• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja (Performance-base Management) untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik, maka perlu disusun laporan akuntabilitas pada setiap akhir tahun.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengungkap bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. RPJMN ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

(2)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 2

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014, ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu:

Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan

Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi

Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi Agenda V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan

Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya.

Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Berbagai tantangan di bidang kesehatan diantaranya: - Status kesehatan ibu dan anak masih rendah - Status gizi masyarakat masih rendah

- Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit masih tinggi - Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas

- Ketersediaan obat dan pengawasan obat-makanan masih terbatas

- Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat masih terbatas

- Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum optimal - Manajemen pembangunan kesehatan belum efektif

(3)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 3

- Kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antar tingkat sosial ekonomi masih lebar

- Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas masih rendah

Tabel 1

Sasaran Utama Pembangunan Nasional RPJMN 2010-2014 Bidang Kesehatan

No Target Status Awal

(2008) Target 2014 1 Meningkatnya umur harapan hidup 70,7 72,0 2 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per

100.000 kelahiraN hidup

228 118

3 Menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup

34 24

4 Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk)pada anak balita (persen)

18,4 < 15,0

Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan di antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7 tahun pada 2009 menjadi 72,0 tahun pada 2014, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.

Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Program kesehatan masyarakat

2. Program KB 3. Sarana kesehatan 4. Obat

5. Asuransi Kesehatan Nasional

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui delapan fokus prioritas.

1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita 2. Perbaikan status gizi masyarakat

(4)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 4

3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan,

4. Pengembangan sumberdaya manusia kesehatan

5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan

6. Pengembangan sistem jaminan pembiayaan kesehatan,

7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, dengan meningkatkan: (a) upaya perubahan perilaku dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; (b) pengembangan sarana dan prasarana serta peraturan dalam rangka mendukung upaya kesehatan berbasis masyarakat; (c) mobilisasi masyarakat dalam rangka pemberdayaan, advokasi, kemitraan dan peningkatan sumber daya pendukung; (d) keterpaduan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dengan kegiatan yang berdampak pada income generating; (e) evakuasi, perawatan dan pengobatan korban pada daerah bencana; (f) kemitraan bidang kesehatan dengan organisasi masyarakat; (g) kemandirian masyarakat dalam menanggulangi dampak kesehatan akibat bencana; dan (h) pengembangan system peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya wabah dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

Sasaran strategis dokumen perencanaan RPJMN Tahun 2010-2014 dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan dimaksud selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan melalui Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) PPKK Tahun 2012 dan Rencana Kerja (Renja) PPKK Kementerian Kesehatan Tahun 2012. Tugas pokok Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perencanaan kinerja PPKK tahun 2012 merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator berdasarkan program, kebijakan dan sasaran program/kegiatan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan berpedoman kepada dokumen perencanaan strategis pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan melalui Renstra Kemenkes Tahun 2010-2014.

(5)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 5

Pelaporan Akuntabilitas Kinerja PPKK dibuat berdasarkan hasil kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKK dan PPK Regional dan Sub Regional, sesuai DIPA PPKK tahun 2012. Diharapkan penyusunan LAKIP PPKK tahun anggaran 2012 dapat menjadi refleksi bagi seluruh komponen pelaksana kegiatan penanggulangan krisis kesehatan.

Namun demikian masih disadari bahwa laporan akuntabilitas kinerja ini belum dapat memberikan gambaran secara utuh, karena berbagai kendala penilaian terhadap program dan kegiatan yang akan disempurnakan pada masa mendatang.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja PPKK tahun 2012 merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal yang memuat keberhasilan maupun kegagalan selama pelaksanaan program/kegiatan/kebijakan tahun anggaran 2012.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Tugas pokok PPKK berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pelaksanaan tugas tersebut diatas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penanggulangan krisis kesehatan;

2. Pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan;

3. Pemantauan, evaluasi, pelaporan dan penyajian informasi pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan;

4. Koordinasi dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan krisis kesehatan;

(6)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 6

5. Koordinasi dan pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan dalam penanggulangan krisis kesehatan;

6. Pelaksanaan Administrasi Pusat Adapun susunan organisasi PPKK terdiri dari:

1. Bagian Tata Usaha

2. Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan 3. Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan

4. Bidang Pemantauan dan Informasi

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

D. SISTEMATIKA

Laporan Akuntabilitas Kinerja PPKK disusun dengan sistematika : Bab I.

Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, serta sistimatika penulisan laporan.

(7)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 7

Bab II.

Rencana strategis menjelaskan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan serta cara pencapaian tujuan. Pada awal bab ini disajikan gambaran singkat sasaran yang ingin dicapai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun 2012

Bab III.

Diuraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis Akuntabilitas Kinerja, termasuk didalamnya menguraikan sistematika keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan di ambil.

Bab IV. Penutup Lampiran.

(8)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 8

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Perencanaan Kinerja

Dalam tugas pelaksanaan tupoksi penanggulangan krisis kesehatan, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan ditetapkan sebagai salah satu unit kerja yang berada di bawah Menteri Kesehatan, sedangkan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di tingkat nasional, kementerian Kesehatan di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Gambar 2. Alur Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Tugas dan kewenangan PPKK adalah merumuskan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain, baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah terjadinya. Dalam pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait, baik pemerintah maupun non pemerintah, LSM, lembaga internasional, organisasi profesi maupun organisasi kemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Perencanaan kinerja PPKK merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana kinerja PPKK, telah disusun draft Indikator

(9)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 9

Kinerja Utama dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi.

Tabel 2 Rencana Kinerja

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (Kumulatif)

2010 2012 2012 2013 2014

Meningkatnya penanggulangan krisis kesehatan secara cepat

Jumlah kab/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana

105 150 200 250 300

B. Perjanjian kinerja

Sasaran strategis dokumen perencanaan RPJMN Tahun 2010-2014 dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan dimaksud selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan melalui Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012 dan Rencana Kerja (Renja) Kementerian Kesehatan Tahun 2012.

Tabel 3 Perjanjian Kinerja

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan T. A. 2012

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(Kumulatif)

Meningkatnya penanggulangan krisis kesehatan secara cepat

Jumlah kab/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana

200 kab/kota

Pernyataan penetapan kinerja tersebut mengartikan pernyataan kesanggupan dari pimpinan PPKK untuk mewujudkan suatu target kinerja yakni 200 kab/kota memiliki kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana. Untuk mendukung pencapaian kinerja tersebut, PPKK menetapkan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan dalam penanggulangan krisis kesehatan.

C. Visi dan Misi Visi

Visi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan yaitu : “Menurunnya Resiko Kesehatan

(10)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 10

Misi

Untuk mencapai visi yang ditetapkan, maka telah dirumuskan misi dengan rincian sebagai berikut:

a. Mengembangkan pedoman dan kebijakan yang mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan

b. Meningkatkan keterpaduan melalui pengembangan jejaring penanggulangan krisis kesehatan

c. Meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan yang bermutu dan merata

d. Menyediakan akses informasi bagi terselenggaranya penanggulangan krisis kesehatan yang cepat, tepat dan akurat

e. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan

D. Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Terselenggaranya upaya penanggulangan krisis kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka menurunkan resiko kesehatan pada setiap kejadian yang menimbulkan atau berdampak pada krisis kesehatan.

