LOST SPACE IN TIME
Rowland Asfales Deden Hendan Durahman, M.Sch
Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: [email protected]
Kata Kunci : zona nyaman, ilusif, juxtaposition, virtual
Abstrak
Kita hidup dalam masyarakat yang menyatakan kenyamanan dan kemapanan sebagai tujuan hidup. Tetapi kenyamanan akan mengurangi motivasi kita untuk terus bertransformasi. Kenyamanan akan menghalangi meraih mimpi-mimpi kita. Kita seperti singa di kebun binatang : mendapat makanan yang cukup dan menghabiskan waktu untuk duduk-duduk pasif tanpa menyadari bahwa dia adalah raja hutan.
Zona nyaman membentuk rasa puas akan diri sendiri atau yang disebut complacent. Complacent akhirnya menciptakan batas antara kita dan keajaiban di luar. Zona nyaman membentuk batas yang ilusif, otomatis dan kita tidak menyadari telah kehilangan banyak waktu dan keajaiban.
Tugas akhir ini , penulis menciptakan sebuah simulasi virtual dimana batas antara kenyataan dan ilusi disublim menjadi satu adegan surealis. Melalui karya ini, penulis berusaha memprovokasi audiens dengan menghadirkan rasa nyaman dan ketidaknyamanan secara bersamaan melalui simulasi virtual yang berformat instalasi-interaktif. Audiens bisa bersentuhan langsung dengan karya yang bersifat interaktif dan menjadi bagian dari karya.
Abstract
We live in a society where comfort has become a value and a life goal. But comfort reduces our motivation for introducing important transformations in our lives. Being comfortable often prohibits us from chasing our dreams. Many of us are like lions in the zoo: well-fed but sit around passively stuck in a reactive rut, not even realize they are the jungle kings.
Comfort zones form a sense called smug or complacent. Complacent eventually create a boundary between us and “where the magics happened”. It makes illusory limit, automatic act and we do not realize have lost a lot of time and magics.
In this final project, author try to make a simulation where blend reality and illusion throught virtual reality. Author try to provoke audience by presenting a comfort and discomfort scene together. Audience will be a part of this installation-interactive art.
1.
Pendahuluan
Setiap orang memiliki zona nyaman atau comfort zone. Sebuah kondisi keterbatasan mental di mana kita memiliki rasa aman secara emosional dengan pekerjaan atau dalam mengambil sebuah keputusan. Zona nyaman ini menciptakan ilusi ruang yang terbatas dan dapat diprediksi. Sikap paranoid yang membentuk dinding-dinding ruang, secara bawah sadar. Jadi dapat disimpulkan bahwa comfort zone atau zona nyaman adalah keadaan di mana seseorang merasa nyaman, terkendali, dan mengalami tingkat kecemasan yang rendah di mana kita yakin telah menerima cinta, makanan, bakat, waktu, rasa kagum dalam proporsi yang cukup. Dalam keadaan ini, subyek membatasi dirinya dalam berperilaku untuk memberikan tingkat kinerja yang stabil dan tanpa risiko. Kebiasaan menciptakan sebuah pola repetitif yang enggan untuk diubah dan bersifat otomatis.
Ada satu istilah yang disebut complacent. Complacent adalah rasa puas akan pencapaian diri secara subyektif. Keadaan ini secara tidak langsung telah memagari kita dari dunia luar. Seolah dunia luar begitu asing karena kita begitu asik dengan apa yang ada pada diri kita saat ini.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2 Bagan 2.1 Proses alur kerja
Gambar 3.1 Proses mengubah pergerkan wajah dari webcam menjadi koordinat angka
3.
Hasil Studi dan Pembahasan
“Lost space in time” merupakan sebuah karya virtual reality dimana batas antara kenyataan dan ilusi disublim dalam sebuah ruang simulakrum. Ruang nyata yang menghadap ke sebuah jendela virtual, dimana secara interaktif audiens bisa menengok ke arah luar jendela. Kamera webcam memproses pergerakan kepala audiens sehingga visual di jendela bergerak melalui sumbu x, y, z dan menghasilkan visual yang seolah-olah nyata. Hal ini sangat memungkinkan audiens untuk menengok 360 derajat ke segala arah.
Secara keseluruhan, ini merupakan sebuah karya instalasi interaktif yang berbasisi video berdurasi lima menit dan bersifat looping. Segala proses digital dikerjakan dengan bantuan software faceAPI, Unity 3D, 3Ds Max, Adobe After Effect, Adobe Photoshop, dan bahasa pemrograman javascript dan C#. Sementara instalasi display penunjang seperti instalasi jendela kayu berdimensi dua kali 120 X 5 X 200 cm, sebuah kursi, lantai 150 cm2, dan lampu sorot dikomposisikan sehingga menjadi sebuah ruang yang secara sadar mampu memetakkan audiens, karya dan lingkungan di sekitarnya. Serta sebuah elemen penting yaitu sound sebagai ambient yang mampu membawa audiens secara tak sadar masuk lebih dalam ke dalam suasana yang ingin dibangun oleh karya ini.
