• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PENGESAHAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PENGESAHAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN PURWOREJO"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pada Hari Senin, tanggal 13 Desember 2010

Telah disetujui dan disahkan Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo 2010-2014

Oleh:

Atas nama:

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pemerintah Kabupaten Purworejo Kabupaten Purworejo Bupati Purworejo,

(3)

SAMBUTAN BUPATI PURWOREJO

DALAM RANGKA PUBLIKASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

(PPSP) KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2010

Assalamualaikum warohmatulohi wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita sekalian

ƒ Yang saya hormati Saudara Ketua Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) tingkat pusat atau yang mewakili;

ƒ Yang kami hormati Saudara Kepala Bappeda Provisi Jawa Tengah selaku Ketua Pokja AMPL Provinsi Jawa Tengah atau yang mewakili;

ƒ Yang kami hormati Saudara-saudara Ketua Komisi DPRD Kabupaten Purworejo;

ƒ Yang kami hormati Saudara-saudara Kepala SKPD terkait, Camat, serta Kepala Desa/ Kelurahan Lokasi studi;

ƒ Yang kami hormati Saudara-saudara Anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Purworejo;

ƒ Yang kami hormati Saudara-saudara dari Perguran Tinggi, LSM, dan wartawan, serta hadirin sekalian yang tidak dapat kami sebut satu persatu. Marilah pada kesempatan yang berbahagia ini, kami hantarkan Saudara sekalian menyucap syukur Alhamdulillah, karena atas limpahan rahmad dan hidayahNya, sehingga pada pagi hari ini kita diberi kesempatan untuk bertemu bersama dalam tajuk acara Publikasi Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Purworejo. Saudara-saudara hadirin yang berbahagia

Secara umum perlu kita pahami bersama bahwa pertambahan penduduk di kawasan permukiman khususnya, telah menyebabkan perubahan rona lingkungan yang berakibat pada perubahan kualitas hidup masyarakat khususnya dalam hal sanitasi. Lebih lanjut kualitas sanitasi yang buruk akan berakibat pada menurunnya derajat kesehatan masyarakat yang akan berpengaruh pada tingkat produktivitas masyarakat pada umumnya.

Mencermati hal tersebut, Pemerintah Pusat yang bertujuan melakukan upaya-upaya percepatan menangani permasalah sanitasi permukiman yang ada di masing-masing wilayah.

Beberapa permasalahan seputar sanitasi meliputi drainase, persampahan, air limbah serta meluas lagi pada air bersih, menjadi fokus kajian dalam program PPSP yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Purworejo.

Saudara-saudara hadirin yang kami hormati

Untuk itu pada kesempatan ini, kami sampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pokja Sanitasi Kabupaten Purworejo atas prestasinya dalam menyelesaikan beberapa dokumen kajian dan perencanaan secara tepat waktu.

Disamping itu progres PPSP Kabupaten Purworejo pada tingkat nasional yang mencapai peringkat pertama merupakan hasil kerja keras Pokja Sanitasi selam ini.

(4)

Hadirin yang berbahagia

Pada beberapa tahun ini, Pemerintah Kabupaten Purworejo telah dan tengah menyusun beberapa dokumen perencanaan yang bersifat strategis meliput RPJP, RPJM, RTRW, Renstra SKPD hingga pada RKPD. Untuk itu dengan disusunnnya SSK yang merupakan perencanaan strategis untuk bidang sanitasi agar dapat diintegrasikan dalam dokumen-dokumen perencanaan yang ada, serta implementasinya pada kegiatan-kegiatan SKPD tahunan.

Sebagai upaya mengimplementasikan SSK yang tengah disusun, Pemerintah Kabupaten Purworejo telah berhasil pula ”menjual” SSK ini kepada salah satu lembaga donor yaitu Ausaid melalui program Infrastructure Enhancement Grands (IEG) yang rencana implementasinya pada tahun 2011 yang akan datang.

Dalam kondisi keuangan yang sangat terbatas seperti saat ini, aliran dana dari lembaga donor maupun Pemerintah Pusat sebagai bentuk implementasi SSK diharapkan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Purworejo pada umumnya. Saudara-saudara yang berbahagia

Akhirnya, sekali lagi kami sampaikan selamat dan terima kasih atas kerja keras Pokja Sanitasi dalam melaksanakan program PPSP dan dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim serta atas ijin Bapak dan Ibu hadirin sekalian, maka kegiatan Publikasi Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Purworejo secara resmi saya nyatakan dibuka.

Bilahitaufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.

Purworejo, 13 Desember 2010

Bupati Purworejo

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya, dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten(SSK) Purworejo Tahun 2010 -2014 ini dapat disusun. Dokumen SSK disusun agar penanganan dan pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Purworejo menjadi lebih terencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan.

Proses penyusunan dokumen SSK Purworejo yang dalam proses melibatkan peran aktif Pemerintah, swasta dan elemen masyarakat Kabupaten Purworejo, dalam implementasinya senantiasa didukung, dijadikan pedoman sekaligus arahan bagi semua pihak dalam membuat program dan kegiatan sektor sanitasi untuk mewujudkan Visi Sanitasi Kabupaten Purworejo.

Kami berharapan semoga dokumen SSK Purworejo tahun 2010 – 2014 implementatif dan secara optimal mampu dijadikan dasar pengusulan kegiatan sektor sanitasi melalui sumber dana APBD Kabupaten Purworejo, APBD Propinsi Jawa Tengah, APBN, maupun dari dana bantuan lembaga donor atau hibah.

Segala upaya telah dilakukan demi kesempurnaan penyusunan dokumen SSK Purworejo Tahun 2010-2014, karena itu kami mengharap saran dan kritik dari berbagai pihak yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai masukan.

Semoga dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Purworejo, 13 Desember 2010

Kepala Bappeda Selaku Ketua Tim Pengarah Pokja Sanitasi Kabupaten Purworejo

Medi Priyono, SH., MM. NIP. 19550505 198203 1 050

(6)

Sambutan Bupati Purworejo... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I. PENDAHULUAN... 1.1 Latar belakang... 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan SSK...

1.2.2. Maksud... 1.2.2. Tujuan... 1.3 Landasan Hukum... 1.4 Metode Penyusunan... 1.5 Sistematika Dokumen...

BAB II. ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI

KABUPATEN PURWOREJO... 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Purworejo... 2.2. Gambaran Perkembangan Kabupaten Purworejo... 2.3. Gambaran Tata Guna Lahan Kabupaten Purworejo... 2.4. Gambaran Demografi Kabupaten Purworejo...

Gambaran Umum Situasi Sanitasi Kabupaten Purworejo... 2.4.1. Kesehatan Lingkungan... 2.4.2. Kesehatan Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Masyarakat... 2.4.3. Air Bersih... 2.4.4. Air limbah... ii iv v ix x I-1 I-1 I-3 I-3 I-4 I-4 I-7 1-8 II-1 II-1 II-3 II-7 II-9 II-12 II-12 II-13 II-14 II-17

(7)

2.5.1. Visi Sanitasi Kabupaten Purworejo... 2.5.2. Misi Sanitasi Kabupaten Purworejo... 2.6. Strategi Sektor Sanitasi Tahun 2010-2014... 2.7. Tujuan Umum, Sasaran Umum dan Arahan Pentahapan Pencapaian...

2.7.1. Tujuan Umum... 2.7.2. Sasaran Umum... 2.7.3. Arahan Pentahapan Pencapaian...

BAB III. ISU STRATEGIS DAN LAYANAN SANITASI

KABUPATEN PURWOREJO………. 3.1. Aspek Non Teknis………

3.1.1. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan………... 3.1.2. Keuangan……… 3.1.3. Komunikasi………. 3.1.4. Keterlibatan Pelaku Bisnis……….. 3.1.5. Pemberdayaan Masyarakat, Jender dan Kemiskinan………... 3.1.6. Monitoring dan Evaluasi………. 3.2. Aspek Teknis………... 3.2.1. Air Limbah………... 3.2.2. Persampahan………... 3.2.3. Drainase Lingkungan……….. 3.2.4. Air Bersih……… 3.2.5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat………..

II-28 II-28 II-29 II-35 II-35 II-35 II-36 III-1 III-1 III-1 III-3 III-5 III-7 III-8 III-9 III-11 III-11 III-13 III-17 III-18 III-21

(8)

Limbah………. 4.1.2. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor

Persampahan………. 4.1.3. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor

Drainase Lingkungan………... 4.1.4. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Air

Bersih... 4.1.5. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat………. 4.2. Strategi Aspek Teknis Sub Sektor Sanitasi dan PHBS……….

4.2.1. Strategi Subsektor Air Limbah………. 4.2.2. Strategi Subsektor Persampahan……….. 4.2.3. Strategi Subsektor Drainase Lingkungan………. 4.2.4. Strategi Subsektor Air Bersih………... 4.2.5. Strategi Subsektor Higiene………... 4.3. Strategi Aspek Non Teknis………

4.3.1. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan……….. 4.3.2. Keuangan………. 4.3.3. Komunikasi……….. 4.3.4. Keterlibatan Pelaku Bisnis………... 4.3.5. Pemberdayaan Masyarakat, Jender Dan Kemiskinan………..

