• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG EKONOMI KREATIF PADA SENTRA KESENIAN TRADISIONAL BETAWI DI SRENGSENG SAWAH, JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RUANG EKONOMI KREATIF PADA SENTRA KESENIAN TRADISIONAL BETAWI DI SRENGSENG SAWAH, JAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RUANG EKONOMI KREATIF PADA

SENTRA KESENIAN TRADISIONAL

BETAWI DI SRENGSENG SAWAH,

JAKARTA

Tegar Prabasaki, Nina Nurdiani, Renhata Katili

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, BINUS University, tegar.prabasaki@gmail.com

ABSTRACT

An increase in arts and culture is one way to advance regional economy .To support the development of arts and culture, there is needed spaces to support art activity or regional art exhibition.The condition of betawi cultural village at present increasing in the numbers of artistry. But Betawi cultural village do not have adequate space in order to provide employment and to improve economic conditions of the community and also create a creative economy that can improve economic conditions in betawi cultural village in srengseng sawah. In addition to introduce Betawi traditional arts, it needed space supporting space activities and space culture of Betawi traditional arts. So betawi traditional arts centre and space of the creative economy becomes an important part in the city's environment, as a green public space in the city, as a means of introduction and the preservation of the arts and culture of betawi. (TP)

Keywords : Traditional Art centre, Betawi, creative Economic

ABSTRAK

Peningkatan Kesenian dan Kebudayaan merupakan salah satu cara untuk memajukan perekonomian daerah. Untuk mendukung perkembangan seni dan budaya diperlukan tempat-tempat yang memadai dan menunjang untuk kegiatan ataupun pameran kesenian daerah. Kondisi Perkampungan Budaya Betawi saat ini mengalami peningkatan dalam hal wisata. Akan tetapi kegiatan Kesenian di Perkampungan Budaya Betawi belum memiliki ruang yang memadai dalam rangka menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menciptakan Ruang Ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan perekonomian di Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah. Selain itu untuk mengenalkan kesenian tradisional Betawi kepada masyarakat perlu adanya ruang ruang penunjang kegiatan Kebudayaan maupun ruang hasil kesenian adat Betawi. Sehingga Sentra kesenian Tradisional Betawi dan Ruang Ekonomi Kreatifnya menjadi bagian penting didalam lingkungan kota, sebagai ruang publik hijau kota, sebagai sarana pengenalan dan pelestarian kesenian dan kebudayaan Betawi. (TP)

Kata Kunci : Sentra Kesenian Tradisioal, Betawi, Ekonomi Kreatif

PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa,Presiden RI telah mengeluarkan interuksi presiden no.6 tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif tahun 2009-2015.Untuk itu dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan diperlukan pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah, pengembangan ekonomi kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri-industri kreatif di tanah air.

(2)

Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Akan tetapi Departemen Perdagangan RI (2008) mengidentifikasi setidaknya ada 14 (empat belas) sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu (periklanan, arsitektur, pasar barang seni , kerajinan, desain, fasion, film video dan fotografi, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan peranti lunak, radio dan televisi). Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia (SDM).

Obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan salah satu kawasan wisata yang menerapkan kemitraan dalam pengembangannya. Perkampungan ini menampilkan suatu kawasan yang dihuni oleh komunitas Betawi untuk mempertahankan keaslian nilai-nilai, norma dan budaya serta membina dan melindungi kelestarian budaya Betawi secara terencana.

Hingga saat ini lahan yang telah dibangun di perkampungan Budaya Betawi kurang lebih 4000m2 dari total luasan 289 hektar. Pembangunan fasilitas yang dilakukan diantaranya adalah (tabel 1 dan gambar 1).

