sebanyak 186 jenis ikan karang yang termasuk dalam 32 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 21958 individu/hektarnya. Jenis Archamia fucata merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 4835 individu/ha.

Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen seperti ikan kakap (suku Lutjanidae) yaitu 916 individu/ ha, ikan kerapu (suku Serranidae) 398 individu/ha, ikan ekor kuning (suku Caesionidae) yaitu 1365 individu/ha. S e l a m a p e n e l i t i a n b e r l a n g s u n g , i k a n N a p o l e o n (Cheilinus undulatus) tidak dijumpai.

I k a n k e p e - k e p e ( B u t t e r f l y f i s h ; s u k u Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan 565 individu/ha.

Perbandingan kelimpahan kelompok ikan major, ikan target dan ikan indikator di lokasi transek permanent disajikan dalam Gambar 15a, 15b, 15c. Perbandingan kelimpahan kelompok ikan major, ikan target dan ikan indikator tersebut adalah 15044 individu/ ha, 6349 individu/ha dan 565 individu/ha, sehingga perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator adalah 27:11:1. Ini berarti bahwa untuk setiap 39 ikan yang dijumpai di perairan Tapanuli Tengah,

kemungkinan komposisinya terdiri dari 27 individu ikan

major, 11 individu ikan target dan 1 individu ikan

indikator. Perbandingan ini menurun jika dibandingkan dengan pada waktu pengamatan baseline tahun 2004 dimana perbandingannya adalah 61 : 11 : 1.

(41)

Gambar 15a. Perbandingan kelimpahan antara ikan major,

ikan target dan ikan indikator hasil UVC di lokasi transek permanen di perairan P. Poncan Besar dan P. Poncan Kecil, Kabupaten Tapanuli Ten-gah. # # # TAPIAN NAULI SIBOLGA SELATA SIBOLGA KOTA PONCAN BESAR PONCAN KECIL 1°40' 1°40' 1°41' 1°41' 1°42' 1°42' 1°43' 1°43' 1°44' 1°44' 98°40' 98°40' 98°41' 98°41' 98°42' 98°42' 98°43' 98°43' 98°44' 98°44' 98°45' 98°45' 98°46' 98°46' 98°47' 98°47' Darat Hutan Mangrove Fringing Reef Patch Reef Ikan indikator Ikan major Ikan target Legenda : KOMPOSISI IKAN PER STASIUN LIT DI PONCA N (2007)

U

(42)

Gambar 15b. Perbandingan kelimpahan antara ikan major,

ikan target dan ikan indikator hasil UVC di lokasi transek permanen di perairan Desa Sitardas dan sekitarnya, Kabupaten Tapanuli Tengah.

# # # # SIT ARDAS JAGO JAGO AEK HORS IK 1°32' 1°32' 1°33' 1°33' 1°34' 1°34' 1°35' 1°35' 1°36' 1°36' 98°42' 98°42' 98°43' 98°43' 98°44' 98°44' 98°45' 98°45' 98°46' 98°46' 98°47' 98°47' 98°48' 98°48' 98°49' 98°49' Darat Hu tan M angr ove Fringing Ree f Patc h Re ef Ik an indika tor Ik an m ajo r Ik an targe t Legend a :

KOM POS ISI IKAN P ER S TASIUN L IT DI S IT ARDAS (20 07 )

U

(43)

Gambar 15c. Perbandingan kelimpahan antara ikan major,

ikan target dan ikan indikator hasil UVC di lokasi transek permanent di perairan P. Mansalar dan sekitarnya, Kabupaten Tapanuli Tengah

H a s i l A nal i si s M on it o r i ng I k an K a r an g

Pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2007 (t1) ini, berhasil dila-kukan pengambilan data pada 13 stasiun penelitian yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian ta-hun 2004 (t0).

Rerata jumlah individu ikan per transeknya ber-dasarkan data ke 13 stasiun tersebut yang diamati pada 2004 dan 2007 seperti Tabel 4 di bawah:

# # # # # # P. MAN SALAR 1°33' 1°33' 1°36' 1°36' 1°39' 1°39' 1°42' 1°42' 98°27' 98°27' 98°30' 98°30' 98°33' 98°33' 98°36' 98°36' 98°39' 98°39' 98°42' 98°42' Darat Hu tan Mangr ove Fringing Reef Patch Reef Ik an indikator Ik an majo r Ik an target Legenda : KOMPOSISI IKAN PER STASIUN L IT DI MA NSALA R (2007) U Jalan

(44)

Tabel 4. Rerata jumlah individu ikan per transeknya

ber-dasarkan data ke 6 stasiun tersebut yang diamati pada 2004 dan 2007.