BAB V. PROGRAM DAN KEGIATAN………. 5.1. Program dan Kegiatan Aspek Teknis Dan Higiene………. 5.1.1. Strategi, Program dan Kegiatan Air Limbah………... 5.1.2. Strategi, Program dan Kegiatan Persampahan...…..………. 5.1.3. Strategi, Program dan Kegiatan Drainase Lingkungan……...

IV-1 IV-2 IV-3 IV-4 IV-5 IV-6 IV-6 IV-8 IV-10 IV-11 IV-12 IV-13 IV-13 IV-14 IV-15 IV-17 IV-18 V-1 V-1 V-4 V-6 V-10

(9)

Kelembagaan………... 5.2.2. Strategi, Program dan Kegiatan Keuangan………. 5.2.3. Strategi, Program dan Kegiatan Komunikasi……….. 5.2.4. Strategi, Program dan Kegiatan Keterlibatan Pelaku Bisnis... 5.2.5. Strategi, Program dan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat,

Jender dan Kemiskinan………..

BAB VI. MONITORING DAN EVALUASI………... 6.1. Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi………... 6.2. Struktur Kelembagaan untuk Monitoring dan Evaluasi………... 6.3. Monitoring Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo…………... 6.4. Pendokumentasian………. 6.5. Evaluasi Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo………... 6.6. Pelaporan………...

BAB VII. PENUTUP... 7.1 Kesimpulan... 7.2 Rekomendasi... 7.3 Penutup... LAMPIRAN V-16 V-17 V-18 V-18 V-20 VI-1 VI-1 VI-2 VI-4 VI-7 VI-8 VI-9 VII-1 VII-1 VII-1 VII-2

(10)

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Purworejo ... II-3 Gambar 2.2. Konsep Pengembangan Wilayah Fungsional Pedesaan ... II-7 Gambar 2.3. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Purworejo ... II-10 Gambar 2.4. Sanimas di Desa Pacor, Kutoarjo ... II-17 Gambar 2.5. Diagram Produksi Sampah dan Jumlah Sampah Terangkut

Tahun 2009 ... II-20 Gambar 2.6. Kondisi Saluran Drainase di Kabupaten Purworejo ... II-22 Gambar 2.7. Peta Drainase di Kutoarjo ... II-24 Gambar 2.8. Peta Drainase di Kabupaten Purworejo... II-25 Gambar 2.9. Peta Genangan dalam Kota Purworejo ... II-27 Gambar 2.10.Peta Prioritas Air Limbah Kabupaten Purworejo ... II-30 Gambar 2.11.Peta Prioritas Persampahan Kabupaten Purworejo ... II-31 Gambar 2.12.Peta Prioritas Drainase Lingkungan Kabupaten Purworejo ... II-33 Gambar 2.13.Peta Prioritas Air Bersih Kabupaten Purworejo ... II-34 Gambar 4.1. Matrik Strategi Sub Sektor Air Limbah ... IV-6 Gambar 4.2. Matrik Strategi Sub Sektor Persampahan... IV-8 Gambar 4.3. Matrik Strategi Drainase Lingkungan ... IV-10 Gambar 4.4. Matrik Strategi Sub Sektor Air Bersih... IV-11 Gambar 4.5 Matrik Strategi Higiene ... IV-12 Gambar 4.6 Matrik Strategi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan ... IV-13 Gambar 4.7 Matrik Strategi Keuangan ... IV-14 Gambar 4.8 Matrik Strategi Komunikasi ... IV-15 Gambar 4.9 Matrik Strategi Keterlibatan Pelaku Bisnis ... IV-17 Gambar 4.10 Matrik Strategi Pemberdayaan Masyarakat,

Jender dan Kemiskinan ... IV-18 Gambar 6.1. Struktur Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi Pokja ... VI-3

(11)

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Purworejo Dirinci Per Kecamatan

Tahun 2007 ... II-2 Tabel 2.2. Desa-Desa KTP2D, Keunggulan Desa dan Desa-Desa

Hiterlandnya ... II-4 Tabel 2.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kecamatan di Kabupaten Purworejo Tahun 2008 .... II-9 Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Gender di Kabupaten

Purworejo Tahun 2008 ... II-11 Tabel 2.5 Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten

Purworejo Tahun 2008 ... II-12 Tabel 2.6 Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten

Purworejo ... II-14 Tabel 2.7 Kapasitas Terpasang dan Debit Air Baku ... II-16 Tabel 2.8 Produksi Sampah Tiap Kecamatan di Kabupaten Purworejo

Tahun 2009 ... II-20 Tabel 2.9 Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan di Kabupaten

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan kemiskinan. Kemiskinan mempunyai kaitan erat dengan persoalan sanitasi. Kemiskinan bisa menjadi penyebab buruknya akses dan layanan sanitasi yang tidak memadai, dimana hal ini akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan yang pada gilirannya akan berdampak pada tingkat produktifitas masyarakat. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah Kabupaten Purworejo untuk membenahi sanitasi untuk mencapai Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015.

Belajar dari pengalaman, permasalahan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Adanya perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran dan tidak berkelanjutan merupakan potret buram dari masa lalu. Sanitasi harus ditangani secara multisteakholder dan komprenhensif. Kondisi demikian mendorong Pemerintah Kabupaten Purworejo untuk ikut serta dalam program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP). Program ini merupakan upaya untuk meningkatkan sinergi pembangunan sanitasi permukiman pada skala kabupaten. Keikutsertaan Kabupaten Purworejo dalam Program PPSP didahului dengan adanya Surat Pernyataan Minat Ikut Serta Dalam Program PPSP No. 690/3712/2009 tanggal 28 September 2009 yang disampaikan kepada Direktur Pemukiman dan Perumahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) yang ditandatangani oleh Wakil Bupati Purworejo.

Sebagai implementasi dari Surat Bappeda Jateng Nomor 050/18142/2009 tanggal 24 September 2009, maka Pemerintah Kabupaten Purworejo telah membentuk Kelompok Kerja Sanitasi dengan Surat Keputusan Bupati Nomor 188.4/179/2010 tanggal 22 Maret 2010 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Purworejo, yang terdiri dari Tim Pengarah

(13)

dan Tim Pelaksana seperti Bappeda, DPU, DKK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Bapermades, Kantor Lingkungan Hidup, DP2KAD, Disperindagkop, KPPT, Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kabupaten Purworejo, Bagian Prasarana Fisik dan Lingkungan Hidup Setda Kabupaten Purworejo, PDAM, PKK, dan Perguruan Tinggi serta Media. Kepala Bappeda Kabupaten Purworejo bertindak selaku Ketua Kelompok Kerja Sanitasi. Pada tahap awal pertemuan Pokja Sanitasi telah disepakati dilakukan pertemuan rutin Pokja setiap dua minggu sekali. Pertemuan tersebut diikuti oleh Tim Teknis/Pelaksana dalam mengolah data yang tersedia serta menyajikannya dalam Buku Putih Sanitasi dan SSK.

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah suatu rencana strategi berjangka waktu menengah (3-5 tahun) yang di buat khusus untuk mengarahkan pembangunan sektor sanitasi. SSK juga memastikan satu program pembenahan layanan sanitasi akan bersinergi dengan program-program lainnya guna mencapai sasaran pembangunan yang disepakati serta mensinergikan upaya-upaya yang akan dilakukan sektor swasta, Lembaga swadya masyarakat atau kelompok masyarakat. SSK yang disusun oleh Pokja Sanitasi ini mengacu kepada 4 karakteristik utama yang akan tercermin dalam prosesnya maupun produknya, yaitu:

1) Intersektor dan terintegrasi

2) Mensinkronkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’ 3) Skala Kabupaten (city wide)

4) Berdasarkan data empiris (dari studi-studi pendukung Buku Putih Sanitasi) Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten adalah simpul awal dari iterasi proses pembangunan sanitasi yang berkesinambungan juga merupakan dokumen pembangunan khusus tentang perencanaan sanitasi jangka menengah yang komperhensif dan bersifat strategis, berkelanjutan dan partisipatif dalam mencapai target minimal layanan sanitasi yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimum (SPM) maupun peraturan perundang-undangan serta peraturan lainnya yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah. SSK Purworejo berisi Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Sanitasi Kabupaten

(14)

Purworejo berikut strategi-strategi pencapaiannya. Tiap-tiap strategi diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut komponen-komponen kegiatan indikatifnya, hal ini dijabarkan pada cakupan suatu Strategi Sanitasi Kabupaten yang meliputi:

1) Aspek Teknis

Mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan : a. Layanan Sub Sektor Air Limbah Domestik,

b. Layanan Sub Sektor Persampahan,

c. Layanan Sub Sektor Drainase Lingkungan, d. Layanan Sektor Air Bersih dan

e. Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2) Aspek Pendukung

Mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan komponen : a. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan,

b. Keuangan, c. Komunikasi,

d. Keterlibatan Pelaku Bisnis,

e. Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan, f. Monitoring dan Evaluasi.