Tabel 1 Tabel Fasilitas Bangunan di Perkampungan Budaya Betawi

no Jenis bangunan Luas m²

1 Panggung teater terbuka ± 355 m²

2 Plaza -

3 Kantor Pengelola ± 164 m²

4 Prototype Rumah Tradisional Betawi ± 165 m²

5 Wisma Betawi ± 160 m²

6 Gallery ± 165 m²

7 Tempat Parkir ± 100 m²

8 Toilet -

9 Musholla -

10 Loket Sepeda Air -

(3)

Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah DKI Jakarta tentang ruang terbuka hijau dalam rangka penataan Perkampungan Budaya Betawi, telah terbit keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khuus Ibukota Jakarta Nomor : 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Diharapkan nantinya kawasan Srengseng Sawah dapat menjadi tempat untuk memperlihatkan/mempertontonkan kesenian Betawi.

Bertitik tolak dari permasalahan yang ada sudah diuraikan diatas yaitu untuk melestarikan kesenian Betawi maka dibutuhkan suatu ruang untuk menunjang kegiatan kesenian dan juga ruang untuk kegiatan industri kreatif untuk meningkatkan perekonomian di Perkampungan Budaya Betawi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam studi atau penelitian ini adalah kualitatif dan deskriptif Jenis data yang diperlukan antara lain:

1.Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer yaitu: sumber asli yang memuat informasi/data tersebut.

2.Studi Sekunder

Data sekunder didapat dari Studi literature,Artinya pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen resmi yang dapat diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang ada terutama berkenaan dengan arsip-arsip laporan, buku literatur, internet dan lain-lain yang menunjang atau berupa catatan tertulis tentang kesenian tradisional betawi.

Dalam melakukan penelitian terdapat 2 metode yang akan digunakan, antara lainsebagai berikut: 1.Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti ini adalah observasi langsung yaitu peneliti mengadakan pengamatan tentang lingkungan dan kegiatan ekonomi kreaif di Perkampungan Buaya Betawi. Metode observasi bertujuan untuk mendapatkan data selengkapnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Observasi dilakukan pada sumber utama yaitu kesenian tradisional betawi b. Observasi dilakukan dengan sikap jujur dan se-objektif mungkin

c. Data yang tampak segera peneliti catat dalam lembar pengamatan yang telah peneliti siapkan. d. Observasi penelitian dilakukan secara berurutan sesuai dengan tahapan observasi.

e. Untuk memperoleh data-data visual sebagai bukti dari data yang diteliti. 2. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka, yang dimaksudkan untuk memperoleh data data mengenai perkembangan perekonomian kampung betawi di srengseng sawah.Jakarta Selatan.

HASIL DAN BAHASAN

Setu Babakan dengan luas area 289 hektar berada di kawasan yangditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar budaya di Perkampungan BudayaBetawi Setu Babakan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata sebagai kawasan wisata di perkampungan Budaya Betawi. Aktifitas yang berlangsung adalah perpaduan antara warga sebagai pelaku kesenian dan pengunjung. Pemerintah DKI Jakarta sedang menjalankan proyek pembangunan kawasan kampung betawi sebagai sarana pariwisata atas dasar SK Gubernur no.9 tahun 2000, sejak tahun penetapan ini pemerintah dan masyarakat mulai merintis dan mengembangkan kampung tersebut sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.akan tetapi hingga saat ini baru beberapa bangunan yang berdiri.

Menurut Smith (Abdul Hakim, 2000;64) mengatakan bahwa variabel penentu proses produksi suatu negara dalam menghasilkan output total ada tiga, yaitu :

1) sumber daya alam yang tersedia (masih diujudkan sebagai faktor produksi ‘tanah’) 2) sumber daya manusia (jumlah penduduk), dan

3) stok barang kapital yang ada.

Menurutnya sumber daya alam yang tersedia merupakan bahan baku utama dari kegiatan produksi suatu perekonomian dan jumlahnya terbatas.

(4)

Dan adapun potensi yang dapat dikembangkan dalam Sentra Kesenian Tradisional Betawi di Srengseng Sawah seperti pada peta gambar dibawah ini, yaitu kegiatan kuliner, wisata fisotek, kantor pengelola, panggung tari, mushola, dan area membatik (gambar 2)

Gambar 2 peta potensi yang dapat dikembangkan di Area Perkampungan Betawi.