Walaupun terlihat ada kecenderungan penurunan jumlah individu ikan karang per transeknya dari tahun 2004 ke tahun 2007, tetapi penurunannya tidak begitu nyata (signifikan). Hal ini didasarkan dari hasil Analisa variansi (ANOVA=Analysis of Variance) dengan 2 faktor dimana Faktor pertama merupakan Waktu (yaitu tahun 2004 dan 2007) dan Faktor kedua merupakan kelompok ikan karang (yaitu kelompok Major, Target dan Indikator). Sebelum ANOVA dilakukan, data jumlah individu (y) terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam bentuk ln sehingga datanya menjadi y’=ln(y+1). Hal ini dilakukan agar asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melakukan ANOVA terpenuhi. Tabel ANOVA terlihat seperti Tabel 5 di bawah ini:

Jumlah Individu 2 0 04 2 0 07 Ikan Major 725 527 Ikan Target 119 222 Ikan Indikator 12 20 Total 856 769 K a t e g o r i

(45)

Tabel 5. Hasil ANOVA terhadap data jumlah individu ikan

karang. Data ditransformasikan ke dalam bentuk y’=ln (y+1).

Data : ln ( jumlah individu ikan karang+1)

Catatan :*) = Ho bahwa reratanya sama ditolak dengan tingkat kesalahan 5 %

Adanya perbedaan yang nyata terjadi pada antar kelompok ikan karang, dimana berdasarkan uji perbandingan berganda Tukey terlihat bahwa jumlah individu ikan major merupakan yang tertinggi, diikuti oleh ikan target, dan selanjutnya ikan indikator. Hal ini merupakan sesuatu yang umum karena pada daerah terumbu karang, kelompok ikan major lebih dominan jumlahnya dibandingkan kelompok ikan lainnya.

Selain itu, adanya interaksi antara waktu penelitian dengan kelompok ikan karang (Tabel 5), disebabkan oleh adanya penurunan jumlah individu pada kelompok ikan major dari tahun 2004 ke 2007. Hal sebaliknya

Sumber DF SS MS F p Waktu 1 0,984 0,984 1,50 0,225 Kelompok 2 183,583 91,792 139,86 0,000 *) Waktu*Kelompok 2 5,641 2,821 4,30 0,017 *) Sesatan 72 47,253 0,656 Total 77 237,461

(46)

terjadi pada kelompok ikan target dan indikator, dimana terjadi peningkatan jumlah individu dari tahun 2004 ke 2007 (Gambar 16).

Gambar 16. Rerata jumlah individu kelompok ikan karang

ter-hadap waktu penelitian. Data ditransformasi y’=ln (y+1). Waktu R e ra ta j u m la h i n d iv id u /tr a n s e k t1=2007 t0=2004 7 6 5 4 3 2 Kelompok Target Indikator Major

Rerata jml individu kelompok ikan karang terhadap waktu penelitian Transformasi data y=ln(y+1)

(47)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. K

E S IM P U L A N

• Persentase tutupan untuk kategori bentik dan

abiotik berdasarkan pemantauan tahun 2004 (t0) berbeda nyata dengan persentase tutupan hasil pemantauan 2007 (t1). Perbedaan persentase tutupan dari tahun 2004 ke 2007 terjadi hanya untuk kategori pecahan karang (R), Pasir (S), dan Lumpur (SI), sedangkan untuk kategori lainnya tidak berbeda secara nyata.

• Jumlah individu/transek biota megabentos hasil

monoitoring ada perbedaan antara pengamatan tahun 2004 (t1) dan tahun 2007 (t1). Perbedaan yang nyata antara jumlah individu per transeknya untuk megabentos yang diamati pada tahun 2004 dan 2007 terjadi hanya untuk kategori Small Giant clam saja. Pada tahun 2004 rerata kelimpahan Small Giant Clam sebesar 0,92 individu/transek, dan meningkat pada tahun 2007 yaitu sebesar 2,69 individu/transek.