Fungsi SSKdalam hal ini jelas untuk pembangunan dan peningkatan askes pelayanan sanitasi abupaten, di samping itu juga sebagai portofolio untuk mengakses pendanaan dari beberapa sumber pendanaan yang ada, baik dari pemerintah, swasta maupun masyarakat juga untuk mengikat Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dan semua pelaku pembangunan sanitasi untuk bersinergi dan mengikat komitmen.

(15)

1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan SSK 1.2.1. Maksud

Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi kabupaten yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Purworejo dalam jangka menengah (5 tahunan).

1.2.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) meliputi: 1) Tujuan Umum

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi jangka menengah yang dapat dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2010-2014. 2) Tujuan Khusus

1. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan sanitasi Kabupaten Purworejo jangka menengah (3-5 tahun).

2. Sebagai dasar penyusunan rencana operasional tahapan pembangunan serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi.

3. Sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasata) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Purworejo

1.3 Landasan Hukum

Penyusunan SSK Kabupaten Purworejo memiliki landasan hukum sebagai berikut :

1) Undang-Undang

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(16)

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Pembangunan

Nasional.

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

7. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan.

8. Undang-undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2) Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM).

3) Peraturan Menteri

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah.

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengkajian Teknis untuk Menetapkan Kelas Air

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

(17)

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman.

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kabupaten. 8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2009 Tentang

Program Adipura.

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

4) Keputusan Menteri

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 Tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 Pedoman Pengkajian untuk Menetapkan Kelas Air.

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetuan Status Air.

5) Surat Edaran Menteri

1. Surat Edaran Mendagri Nomor 050/2020/SJ Tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

6) Peraturan Daerah propinsi Jawa Tengah

1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air limbah.

(18)

7) Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo

1. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 1993 Tentang Kebersihan, Keindahan, Kerapihan dan ketertiban (K3).

2. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Sedot kakus.

3. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 11 Tahun 2000 Tentang Restribusi Kebersihan/Pelayanan Persampahan.

4. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomer 19 Tahun 2000 Tentang Restribusi izin Bangunan

5. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten/Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten(RDTRK) Kabupaten Purworejo Tahun 2004-2013.

6. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2010.

7. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

8. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Percepatan Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (P2KSBM). 9. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pelayanan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Dan Pemeriksaan Kualitas Air

1.4 Metoda Penyusunan

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dilakukan dengan metode SWOT yang melalui beberapa tahapan:

1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi Kabupaten (Penyusunan Buku Putih Sanitasi), melalui studi-studi pendukung dan observasi lapangan guna pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui interview dan observasi

(19)

lapangan melalui studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA), studi Sanitation Supply Assessment (SSA) studi Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan (PMJK), dan studi Media Assessment. Pengumpulan data sekunder meliputi studi keuangan dan studi kelembagaan.

2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan ke dalam visi dan misi sanitasi kabupaten, tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi kabupaten. Perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di kabupaten.

3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan melalui identifikasi parameter kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengelolaan sanitasi kabupaten yang digunakan untuk mendiskripsikan isu strategis dalam mencapai tujuan.

4. Merumuskan strategi sanitasi Kabupatendengan melakukan analisis terhadap parameter SWOT. Rumusan strategi akan menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah (3-5 tahun).

1.5 Sistimatika Dokumen

Pembahasan Strategi Sanitasi Kabupaten dalam dokumen ini terdiri dari tujuh (7) bab. Bab I, II dan III dari dokumen SSK ini merupakan Arah Pembangunan Sanitasi Kabupatenatau sering juga disebut sebagai Kerangka Kerja Sanitasi yang memberikan arahan jangka panjang (20 tahunan), dan jangka menengah (5 tahunan) untuk pembangunan sanitasi Kabupaten secara komprehensif, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengadvokasi para pengambil keputusan di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat. Sedangkan Bab IV, V, VI dan VII memberikan gambaran rinci tentang substansi upaya-upaya strategis yang akan dilakukan. Sistematika SSK Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut :

(20)

Bab II, memberikan penjelasan tentang arah pengembangan sektor sanitasi kabupaten, menjelaskan visi dan misi, kebijakan umum dan tujuan pembangunan sektor sanitasi kabupaten.

Bab 3, menjelaskan tentang isu strategi dan tantangan dalam sektor sanitasi untuk semua sub sektor dan aspek pendukung layanan sanitasi.

Bab 4, memaparkan tentang sasaran, tahapan pencapaian dan strategi setiap sub sektor dan strategi aspek pendukung layanan sanitasi.

Bab 5, menjelaskan tentang program dan kegiatan yang akan dilakukan secara terintegrasi antar sub sektor dan aspek pendukung layanan sanitasi.

Bab 6, menjelaskan tentang strategi monitoring dan evaluasi program sanitasi kabupaten.

Bab 7, sebagai penutup.

(21)

BAB II

ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN PURWOREJO

2.1. Gambaran UmumKabupaten Purworejo

Secara geografis Kabupaten Purworejo merupakan wilayah yang terletak di pesisir Samudera Hindia di bagian selatan Pulau Jawa pada koordinat 7°32’ LS sampai dengan 7°54’ LS dan 109°47’28” BT sampai dengan 110°8’20”BT. Posisi astronomis tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Purworejo terletak pada daerah beriklim tropis basah, yang dicirikan dengan curah hujan dan suhu yang tinggi. Kisaran suhu pada daerah ini berkisar antara 16,67°C-30,87°C dengan kelembaban yang tinggi pula berkisar antara 70% hingga 90%.

Bersama dengan beberapa kabupaten lainnya, Kabupaten Purworejo mempunyai posisi di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah sebagai mata rantai jalur transportasi selatan Pulau Jawa. Lokasi tersebut mempunyai pengaruh yang sangat strategis karena proyeksi ke depan perkembangan transportasi akan bergeser ke selatan mengimbangi jalur utara yang mulai jenuh. Disamping itu lokasi Kabupaten Purworejo juga menghubungkan dua node perekonomian Pulau Jawa yaitu Yogyakarta di bagian timur dan Cilacap di bagian barat. Jalur tengah yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Jawa melalui jalur Purworejo-Magelang-Semarang juga mendukung posisi Kabupaten Purworejo makin berpotensi untuk berkembang. Letak Kabupaten Purworejo didalam provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Peta Orientasi pada Gambar 1.3. dibawah ini.

Luas wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,82 km2 dan dapat

dibedakan menjadi daerah dataran di bagian selatan dan daerah perbukitan hingga pegunungan di bagian utara dan timur wilayah Kabupaten. Adapun untuk daerah dataran dengan range ketinggian 0-25m dpal mempunyai proporsi mencapai 40% sedangkan daerah perbukitan hingga pegunungan dengan range ketinggian 25m – 1064m dengan proporsi mencapai 60%.

(22)

Kabupaten Purworejo berbatasan langsung dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian timur dan secara rinci batas-batas wilayah administratif adalah sebagai berikut :

ƒ Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang ƒ Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY

ƒ Sebelah selatan : Samudera Hindia ƒ Sebelah barat : Kabupaten Kebumen

Secara administratif Kabupaten Purworejo terdiri menjadi 16 Kecamatan yang selanjutnya terinci menjadi 469 desa dan 25 kelurahan sebagaimana tertera pada tabel 2.1. di bawah.