Kerajinan seni Budaya Betawi dapat lebih dikembangkan dengan memanfaatkan dan meningkatkan sumberdaya manusia yang tinggal di Perkampungan Budaya Betawi untuk meningkatkan Ekonomi daerah. Salah satu kerajinan yang terdapat di Perkampungan Budaya Betawi adalah kegiatan Membatik. Kondisi saat ini sudah terdapat sebuah ruang kerajinan Membatik di Perkampungan Budaya Betawi. Guna untuk mengenalkan kesenian Tradisional batik maka kegiatan membatik akan di tambahkan ke dalam Sentra Kesenian Tradisional Betawi (gambar 3).

Gambar 3 Kegiatan Ekonomi Kreatif Membatik di Setu Babakan

Ada 2 jenis membatik yang terdapat di Perkampungan Budaya Betawi, yaitu Batik cetak dan Batik tulis atau manual (gambar 4,5,dan 6).

(5)

Gambar 4 Kegiatan Ekonomi Kreatif Membatik cetak di Setu Babakan

Gambar 5 proses Pembuatan Batik Cetak

Gambar 6 Hasil pembuatan Batik setelah pewarnaan

Selain proses membatik terdapat juga kesenian Kerajinan Tangan seperti topeng dan soufenir, kesenian ini juga dapat dikembangkan sebagai upaya peningkatan Perekonomian daerah Perkampungan Budaya Betawi dan di terapkan pada Sentra Kesenian Tradisional Betawi (gambar 7 dan 8).

(6)

Gambar 7 hasil kerajinan tangan khas Betawi Setu Babakan

Gambar 8 hasil kerajinan tangan khas Betawi

Adapun potensi yang ada pada kawasan ini dapat dijadikan konsep untuk memperkuat rantai produksi dengan morelokasikan ke tempat kawasan wisata yang dilewati oleh pengunjung. Maka pada perancangan sentra kesenian betawi akan di terapkan konsep sharpley yaitu membentuk rantai produksi yang dapat menciptakan trianggulasi yang seimbang antara tujuan wisata dan habitat disekitarnya yang mendukung satu sama lain (gambar 9).

Gambar 9 Diagram Kesinambungan antara Habitat, Tujuan Wisata, dan Industri pariwisata Dengan bukunya M .Togar Simatupang (2008). yang berjudul Analisis Kebijakan Pengembangan

Industri Kreatif Kota Bandung, volume 8 menjelaskan bahwa industri kreatif perlu dikembangkan

demi menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup manusia dan dapat juga memberikan sumberdaya manusia yang berbasis pengetahuan dan kreatifitas, sehingga dengan adanya ekonomi kreatif maka kemajuan daerah dapat dipastikan,

Dalam upaya peningkatan perekonomian daerah hendaknya tidak membunuh habitat aslinya dengan memindahkan begitu saja potensi yang ada, hendaknya kita tetap memikirkan untuk tetap berkesinambungan antara Sentra Kesenian Tradisional Betawi dengan Habitat Perkampungan Betawi,

(7)

maka untuk mencapai titik tersebut Fungsi Sentra kesenian Tradisional Betawi hanya sebagai Etalase sebagian kegiatan Ekonomi Kreatif yang terdapat di Perkampungan Betawi. dengan kata lain pengunjung yang hendak melihat habitat aslinya tetap bisa mendatangi lokasi tersebut, dan untuk memfasilitasi pengunjung yang menginginkan inspeksi ke habitat aslinya perlu diberikan fasilitas yang juga merupakan cirri khas betawi seperti Delman ataupun Sepeda.

Dan kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see,

something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985). Sehingga dalam sebuah kawasan wisata

pengunjung tidak hanya melihat membeli, tetapi juga dapat merasakan proses pembuatanya dengan tangan sendiri, hal ini dapat menciptakan memorabilia tersendiri pada sebuah kawasan wisata Dengan potensi-potensi yang ada di Perkampungan Betawi, dan setelah melakukan analisa tentang potensi didalam kawasan Perkampungan Betawi maka dipilih dua potensi yaitu Membatik dan Kerajinan Tangan, sehingga 3 faktor kegiatan wisata dapat terpenuhi (tabel 2).