• Dari pemantauan di 13 stasiun transek permanen

dicatat sebanyak 186 jenis ikan karang yang termasuk dalam 31 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 21958 individu per hektarnya.

Jenis Archamia fucata merupakan jenis ikan

karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 4835 individu/ha.

• Pada monitoring kali ini (t-1), terjadi penurunan

jumlah individu pada kelompok ikan major dari tahun 2004 ke 2007. Hal sebaliknya terjadi pada

(48)

kelompok ikan target dan indikator, dimana terjadi peningkatan jumlah individu dari tahun 2004 ke 2007

B. S

A R A N

Dari pengalaman dan hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

• Pengamatan yang dilakukan di perairan Kabupaten

Tapanuli Tengah, hanya diwakili oleh beberapa lokasi yang tersebar sehingga kesimpulan yang diambil mungkin saja tidak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi Kabupaten Tapanuli Tengah secara keseluruhan dan mengingat jumlah stasiun penelitian, terutama untuk stasiun transek permanen sangatlah terbatas (13 stasiun). Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang sangat terbatas. U n t u k i t u s e b a i k n y a j u m l a h s t a s i u n b i s a ditambahkan pada penelitian selanjutnya.

• Dengan meningkatnya kegiatan di darat di sekitar

Kabupaten Tapanuli Tengah, pasti akan membawa pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian kembali di daerah ini sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi sehingga hasilnya bisa dijadikan bahan pertimban-gan bagi para stakeholder dalam mengelola ekosis-tem terumbu karang secara lestari. Selain itu, data hasil pemantauan tersebut juga bisa dipakai seba-gai bahan evaluasi keberhasilan COREMAP.

• Selanjutnya diharapkan personil daerah yang ikut

bertanggung jawab dalam kegiatan ini dapat mela-kukan kegiatan monitoring sendiri di lokasi transek

(49)

permanen, sehingga diperoleh data yang akurat dan berkesinambungan.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Man-u a l fo r Tr o pi c a l Ma r i n e R es o Man-u rc es . Se c on d ed i t i on. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 p.

Long, B.G. ; G. Andrew; Y.G. Wang and Suharsono, 2004. Sampling accuracy of reef resource inventory tech-nique. Coral Reefs: 1-17.

Pielou, E.C. 1966. The measurement of diversity in differ-ent types of biological collections. J. Theoret. Biol. 13: 131-144.

Shannon, C.E. 1948. A mathematical theory of communica-tion. Bell System Tech. J. 27: 379-423, 623-656.

Warwick, R.M. and K.R. Clarke, 2001. Change in marine communities: an approach to stasistical analysis and

interpretation, 2n d edition. PRIMER-E:Plymouth.

Zar, J. H., 1996. Biostatistical Analysis. Second edition. Prentice-Hall Int. Inc. New Jersey: 662 p.

(51)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Posisi transek permanen di perairan Jago-jago dan

Sitardas, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara

NO. STASIUN LONG. LAT. LOKASI

1 TPTL 01 98.75161 1.733750 Sibolga 2 TPTL 02 98.75845 1.709800 Sibolga 3 TPTL 03 98.77081 1.711380 Sibolga 4 TPTL 04 98.77037 1.577290 Sibolga 5 TPTL 05 98.71275 1.580040 Sibolga 6 TPTL 06 98.71972 1.549500 Sibolga 7 TPTL 07 98.74054 1.560230 Sibolga 8 TPTL 08 98.58355 1.578620 Sibolga 9 TPTL 09 98.61243 1.576950 Sibolga 10 TPTL 10 98.59658 1.640500 Sibolga 11 TPTL 11 98.56925 1.671430 Sibolga 12 TPTL 12 98.51383 1.653230 Sibolga 13 TPTL 13 98.48065 1.703120 Sibolga

(52)