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Purworejo dirinci per Kecamatan Tahun 2007

Sumber : Kabupaten Purworejo Dalam Angka, 2007

Orbitase terdekat dari ibukota Kabupaten Purworejo adalah Kecamatan Purworejo yaitu sejauh 3 km sedangkan yang terjauh adalah Kecamatan Bruno yaitu sejauh 36 km. Selanjutnya ditinjau dari ketinggian lokasi ibukota kecamatan, maka kecamatan terendah adalah Kecamatan Butuh setinggi 10 m dpal, sedangkan yang tertinggi adalah Kecamatan Bruno dengan ketinggian 325 m dpl. No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Luas wilayah (km2) % 1 Grabag 32 - 64,92 6,27 2 Ngombol 57 - 55,27 5,34 3 Purwodadi 40 - 53,96 5,21 4 Bagelen 17 - 63,76 6,16 5 Kaligesing 21 - 74,73 7,22 6 Purworejo 25 14 52,72 5,09 7 Banyuurip 27 3 45,08 4,36 8 Bayan 26 1 43,21 4,18 9 Kutoarjo 27 6 37,59 3,63 10 Butuh 41 - 46,08 4,45 11 Pituruh 49 - 77,42 7,48 12 Kemiri 40 - 92,05 8,89 13 Bruno 18 - 108,43 10,49 14 Gebang 25 1 71,86 6,94 15 Loano 21 - 53,65 5,18 16 Bener 28 - 94,08 9,09 Jumlah 469 25 1034,81 100

(23)

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Purworejo

Sumber Peta : RTRW Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2029

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI D. I. YOGYAKARTA S A M U D E R A I N D O N E S I A L A U T J A W A Kabu paten Purworejo PROVINSI JAWA BARAT mU mU mU mT mT mT 270000 270000 360000 360000 450000 450000 90 9 0 00 0 91 8 0 00 0 92 7 0 00 0 0 4 Kilometer PEMERINTAH KABUPATEN PUR BADAN PERENCANAAN PEMBANGU

(BAPPEDA)

PETA ADMINISTRA

KABUPATEN PURWO

# Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y Y# # Y # Y # Y # Y # Y Y# % U KAB. KEBUMEN KAB. MAGELANG KAB. PURWOREJO KAB. WONOSOBO

KAB. KULON PROGO PROPINSI D. I. YOGYAKARTA S A M U D E R A I N D O N E S I A Kec. Bayan Kec. Butuh Kec. Bruno Kec. Bener Kec. Loano Kec. Grabag Kec. Kemiri Kec. Gebang Kec. Ngombol Kec. Begelen Kec. Pituruh Kec. Kutoarjo Kec. Purwodadi Kec. Banyuurip Kec. Purworejo Kec. Kaligesing 370000 370000 380000 380000 390000 390000 400000 400000 91 3 0 0 0 0 91 3 0 0 0 0 91 40 0 0 0 91 4 0 0 0 0 9 1 5 000 0 91 500 00 91 60 0 0 0 91 6 0 0 0 0 mU mU mU mU mT mT mT mT Sumber

1. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Tahun 2000 S 2. Kantor BAPPEDA Kabupaten Purworejo Tahun

%

U

Ibukota Kabupaten Batas Kecamatan Batas Kabupaten Batas Provinsi # Y Ibukota Kecamatan Legenda

(24)

2.2. Gambaran Perkembangan Kabupaten Purworejo

Perubahan paradigma pembangunan pada era otonomi daerah telah mengalihkan perhatian pembangunan pada unit-unit otonomi terkecil yaitu desa. Oleh karena itu kawasan perdesaan menjadi titik perhatian untuk dikembangkan dengan membentuk pusat-pusat pertumbuhan di desa-desa yang mampu mengangkat pertumbuhan di desa-desa sekitarnya yang kurang atau sulit berkembang. Dengan konsep tersebut kawasan perdesaan dapat mecapai perkembangan, kemajuan dan keterbukaan pada desa dan wilayah-wilayah yang terisolir.

Seiring dengan potensi pertanian di Kabupaten Purworejo, maka kawasan perdesaan tetap diproyeksikan sebagai kawasan dengan kegiatan utama masyarakatnya pada sektor pertanian secara luas termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam. Percepatan dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar khususnya untuk mendukung sektor pertanian pada desa-desa terpilih akan mampu mendorong perkembangan dan pertumbuhan perekonomian secara simultan dan mampu memacu desa-desa di wilayah belakangnya untuk dapat tumbuh dan berkembang. Desa-desa pusat pertumbuhan yang terpilih berdasar hasil revisi identifikasi KTP2D Kabupaten Purworejo sebagaimana tercantum pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2.Desa-desa KTP2D, Keunggulan Desa dan Desa-Desa Hinterlandnya No.  Kecamatan  Pusat 

Pertumbuhan  Keunggulan Desa 

Desa‐Desa  Hinterland  1.  Grabag  Grabag Terdapat pasar 

permanen, rumah makan  dan industri makanan 

1. Tunggulrejo 2. Wonoenggal  3. Banyuyoso  2.  Ngombol  Wonoroto Terdapat pasar desa, 

rumah makan dan  industri makanan  1. Tunjungan  2. Ringgit  3. Kumpulsari  4. Kaliwungu Kidul  5. Kesidan  6. Pejagran  3.  Purwodadi  Geparang Terdapat pasar 

permanen, industri kayu  dan makanan  1. Keponggok  2. Gasing  3. Nampurejo  4. Jatimalang  5. Jatikontal 

(25)

No.  Kecamatan  Pusat 

Pertumbuhan  Keunggulan Desa 

Desa‐Desa  Hinterland  4.  Bagelen  Krendetan Terdapat pasar 1. Somorejo 

2. Bapangsari  3. Hargorejo  4. Bagelen  5.  Kaligesing  Pandanrejo  Terdapat pasar 

permanen, industri  kerajinan kayu 

1. Tawangsari 2. Purbowono  3. Tlogoguwo 

6.  Purworejo  Sidomulyo 1. Sidorejo 

2. Wonotulus  3. Sudimoro  7.  Banyuurip  Kedungsari Industri kayu dan 

makanan 

 

8.  Bayan  Krandegan Kerajinan logam dan  makanan 

1. Tangkisan  2. Banjarejo  3. Pogung kalangan  9.  Kutoarjo  Wirun Ada pasar permanen, 

kerajinan kayu dan  makanan 

1. Tursino  2. Kaligesing  3. Tepuswetan  10.  Butuh  Klepu Industri makanan 1. Wironatan 

2. Tegalgondo  11.  Pituruh  Kalikotes Industri makanan  1. Kesawen 

2. Prapag lor  3. Prapag Kidul  12.  Kemiri   Winong Kerajinan kayu dan makan 1. Sutoragan 

2. Jatiwangsan  3. Loning  4. Turus  13.  Bruno  Cepedak Pasar permanen, 

kerajinan kayu dan makan 

1. Giyombong 2. Kemranggen  3. Brondong  14.  Gebang   Seren Pasar permanen, industri 

makanan  1. Kroyo  2. Gintungan  3. Lugosobo  4. Winonglor  5. Winongkidul  15.  Loano  Maron Pasar permanen, industri 

makanan 

1. Kedungpoh 2. Kalisemo  16.  Bener  Kedungpucang Pasar permanen, 

kerajinan anyaman dan  makanan 

1. Sendangsari 2. Kaliwader  3. Kedungloteng  Sumber : Revisi Identifikasi KTP2D Kabupaten Purworejo, 2006

Dalam konteks integrasi kawasan perdesaan dan perkotaan dalam struktur ruang wilayah menjadi wilayah fungsional, maka perlu dilakukan penentuan pusat-pusat pelayanan permukiman. Untuk keperluan tersebut maka

(26)

desa-desa KTP2D diposisikan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). sedangkan desa-desa hinterland KTP2D akan berkedudukan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Desa-desa sebagai PPK dikembangkan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa hinterlandnya, sedangkan desa-desa dengan status PPL merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Berbeda halnya dengan pengembangan kawasan perkotaan, maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Purworejo akan diarahkan untuk beberapa poin utama, yaitu:

1. Pemberdayaan masyarakat perdesaan

2. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya 3. Konservasi sumber daya alam

4. Pelestarian warisan budaya lokal

5. Pertahanan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk ketahanan pangan

6. Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan

Penempatan desa-desa PPK dan PPL untuk pengembangan kawasan perdesaan dalam struktur ruang wilayah serta mengintegrasikannya dalam pengembangan sistem perkotaan diharapkan mampu mengintegrasikan desa dan kabupaten sebagai sebuah wilayah fungsional. Konsep pengembangan PPK dan PPL sebagai growthpole yang terdispersi secara spasial di Kabupaten Purworejo akan mampu mengimbangi konsentrasi aglomerasi pertumbuhan di koridor Purworejo-Kutoarjo. Optimalisasi akan lebih cepat tercapai dengan mengembangkan kabupaten-kabupaten sekunder atau rural town tersebut melalui jaringan sistem perkotaan yang dibentuk melalui struktur ruang dan infrastruktur.

(27)

Gambar 2.2. Konsep Pengembangan Wilayah Fungsional Perdesaan

Sumber: RTRW Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2029

Gambaran Tata Guna Lahan Purworejo

Penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo berdasarkan Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2006-2010 adalah sebagai berikut : 1. Hutan

Di Kabupaten Purworejo luasan lahan hutan hanya mencapai 1.448,95 Ha atau hanya mencapai 1,337%. Sebaran hutan terutama terdapat pada bagian utara wilayah Kabupaten Purworejo seperti di Kecamatan Bruno, Pituruh, Kemiri, Bener, Gebang, Kaligesing dan Loano.

2. Perkebunan

Perkebunan di Kabupaten Purworejo terdiri dari kebun campuran dan perkebunan komoditi tertentu, seperti perkebunan kelapa. Bentuk penggunaan lahan untuk perkebunan ini adalah paling luas dibandingkan dengan bentuk penggunaan lahan lainnya. Luasan areal perkebunan di wilayah Kabupaten Purworejo mencapai kurang lebih 37% dari total luas wilayah. Sebaran areal perkebunan antara lain di Kecamatan Loano, Kaligesing, Bener, Kemiri, Bruno, Pituruh dan Gebang.

Pusat pertumbuhan  (PPK) 

Batas wilayah  fungsional Hinterland (PPL) 

(28)

3. Pemukiman

Kawasan permukiman adalah lahan yang di atasnya terdapat bangunan berupa rumah tempat tinggal beserta pekarangan dan bangunan lainnya. Sebaran pemukiman yang cukup padat terdapat di Kecamatan Purworejo, Kutoarjo dan ibukota kecamatan lainnya.

4. Rawa

Rawa merupakan kategori penggunaan lahan air yang ditumbuhi tumbuhan air. Rawa di Kabupaten Purworejo berada di tepi pantai memanjang dari timur ke barat.

5. Tanah Kosong

Tanah kosong yang dimaksud adalah lahan terbuka yang di atasnya tidak didirikan bangunan atau merupakan lahan yang tidak di usahakan. Pada umumnya di atas lahan kosong ini ditumbuhi tanaman liar seperti alang-alang dan semak.

6. Sawah

Sawah yang terdapat di wilayah Kabupaten Purworejo meliputi sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Namun demikian sebagian besar adalah merupakan sawah irigasi. Pola penggunaan lahan ini untuk persawahan paling banyak terdapat pada dataran alluvial dan lereng kaki perbukitan. Keberadaan persawahan tersebar pada bagian tengah dan selatan wilayah Kabupaten Purworejo seperti di Kecamatan Ngombol, Bayan, Kutoarjo, Butuh, Banyuurip, Purwodadi, Pituruh dan Grabag. Sedangkan untuk sawah tadah hujan kebanyakan berada di bagian utara wilayah Kabupaten Purworejo. 7. Semak dan Belukar

Semak dan belukar sebagian besar berada di Kecamatan Kaligesing dan Bagelen.

8. Tegalan dan Ladang

Tanah tegalan di Kabupaten Purworejo tersebar terutama pada wilayah bagian utara dari Kabupaten Purworejo (Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah 2006-2010, Bapeda Kabupaten Purworejo, 2006).

(29)

Gambaran Demografi Kabupaten Purworejo A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo tahun 2008 adalah 780.394 jiwa. Berdasarkan tabel 2.3 jumlah penduduk Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2008 sebesar 3.942 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2008 sebanyak 383.834 jiwa (49,18 %) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 396.560 jiwa (50,82%)

Konsentrasi jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Purworejo yaitu sebanyak 90.217 jiwa dan terkecil terdapat di Kecamatan Kaligesing yaitu sebanyak 35.936 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Purworejo rata-rata sebesar 831 jiwa/Km2, kepadatan terbesar di Kecamatan

Purworejo sebesar 1.711 jiwa/Km2 dan terkecil di Kecamatan Bruno sebesar

410 jiwa/Km2.

Tabel 2.3.

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

di Kabupaten Purworejo Tahun 2008

No. Kecamatan

Luas Wilayah

(Ha)

Laki-laki Perempuan Jumlah

Penduduk Kepadatan Penduduk per Km2 1. Grabag 64.92 25,865 26,096 51,961 800 2. Ngombol 55.27 18,208 19,110 37,318 675 3. Purwodadi 53.96 20,271 21,300 41,571 770 4. Bagelen 63.76 17,582 18,426 36,008 565 5. Kaligesing 74.73 18,056 17,880 35,936 481 6. Purworejo 52.72 44,291 45,926 90,217 1,711 7. Banyuurip 45.08 20,012 21,289 41,301 916 8. Bayan 43.21 23,163 24,577 47,740 1,105 9. Kutoarjo 37.59 31,291 32,916 64,207 1,708 10. Butuh 46.08 22,736 23,088 45,824 994 11. Pituruh 77.42 26,771 26,842 53,613 692 12. Kemiri 92.05 27,087 28,752 55,839 607 13. Bruno 108.43 21,608 22,797 44,405 410 14. Gebang 71.86 20,720 21,314 42,034 585 15. Loano 53.65 18,224 18,305 36,529 681 16. Bener 94.08 27,949 27,942 55,891 594 Total 1,034.81 383,834 396,560 780,394 754 Tahun 2007 1,034.81 383,230 395,282 778,512 752 Tahun 2006 1,034.81 382,205 394,247 776,452 750

(30)

Gambar 2.3. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Purworejo

(31)

B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Gender

Berdasarkan kelompok umur dan gender, jumlah penduduk Kabupaten Purworejo pada tahun 2008 didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan usia 65 tahun ke atas yaitu sebanyak 57.783 jiwa dan yang terendah adalah jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki usia 60-64 tahun yaitu sebanyak 11.730 jiwa. Berdasarkan tabel 2.4 jumlah penduduk Kabupaten Purworejo tahun 2008 yang termasuk usia produktif (15-64 tahun) adalah sebanyak 518.963 jiwa dan yang termasuk usia non produktif (0-14 tahun dan >65 tahun) adalah sebanyak 261.431 jiwa. Perbandingan jumlah penduduk usia produktif dan non produktif hampir mencapai dua kali lipatnya.

Tabel. 2.4.

Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Gender di Kabupaten Purworejo Tahun 2008

NO. USIA (TAHUN) L P TOTAL

1 0 - 4 15,482 15,958 31,440 2 9-5 28,781 27,913 56,694 3 10-14 34,323 33,447 67,770 4 15 - 19 36,796 35,961 72,757 5 20 - 24 38,229 35,509 73,738 6 24 - 29 27,004 24,494 51,498 7 30 - 34 24,205 24,143 48,348 8 35 - 39 25,269 27,340 52,609 9 40 - 44 27,899 30,524 58,423 10 45 - 49 27,462 29,191 56,653 11 50 - 54 22,387 22,778 45,165 12 55 - 59 16,523 17,305 33,828 13 60 - 64 11,730 14,214 25,944 14 65 + 47,744 57,783 105,527 Jumlah 383,834 396,560 780,394

(32)

C. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Purworejo masih termasuk kategori rendah. Hal ini terlihat pada Tahun 2008 dari 692.260 jiwa penduduk usia 10 tahun ke atas, sebanyak 60.97 % adalah tamatan SD, tidak/belum pernah sekolah, dan tidak/belum tamat SD, sedangkan sisanya, 39.03 % adalah penduduk yang berpendidikan SLTP ke atas, sebagaimana terinci pada tabel 2.5.

Gambaran Umum Situasi Sanitasi Kabupaten Purworejo

Kualitas pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur yang wajib untuk selalu diupayakan ke arah perbaikan sehingga akan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Pemerintah Kabupaten Purworejo telah berupaya khususnya dalam meningkatkan sanitasi lingkungan baik dalam bentuk pembangunan sarana fisik maupun dalam bentuk pemberdayaan masyrakat yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajad kesehatan setinggi-tingginya menuju Purworejo sehat. Secara umum kondisi sanitasi Kabupaten Purworejo dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2.5.

Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten

Purworejo Tahun 2008 No. Jenis Pendidikan

Laki-laki Perempuan Jumlah 1 D IV/Universitas 8,270 3,777 12,047 2 D III/Sarjana Muda 2,625 4,017 6,642 3 D I/II 1,482 3,208 4,690 4 SMK 37,070 22,453 59,523 5 SMU 32,992 26,466 59,458 6 SLTP 66,581 61,261 127,842 7 SD 108,003 117,660 225,663 8 Tidak/Belum tamat SD 71,052 71,653 142,705 9 Tidak/Belum sekolah 11,496 42,194 53,690 Jumlah 339,571 352,689 692,260

(33)

2.5.1. Kesehatan Lingkungan

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu wilayah endemis malaria di Jawa Tengah. Hal ini karena rona lingkungan wilayah Kabupaten Purworejo yang merupakan perbukitan dan pegunungan di bagian utara dan timur yang merupakan daerah endemik bagi nyamuk Anopheles (penyebab penyakit malaria). Kondisi perbukitan dan pegunungan dengan tutupan vegetasi yang relatif tinggi menjadi salah satu pemicu berkembang biaknya nyamuk tersebut. Jumlah kasus malaria pada tahun 1999-2001 mengalami peningkatan, namun mulai tahun 2003-2006 mengalami penurunan dan meningkat lagi pada tahun 2007. Jumlah penderita malaria secara klinis tahun 2007 sebesar 10.128 orang dengan malaria positif sebesar 438 orang.

2.5.2. Kesehatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat

Permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada kita umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku. Lingkungan yang kotor dan perilaku tidak sehat mendorong timbulnya penyakit menular, seperti diare, TBC, Demam Berdarah, malaria, hepatitis, chikunguya dan penyakit kulit.