Sasaran Strategis

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan maka ditetapkan sasaran strategis yaitu : a. Meningkatnya kemampuan sumber daya dalam kegiatan penanggulangan krisis

kesehatan di Kabupaten/Kota melalui:

- Adanya petugas terlatih untuk penanggulangan krisis kesehatan di Kabupaten/Kota rawan krisis kesehatan

- Adanya produk kebijakan/pedoman untuk penanggulangan krisis kesehatan

- Adanya advokasi kebijakan penanggulangan krisis kesehatan - Adanya koordinasi penanggulangan krisis kesehatan

- Adanya sarana, prasarana dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di Kabupaten/Kota rawan krisis kesehatan

(11)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 11

- Adanya fasilitas sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan di Kabupaten/Kota rawan krisis kesehatan

- Adanya produk informasi penanggulangan krisis kesehatan

b. Meningkatnya peran dan fungsi PPKK Regional dan Sub Regional dalam penanggulangan krisis kesehatan melalui :

- Adanya sarana, prasarana dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di PPKK Regional dan Sub Regional - Adanya tenaga pelatih dan tenaga terlatih untuk penanggulangan krisis

kesehatan di PPKK Regional dan Sub Regional

- Adanya fasilitas sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan di PPKK Regional dan Sub Regional

- Optimalisasi jejaring penanggulangan krisis kesehatan yang terpadu antara PPKK Reg dan Sub Regional dengan anggota regional

c. Meningkatnya peran dan fungsi PPKK dalam penanggulangan krisis kesehatan - Tersedianya peraturan, kebijakan, pedoman dan standar yang

mendukung penanggulangan krisis kesehatan

- Optimalisasi jejaring kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan

- Tersedianya Sumber Daya Manusia yang memiliki kemampuan dalam bidang teknis fungsional dan manajemen penanggulangan krisis kesehatan di daerah rawan krisis kesehatan.

- Tersedianya sarana dan prasarana di daerah rawan krisis kesehatan yang memadai dalam penanggulangan krisis kesehatan.

- Tersedianya sistem penganggaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan penanggulangan krisis kesehatan.

- Tersedianya informasi penanggulangan krisis kesehatan yang cepat, tepat dan akurat

- Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanggulangan

E. Kebijakan dan Program

Kebijakan Penanganan Krisis Kesehatan

Penanganan krisis kesehatan diarahkan untuk:

a. Setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera mungkin secara maksimal dan manusiawi;

(12)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 12

b. Prioritas selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat medik terhadap korban luka dan identifikasi korban mati di sarana kesehatan;

c. Pelayanan kesehatan yang bersifat rutin di fasilitas-fasilitas kesehatan pada masa tanggap darurat harus tetap terlaksana secara optimal; d. Pelaksanaan penanganan krisis kesehatan dilakukan secara berjenjang

mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat dan dapat dibantu oleh masyarakat nasional dan internasional, lembaga donor, maupun bantuan negara sahabat;

e. Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri mengikuti ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian atau lembaga terkait;

f. Penyediaan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan kesehatan pada bencana dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat selaku anggota BPBD;

g. Monitoring dan evaluasi berkala pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan dilakukan dan diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kesehatan.

Program dan Kegiatan

PPKK melaksanakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya, dengan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan dengan output dalam RKA-K/L sebagai berikut:

1. Petugas terlatih penanggulangan krisis kesehatan 2. Kebijakan/Pedoman penanggulangan krisis kesehatan 3. Produk Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan 4. Penanggulangan Bencana

5. Advokasi Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan 6. Dokumen Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan 7. Peralatan Pengolah Data & Komunikasi

8. Layanan Perkantoran

9. Dokumen Perencanaan, Anggaran dan Keuangan

10. Laporan Pembinaan, Kinerja, Kepegawaian dan Kegiatan 11. Gedung

12. Perlengkapan Penanggulangan Bencana 13. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

(13)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 13

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Pencapaian kinerja di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2012 diukur dan dianalisis dari tiga sudut pandang, yaitu pencapaian target renstra PPKK (2010-2012), pencapaian sasaran strategis, dan upaya penanggulangan yang dilakukan di seluruh siklus bencana sesuai dengan tupoksi PPKK dalam Permenkes No. 1144 tahun 2010. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010 – 2014, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan melaksanakan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan yang termasuk dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Output dari kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan yaitu meningkatnya penanggulangan krisis secara cepat, yang akan dicapai dalam 5 tahun (sampai dengan 2014) dengan indikator kinerja keluaran dan target adalah “300 Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana”.

B. EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA 2011

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran, PPKK telah menetapkan indikator yaitu jumlah Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana.

Tabel 4 Capaian Kinerja

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan s.d Tahun 2011

Indikator Kinerja Target Capaian % (Kumulatif) (Kumulatif) Jumlah kab/kota yang mempunyai

kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana

150 150 100

Indikator yang tertera merupakan jumlah kumulatif sejak tahun 2010, yaitu sebanyak 105 kab/kota pada tahun 2010 dan 45 kab/kota tambahan di tahun 2011. Kabupaten/Kota dianggap mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana apabila:

(14)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 14

1. Kab/Kota memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan

Tabel 5

Peningkatan SDM Kabupaten/Kota

NO KEGIATAN

1 Petugas Terlatih Dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan

2 Petugas Terlatih Dalam TRC Dan Rapid Health Assessment (RHA) di Daerah Rawan Bencana

3 Petugas Terlatih Dalam Pengelola Data dan Informasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan

4 Petugas Terlatih Dalam Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan

5 Petugas Terlatih Dalam Teknis Penyusunan Rencana Kontinjensi

2. Kab/Kota memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan

Tabel 6

Sarana Kesiapsiagaan

NO KEGIATAN PELAKSANAAN

TARGET REALISASI 1 45 Kab/Kota memiliki sarana penunjang

penanggulangan krisis kesehatan 1. Emergency kit

2. Personal Kit

3. Alat Pengolah Data

2 paket 5 unit 1 unit 2 paket 5 unit 1 unit

Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan meliputi :

Emergency Kit (airway kit, diagnostic equipment, trauma kit, dan bag pack) dan

Personal Kit (backpack, sleeping bag, perlengkapan masak portable,

sepatu boot, ponco, raincoat, sarung tangan, kupluk, pisau lipat, global

positioning system, lampu kepala, senter dan matras);

 Alat Pengolah Data meliputi laptop dan modem yang diharapkan dapat mempercepat akses informasi dari Kab/Kota wilayah bencana

(15)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 15

C. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA

1. Pencapaian Target Rencana Kinerja Tahunan

Kegiatan penanggulangan krisis kesehatan dalam pencapaiannya selama tahun 2012 seluruhnya terlaksana. Target yang harus dicapai sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak 200 Kabupaten/Kota.