Tabel 2 Konsep Pengembangan Potensi Setu Babakan

no Kriteria Yoeti Potensi yang akan dikembangkan

1 Something to see - kawasan wisata(semua aspek wisata di sentra kesenian tradisional)

- Kesenian tradisional (kerajinan tangan, batik, arsitektur betawi)

2 Something to do - Membatik

- Membuat kerajinan tangan 3 Something to buy - Hasil kerajinan tangan sendiri

- Hasil membatik sendiri

- Kesenian tradisional batik dan kerajinan tangan

Dalam Studi Sentra Kesenian Tradisional Betawi perlu adanya studi luasan dan kebutuhan ruang untuk menunjang Ruang Ekonomi Kreatif (tabel 3).

Tabel 3 Tabel Kebutuhan dan Luasan Ruang

No Ruang kegiatan kapasitas standar Luas m2

1 Space area parkir

parkir 45 mobil pribadi 5 mobil bis 100 motor 5 mobil staff 2 Loket dan sarana informasi Menaga loket Beli tiket 2 orang staff 30 orang pengunjung 2-3m2/orang 0.96m2/orang 4 m2 30 m2 3 Ruang ganti staff

Ganti baju 15 orang 2-3m2/orang 30 m2 4 Ruang galeri

batik

pameran 80 orang 0.96m2/orang 77 m2 + 20% = 92.5 m2 5 Ruang

pembuatan batik staff

Membuat batik 12 orang 2-3m2/orang 35 m2 + 20% = 42 m2

(8)

6 Ruang pembuatan batik pengunjung

Membuat batik 15 orang 6-8m2/orang 110 m2 + 20% = 130 m2

7 Gudang batik Menyimpan barang 2 orang 2-3 m2/orang 4m 2 + 20% = 5 m2 8 Ruang pembuatan kerajinan tangan

Membuat karya 15 orang 2-3m2/orang 30 m2 + 20% = 100 m2

9 Galeri kesenian

pameran 100 orang 2-3m2/orang 76.8 m2+20% = 260 m2 10 Gudang penyimpanan bahan Menyimpan barang 2 orang 2-3 m2/orang 4m 2 + 20% = 5 m2 11 Ruang pelatihan pembuatan kerajinan tangan pengunjung

Membuat batik 15 orang 6-8 m2 /orang 110 m2 + 20% = 130 m2 12 Ruang administrasi Ruang rapat Ruang pimpinan mengelola 3 orang 4 - 6 orang 1 orang 6-8 m2 /orang 2-3 m2 /orang 6-8 m2 /orang 18 m2 8 m2 6 m2 Total : 32 m2

Setelah mebuat Organisasi ruang, perlu adanya penzoningan, Zoning terbentuk berdasarkan teori Yoeti Somtething To Buy yaitu fungsi yang harus ada dalam satu kawasan wisata, dan didukung dengan teori sharpley yaitu kebutuhan sebuah outlet pada tempat wisata sehingga letak area membatik dan kerajinan tangan dapat diletakan di area yang memiliki potensi untuk menarik perhatian pengunjung, yaitu area yang dilalui oleh pengunjung. Dari analisa tersebut maka terciptalah Zoning seperti gambar (gambar 10).

(9)

Gambar 10 Zoning Sentra Kesenian Tradisional Betawi

Setelah itu perlu menentukan pola pada Masterplan Sentra Kesenian Tradisional Betawi. Pola bangunan terbentuk berdasarkan pola pada bangunan eksisting yang dimana bentuk pola pada bangunan museum dan rumah percontohan Yang berorientasikan kepada plaza di tengahnya sehingga membentuk pola cluster.

Sehingga pada proyek Sentra Kesenian Tradisional Betawi akan menyesuaikan bentuk pada banguna eksisting dengan menerapkan pola yang sama, yaitu pola Cluster (gambar 11 dan 12).