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga sehat, menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat perlu dikembangkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dalam rangka mewujudkan sanitasi yang bersih. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan kunci utama kesehatan, untuk itu diperlukan dana isapan yang memadai karena perubahan perilaku hanya bisa dilakukan secara terus menerus/periodik. Untuk itu perlu adanya dukungan pemerintah dalam hal pendanaan. Terdapat 16 hal yang merupakan indikator PHBS, yaitu:

A. KIA dan Gizi 1. Persalinan Nakes 2. ASI Eklusif

(34)

3. Timbang balita

4. Konsumsi aneka ragam makanan/gizi seimbang B. Kesehatan Lingkungan

5. Air bersih 6. Jamban Sehat

7. Pembuangan sampah 8. Ruangan minimal 9 m2

9. Lantai di plester, pencahayaan C. Gaya Hidup Sehat

10. Aktifitas fisik/OR (Olah Raga) 11. Tidak ada yang merokok 12. Cuci tangan yang benar 13. Gosok gigi

14. Tidak minum minuman keras dan Narkoba D. Upaya Kesehatan Masyarakat

15. Jaminan pemeliharaan kesehatan 16. PSN (pemberantasan sarang nyamuk)

2.5.3. Air Bersih

Sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Purworejo adalah sumur dan atau mata air, serta air ledeng PDAM. Kondisi Geografis serta keterbatasan dana untuk saat ini, tidak memungkinkan PDAM melayani masyarakat hingga ke pelosok desa.

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo memiliki 6 (enam) cabang wilayah pelayanan yang meliputi 9 wilayah kecamatan yaitu Purworejo (kabupaten), Kutoarjo, Butuh, Bayan, Gebang, Bener, Loano, Purwodadi dan Banyuurip. Perkembangan cakupan pelayanan PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo sampai dengan bulan Desember 2008 adalah sebagaimana tersebut dalam tabel 2.6. Masih rendahnya cakupan pelayanan dengan sistem perpipaan ini disebabkan oleh terbatasnya sumber air baku dan tingginya tingkat kehilangan air.

(35)

Tabel 2.6. Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo

No. Cabang Sosial RT Instansi Niaga Industri Jumlah 1. Purworejo 162 7.858 712 830 4 9.566 2. Kutoarjo 49 1.862 58 218 - 2.187 3. Bener 30 750 23 9 - 812 4. Loano 5 197 11 3 - 216 5. Purwodadi 28 1.086 22 62 1 1.199 6. Banyuurip 23 1.176 16 14 - 1.229 JUMLAH 297 12.929 842 1.136 5 15.209 Sumber : PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo, 2009

PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo memanfaatkan beberapa sumber air baku yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Purworejo. Kapasitas terpasang dan debit air baku masing-masing sumber per 31 Desember 2008 dapat dilihat pada tabel 2.7.

Pemanfaatan sumber air baku oleh PDAM mengalami penurunan kualitas dan kuantitas (debit) pada setiap tahunnya. Hal ini terkait dengan pengelolaan daerah tangkapan air yang masih kurang sementara tuntutan pemanfaat sangat besar. Pelayanan air minum di kawasan pedesaan diarahkan untuk mengatasi permasalahan desa rawan air bersih. Untuk mengatasi kesulitan air bersih di pedesaan khususnya yang tidak terjangkau oleh PDAM telah dilaksanakan beberapa program mulai tahun 2005. Beberapa program tersebut diantaranya adalah bantuan stimulant, PDPSB-AB, DAK Bidang Air Bersih, Solar Cell, Pengeboran oleh Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Tengah, swadaya masyarakat, dan lain-lain.

Penanganan yang dilakukan meliputi pembangunan sarana air bersih/minum antara lain : broncaptering, pengeboran, pengadaan pompa, pembangunan reservoir, hidran umum, jaringan pipa dan lain-lain. Khusus untuk program pemberdayaan masyarakat (Pamsimas) selain pembangunan sarana air minum juga dilakukan pembangunan sarana sanitasi di sekolah,

(36)

penyuluhan dan pemicuan perilaku hidup bersih dan sehat dan bahkan 2 (dua) desa telah dinyatakan Bebas Buang Air Bersih Sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free.

Tabel 2.7. Kapasitas Terpasang dan Debit Air Baku Masing-masing Sumber Air Baku

Sumber : PDAM Tirta Perwitasari, 2009

NO NAMA SUMBER AIR SUMBER JENIS ALAMAT SUMBER KAPASITAS (Ltr/dtk) TERPASANG DEBIT A.Cab. Kabupaten Purworejo

1 Mudal Mata Air Kalinongko, Loano 60 49.14

2 Simbarjoyo Mata Air Mudalrejo, Loano 40 40.90

3 Tuksongo Smr. Dangkal Purworejo 15 11.71

4 Kedungkebo Mata Air Pangenrejo 10 6.55

5 Pangenjurutengah Smr. Dalam Pangenjurutengah 10 3.89

6 Sibak Smr. Dalam Doplang 10 3.06

7 Bendung Boro Air Permukaan Pangenrejo 20 19.27 8 Suplai dari Banyuurip Smr. Dalam Condongsari 0 0.00 9 Suplai dari Kutoarjo Air Permukaan Bandung, Kutoarjo 0 3.96

Jumlah Cab. Kabupaten 165 138.48

B.Cab. Kutoarjo

1 Bendung Sudagaran I Air Permukaan Bandung, Kutoarjo 22.69 2 Bendung Sudagaran II Air Permukaan Bandung, Kutoarjo 20

Jumlah Cab. Kutoarjo 42.69 22.78

C.Cab. Bener

1 Umbul Mata Air Medono, Bener 10 9.5

D.Cab. Loano

1 Ngrau Mata Air Sedayu, Loano 5 2.27

E.Cab. Purwodadi

1 Bendung Boro II Air Permukaan Pangenre, Purworejo 14.12 9.81 F.Cab. Banyuurip

1 Demangan Smr. Dalam Condongsari, Banyuurip 5 2 Condongsari Smr. Dalam Condongsari, Banyuurip 6 3 Pelahan Smr. Dalam Kledung Kradenan 10

Jumlah Cab. Banyuurip 21 10.17

G. Jumlah Total 257.81 193.01

H. Rekapitulasi

1 Mata Air 5 buah 125 108.36

2 Sumur Dangkal 1 buah 15 11.71

3 Sumur Dalam 5 buah 41 17.21

4 Instalasi Penjernihan Air (IPA) 4 buah 76.81 55.82

(37)

2.5.4. Air Limbah

Sistem penanganan air limbah yang ada pada saat sekarang ini merupakan sistem setempat yang dikelola sendiri oleh masyarakat/rumah tangga sendiri. Dalam pembuangan air limbah di Kabupaten Purworejo ada beberapa masalah yaitu:

1. Adanya sebagian masyarakat yang masih membuang limbah dari toilet (sarana MCK) langsung dialiran ke sungai (perairan terbuka) sehingga apabila hal ini dibiarkan akan mencemari lingkungan yang ada.

2. Jamban komunal yang ada di beberapa titik di Kabupaten Purworejo kondisinya kurang terawat dengan baik, hal ini karena sistem pengelolaannya tidak ada. Pada kawasan tertentu hanya beberapa yang mendapat program jamban yang terpadu yaitu Sanimas yang kondisinya saat ini cukup baik karena pengelolanya melalui KSM.

3. Pengawasan/pengendalian air limbah di Kabupaten Purworejo belum berjalan bahkan mungkin belum ada.

Gambar 2.4. SANIMAS di Desa Pacor, Kutoarjo

Penanganan sanitasi di Kabupaten Purworejo, tidak hanya faktor higienis yang harus diperhatikan tetapi juga masalah pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh air limbah domestik (limbah cair) itu sendiri. Tingkat pencemaran menunjukan angka yang signifikan pada badan

(38)

air yang melalui perkabupatenan dimana terdapat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Di kawasan perkabupatenan, seperti: Kabupaten Purworejo yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi diperlukan penataan dan pengelolaan air limbah yang baik sehingga tidak mencemari lingkungan permukimannya. Tetapi kondisi prasarana dan sarana sanitasi di Kabupaten Purworejo masih terbatas sehingga pengelolaannya masih belum optimal. Masih banyak dijumpai warga masyarakat yang belum memiliki sarana sanitasi yang baik pada setiap huniannya. Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pencemaran lingkungan hidup.

Pengelolaan air limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Purworejo sebagian telah melakukan pengelolaan air limbah rumah tangganya, namun sarana pendukungnya masih terbatas. Tetapi Banyak juga dijumpai di lingkungan permukiman belum tersedia sarana sanitasi yang memadai sehingga bila tidak segera ditangani dikhawatirkan akan mencemari lingkungan hidup di sekitarnya.

2.5.5. Persampahan

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Purworejo dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan melayani wilayah perkotaan khususnya Kota Purworejo dan Kota Kutoarjo dengan luas wilayah mencapai 9.031,52 Ha. Sampah dikumpulkan dari beberapa titik pengumpulan dan dibuang ke TPA Gunung Tumpeng, Desa Jetis, Kecamatan Loano.