Lampiran 2. Jenis-jenis karang batu yang dijumpai di perairan

Jago-jago dan Sitardas, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara NO. SUKU TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L TPT L JENIS 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 I ACROPORIDAE 1 Acropora brueggemani - - + - - - + - - - + - + 2 Acropora divaricata - - - + - - - 3 Acropora echinata - - - - + - - - 4 Acropora formosa - + - - - 5 Acropora hyacinthus - - - + - - - 6 Acropora nasuta - + - - - + 7 Acropora nobilis - - - + - - - 8 Acropora palifera - - - + - - + - + 9 Acropora rudis - - - + - - - 10 Acropora tenuis - - - + - - - 11 Acropora teres - - - + - - 12 Astreopora gracilis - - - - + - - - 13 Astreopora myriophthalma + - - - + - - - 14 Astreopora sp. - - - + - - - 15 Montipora danae - - - + - - - 16 Montipora aequituber-culata - - - + 17 Montipora digitata - - - + - - - 18 Montipora capricornis - - - + - - - + - + 19 Montipora foliosa - - - + - - - - + + + 20 Montipora grisea - + - + + + - - - 21 Montipora hispida - - - + - - + - + - + 22 Montipora informis - + + - - + - - + - - - + 23 Montipora sp. - - - + - - - + 24 Montipora turgescens - - - + - - - + 25 Montipora venosa - - - + - - - + - - + II AGARICIIDAE - - - 26 Coeloseris mayeri - + + + - + - - - - + - + 27 Leptoseris myceto-seroides - - - + - - - 28 Pachyseris speciosa - - - + - - - + + + 29 Pavona cactus - - - + - - - 30 Pavona clavus - - - + - - - 31 Pavona decussata - - - + - - + - + - 32 Pavona varians + - + - - + - - + - + - + 33 Pavona venosa - - + - - + - - - III ASTROCOENIIDAE - - - 34 Stylocoeniella armata - - + - - - + IV CARYOPHYLLIDAE - - - 35 Euphyllia glabrescens - + - + - + + - - + + + + 36 Physogyra lichtensteini - - - + - - - - + - 37 Plerogyra sinuosa - - - + - - - + + + -

(53)

Lampiran 2. (Lanjutan) V DENDROPHYLLIIDAE - - - 38 Dendrophyllia sp. - - - + 39 Turbinaria frondens - - - + + - - 40 Turbinaria sp. - - - + - - - VI FAVIIDAE - - - 41 Barabattoia amicorum - - - + - - + - - - 42 Cyphastrea chalcidicum + + - + + + - + + - - - + 43 Cyphastrea serailia + + + - - + - - + - + - - 44 Echinopora lamellosa - - - + - - + - - - + + + 45 Echinopora mammi-formis + + + - - + + - - - + - - 46 Favia matthaii - - - + - - - + - - - 47 Favia maxima + + + - + - - - 48 Favia pallida + - - + + - + - - - + 49 Favia rotumana - - + + - - - + - - 50 Favia rotundata + + + + + - + - - - + - + 51 Favia speciosa + - + + - - - + - - + - - 52 Favia stelligera - - - - + - - - + - - - - 53 Favites flexuosa - + - + + + + - + - - - + 54 Favites pentagona + + - + - + - - - - + 55 Favites sp. - - - + - + + - - - + 56 Goniastrea edwardsi - - - + - - + - - + - - + 57 Goniastrea favulus + + + + + + - - - + + - + 58 Goniastrea pectinata - - - + - + + + - - + - - 59 Goniastrea retiformis - + + + - + + - - - 60 Leptastrea purpurea - - - + - - + - - - 61 Leptastrea transversa - - + + - + + + - - + - - 62 Platygyra daedalea - - - + 63 Platygyra lamellina - - - - + - + - - - 64 Platygyra pini - - + + + - - - VII FUNGIIDAE - - - 65 Ctenactis echinata - - - + - 66 Fungia concinna - + - - - + + - - - + - + 67 Fungia fungites - - - + - - 68 Fungia horrida - + + - - - 69 Fungia paumotensis - + - - - 70 Fungia repanda - + - - - + + - - - + - - 71 Fungia sp. - - - + - - - 72 Herpolitha limax - + - - - - + - - + - - + VIII HELIOPORIDAE - - -

(54)