(10)

Gambar 12 Pola cluster pada Sentra Kesenian Tadisional Betawi

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam konteks kepariwisataan yang berkaitan dengan kesenian dan kerajinan tangan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau studio.Bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif dan ruang tersebut harus dihubungkan dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi model linkage tersebut adalah penetapan lokasi outlet yang harus diusahakan berada di tempat strategis dan dekat dengan tempat wisata. Sehingga tercipta trianggulasi yang seimbang antara Habitat asli Perkampungan Betawi dengan kawasan wisata dan Indutri wisata itu sendiri

Berdasarkan teori Yoeti dengan mengaplikasikan potensi-potensi yang ada di Perkampungan Betawi kedalam Sentra Kesenian Tradisional Betawi. sehingga pengunjung tidak hanya melihat proses pembuatan dan membeli produk kesenian tetapi juga dapat merasakan langsung pembuatan Kesenian Tradisional Betawi itu sendiri

Oleh karena itu Konsep Sentra Kesenian Tradisional Betawi diharapkan dapat menunjang fasilitas dan sarana untuk manunjukan kepada masyarakat tentang kesenian dan kebudayaan asli Betawi, tujuan sebagai berikut: menjadi bagian penting didalam lingkungan kota, sebagai ruang publik hijau kota, sebagai sarana pengenalan kesenian dan kebudayaan asli Indonesia kepada masyarakat domestik maupun mancanegara.

REFERENSI

Evans, Graeme L (2009). From Cultural Quarters to Creative Clusters –Creative Spaces in The New

City Economy. (12 januari 2015) http://bura.brunel.ac.uk/handle/2438/6475/

Farida.Meutia.(2009). Membangun Ketahanan Bangasa Melalui Kesenian. Departemen Antropologi FISIP-UI. (12 januari 2015) http://old.bappenas.go.id/get-file-server/node/8516/

Simatupang, M, Togar. (2008). Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif Kota Bandung,

Journal Of Manajemen Teknologi, Volume 8, (1), 1-5

Sharpley, Richard. (2000). Exploring The Theoretical Divide. Journal Of Tourism And Sustainable

(11)

Vanolo, Alberto. (2010). The Case Of Christiania. Journal Of Alternative Capitalism And Creative

Economy. Volume 3, 1785-1798.

Victoria, L,Geberich. (2005). An Evaluation Of Sustainable American Indian Tourism . Journal Of

Advanced In Tourism Research, Volume 7, 75-86.

RIWAYAT PENULIS

Tegar Prabasaki lahir di kota Kebumen pada tanggal 2 Juli 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.

Gambar

Gambar 1 Bangunan Eksisting November 2014
Gambar 2 peta potensi yang dapat dikembangkan di Area Perkampungan Betawi.
Gambar 4 Kegiatan Ekonomi Kreatif Membatik cetak di Setu Babakan
Gambar 7 hasil kerajinan tangan khas Betawi Setu Babakan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan definisi kebudayaan, terutama pada pertanyaan tentang kehamilan merupakan proses alamiah sebagai kodratnya sebagai perempuan,

Proses pengiriman data absensi ke server memanfaatkan fasilitas koneksi internet melalui LAN, tapi apabila dalam proses pengiriman data terdapat gangguan koneksi internet maka

Orang yang datang tersebut diperbolehkan juga masuk ke dalam serambi masjid tetapi harus terlebih dahulu membaca dua kalimat syahadat. Membaca kalimat syahadat

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran penulisan karya ilmiah seseuai dengan rencana yang telah di bahas pada fase

Faktor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar dengan mengenal dan memahami bahwa individu adalah unik dengan gaya belajar yang berbeda satu dengan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data dan dokumen-dokumen yang

Berangkat dari uraian yang telah penulis ketengahkan diatas penulis memilih judul rencana aksi perubahan adalah Pengelolaan Dokumen Kepegawaian Yang Efektif dan Efisien

Dari berbagai uraian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) pelaksanaan penelitian agama ialah untuk melukiskan salah satu kelompok