Tabel 7 Capaian Kinerja

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan s.d Tahun 2012

Indikator Kinerja Target Capaian % (Kumulatif) (Kumulatif) Jumlah kab/kota yang mempunyai

kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana

200 200 100

Indikator yang tertera merupakan jumlah kumulatif sejak tahun 2010, yaitu sebanyak 105 kab/kota pada tahun 2010, 45 kab/kota di tahun 2011 dan 50 kab/kota di tahun 2012.

Gambar 3. Jumlah Capaian Target Kumulatif Indikator PPKK

Pada tahun 2010 kabupaten/kota terpilih merupakan bagian dari program 100 hari Kementerian Kesehatan yang mendukung program utama penguatan rumah sakit di daerah. Selanjutnya pemilihan Kabupaten/Kota berdasarkan data Index Rawan Bencana Indonesia (IRBI), Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) dan

105 45 50 0 50 100 150 200 250 Kab/Kota 2012 2011 2010

(16)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 16

Daerah Terluar Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Target Kabupaten/Kota yang menjadi sasaran indikator PPKK dapat dilihat dalam lampiran.

Kabupaten/Kota dianggap mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana apabila:

a. Kab/Kota memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan

Tabel 8

Peningkatan SDM Kabupaten/Kota

NO KEGIATAN

1 Petugas Terlatih Dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan

2 Petugas Terlatih Dalam TRC Dan Rapid Health Assessment (RHA) di Daerah Rawan Bencana

3 Petugas Terlatih Dalam Pengelola Data dan Informasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan

4 Petugas Terlatih Dalam Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan

5 Petugas Terlatih Dalam Teknis Penyusunan Rencana Kontinjensi

Paradigma dalam proses penanggulangan bencana di mana lebih menitikberatkan pada kegiatan pra bencana meliputi pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, membutuhkan sumber sumber daya manusia yang cukup handal untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Salah satu kegiatan kesiapsiagaan adalah meningkatkan kapasitas sumber daya agar tersedia petugas kesehatan yang siap dan mampu menghadapi penanganan krisis kesehatan khususnya pada masa tanggap darurat bencana.

Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan

Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan pasca bencana. Pada dasarnya, upaya penanggulangan bencana meliputi:

a. Tahap prabencana, terdiri atas:

1) Situasi tidak terjadi bencana, kegiatannya adalah pencegahan dan mitigasi

(17)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 17

2) Situasi potensi terjadi bencana, kegiatannya berupa kesiapsiagaan b. Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan

darurat

c. Tahap pasca bencana, kegiatannya adalah rehabilitasi dan rekonstruksi

Peningkatan Kapasitas Petugas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dan Rapid Health

Assessment (RHA) di Daerah Rawan Bencana

Kegiatan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan Tim Reaksi Cepat dalam melakukan penanggulangan krisis kesehatan di lapangan bertujuan agar tenaga kesehatan yang bertugas dalam melakukan upaya tanggap darurat bencana dan penilaian cepat kesehatan pada saat terjadi bencana di wilayah kerjanya dapat memiliki dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan tugasnya tersebut.

Materi yang disampaikan yaitu dasar-dasar penanggulangan bencana di Indonesia, manajemen penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan saat bencana, pelayanan kesehatan lingkungan dan sanitasi serta pengendalian vektor saat bencana, pertolongan pertama pada psikologi, pengantar penilaian cepat kesehatan, teknik penilaian cepat, standar minimun pelayanan kesehatan saat bencana, standar minimum sarana pendukung pelayanan kesehatan, teknik penilaian cepat (studi kasus), korban massal (table top exercise), bantuan hidup dasar (praktek dan teori) dan simulasi.

Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pengelolaan Data Dan Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

Upaya penanggulangan krisis kesehatan (PKK) perlu dilakukan secara cepat dan tepat guna mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut perlu dukungan informasi yang cepat, tepat dan akurat mulai dari lokasi bencana, kabupaten/kota, provinsi hingga ke tingkat pusat. Mendapatkan informasi yang memadai pada saat kejadian bencana merupakan tantangan tersendiri karena kondisi bencana menyebabkan situasi chaos, kurangnya sumber daya serta kesulitan dalam berkomunikasi. Untuk itu, salah satu faktor pendukung pendukung tercapainya hal tersebut adalah apabila petugas kesehatan di Provinsi, Kabupaten/kota memiliki pemahaman yang sama mengenai sistem informasi PKK sebagaimana yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 064 tahun 2006. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan

(18)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 18

tenaga kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah yang mampu melaksanakan pengelolaan data dan informasi penanggulangan krisis kesehatan. Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini meliputi Kebijakan Penanggulangan Krisis kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan, Sistem Informasi Penanggulangan Bencana, Manajemen Data, Surveilans Bencana, Pemetaaan, Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana, Teknologi Internet, SMS Gateway, Rencana Tindak Lanjut.

Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Penggunaan Alat Komunikasi Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan

Radio Komunikasi dan SMS Gateway merupakan salah satu media penting sebagai alat pengirim informasi maupun untuk saling bertukar informasi. Perangkat radio komunikasi relatif mudah dirakit serta mampu menjangkau ”skip zone” atau area yang tidak dapat menerima suatu pancaran akibat gelombang pantul, merupakan alasan mengapa Radio Komunikasi sangat tepat sebagai alat komunikasi dalam kondisi darurat maupun untuk kegiatan pemantauan sehari-hari. Sedangkan SMS gateway merupakan media yang sangat efisien dan efektif untuk mempercepat penyebarluasan informasi. Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini antara lain Dasar-dasar Telekomunikasi, Peraturan dan Perundang-undangan dalam Sistem Alat Komunikasi, Teknik Alat komunikasi, Teknis Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Komunikasi, Pelaporan dengan SMS Gateway.

Penyusunan Bahan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan

Rencana Kontinjensi (Renkon) yaitu suatu proses perencanaan kedepan, dalam keadaan yang tidak menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan serta sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis.

Mengingat pentingnya Renkon, maka PPKK menyelenggarakan kegiatan Penyusunan Rencana Kontinjensi khususnya untuk bidang kesehatan di Kab/Kota. Renkon secara ideal disusun bersama-sama oleh masing-masing sektor yang mempunyai tanggung jawab di bidangnya dan dikoordinasikan oleh BPBD provinsi atau BPBD Kab/Kota. Bila terjadi suatu bencana, maka setiap sektor yang bertanggung jawab dalam bidangnya akan melakukan

(19)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 19

kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama itu. Dengan adanya Renkon diharapkan seluruh sektor menjadi siap menghadapi bencana serta mempermudah proses koordinasi sehingga proses penanggulangan bencana bisa berjalan secara tepat, efisien dan efektif. Diharapkan setelah ini seluruh peserta mampu mengadvokasi pemerintah setempat dan menjadi motor dalam penyusunan rencana kontinjensi yang berkesinambungan.

Pelatihan tersebut merupakan standard minimal untuk kab/kota rawan bencana target indikator. Sasaran yang diharapkan dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia tersebut untuk memberikan dukungan agar setiap kab/kota memiliki:

 Tim Reaksi Cepat

Tim mampu bergerak segera dalam waktu 0 - 24 jam yang mampu menangani korban masal (Mass Casualties Management) pada kejadian bencana, mampu melakukan bantuan life-saving, dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penilaian cepat kesehatan (Initial Assessment).