Pada dua Kota tersebut, luas lahan terbangun masing-masing untuk Kecamatan Purworejo adalah seluas 1.913,83 Ha dan Kecamatan Kutoarjo seluas 476,93 Ha sehingga total adalah 2.390,76 Ha dari luas wilayah terbangun di Kabupaten Purworejo yang luasnya mencapai 10.116,50 Ha. Hingga saat ini area pelayanan persampahan di Kabupaten Purworejo baru dapat dilakukan hanya untuk kawasan terbangun saja, sehingga porsi pelayanannya baru mampu mencapai + 23,63% saja dari seluruh kawasan

(39)

terbangunnya. Sedangkan ditinjau dari jumlah penduduk yang terlayani, maka pelayanan persampahan baru mencapai angka 92.459 jiwa atau sekitar 60% dari wilayah pelayanan. Selanjutnya jika melihat keseluruhan penduduk di Kabupaten Purworejo, maka angka pelayanan tersebut hanya 11,88% saja.

Dari hasil studi pengelolaan sampah terpadu dengan sistem recycle, reduce and reuse tahun 2009 di Kabupaten Purworejo, telah diidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Purworejo, antara lain :

1. Keterbatasan sarana penunjang, baik untuk fasilitas pengumpulan maupun pengangkutan sehingga belum memungkinkan untuk melakukan pengembangan jangkauan daerah pelayanann yang lebih luas dan hal ini juga kurang mendukung adanya pelayanan secara optimal;

2. Kesadaran masyarakat yang rendah akan pentingnya pengelolaan sampah secara terpusat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat;

3. Keterbatasan sumber dana dan tenaga kerja sehingga pelayanan kebersihan dengan jangkauan yang lebih luas tidak mungkin dilakukan;

4. Kondisi topografi wilayah administrasi Kabupaten Purworejo yang bertopografi perbukitan dan pegunungan mengakibatkan sulitnya jangkauan fasilitas pengumpul maupun pengangkutan, sehingga pelayanan persampahan lebih banyak menggunakan sistem on-site;

5. Pola distribusi permukiman penduduk yang tersebar dan umumnya merupakan permukiman perdesaan juga menyebabkan pelayanan tidak optimal.

Wilayah Kabupaten Purworejo saat ini yang telah menerima pelayanan pengelolaan persampahan meliputi 2 (dua) kecamatan (Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo) dengan luas wilayah kurang lebih 9.031,52 Ha, dengan luas wilayah terbangun 10.116,5 Ha. Pelayanan persampahan untuk seluruh wilayah Kabupaten Purworejo saat ini berdasarkan luas lahan yang terbangun adalah masih seluas ± 2.390,76 Ha atau 23,63 % dari luas wilayah terbangun se Kabupaten Purworejo. Jumlah

(40)

penduduk terlayani di daerah pelayanan persampahan kurang lebih 92.459 jiwa (data tahun 2007), dari jumlah penduduk total di wilayah terlayani yaitu 778.512 jiwa. Sedangkan tingkat pelayanan dari jumlah penduduk total di Kabupaten Purworejo adalah 11,8 %. Jumlah ini sangat kecil, bahkan tidak mencapai separuhnya. Lokasi TPA saat ini ada di desa Jetis Kecamatan Loano seluas 4.69 Ha dengan jarak dari permukiman terdekat 2 (dua) kilometer. Pada tahun 2010 status tanahnya sudah menjadi milik pemerintah.

Sumber : Laporan Periodik Volume Sampah, 2009

Tabel 2.8. Produksi Sampah tiap Kecamatan di Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No . Kecamatan Jumlah Penduduk Sampah Rumah Tangga Sampah Pasar (20% sampah RT) Lain-lain (5% sampah RT) Jumlah Produksi Sampah Jumlah Sampah yang terangkut (60% jml sampah) (jiwa) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr) 1 Bagelen 36,544 45.68 9.14 2.28 57.10 34.26 2 Banyuurip 42,769 53.46 10.69 2.67 66.83 40.10 3 Bayan 50,091 62.61 12.52 3.13 78.26 46.96 4 Bener 59,421 74.28 14.86 3.71 92.85 55.71 5 Bruno 47,791 59.74 11.95 2.99 74.68 44.81 6 Butuh 50,358 62.95 12.59 3.15 78.69 47.21 7 Gebang 46,973 58.72 11.74 2.94 73.40 44.04 8 Grabag 58,676 73.35 14.67 3.67 91.69 55.01 9 Kaligesing 41,431 51.79 10.36 2.59 64.74 38.84 10 Kemiri 65,400 81.75 16.35 4.09 102.19 61.31 11 Kutoarjo 76,501 95.63 19.13 4.78 119.54 71.72 12 Loano 44,121 55.15 11.03 2.76 68.94 41.36 13 Ngombol 45,890 57.36 11.47 2.87 71.70 43.02 14 Pituruh 66,494 83.12 16.62 4.16 103.90 62.34 15 Purwodadi 52,516 65.65 13.13 3.28 82.06 49.24 16 Purworejo 116,008 145.01 29.00 7.25 181.26 108.76 Total 900,984 1126.25 225.25 56.31 1407.81 844.69

(41)

Gambar 2.5. Diagram Produksi Sampah dan Jumlah Sampah yang Terangkut tahun 2009

Sumber : Laporan Periodik Volume Sampah TA 2009

Pengangkutan dari container dan transfer depo ke TPA menggunakan dump truck dan armroll. Daftar ketersediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Purworejo seperti yang tercantum dalam tabel 3.3. Terdapat sarana pengelolaan sampah di lokasi TPA untuk pembuatan kompos dari sampah organik. Disamping itu juga terdapat mesin granulator untuk pembuatan pupuk organik granul dari kompos. Pengelolaan pembuatan kompos dan pupuk organik granul dilakukan oleh pihak ketiga yaitu LPUA2 Mitra Agro Mulia dengan memberdayakan para pemulung sebagai tenaga kerjanya. Namun demikian operasional pengolahan sampah organik menjadi kompos (komposing) belum berjalan secara optimal karena ada kesulitan dalam memperoleh sampah organik sebagai bahan baku akibat letak bahan baku yang agak jauh dari tempat pengolahan kompos.

(42)

Tabel 2.9. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Purworejo Tahun 2007

No Jenis Prasarana/Sarana Satuan Jumlah Kondisi 1 Pengumpulan - Gerobak - TPS buah buah 29 14 2 Pemindahan/penampungan sementara - Transfer Depo - Container buah unit 2 12 3 Pengangkutan

- Dump truck volume 6 – 8 m3 - Arm Roll Truck volume 6 m3 - Mini Truck volume 2 m3 - Truk bak kayu

buah buah buah buah 7 3 1 2 3 buah 40 %,2 buah 60 %, 2 bagus

2 buah 60 %,1 buah bagus 50 %

60 % 4 Fasilitas Perlindungan Lingkungan

- Perpipaan gas metan - Sumur Pantau - Buffer Zone/Penghijauan buah 3 5 Alat berat - Power shovel - Sovel loader Buah buah 1 1 40% Sumber : Laporan Periodik Volume Sampah TA 2008

2.5.6. Drainase Lingkungan

Drainase lingkungan di wilayah perkabupatenan pengkajiannya dikhususkan pada kawasan perkabupatenan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kabupaten tersebut. Drainase perkabupatenan merupakan sistem saluran pengeringan dan pengairan dari wilayah perkabupatenan yang meliputi : permukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya, lapangan olah raga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut/sungai, obyek wisata serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kabupaten. Drainase menurut fungsinya secara umum di Kabupaten Purworejo ada dua yaitu :

1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lain seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain-lain.

2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

(43)

Gambar 2.6. Kondisi saluran drainase di Kabupaten Purworejo

Penanganan drainase perkabupatenan selama ini dihubungkan dengan saluran drainase utama yang telah ada. Saluran drainase utama Kabupaten Purworejo masih memanfaatkan sungai yang ada dan saluran pengairan yang saat ini telah berkembang menjadi saluran drainase Kabupaten Purworejo. Pada lokasi tertentu, kawasan perkabupatenan masih ada genangan akibat luapan/limpasan yang disebabkan drainase perkabupatenannya kurang optimal atau tidak sesuai lagi dengan dimensi badan saluran karena tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan perdagangan menjadi kawasan terbangun.

Kondisi genangan di Kabupaten Kutoarjo terdapat di lima lokasi yaitu Jalan Tegal Tengah, Sanepo Barat, Blimbingan, Diponegoro, pertigaan Jalan Kliwonan I dan Jalan Tanjung Anom. Mayor drain saluran drainase di Kabupaten Kutoarjo yaitu di Sungai Jali dan saluran irigasi Sudagaran. Saluran primer drainase terdapat di Jalan S. Parman, Diponegoro, Kantor Pos, Stasiun, Blimbing, Sanepo Krajan, sebagian Jalan Wismoaji, dan sebagian Jalan MT. Haryono.