Lampiran 2. (Lanjutan) IX MERULINIDAE - - - 74 Hydnophora micro-conos - - - + - - - + 75 Hydnophora rigida - - - + + - - 76 Hydnophora exesa + + - - + - - - 77 Hydnophora micro-conos - - - - + - - - 78 Hydnophora pilosa - - - + - - - - 79 Hydnophora rigida + - - - + - - - 80 Merulina ampliata + + + - - - + - - + - - + 81 Merulina scabricula + + - + - - + - - - + - - X MUSSIDAE - - - 82 Acanthastrea echinata - - - + - - - 83 Symphyllia radians - - - - + - - - + - - - - 84 Symphyllia recta - - - - + - + - - - XI OCULINIDAE - - - 85 Galaxea astreata - - - + - - - + + + - 86 Galaxea fascicularis - + + + - + - - - + XII PECTINIDAE - - - 87 Mycedium elephantotus - - - + - - - 88 Oxypora glabra - - - + - - - + 89 Oxypora lacera - - - + - 90 Pectinia alcicornis - - - + - - + - - + + - - 91 Pectinia paeonia - - - + - - - 92 Pectinia teres - - - + - - + - - - - - - XIII POCILLOPORIDAE - - - 93 Pocillopora damicornis + + + + - + - + - - + - - 94 Seriatopora hystrix - + - - - - + - - - + + + 95 Stylophora pistillata - + - + - + + - - - + - - XIV PORITIDAE - - - 96 Goniopora columna - + - - - - + - + - - 97 Goniopora lobata - - - + 98 Porites annae - - - + - - - + 99 Porites cylindrica - + - - + - + - - + + + + 100 Porites lichen + + + - - + + + + + + - + 101 Porites lobata - - - + - + + - - - + - - 102 Porites lutea + + + + + + + + + + + - +

(55)

Lampiran 2. Lanjutan Keterangan : + = ditemukan - = tidak ditemukan 103 Porites nigrescens - - - + - - + + - + 104 Porites rugosa - - - + + - - 105 Porites rus - + - + - + + - - + + - + 106 Porites solida - - - + - - - 107 Porites sp. - - - + XV SIDERASTREIDAE - - - 108 Psammocora contigua - - - - + - - - + + XVI TUBIPORIDAE - - - 109 Tubipora musica - - - + - - -

(56)

Lampiran 3 . Jenis-jen is ikan karang yang diju mpai di per airan

Jago-jago dan Sitardas, Kab

upaten

Tapanuli Te

ngah, Provinsi Sumatera Utara

NO. SUKU TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL TPTL GRUP JENI S 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 I A C A N T HURI D A E 1 Acan thuru s barien s + - - - + - - - - - - - - Target 2 Acan thuru s dussu mieri - - - - - - - - - - - + - Target 3 Acan thuru s gramop tilu s - - - - - - - - - - - + - Target 4 Acan thuru s nigri c a n s - - - - + - - - - - + - - Target 5 Ctenoch aetu s stria tus - - - - - - - - - - - - + Major 6 N a so li tura tu s - - - - - - - - - - + - + Target II A L U T ER ID A E 7 A lu te rus sc ri pt us - - - - - - - - - - + - - Major III A P OGONIDA E 8 Apogon a u reu s + - - - - - - - - - - - - Major 9 Apogon compre ssu s - - + - - - - + - + + + - Major 10 Apogon ma crodo n + - + - - - - + - + + + - Major 11 Apogon q uenquelin eata + - + - - - + + - + + + + Major 12 Apogon trima c ula tu s - - - - - - - + - - - - - Major 13 Archamia fuca ta + - - - - - + + - - - + + Major 14 Archamia z oaterophora - - - - - - + - - - - - - Major IV BA L IST ID A E 15 Balistapu s u ndula tu s - - - + - - + - + - - + + Major 16 Balis te s viride s c en + + + - + + - - - + - - + Major 17 Sufflamen b u rsa - - - - + - - - - - - - - Major 18 Sufflamen chr y sopterus - - - - + + - - + - - - - Major

(57)