 Tim RHA

Merupakan tim aju segera setelah terjadinya bencana yang mampu melakukan penilaian cepat kesehatan dan menganalisa kebutuhan akibat bencana.

 Tim Bantuan Kesehatan

Terdiri dari tim medis dan pendukung yang memiliki motivasi tinggi sehingga mampu memberikan treatment secara menyeluruh seperti melakukan triase, perawatan emergency, maupun perawatan pasien lanjutan (prolong treatment), surveilans lingkungan, dan mampu menggunakan komunikasi radio.

 Tenaga manajemen bencana bidang kesehatan dengan kompetensi seperti surveilans, manajeman obat dan perbekalan, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi, kesehatan anak, kesehatan gizi, penyakit menular, kesehatan lingkungan, dan promosi kesehatan.

(20)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 20

b. Kab/Kota memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan Tabel 9

Sarana Kesiapsiagaan

NO KEGIATAN PELAKSANAAN

TARGET REALISASI 1 50 Kab/Kota memiliki sarana penunjang

penanggulangan krisis kesehatan 4. Emergency kit

5. Personal Kit

6. Alat Pengolah Data

2 paket 5 unit 1 unit 2 paket 5 unit 1 unit

Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan meliputi :

Emergency Kit (airway kit, diagnostic equipment, trauma kit, dan bag pack) dan

Personal Kit (backpack, sleeping bag, perlengkapan masak portable,

sepatu boot, ponco, raincoat, sarung tangan, kupluk, pisau lipat,

global positioning system, lampu kepala, senter dan matras);

 Alat Pengolah Data meliputi laptop dan modem yang diharapkan dapat mempercepat akses informasi dari Kab/Kota wilayah bencana Pada akhirnya kabupaten/kota tersebut diarahkan menjadi kabupaten/kota siaga bencana yang memiliki sumber daya kesehatan yang diperlukan untuk melakukan usaha penanggulangan bencana, khususnya untuk masa tanggap darurat bencana di wilayahnya, dan membantu wilayah lain sesuai kemampuannya.

2. Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub Regional

Terkait peningkatan peran dan fungsinya dalam penanggulangan krisis kesehatan, PPK Regional dan Sub Regional telah menyelenggarakan kegiatan pendampingan penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan untuk anggota regionalnya melalui anggaran Dekonsentrasi.

Selain itu PPK Regional dan Sub Regional PPKK juga berupaya meningkatkan peran dan fungsinya dalam penanggulangan krisis kesehatan melalui kegiatan Rapat Koordinasi dengan anggota regionalnya.

(21)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 21

a. Pelembagaan Pusat Penanggulangan Krisis Regional

Sejak tahun 2006 PPKK membentuk Regional Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 783/Menkes/SK/II/2006 yang bertujuan agar dapat mendekatkan dan mempercepat dukungan bantuan kesehatan secara terkoordinasi pada kejadian bencana dan krisis kesehatan dengan kepala Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Ketua Regional. Pengaturan wilayah regional diatur dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya kesehatan setempat dan kemudahan akses untuk menjangkau wilayah pelayanan.

Gambar 4. Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan Subregional

Setiap Regional Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dilengkapi dengan Gedung Kantor, Gedung Transit, dan Peralatan Kantor serta Peralatan Penanggulangan Bencana. Namun dalam perkembangannya regional saat ini masih belum berperan secara maksimal karena beberapa faktor antara lain faktor ketenagaan, faktor birokrasi dan faktor dukungan kesiapan perbekalan penanggulangan krisis kesehatan yang belum maksimal.

(22)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 22

Pusat Penanggulangan Krisis Regional (PPK Regional) yang ada saat ini membantu Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam mempercepat respons dan mendekatkan pelayanan kesehatan bagi korban bencana yang pengelolaannya dilaksanakan oleh dinas kesehatan provinsi yang menjadi pusat regional. Setiap PPK Regional mempunyai wilayah kerja antar daerah dan antar provinsi yang menjadi anggotanya. Dalam pelaksanaannya, dinas kesehatan provinsi didukung oleh sekretariat PPK Regional yang diusulkan menjadi unit pelaksana teknis yang berada di bawah Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan.

b. Bantuan Operasional Pusat Penanggulangan Krisis Regional

Bantuan operasional diberikan kepada 9 Pusat Penanggulangan Krisis Regional yaitu PPK Regional Sumatera Utara (Medan), PPK Regional Sumatera Selatan (Palembang), PPK Regional Jakarta (DKI Jakarta), PPK Regional Jawa Tengah (Semarang), PPK Regional Jawa Timur (Surabaya), PPK Regional Kalimantan Selatan (Banjarmasin), PPK Regional Bali (Denpasar), PPK Regional Sulawesi Selatan (Makassar) dan PPK Regional Sulawesi Utara (Manado) serta 2 Sub Regional yaitu PPK Sub Regional Sumatera Barat (Padang) dan PPK Sub Regional Papua (Jayapura) dengan tujuan agar PPK Regional dapat berperan maksimal untuk mempercepat upaya penanggulangan krisis kesehatan. Bantuan operasional dalam upaya pemenuhan kebutuhan masing-masing regional dan sub regional dilakukan secara bertahap dan sesuai kebutuhan untuk pengelolaan gedung kantor, gedung transit, dan peralatan kantor serta peralatan penanggulangan bencana.

c. Dekonsentrasi Anggaran Pusat Penanggulangan Krisis Regional

Penggunaan dana dekonsentrasi kegiatan penanggulangan krisis kesehatan digunakan untuk

- Rapat Koordinasi PPK Regional/Sub Regional

Untuk mensinergiskan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang terkoordinasi antara ketua dan anggota PPK Regional/Sub Regional, maka dilakukan pertemuan berkala Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah kerja PPK Regional/Sub Regional.

(23)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 23

- Penyusunan Rencana Kontijensi Bidang Kesehatan Kab/Kota Rawan Bencana

Kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan di wilayah / daerah yang dituangkan dalam dokumen rencana kontijensi bidang kesehatan bagi Kab/Kota rawan bencana di wilayah kerja PPK Regional/Sub Regional - Pembinaan dan Monitoring Penanggulangan Krisis Kesehatan

Pembinaan provinsi/kabupaten/kota di wilayah kerja masing-masing, melalui penguatan upaya kesiapsiagaan, tanggap darurat maupun pemulihan darurat. Pemantapan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait, maupun monitoring situasi krisis kesehatan

3. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan

PPKK telah menyelenggarakan semua kegiatan tahun 2012 di seluruh siklus bencana yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi PPKK berdasarkan Permenkes No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010. Kegiatan tersebut dibagi ke dalam 3 fase, yaitu:

Fase prabencana:

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penanggulangan krisis kesehatan, berupa :

- Pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan bagi kader pemberdayaan masyarakat

- Pedoman penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan pasca bencana