Mayor drain yang terdapat di Kabupaten Purworejo yaitu di Sungai Bogowonto, Kali Dulang, dan saluran irigasi Kedung Puteri. Panjang saluran primer Kabupaten Purworejo adalah ± 11.600 meter. Saluran primer drainase terdapat di Pangenrejo, depan KODIM, Pegadaian, TBA, Suronegaran, PKPN, Baledono, Jl. WR. Supratman, Jl. Brigjend Katamso, Jl. Kartini, Perum Sucen Juru Tengah dan sekitarnya, serta Desa Tambakrejo. Lokasi

(44)

genangan Kabupaten Purworejo yang teridentifikasi dengan genangan yang terjadi setiap hujan yaitu Jalan Depan KPPN, Jalan Magelang, Perempatan Losmen Intan, Jalan Urip Sumoharjo, sekitar stasiun, sekitar pegadaian, Tugu WR. Supratman, Kawasan Pasar Suronegaran, Jalan Majapahit-Doplang, Jalan Sibak, Jalan A. Yani hingga selatan Posjis dan depan Puskesmas Mranti. Kondisi saluran drainase Kabupaten Purworejo banyak yang mengalami gangguan terutama aliran air yang kurang lancar pada gorong-gorong atau saluran air, kemiringan saluran kurang cocok serta kurang serasi antara hubungan saluran yang satu dengan yang lainnya, saluran-saluran yang terletak di bawah trotoar kurang dapat terkontrol karena jumlah bak kontrol yang sedikit atau jarak bak kontrol yang terlalu jauh.

Pembuangan air dari jalan ke saluran drainase pada beberapa ruas jalan kurang terpelihara dan bahkan tidak memiliki saluran drainase tepi, sehingga pengeringan air dari muka jalan sangat sulit selain apabila hanya dengan penguapan air pada muka jalan saja. Pada lokasi tertentu ada yang salurannya dari dimensi besar dan kemudian mengecil (saluran tersier), sehingga pada saat hujan dengan curah hujan yang agak tinggi akan menggenangi jalan. Kemiringan saluran yang ada di lapangan sangat bervariasi. Di beberapa kawasan saluran miring dengan sangat curam, tetapi di beberapa kawasan saluran hampir landai. Di beberapa tempat, saluran drainase menjadi sempit bahkan mengalami kerusakan karena terdesak oleh akar pohon yang terdapat di sepanjang jalan.

(45)

Gambar 2.7. Peta Drainase di Kutoarjo

(46)

Gambar 2.8. Peta Drainase di Kabupaten Purworejo

(47)

Gambar 2.8. Peta Genangan dalam Kabupaten Kutoarjo

(48)

Gambar 2.9. Peta Genangan dalam Kota Purworejo

(49)

2.5.7. Komponen Sanitasi Lainnya 1) Penanganan Limbah Industri

Selama ini penanganan air limbah pada kawasan industri di Kabupaten Purworejo masih belum memenuhi syarat, hanya pada kawasan industri tertentu saja yang penanganan limbahnya sudah dikelola sendiri.

2) Penanganan Limbah Medis

Limbah medis merupakan salah satu limbah B3 karena sifatnya yang infekisius, sehingga penanganannya berbeda dengan limbah lain. Di Kabupaten Purworejo penanganan limbah medis dilakukan dengan pembakaran di insenerator untuk limbah padat medis, sedangkan untuk limbah cair diolah dengan IPAL sebelum di buang diperairan terbuka.

Pengelolaan limbah cair medis dilakukan dengan mengalirkan limbah cair ke IPAL sebelum dibuang ke perairan terbuka, seperti halnya dalam pengelolaan limbah padat medis tidak semua rumah sakit dan puskesmas mempunyai fasilitas IPAL.

2.6. Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Purworejo 26.1. Visi Sanitasi Kabupaten Purworejo

Visi sanitasi Kabupaten Purworejo yang disusun berdasarkan kesepakatan anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut :

“Terwujudnya Sanitasi Kabupaten Purworejo yang Berkualitas berbasis Masyarakat”

Berkualitas : bersih, sehat dan berwawasan lingkungan.

Berbasis masyarakat : dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

26.2. Misi Sanitasi Kabupaten Purworejo

Misi sanitasi Kabupaten Purworejo yang disusun berdasarkan hasil kesepakatan anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Purworejo adalah sebai berkut : 1. Meningkatkan dan mewujudkan sarana prasarana persampahan, limbah, air

(50)

2. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara sarana dan prasarana sanitasi yang tersedia.

3. Memfasilitasi peran serta masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

4. Menetapkan regulasi yang berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi berbasis masyarakat.

5. Melaksanakan pengawasan, monitoring dan evaluasi secara partisipatif.

2.7. Strategi Sektor Sanitasi Tahun 2010-2014

Arahan pentahapan pembangunan sanitasi disesuaikan dengan arahan pentahapan pembangunan kabupaten secara menyeluruh. Berdasarkan arahan pembangunan kabupaten maka penetapan pentahapan pembangunan sanitasi tahun 2010 – 2014 merupakan pentahapan pencapaian sasaran pembangunan secara bertahap dengan perkembangan linier yang tetap mengacu pada kebijakan pengelolaan belanja daerah dengan menitik beratkan alokasi pada bidang-bidang urusan wajib dan urusan pilihan yang sesuai dengan prioritas pembangunan daerah. Pencapaian sasaran pembangunan setiap tahun mengalami kenaikan secara bertahap atau merata sepanjang tahun dengan tetap memperhatikan kinerja sektor sanitasi pemerintah Kabupaten Purworejo.

1) SUB SEKTOR AIR LIMBAH

Pengelolaan air limbah di Kabupaten Purworejo belum berjalan optimal. Rumah tangga dan industri kecil masih membuang air limbah begitu saja di sungai. Perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat belum sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat, karena masih banyak masyarakat yang BAB sembarangan. Prasarana dan sarana pengelolaan limbah cair seperti IPAL hanya terdapat di TPA Jetis dan belum beroperasi secara optimal.

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam mengatasi permasalahan air limbah, antara lain dengan mengoptimalkan fungsi IPLT dengan meningkatkan dan melengkapi sarana prasarana yang

(51)

dibutuhka, dan sosialisasi kebiasaan hidup sehat dengan pembangunan jamban keluarga ataupun MCK umum untuk mengatasi adanya pencemaran bakteri E. coli pada sumber air bersih akibat adanya perilaku buang air besar di sembarang tempat seperti pekarangan, sungai, saluran irigasi.

Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum (apakah on site maupun off site). Penentuan prioritas berdasarkan beberapa kriteria yaitu; kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaaan atau pedesaan), karakteristik tata guna lahan/ CBD (komersial atau rumah tinggal), serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut, dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan sistem pengembangan. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi Pemerintah Kabupaten dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Purworejo, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system). Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan dalam Gambar 2.10.

(52)

Gambar 2.10 Peta Prioritas Air Limbah Kabupaten Purworejo

(53)

2) SUB SEKTOR PERSAMPAHAN

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam pengelolaan persampahan diarahkan pada pengelolaan persampahan yang dapat dipergunakan untuk lintas wilayah, dengan didukung ketersediaan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA) dan armada angkut serta sumber daya manusianya.

Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standart Pelayanan Mimimum (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat dua (2) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu , wilayah tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial (CBD), permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Purworejo tertuang tertuang dalam Gambar 2.11.

(54)

Gambar 2.11 Peta Prioritas Sampah Kabupaten Purworejo

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kompensator PI-Lead telah mampu menghasilkan tegangan sebesar 5V dengan tegangan input sebesar 12 V tanpa menimbulkan overshoot ,

truk pengangkut dapat ditempatkan pada kedua sisi shovel untuk menghindari waktu tunggu, tanah permukaan rata sehingga tinggi optimal terpelihara, jalan angkut

Dalam konteks negara kita Malaysia, matlamat pembangunan ekonomi dan matlamat perpaduan negara adalah dua matlamat yang tidak dapat dipisahkan kerana kejayaan kita mencapai

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia balita dan besar keluarga tidak memiliki hubungan yang bermakna sedangkan jenis kelamin, pendidikan ibu dan status

Penyelesaian perkara tahun 2013 pada Pengadilan Agama Kebumen ada peningkatan dibadingkan dengan tahun 2012 tetapi masih perlu diupayakan peningkatan penyelesaian perkaranya,

JAMBU BTN MAYAPADA 004/002 Tanah Kongkong Ujung Bulu Kab Bulukumba Sulawesi Selatan 92513 BNI00000002186 RAHMAT KURNIAWAN RASYIDJL.. SULTAN

Pengetahuan: penguasaan ekspresi-ekspresi dan aspek- aspek kebahasaan yang relevan untuk mengungkapkan dan merespon ucapan simpati Keterampilan: keterampilan

Bununla birlikte kader, çerçeveleme tarzı içerisinde hüküm sürdüğünde, o en yüksek tehlike olur. Bu tehlike kendisini bize iki biçimde