. (Lanjutan) ESIONIDA E 19 Caesio caer ulaurea - - - - - - - - + - - - - Target 20 Caesio coer ulea - - - - + - - - - - - - - Target 21 Caesio cuni ng - + - - - - - - - - - - - Target 22 Caesio tere s + + + + + + + - - + - + + Target 23 Caesio tile - - + + - - + - - - - - - Target 24 Caesio xan thono ta + - - - - - - - - - - - - Target 25 Ptero c ae sio pisang + - + - - - - - - - - - - Target 26 Ptero c ae sio tile - + - - + + - + - - - - - Target 27 Ptero c ae sio tril inea ta - - - - - - - + + + - - - Target R A NGID A E 28 Carangoides firdau - - - - - - + - - - - - - Target 29 Caranx melampy g u s - - - - - - - - - - - + - Target I CENTRI SCI D A E 30 Aeolis cu s s triga tus + + + - - - - - - - - + - Major II CH A E TODONTI D A E 31 Chaetodon barone sa - + - + + - + + - - + + + Indi ca to r 32 Chaetodon collare + + + + + + + - - - + - - Indi ca to r 33 Chaetodon lineola tus - - - - - - - - - + - - - Indi cato r 34 Chaetodon melano tus - - - + - - - + - + + - - Indi cato r 35 Chaetodon ra ffle s ii - - - - - - - + - - - + + Indi cato r 36 Chaetodon tr ifa s cia lis - + - + + - + - - - - - - Indi cato r 37 Chaetodon tr ifa s cia tus - - - + + - + + - + - - + Indi cato r 38 Chaetodon vagabu ndus - + - + + - - + - - - - + Indi cato r 39 Heniochu s a c umin atus + - - + - - - - - + + + - Indi cato r 40 Heniochu s chr y sop oecilu s - + - + - - - - - - - - - Indi cato r

(58)

Lampiran 3 . (Lanjutan) 41 Heniochu s mon o ce ros + + + + - + + - - + + + + Indi ca to r 42 Heniochu s variu s + + - + + - + - - + + + + Indi ca to r IX DA SY A T ID A E 43 Taeniura l y mma + - - - - - - + - - - + + Target - - - - - - - - - - - X FISTUL A R IIDA E - - - - - - - - - - - 44 Fistula ria filo sa - - - + - - - - - - - + + Major XI HA EM ULIDA E 45 Plectorhin chu s cha e todon toide s + + + + - - - - - + + + + Target 46 Plectorhin chu s gold m ani - - - - + - - - - - - Target 47 Plect o rhinc h us pictus + - + + - - - - - - + + + Target 48 Plectorhin chu s picu s + - - + - - - - - - - Target - - - - - - - - - - - XI I HOLOCENTRI D A E - - - - - - - - - - - 49 Ho lo c e nt ro n r u b rum + + + + + - - + - - - - + Target 50 Sargoce n tro n caudi macula tus - + - - + - - - - - - Target XIII KYPHOSIDA E 51 Kypho su s vaigie nsi s - - - - - - - + - - + - - Target XIV L A BRID A E 52 Bodianu s me sothor ax - + - - + + + + - + + + + Major 53 Cheilinus chloruru s + + - + - + + + + + + + + Target 54 Cheilinus diagram mus - - - + - - + - - - - - + Target 55 Cheilinus fa scia tus + + + + + - + + + + + + + Target 56 Cheilinus o x ycepha lus - - - - - - - - - - - Target

(59)

. (Lanjutan) 57 Cheilinus tr iloba tus - - - - - - + + + Target 58 Cheilinus undula tu s - - - + - - - - + - - - + Target 59 Epibulus in sidia tor - + + + + + + + + - + + - Major 60 Halichoere s argu s + + + - + + + + - - + + + Major 61 Halichoere s batuen sis - - - - + - - - + - + - + Major 62 Halichoere s ch rysu s - - - - + - - - - Major 63 Halichoere s hor tula nus - + - + + + + + + - + + + Major 64 Halichoere s margin atus + + - + - - + - - + - - + Major 65 Halichoere s melan u rus + + + + - - - - Major 66 Halichoere s orna tissimus + + - - - + - - - + Major 67 Halichoere s scapul aris - - - - + - - - + + - - - Major 68 Hemigy mnus fasc iat u s - - - - - - - + - - - - + Target 69 Hemigymnus mela pteru s - - - + - + + + - + + + + Target 70 Labrich th y s unili ne atus - - - + + + - - - - + + + Major 71 Labroide s bi colo r - - - - - - - + - - - - - Major 72 Labroide s dimidi atu s - + - + + + - + - - + + + Major 73 Stethojuli s b andan ensi s - - - - + + - + + - + - - Major 74 Stethojuli s strigi ven ter - - - - + - - - - Major 75 Thalassoma lun a re + - - + - + + + + - + + + Major 76 Thalassoma lu te scens - - - - + + - - - - - - - Major NI D A E 77 Lethrinu s eri throp te rus - - - + - - - + - + Target 78 Lethrinu s hara k - - + - - - - - + Target 79 Lethrinu s len tjan - - + - - - - - - Target 80 Lethrinu s orna tu s - - + + - - - + - + Target LUTJ A N ID A E 81 Lutjanu s bigu tta tu s - + - + - - - + - - + + + Target