- Pelembagaan pusat penanggulangan krisis regional - Workshop SPGDT

- Review pedoman emergency nursing

b. Pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan, seperti Evakuasi TKI overstay/ TKIB di Jeddah, Evakuasi WNI dari konflik di Suriah c. Pemantauan, pelaporan dan penyajian informasi pelaksanaan tugas di bidang

penanggulangan krisis kesehatan, seperti : - Piket harian,

- Penyusunan buku tinjauan bencana tahun 2011; - Penyusunan buletin;

(24)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 24

d. Koordinasi dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan krisis kesehatan, seperti :

- Penyelenggaraan geladi penanggulangan krisis kesehatan di kabupaten kota;

- Peningkatan kapasitas fasilitator dalam penanggulangan krisis kesehatan; - Penyusunan SOP PPKK;

- Penyempurnaan sistem informasi;

- Monitoring dan evaluasi program pemantauan dan informasi di PPK regional dan subregional;

- Mobilisasi fasilitas kesehatan RS lapangan untuk mendukung kegiatan Sail Morotai;

- Perencanaan rumah sakit dalam penanggulangan krisis kesehatan; - Pertemuan lintas-program dan lintas-sektor dalam penanggulangan krisis

kesehatan;

- Rapat koordinasi teknis PPK regional dan subregional. - Health cluster meeting

- Gelar Rumah Sakit Lapangan di Cibubur dan Sentul.

- Penyelenggaraan Gladi Penanggulangan Krisis Kesehatan di Sukabumi dan Ternate

e. Pelaksanaan administrasi pusat.

Fase tanggap darurat:

a. Koordinasi dan pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan dalam penanggulangan krisis kesehatan

Pemantauan bencana dilakukan selama 24 jam, 365 hari dengan jumlah shift 2x sehari pada waktu di luar jam kerja, hari libur maupun hari raya. Kejadian bencana di laporkan dan diperbaharui setiap hari sampai masa tanggap darurat berakhir.

Menurut data yang tercatat selama tahun 2012 di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, frekuensi kejadian krisis kesehatan sebanyak 496 dan mengakibatkan korban meninggal sebanyak 656 orang, luka berat/rawat inap 2.374 orang, luka ringan/rawat jalan 7.490, hilang 301 orang, dan pengungsi sebanyak 66.758 orang. Selama tahun 2012, PPKK telah memobilisasi tenaga kesehatan dalam penanggulangan Krisis Kesehatan untuk 16 kejadian krisis kesehatan, salah satunya saat evakuasi korban jatuhnya Pesawat Sukoi di kaki Gunung Salak. Data kejadian bencana berdasarkan hasil pemantauan dapat dilihat pada lampiran

(25)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 25

Gambar 5. Grafik Persentase Korban Meninggal Menurut Kelompok Bencana Tahun 2012

Gambar 6. Grafik Persentase Luka Berat/Rawat Inap Menurut Kelompok Bencana Tahun 2012

Gambar 7. Grafik Persentase Luka Ringan Menurut Kelompok Bencana Tahun 2012

b. Pelaksanaan administrasi Pusat

Dukungan tenaga, logistik maupun dana operasional diberikan untuk membantu mengatasi krisis kesehatan baik di dalam maupun di luar negeri.

27%

60% 13%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

45%

24% 31%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

45%

24% 31%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

(26)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 26

Bantuan operasional dapat berupa handling cost, bahan habis pakai bantuan operasional PPK Regional dan Sub PPK Regional, klaim perawatan pasien korban bencana, biaya operasional pada saat siaga darurat, tanggap darurat dan pemulihan.

Pada tahun 2012 bantuan operasional yang diberikan kepada daerah yang mengalami kejadian krisis kesehatan adalah sebesar Rp 1.456.658.900,- atau sekitar 48,5% dari total permintaan bantuan yang diajukan, jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan 27 kejadian krisis kesehatan di 15 provinsi. (Lampiran)

Bantuan operasional juga diberikan pada upaya penanggulangan krisis kesehatan untuk bencana letusan Gunung Ijen, Gunung Semeru, Gunung Raung, dan Gunung Rokatenda; kerusuhan Tolikara, Bima, dan Lampung Selatan; jatuhnya pesawat Sukoy Jet 100, gempa bumi Parigi Montoung, banjir bandang maupun banjir di beberapa provinsi (Lampiran).

Pembayaran tagihan klaim rumah sakit untuk pengobatan dan perawatan korban bencana pada kejadian bencana dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 8. Grafik Jumlah Permintaan Bantuan Operasional Krisis Kesehatan Permintaan bantuan dana penanggulangan bencana paling banyak diajukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan frekuensi kejadian krisis kesehatan juga paling banyak dialami oleh Provinsi Jawa Timur.

Fase pascabencana:

Evaluasi pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan, seperti, pertemuan evaluasi tanggap darurat dan pemulihan krisis kesehatan.

0 1 2 3 4 5 6 Gorontalo Jabar NTT Papua Lampung Maluku Sulut Sumsel Sumut Sulteng Sumbar NTB Aceh Jatim

(27)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 27

- Pertemuan Evaluasi Tanggap Darurat Dan Pemulihan Krisis Kesehatan Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis Kesehatan Akibat Bencana dilakukan terkait dengan penanganan permasalahan kesehatan jiwa pasca konflik sosial di Kabupaten Sampang, Madura, Pelaksanaan SPGDT pada kecelakaan transportasi Kapal Feri Bahuga serta penanganan permasalahan kesehatan lingkungan dan pasca bencana banjir bandang di Kota Ambon dan Kota Padang.

Evaluasi dilaksanakan dengan maksud untuk untuk mengetahui seberapa besar upaya pelayanan kesehatan terhadap korban yang dilakukan pada masa tanggap darurat dan pasca tanggap darurat, yang hasilnya dapat dijadikan bahan pembelajaran dan perbaikan dimasa yang akan datang. - Pertemuan Lintas Program Dan Lintas Sektor Dalam Penanggulangan Krisis

Kesehatan

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, menyelenggarakan pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor di Hotel Sahid, Jakarta. Pertemuan ini dinilai penting untuk terselenggaranya upaya penanggulangan krisis kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka menurunkan risiko kesehatan pada setiap kejadian bencana yang berdampak pada kejadian krisis kesehatan.

Kegiatan pertemuan ini sangat tepat momentumnya, karena bertepatan waktunya dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 48, sehingga dapat menjadi pemicu semangat jajaran kesehatan untuk berkarya lebih baik lagi dalam penanggulangan krisis kesehatan. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan menyambut baik dilaksanakannya kegiatan pertemuan ini, dan mengucapkan selamat atas prestasi yang dicapai oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dalam waktu dekat ini menjadi WHO

Collaboration Centres (WHO CC).

Pertemuan ini diharapkan peran dari masing-masing lintas program , lintas sektor maupun masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan dapat tersosialisasi dan dipahami bersama, dan PPK Regional dan PPK Sub Regional dapat menentukan program-program yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi wilayahnya masing dengan memperhatikan peranan masing-masing lintas program, lintas sektor maupun masyarakat, yang memperioritaskan peningkatan kemampuan dalam pengurangan risiko

(28)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 28

bencana yaitu pada tahap pra bencana melalui kegiatan peningkatan untuk upaya preventif, mitigasi maupun kesiapsiagaan.