Image surealisme diambil sebagai metafor akan pesan yang akan disampaikan secara naratif oleh karya ini. Metafora ini diambil dengan kaedah-kaedah teori psikoanalisis, teori interpretasi mimpi, teori simbol, yang secara umum bersifat bawah sadar. Hal ini diambil karena alam bawah sadar yang paling mampu secara jujur, imajinatif, multi-interpretasi, dan ilusif mampu mewakili konsep yang ingin dibangun.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4 Gambar 3.2 Proses pembuatan scene
4.
Penutup / Kesimpulan
Karya tugas akhir ini dibuat untuk merekonstruksi pengalaman penulis saat ini. Lebih jauh lagi karya ini dibuat untuk merenungkan kembali bagaimana sikap dan cara pandang penulis terhadap menjalani hidup pribadi secara khusus dan mereka yang mengalami hal serupa dengan penulis secara umum.
Dalam pembuatan karya ini penulis menyadari bahwa complacent adalah sebuah ilusi semata yang tidak abadi. Rasa nyaman yang dibuat oleh complacent secara mudah bisa diprovokasi dengan sedikit gangguan dari luar misal saat kita melihat orang yang kedudukannya di atas kita. Bahkan entitas waktu menjadi bisa sangat berbeda saat kita banyak membuang waktu demi menyenangkan diri sendiri.
Melalui proses berkarya ini secara personal penulis mengalami perubahan yang cukup signifikan dimana kerja keras, produktivitas, menghargai waktu yang terus berdetak menjadi keberhasilan awal untuk bekal kedepan. Proses eksplorasi teknis yang begitu rumit menciptakan pengalaman-pengalaman baru yang sangat berharga. Hal ini tidak akan bisa penulis rasakan bila penulis hanya menengok keluar jendela saja tanpa melangkah keluar.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6
Daftar Pustaka
Buku
Brown, Mike. 2008. Comfort Zone : Model or Methamor. Australia : The University of Waikato Danto, Arthur. 1964. Journal of Philosophy Volume 61. New York : Stor
Fahlander, Fredrik. 2004. Material Culture and Other Things. Northwestern : University of Gothenburg, Department of Archaeology
Lee, Pamela M. 2004. Chronophobia : on time in the art of the 1960s (Reprint. ed.). Cambridge: MIT Press. Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat. Bandung : Matahari
Toffler, Alvin. 1971. Future Shock. USA : Random House, Inc.
Tressider, Jack. 2004. The Complete Dictionary of Symbols. London : Duncan Baird Publisher Ltd.
Internet
http://colour-affects.co.uk/psychological-properties-of-colours diakses pada 31 Mei 2015 pukul 19.04 http://docs.unity3d.com/Manual/30_search.html?q=skybox+script diakses pada 2 Juni pukul 08.19 http://en.wikipedia.org/wiki/Surrealism diakses pada 2 Juni pukul 15.55
http://forum.unity3d.com/threads diakses pada 2 Juni pukul 08.49
http://jeffrey-shaw.net/html_main/show_work.php?record_id=97# diakses pada 30 Mei 2015 pukul 02.30 https://lucian.uchicago.edu/blogs/mediatheory diakses pada 18 Mei 2015 pukul 17.58
http://pututbedigal.blogspot.sg/2010/12/indie-mooi-indie-yang-dalam-bahasa.html diakses pada 10 Juni 2015 pukul 21.33
https://medium.com/@ashread14/why-leaving-your-comfort-zone-can-be-so-rewarding-backed-by-science diakses pada 4 Mei 2015 pukul 22.15
http://mostcommonphobias.com/chronophobia-fear-phobia-time/ diakses pada 13 Juni 2015 pukul 22.54 http://theartstory.org/movement-surrealism-artworks.htm diakses pada 4 Juni 2015 pukul 23.11
http://uh.edu/~cfreelan/courses/1361/Danto.htm diakses pada 30 Mei 2015 pukul 01.25
http://wired.com/2015/01/see-worlds-greatest-stolen-artworks-virtual-reality-museum/ diakses pada 30 Mei 2015 pukul 22.48
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA
Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel
yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat
wisuda mahasiswa yang bersangkutan.
Bandung, .../.../ ...
Tanda Tangan Pembimbing : _______________________
Nama Jelas Pembimbing
: _______________________
diisi oleh mahasiswa
Nama Mahasiswa
NIM
Judul Artikel
diisi oleh pembimbing
Nama Pembimbing
Rekomendasi
Lingkari salah satu1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD
2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi 3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi 4. Dikirim ke Seminar Nasional
5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional