• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi akan menghasilkan kebudayaan tersendiri di mana kebudayaan tersebut akan berbeda di tiap-tiap Negara. Menurut Durkheim (1986, hal. 6), secara khusus mengenai perubahan di dalam masyarakat, Durkheim memberi perhatian serius pada proses-proses yang disebutnya sebagai kohesi, solidaritas, integrasi, kekuasaan, ritual, dan aturan sosial. Dengan kohesi, Durkheim hendak menunjukkan bahwa solidaritas sosial baik secara mekanis maupun organis, telah membawa masyarakat pada suatu tahapan atau puncak tertinggi peradaban manusia, yaitu kohesi sosial, sebagai kondisi di mana setiap elemen sosial dalam masyarakat berfungsi memberikan standar norma bagi hidup bersama.

Secara sederhana, dari teori sosial Durkheim ini, dikatakan bahwa ketika ingin melihat suatu kebudayaan, lihatlah dari institusi dan norma yang ada dalam kebudayaan tersebut. Memang, pada mulanya, institusi dan norma itu diciptakan oleh masyarakat melalui kesepakatan bersama. Namun dalam perjalanannya, institusi dan norma itu tumbuh sendiri dan mandiri. Inilah yang disebut Durkheim sebagai realitas sui generis, dalam arti masyarakat memiliki eksistensinya sendiri.

Pada perkembangannya, norma yang tercipta dalam suatu masyarakat memang menjadi ciri khas dari pada masyarakat itu sendiri. Masing-masing masyarakat memiliki

(2)

eksistensinya sendiri. Kemudian pergaulan dalam masyarakat tentunya akan menciptakan suatu norma yang menjadi kebudayaan tersendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya. Dalam berkomunikasi, masyarakat Jepang sering memperlihatkan perilaku yang kontradiktif. Pemahaman yang baik dari sikap ini akan menimbulkan komunikasi yang baik juga, yang sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh masing-masing pihak. Masyarakat Jepang selalu memisahkan antara apa yang baru dilakukan dan apa yang ingin dilakukan, yang terlihat dalam honne dan tatemae. Sebagai masyarakat bukan Jepang, akan susah sekali membedakan apakah sikap yang sedang ingin dilakukan ataukah akan baru dilakukan oleh masyarakat Jepang bersangkutan. Pada masyarakat Jepang, sikap kontradiksi ini diperkenalkan sejak masa kanak-kanak dan dikembangkan pada masa dewasa. Pada masa kanak-kanak masyarakat Jepang memiliki keberanian dan kebebasan dalam mengekspresikan diri. Bersamaan dengan itu juga diperkenalkan akan rasa malu dan rasa untuk menghormati diri sendiri, yang membatasi gerak mereka dalam mengekspresikan diri. Kedua perasaan ini mendominasi masyarakat Jepang dalam setiap gerak, dan dengan bertambahnya kedewasaaan mereka, bertambah pula kemampuan mereka dalam mengatur dua perasaan berlawanan tersebut dalam sikap mereka.

Konsep honne dan tatemae ini sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Jepang, di mana konsep ini sudah merasuk ke berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang dalam berinteraksi antar sesamanya. Sesuai dengan perkataan McGregor (2009) bahwa konsep honne dan tatemae ini seringkali membingungkan para turis yang datang ke Jepang. Masih menurut McGregor (2009, hal 15), masyarakat Jepang diibaratkan menyembunyikan wajah mereka yang sebenarnya dalam interaksi sosial dan hanya

(3)

menampilkan persona nya saja dalam pergaulan sosial. Perkataan McGregor ini pun didukung oleh Doi (2001, hal. 35) yang menyatakan bahwa honne adalah aplikasi ura yaitu lapisan dalam, sedangkan tatemae adalah sesuatu yang mengaplikasikan omote yaitu lapisan luar. Aplikasi luar adalah apa yang diperlihatkan seseorang dari apa yang dilakukannya, omote adalah kebalikan dari ura, lapisan dalam. Bisa dikatakan omote dan ura adalah hubungan antara wajah dan pikiran. Omote bisa dilihat, sedangkan ura bersembunyi dibalik omote.