4. Keberhasilan

a. PPKK telah memenuhi semua sasaran strategis yang ditetapkan, yaitu meningkatnya kemampuan sumber daya dalam kegiatan PKK di Kabupaten/Kota, meningkatnya peran dan fungsi PPK Regional dan Sub Regional dalam PKK; dan meningkatnya peran dan fungsi PPKK dalam penanggulangan krisis kesehatan.

b. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan mendapatkan predikat sebagai World

Health Organization Collaborating Centre (WHO CC) untuk pengurangan

risiko bencana bidang kesehatan sejak tanggal 28 November 2012. WHO mengakui PPKK mempunyai pengalaman dalam menangani bencana serta program pengurangan resiko bencana bidang kesehatan yang telah diakui di tingkat nasional dan internasional. Jenis kegiatan yang akan dilakukan adalah pendidikan dan pelatihan, penelitian, serta pengembangan produk seperti pedoman dsb. Keberadaan PPKK-WHO CC diharapkan juga dapat lebih menggairahkan kegiatan penelitian di Indonesia terkait krisis kesehatan yang selama ini masih sangat langka padahal pengalaman dan frekuensi kejadiannya yang cukup tinggi merupakan potensi luar biasa bagi kita semua untuk menghasilkan karya-karya ilmiah yang dapat dimanfaatkan secara nasional maupun internasional.

c. PPKK meraih penghargaan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Pusat Kedokteran dan Kesehatan atas pengabdian dalam operasi DVI pada kasus jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat.

d. Kerjasama dengan lintas sektor membuat nota kesepahaman bersama, yaitu: 1) MoU dengan BMKG tentang Early Warning System untuk Gempa dan

tsunami

2) MoU dengan RAPI tentang pelayanan informasi dalam penanggulangan krisis kesehatan

3) MoU dengan Kemhan

e. Setiap tahapan kinerja yang dilakukan adalah untuk mencapai outcome dari semua kegiatan penanggulangan krisis kesehatan adalah tertanggulanginya krisis kesehatan secara tepat dan cepat.

(29)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 29

5. Permasalahan

Belum adanya regulasi yang mengatur tata cara pemanfaatan serta pertanggungjawaban penggunaan sumber daya bantuan bencana pada saat tanggap darurat yang dilakukan secara khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan.

6. Usulan Pemecahan Masalah

Melakukan koordinasi untuk mendorong terbentuknya regulasi yang mengatur tata cara pemanfaatan serta pertanggungjawaban penggunaan sumber daya bantuan bencana pada saat tanggap darurat yang dilakukan secara khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan.

D. SUMBER DAYA

1. Sumber Daya Manusia

Pada tahun 2012, PPKK memiliki pegawai sebanyak 67 orang. Dari jumlah tersebut, 59 orang adalah PNS dan 8 orang sebagai tenaga honorer. PPKK dipimpin oleh 1 orang Kepala, 4 orang pejabat eselon III, 9 orang pejabat eselon IV dan 53 orang staff yang terdistribusi di 1 (satu) bagian dan 3 (tiga) bidang, dengan rincian 29 pegawai di bagian Tata Usaha memiliki 11 pegawai di Bidang Pencegahan, Mitigasi & Kesiapsiagaan , 13 pegawai di bidang Tanggap Darurat & Pemulihan dan 13 pegawai di bidang Pemantauan & Informasi.

Gambar 9. Grafik Pembagian Pegawai

44% 16% 17% 23% TU TDP PMK PI

(30)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 30

Kepangkatan pegawai PPKK terdiri dari 6 orang golongan II, 45 orang golongan III dan 7 orang golongan IV. Penerimaan pegawai baru menggantikan pegawai pensiun memberikan kontribusi positif karena tingkat pendidikan menjadi bagian dari persyaratan dalam rekruitmen pegawai.

Gambar 10. Grafik Golongan Kepangkatan

Pegawai PPKK memiliki latar belakang pendidikan yang beragam dengan rincian 10 orang dengan pendidikan SMA, 6 orang dengan pendidikan Diploma, 37 orang dengan pendidikan Sarjana dan 13 orang dengan pendidikan Pascasarjana Magister.

Gambar 11. Grafik Jenjang Pendidikan Terakhir 9% 77% 14% II III IV SMA 17% Akademi/D3 9% Sarjana 53% Pascasarjana 21%

(31)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 31

Pegawai PPKK memiliki latar belakang pendidikan sangat beragam, karena kebutuhan dalam penanggulangan bencana memerlukan berbagai disiplin ilmu dan keahlian. sebagian besar pegawai memiliki latar belakang pendidikan kesehatan masyarakat, dokter dan manajemen.

Gambar 12. Grafik Latar Belakang Pendidikan

Proporsi perbandingan pegawai pria dengan wanita tidak berbeda secara signifikan yang terdiri dari 36 pegawai pria dan 31 pegawai wanita. Semua pegawai dibekali dengan kemampuan penanggulangan bencana di lapangan dengan tanpa membedakan gender.

Gambar 13. Grafik Perbandingan Jenis Kelamin dokter 18% dokter gigi 6% farmasi 2% teknik informatika 7% teknik elekro 7% manajemen 13% Hukum 2% Sastra 4% Akuntasi 6% sekertaris 2% kesehatan masyarakat 22% Pemerintahan 7% Psikologi 2% Komunikasi 2% 55% 45% Pria Wanita

(32)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 32

Dari data di atas, maka untuk meningkatkan kualitas pegawai yang ada pada tahun 2012 PPKK telah mengikutsertakan pegawai-pegawainya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan di tingkat internasional diantaranya pada pelatihan sebagai berikut :

1. Regional Training on Injury Epidemilogy, Prevention and Care, Kohn Kaen Thailand

2. Ausmat Team Leader Course, Darwin-Australia 3. Emergency Response Team Training, Beijing – China

4. Basic Knowledge of Nuclear, Radiation and Emergency Medicine, Tokyo Japan

2. Sumber Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) tahun 2012, jumlah aset PPKK sebesar Rp. 524.244.663.062,- (lima ratus dua puluh empat milyar dua ratus empat puluh empat juta enam ratus enam puluh tiga ribu enam puluh dua rupiah) yang tersebar di kantor pusat PPKK, 9 (sembilan) Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan 2 (dua) Pusat Penanggulangan Krisis Sub Regional yang terdiri dari:

1. Aset Persediaan

Aset persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan penanggulangan bencana. Aset Persediaan yang dimiliki PPKK pada tahun 2012 sebesar Rp 11.017.991.217 (data per 31 Desember 2012). Jumlah tersebut lebih kecil daripada aset yang dimiliki oleh PPKK pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 15.123.551.112 (data per 31 Desember 2011).