(60)

Lampiran 3 . (Lanjutan) 82 Lutjanu s bohar - - - + - - + - - - Target 83 Lutjanu s car pono ta tus - - + - - - - - - - Target 84 Lutjanu s decussa tu s + + - + + + + + - + + + + Target 85 Lutjanu s ful v if lamma + - + + - - - + - + - + - Target 86 Lutjanu s ful v u s + - + + - - - - - - + + - Target 87 Lutjanu s gibbu s + - - + - - - - - - - + - Target 88 Lutjanu s johnii + - - - - - - Target 89 Lutjanu s russeli - - - - - - - - + + Target 90 Lutjanu s vi tta + - - - - - + - - - Target 91 M a color m a cul a tu s - - - - - - - - + - Target 92 M a color niger - - - - - - - - + + Target XVII MONA C A NTHID A E 93 M onacanthu s sp . - - - - - - - + Major 94 Parupeneu s barber inus + - + + + - + - + - - - - Target 95 Parupeneu s cyclostomus - + + + - - - - - - Target 96 Parupeneu s indicu s - + - - - - - - Target 97 Upeneus tra gula + + - - - - + - - - - Target XVIII PE M P HER IDA E 98 Pempheris vani cole nsi s + + + + - + + + - + - - + Major - - - - - - - XIX PLA T A C ID A E - - - - - - - 99 P la tax or b icu la ri s + - - - - - - Target - - - - - - - XX PLOTOSIDA E - - - - - - - 100 Ploto s u s ang uilari s + - - - - - - Target - - - - - - - XXI PO M A C A NTHID A E - - - - - - - 101 Centrop y ge eibli - + + - + - - - - - + Major 102 Centrop y ge vrol icki - + + + + - - + + - - - + Major

Gambar

Gambar 1.   Peta lokasi penelitian di Kabupaten Tapanuli Ten- Ten-gah,  Sumatera Utara
Gambar 2.  Histogram persentase tutupan kategori biota dan sub- sub-strat hasil baseline (t-0)dengan metode LIT tahun  2004, di masing-masing stasiun transek permanen  di Kabupaten Tapanuli Tengah
Gambar 3. Histogram persentase tutupan kategori biota dan  substrat hasil monitoring (t-1) dengan metode LIT  tahun 2007, di masing-masing stasiun transek  permanen di  Kabupaten Tapanuli Tengah
Gambar 4.   Posisi stasiun transek permanen untuk karang,  megabentos dan ikan karang di perairan sekitar  P
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengolah Kata Spreadsheet Basis Data Presentasi Grafis Pencatatan Personal information manager Peranti Lunak Bisnis untuk PDA Kumpulan peranti lunak Manajemen Proyek

sedangkan jumlah mahasiswa kurang lebih 1000 mahasiswa. Jika akumulasi buku wajib yang di sediakan di perpustakaan seharusnya 1 : 8 buku per judul x 35 judul buku wajib

Karakteristik khusus gender bI, di antaranya (1) gender ditandai secara fonemis, morfemis, dan leksikal; (2) secara umum, penanda gender ini adalah penanda yang

Dibutuhkan peran pemerintah untuk mewajibkan dan memudahkan penyelenggaraan materi dan praktek yang berkaitan dengan usaha membangun karakter bisnis melalui

Variabel Dominan yang mempengaruhi waktu tunggu kapal ditunjukkan pada metode stepwise dari regresi yang menyebutkan untuk kapal General Cargo yang dominan yang

Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Dan Kinerja (Studi Pada Karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK Malang).. Jurnal Administrasi Bisnis

Hasil penelitian pada minggu ke-3 pada semua perlakuan mengandung lebih banyak jenis bakteri dibandingkan penelitian sebelumnya yang hanya mengandung 2 jenis

Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari laporan keuangan Harris Hotel Kelapa Gading, dengan melihat presentase laba selama tahun 2017 pada Harris Hotel