Sebelum penulis meneliti konsep ini, sudah ada beberapa peneliti yang telah menganalisis konsep honne dan tatemae ini. Akan tetapi, penelitian-penelitian sebelumnya tidak terfokus kepada kedua konsep ini saja. Contohnya adalah penelitian konsep honne dan tatemae yang dihubungkan dengan konsep aimai oleh Siti Nur Aulyana dalam skripsi yang berjudul Analisis Konsep Aimai dalam Penggunaan Bahasa pada Komik Lovely Complex Melalui Honne dan Tatemae. Maka dari itu pada penelitian ini, penulis hanya fokus terhadap konsep honne dan tatemae sehingga dapat digali lebih dalam lagi mengenai makna daripada kedua konsep itu sendiri.

1.1.1 Profil Yamamoto Hideo

Yamamoto Hideo lahir di Tokorozawa, Saitama, Jepang pada tanggal 23 Juni 1968. Pria yang terkenal sangat pandai mengarang komik dengan tema berat, seperti pembunuhan, seksualitas, dan psikologi ini memulai karirnya sebagai asisten mangaka terkenal yang bernama Hirokane Kenshi. Berkat keuletannya dalam membantu karya-karya Hirokane Kenshi, Hideo dianugerahi Tetsuya Chiba award pada tahun 1988 dalam kategori pendatang baru terbaik. Akhirnya Hideo memulai debutnya sendiri dalam

(4)

komik berjudul SHEEP pada tahun 1989 yang diterbitkan rutin oleh Weekly Young Sunday.

Karya Yamamoto Hideo yang sangat dikenal adalah Koroshiya Ichi atau lebih dikenal dengan judul Ichi the Killer yang telah diadatapsi ke dalam film yang disutradarai oleh Takashi Miike pada tahun 2001. Selain itu ada juga judul Homunculus yang pada kesempatan ini akan penulis teliti lebih dalam lagi. Komik Homunculus ini Hideo mulai pada tahun 2003 dan akhirnya selesai pada tahun 2011 dalam jilid 15. Ketika mengarang komik ini, Hideo mencoba untuk hidup menjadi seorang tunawisma dengan tujuan agar suasana yang terdapat dalam komik ini terasa lebih nyata karena tokoh utama dalam komik Homunculus ini adalah seorang tunawisma.

1.1.2 Sinopsis Homunculus

Komik ini menceritakan tentang Nakoshi Susumu, seorang lelaki misterius yang memutuskan menjadi seorang homeless. Dia masih terlalu muda untuk menjadi seorang tunawisma, dan anehnya lagi dia memiliki sebuah mobil yang menggambarkan bahwa dia bukanlah berasal dari kalangan yang tidak mampu. Suatu hari dia ditawarkan 700.000 Yen oleh seorang dokter muda eksentrik yang bernama Manabu Ito, dengan syarat dia harus menjalani operasi trepanasi yang konon bisa membangkitkan indera keenam dalam diri seseorang. Meskipun pada awalnya tidak tertarik, pada akhirnya Nakoshi pun mengiyakan tawaran itu. Setelah dia menjalani operasi trepanasi itu, dia mulai merasakan keganjilan dalam dirinya. Ketika dia menutup mata kanannya, Nakoshi dapat melihat homunculi dari manusia yang dilihatnya. Semua hal yang disimpan rapat-rapat oleh seseorang dalam dirinya berubah menjadi sebuah wujud yang

(5)

menggambarkan rahasia yang disimpan oleh orang tersebut. “Gambaran” itulah yang bisa dilihat oleh Nakoshi setelah dia menjalani operasi trepanasi.

1.2 Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah mengenai honne dan tatemae dalam masyarakat Jepang. Di mana konsep ini benar-benar dijadikan pedoman oleh masyarakat Jepang di setiap interaksi sosial yang mereka lakukan. Baik dalam hal pekerjaan, pergaulan, dan aktifitas-aktifitas lainnya yang membutuhkan interaksi sosial dalam praktiknya.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Penulis akan meneliti konsep honne dan tatemae dalam komik Homunculus karya Yamamoto Hideo yang dibatasi pada ucapan verbal maupun nonverbal. Selain itu penulis juga membatasi jumlah jilid komik Homunculus yang akan penulis analisis nanti menjadi 2 jilid saja yaitu komik Homunculus jilid 1 dan komik Homunculus jilid 2.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari dan menganalisis perilaku-perilaku tokoh yang mencerminkan konsep honne dan tatemae pada komik Homunculus jilid 1 dan 2.

Manfaat dari penelitian ini adalah agar seluruh pembaca, khususnya mahasiswa/i sastra Jepang Universitas Bina Nusantara dapat memahami lebih baik lagi konsep honne dan tatemae dalam masyarakat Jepang. Karena di kedepannya, konsep ini akan berguna ketika menghadapi orang Jepang yang mungkin saja akan menjadi rekan kerja sehingga

(6)

diharapkan mahasiswa/i sastra Jepang Universitas Bina Nusantara dapat merespon perilaku tersebut dengan sikap yang baik dan benar tanpa menyinggung perasaan orang Jepang.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif analitis dan metode kepustakaan. Data pendukung dicari dari buku, artikel, bacaan lain maupun website yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2004, hal. 169) deskriptif analitis adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Jadi pertama-tama penulis akan memulai penelitiannya dengan metode deskriptif untuk menjelaskan data-data dari penelitian awal. Setelah itu penulis akan menggunakan metode kepustakaan, melakukan penelitian dengan mengutip dari media buku, internet dan media lain yang berkaitan untuk mencari teori-teori guna mendukung data-data yang telah ada sebelumnya yang kemudian digunakan untuk meneliti data-data selanjutnya. Setelah terkumpul barulah data akan dianalisis.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah:

Bab 1, berisikan penjelasan umum mengenai masyarakat, budaya, norma dan konsep honne dan tatemae, profil mengenai Hideo Yamamoto, selaku pengarang komik Homunculus yang akan penulis teliti. Selain itu ada juga penjelasan umum mengenai konsep penokohan dan sinopsis dari komik Homunculus itu sendiri. Secara garis besar

(7)

bab pertama berisikan latar belakang, rumusan dan ruang lingkup permasalahan, tujuan serta manfaat penelitian, metode penelitian yang akan digunakan, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2, merupakan landasan teori. Bab ini berisi semua teori yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut adalah teori penokohan dan teori honne dan tatemae.

Bab 3 yaitu analisis data. Pada bab ini penulis akan menganalisis hal-hal yang terdapat dalam komik Homunculus volume 1 dan volume 2, baik dari ucapan verbal maupun tindakan non verbal yang dihubungkan dengan teori penokohan dan teori honne dan tatemae.

Bab 4 yaitu simpulan dan saran. Penulis akan menyimpulkan hasil analisis data yang sudah ditulis pada bab sebelumnya. Juga akan memberikan beberapa saran yang dirasa penulis akan berguna bagi penelitian ke depannya.

Bab 5 yaitu ringkasan. Penulis akan meringkas poin-poin penting dalam analisis skripsi ini ke dalam suatu ringkasan yang akan mendeskripsikan honne dan tatemae itu sendiri tanpa mengurangi makna daripada kedua konsep itu sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

PIHAK PERTAMA berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah

Beberapa literatur melaporkan reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah pilihan tepat dan lebih baik karena memiliki rata rata komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan

Mikroskopis, tumor berbatas tegas, sebagian besar tampak hiperselular mengandung proliferasi sel spindel neoplastik diselingi dengan haemangipericytoma-like branching vascular

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. Mengatahui bentuk alih kode dan campur kode di Lingkungan SMA

Hasil pengujian yang sudah dilakukan terhadap sistem klasifikasi gangguan jiwa skizofrenia menggunakan algoritme support vector machine menghasilkan akurasi terbaik

dan sebanyak 34 responden (42,5%) status ekonomi rendah ; Sebanyak 37 responden (46,3%) tidak terinfeksi dan sebanyak 43 responden (53,8%) terinfeksi; Adanya hubungan antara peran

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa yang pembelajaranya menerapkan model pembelajaran Think Talk Write lebih baik dari

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan jenis kelamin terhadap