Tabel 10 Rincian Persediaan

Uraian 2012 2011

Persediaan Untuk Tujuan Strategis/Berjaga-jaga

Rp 11.017.991.217,-

Rp 15.123.551.112,-

(33)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 33

Mutasi Persediaan pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 11

Mutasi Persedian Tahun 2012

Saldo per 31 Desember 2011 Rp 15.123.551.112,- Mutasi Kurang :

Persediaan Untuk Tujuan Strategis / Berjaga – Jaga Rp. 4.105.559.895,- Saldo per 31 Desember 2012 Rp 11.562.491.217,-

Semua jenis aset persediaan pada tanggal pelaporan berada dalam kondisi baik

2. Aset Tetap

Aset Tetap yang dimiliki PPKK pada tahun 2012 sebesar Rp 497.060.171.845 (data per 31 Desember 2012). Jumlah tersebut lebih besar daripada aset tetap yang dimiliki oleh PPKK pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 486.774.094.345 (data per 31 Desember 2011.

Tabel 12 Rincian Aset Tetap

No Uraian 2012 2011

1. Tanah - -

2. Peralatan dan Mesin Rp. 447.587.840.775,- Rp. 439.050.707.275,- 3. Gedung dan Bangunan Rp. 49.113.709.400,- Rp. 46.181.159.400,- 4. Jalan Irigasi dan Jaringan Rp. 326.106.000,- Rp. 326.106.000,- 5. Aset Tetap Lainnya Rp. 32.515.670,- Rp. 32.515.670,- 6. KDP - Rp. 95.700.000,- 7. Aset Tetap Dalam

Renovasi

- Rp. 1.087.906.000,-

(34)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 34

3. Tanah

PPKK tidak memiliki aset tetap berupa tanah.

4. Peralatan dan Mesin

Aset Peralatan dan Mesin yang dimiliki PPKK pada tahun 2012 sebesar Rp 447.587.840.775 (data per 31 Desember 2012). Jumlah tersebut lebih besar daripada aset peralatan dan mesin yang dimiliki oleh PPKK pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 439.050.707.275 (data per 31 Desember 2011).

Realisasi Belanja dalam rangka perolehan Aset Peralatan dan Mesin pada Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar Rp. 17.465.933.500 yang merupakan belanja modal peralatan dan mesin. Sedangkan perolehan Peralatan dan Mesin dari pembelian adalah sebesar Rp. 8.537.133.500. Selisih realisasi belanja modal dengan hasil perolehan asset dari pembelian merupakan kapitalisasi aset yang perolehannya bersumber dari belanja barang namun memenuhi kriteria sebagai Peralatan dan Mesin.

Tabel 13

Kenaikan Nilai Peralatan dan Mesin Tahun 2012

Saldo per 31 Desember 2011 Rp. 439.050.707.275,- Mutasi Tambah :

Peralatan dan Mesin Rp. 14.627.983.500,- Mutasi Kurang :

Peralatan dan Mesin Rp. 5.622.800.000,- Saldo per 31 Desember 2012 Rp 447.587.840.775,-

Sedangkan transaksi penambahan dan pengurangan peralatan dan mesin adalah berupa:

a. Penambahan terjadi karena pembelian Alat Kesehatan RS Lapangan beserta perlengkapan menghadapi bencana sebesar Rp. 14.627.983.500

(35)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 35

b. Pengurangan terjadi karena ada sebagian Alat Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan yang diberikan atau transfer out ke RS. Fatmawati dan Pusat Kesehatan Haji

Tabel 14

Alat Kesehatan yang Dimutasi Keluar ke RS. Fatmawati

No. Nama Alat Merk Model Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1. Mesin X-Ray Mobile HITACHI Sirius Star 1 Unit Rp 473.000.000,- Rp 473.000.000,- 2. Mesin X-Ray C-Arm HITACHI DHF-105 CX 2 Unit Rp 1.309.000.000,- Rp2.618.000.000,- 3. Lampu Operasi Chongwae CHS-7+4LD 1 Unit Rp 252.010.000,- Rp 252.010.000,- 4. Blod

Refrigerator KIRSCH Super V 1Unit Rp 39.600.000,- Rp 39.600.000,-

5. Scrub Station Chongwae CHS-Matic II 1 Unit Rp 90.420.000,- Rp 90.420.000,- 6. Oksigen Consentrato r

YMO FY4 1 Unit Rp 15.400.000,- Rp 15.400.000,-

7. Anaesthesy mesin & ventilator

ACOMA Fro-45 1 Unit Rp 935.000.000,- Rp 935.000.000,-

8.

Defibilator Midtronic Life Fran

20 1 Unit Rp 216.370.000,- Rp 216.370.000,- 9. Bedside

monitor

Fukuda

Densi 333 SQ 1 Unit Rp 209.000.000,- Rp 209.000.000,- 10 Autoclave DELTA 2000 1 Unit Rp 374.000.000,- Rp 374.000.000,-

11 Meja

Operasi Chongwae

(36)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 36

Tabel 15

Alat Kesehatan yang Dimutasi Keluar ke Pusat Kesehatan Haji

No. Nama Alat Merk Model Jumlah Harga Satuan (Rp)

Jumlah (Rp) 1. X-Ray

Mobile unit - - 2 Unit Rp 200.000.000,- Rp 400.000.000,-

5. Gedung dan Bangunan

Nilai Gedung dan Bangunan yang dimiliki PPKK pada tahun 2012 sebesar Rp Rp. 49.113.709.400 (data per 31 Desember 2012). Jumlah tersebut lebih besar daripada nilai gedung dan bangunan yang dimiliki oleh PPKK pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp Rp 46.181.159.400 (data per 31 Desember 2011).

Realisasi Belanja dalam rangka perolehan Aset Gedung dan Bangunan pada Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar Rp. 2.932.550.000 yang merupakan belanja modal gedung dan bangunan. Adapun aset tersebut berada di kantor Sub. Regional Sumatera Barat. Mutasi Gedung dan Bangunan per tanggal pelaporan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 16

Mutasi Gedung dan Bangunan

Saldo per 31 Desember 2011 Rp. 46.181.159.400,- Mutasi Tambah :

Peralatan dan Mesin Rp. 2.932.550.000,- Saldo per 31 Desember 2012 Rp 49.113.709.400,-

6. Jalan, Irigasi dan Jaringan

Saldo Jalan, Irigasi dan Jaringan per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 326.106.000,- dan per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 326.106.000,-. Tidak terjadi perubahan nilai terhadap jalan, jaringan, dan irigasi yang dimiliki oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(37)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 37

7. Aset Tetap Lainnya

Saldo Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 32.515.670 dan per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 32.515.670. Tidak terjadi perubahan nilai terhadap Aset Tetap Lainnya yang dimiliki oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

8. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)

Saldo konstruksi dalam pengerjaan per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 0 dan per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 95.700.000. Mutasi Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) adalah sebagai berikut :

Tabel 17

Mutasi Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)

Saldo per 31 Desember 2011 Rp. 95.700.000,- Mutasi Kurang :

Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) Rp. 95.700.000,-

Saldo per 31 Desember 2012 Rp 0,-

9. Aset Lainnya

Jumlah Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 16.166.500.000 dan per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 16.166.500.000. Tidak terjadi perubahan nilai terhadap Aset Lainnya yang dimiliki oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

10. Aset Tak Berwujud

Saldo aset tak berwujud (ATB) per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 176.500.000 dan per 31 Desember 2011 adalah Rp. 176.500.000. Tidak terjadi perubahan nilai terhadap Aset Tak Berwujud yang dimiliki oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(38)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 38

11. Aset Lain-lain

Saldo aset lain-lain per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 15.990.000.000 dan per 31 Desember 2011 adalah Rp 15.990.000.000. Tidak terjadi perubahan nilai terhadap Aset Lain-Lain yang dimiliki oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dengan besarnya sarana dan prasarana yang dimiliki PPKK, baik aset di pusat maupun di Regional dan Sub Regional, diperlukan pengelolaan BMN khususnya terhadap permintaan barang persediaan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak pemegang kebijakan, untuk turut menentukan tingkat keberhasilan penanggulangan krisis kesehatan kaitannya dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup dan memadai.

3. Sumber Daya Keuangan

Alokasi anggaran PPKK mengalami penurunan sejumlah 43 % dari total alokasi tahun 2011 sebesar Rp. 129.125.000.000,-; pada tahun 2012 menjadi Rp. 55.188.724.000,- sesuai dengan penetapan pagu anggaran dari Kementerian Keuangan. Seiring dengan kebijakan efisiensi perjalanan dinas, realisasi anggaran juga mengalami penurunan berdasarkan besaran nilai, namun mengalami peningkatan persentase dari total alokasi.

Gambar 14. Alokasi dan Realisasi Anggaran TA 2011 dan 2012 0 50 100 150 2011 2012 Alokasi Realisasi 45,6 % 77,8%

(39)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 39

Pencapaian kinerja PPKK selama tahun 2012 didasarkan pada masing-masing kegiatan dengan membandingkan target penetapan kinerja dengan realisasi capaian kegiatan. PPKK memperoleh anggaran APBN yang di alokasi melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2012 sejumlah Rp.

69.216.795.000,- (enam puluh sembilan juta dua ratus enam belas juta tujuh

ratus sembilan puluh lima ribu rupiah) dan mengalami efisiensi hingga alokasi akhir sejumlah Rp. 55.188.724.000,- (lima puluh lima milyar seratus delapan puluh delapan juta tujuh ratus dua puluh empat ribu rupiah) . Dalam proses pelaksanaannya, anggaran PPKK mengalami empat kali revisi (Lampiran), yaitu:

1. Revisi I dalam rangka pergeseran antar keluaran dan antar jenis belanja pada kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan

2. Revisi II dalam rangka pencairan dana yang diblokir/tanda bintang 3. Revisi III dalam rangka efisiensi anggaran PPKK

4. Revisi IV dalam rangka pencatatan hibah langsung luar negeri dan hibah langsung dalam negeri ke dalam pagu anggaran PPKK TA 2012

Pada revisi ke-2 RKAKL yang dimaksudkan untuk mencairkan dana yang diblokir/tanda bintang (*) terdapat output baru yaitu Output Cadangan yang disebabkan oleh adanya selisih antara dana yang diblokir dengan dana yang terdapat dalam data dukung.

Pada tahun 2012, terdapat kebijakan dari pemerintah untuk mengefisiensi anggaran di Kementerian/Lembaga. Anggaran PPKK yang diefisiensi sebesar Rp 16.028.143.000,- atau 23% dari total anggaran PPKK. Hal ini terdapat dalam revisi ke-3 RKAKL Satker PPKK.

Pada akhir tahun 2012, PPKK melakukan revisi RKAKL ke-4 yaitu pencatatan dana hibah langsung luar negeri sebesar Rp 511.641.000,- dan hibang langsung dalam negeri sebesar Rp 1.488.431.000,-.

Untuk mengetahui realisasi, kemajuan dan kendala yang ditemui dalam rangka pencapaian sasaran, dilakukan penilaian akuntabilitas guna perbaikan pelaksanaan program / kegiatan pada masa yang akan datang. Analisis akuntabilitas didasarkan dengan membandingkan tingkat kinerja yang

(40)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI 40

direncanakan dengan realisasi pencapaian kinerja dalam tahun 2012 pada masing-masing kegiatan.

Gambar 15. Grafik Realisasi Kinerja dan Rencana Penarikan Kas TA 2012 Tabel 18

Realisasi Anggaran T. A. 2012

NO. URAIAN OUTPUT

ALOKASI ANGGARAN

REVISI

REALISASI % FISIK

1 Petugas terlatih penanggulangan krisis

kesehatan 4.312.434.000 4.147.723.850 96.18 % 100 % 2 Kebijakan/Pedoman penanggulangan

krisis kesehatan 1.487.181.000

1.248.327.500 84.00 % 96.88 % 3 Produk Informasi Penanggulangan Kriss 1.832.122.000

1.699.232.500 92.75 % 100 % 4 Penanggulangan Bencana 9.194.231.000 6.521.406.015 84.63 % 153.70 % 5 Advokasi Kebijakan Penanggulangan

Krisis Kesehatan 3.182.675.000 2.679.272.300 84.18 % 100 % 6 Dokumen Koordinasi Penanggulangan

Krisis Kesehatan 1.888.886.000 1.823.226.150 97.00 % 100 % 7 Peralatan Pengolah Data & Komunikasi 956.550.000 752.747.140 78.69 % 100 % 8 Layanan Perkantoran 1.793.455.000 1.274.364.813 71.06 % 100 % 9 Dokumen Perencanaan, Anggaran dan

Keuangan 464.340.000 404.789.000 87.18 % 100 % 10 Laporan Pembinaan, Kinerja,

Kepegawaian dan Kegiatan 1.948.798.000 1.483.713.284 76.13 % 100 % 11 Gedung 2.865.820.000 2.847.750.000 99.37 % 100 % 12 Perlengkapan Penanggulangan Bencana 24.650.982.000 17.719.702.500 71.88 % 100 %

6,56 12,84 20,52 79,76 14,86 50,73 62,82 103,89 12,73 63,52 74,48 100 0 20 40 60 80 100 120 TW I TW II TW III DES ANGGARAN FISIK RPK

Gambar

Tabel 2  Rencana Kinerja
Tabel 4  Capaian Kinerja
Gambar 3. Jumlah Capaian Target Kumulatif Indikator PPKK
Gambar 4. Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan Subregional
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KREATIVITAS DALAM PEMECAHAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR SISWA KELAS VII SMP ISLAM GANDUSARI

[r]

Angka yang ditunjukkan pada kelompok K 4 lebih besar dibandingkan K 3 menandakan pengaruh pemberian Zn dosis 5 mg/ kg BB selama 30 hari terhadap kadar glukosa darah lebih

3.4 Menelaah pola penyajian dan kebahasaan teks iklan, slogan, atau poster (yang membuat bangga dan memotivasi) dari berbagai sumber yang dibaca dan didengar. 4.4 Menyajikan

adalah penting, pada awal kehidupan anak, menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui kebiasaan-kebiasaan yang baik dan jangan seklai-kali mendidik anak berdusta,

Diakses dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151009135736-106- 83942/asean-punya-kesepakatan-soal-asap-apakah-berfungsi/, pada tanggal 29 Januari 2016 pukul

[r]

Pada hari ini Kamis tanggal dua puluh bulan Oktober tahun Dua Ribu Enam Belas, kami Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya