• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTUSAN NOMOR : HK.2010/21/VII/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUTUSAN NOMOR : HK.2010/21/VII/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

348

TENTANG

KECELAKAAN KAPAL TENGGELAM KLM. CAHAYA LINE DI PERAIRAN SELAT MALAKA ± 12 MIL DARI KUALA PORT KLANG

MALAYSIA

Pada tanggal 13 September 2011, pukul 16.00 LT, KLM. Cahaya Line bertolak dari Pelabuhan Port Klang, Malaysia menuju Dumai, dengan awak kapal 13 (tiga belas) orang dan muatan berjumlah 145 Ton, terdiri dari bawang merah dan bawang putih 60 Ton dan kacang kedelai 85 Ton. Setelah 4 (empat) jam pelayarannya, KLM. Cahaya Line tenggelam di Perairan Selat Malaka ± 12 Mil dari Kuala Port Klang, Malaysia.

Akibat peristiwa kecelakaan tersebut, mengakibatkan kapal tenggelam, tidak terdapat korban jiwa, dokumen kapal, dokumen muatan, dan dokumen awak kapal tidak dapat diselamatkan.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan suratnya Nomor KL.205/1/19/DN-2012, tanggal 26 Januari 2012, telah melimpahkan berkas kecelakaan kapal tenggelam tersebut kepada Mahkamah Pelayaran.

Berdasarkan Pasal 253 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran juncto Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2004 dan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Mahkamah Pelayaran telah mengadakan penelitian dan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal, untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal tersebut, dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam penerapan standar profesi kepelautan serta menjatuhkan sanksi administratif kepada Tersangkut yang terbukti bersalah atau lalai.

Berkas-berkas yang diterima oleh Mahkamah Pelayaran, antara lain berupa :

(2)

349

1. Laporan Kecelakaan Kapal (LKK), dibuat di Kantor Administrator Pelabuhan Dumai, tanggal 20 September 2011, oleh Nakhoda KLM. Cahaya Line.

2. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) Kecelakaan Kapal, terhadap :

a. Nakhoda, Robert Panjaitan, tanggal 22 September 2011; b. Masinis, Bantu Samosir, tanggal 28 September 2011;

c. Kepala Operasional PT. Pelayaran Pensupel Cabang Dumai, Eko Sunaryo, tanggal 22 September 2011.

3. Berita Acara Pendapat KLM. Cahaya Line, dibuat di Dumai, tanggal 28 Septemberl 2011, oleh Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Dumai.

4. Surat-surat kapal, terdiri dari :

a. Pas Tahunan Nomor 317, diberikan di Tanjung Uban, tanggal 12 Desember 2010, berlaku sampai dengan 11 Desember 2011, oleh

Kepala Kantor Pelabuhan Tanjung Uban;

b. Surat Ukur Cara Pengukuran Dalam Negeri Nomor 588/PPe, dikeluarkan di Selatpanjang, tanggal 14 Januari 2006, oleh Kepala Kantor Administator Pelabuhan Selatpanjang;

c. Sertifikat Keselamatan Bagi Kapal Layar Motor (KLM) Berukuran Tonase Kotor Sampai dengan 500 GT Nomor PK.650/3/10/KPL.TUB-2011, diterbitkan di Tanjung Uban, tanggal 31 Mei 2011, berlaku sampai dengan 19 Mei 2012, oleh Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Tanjung Uban;

d. Laporan Penempatan Kapal Pelra Dalam Trayek Tramper Nomor 300/DISHUB-RIAU/2011, diberikan di Pekanbaru, tanggal 26 Juli 2011,terhitung mulai berlaku tanggal 25 Juli 2011 sampai dengan 24 Oktober 2011, oleh Kepala Bidang Perhubungan Laut, Dinas Perhubungan Propinsi Riau;

e. Sertifikat Keselamatan Radio Kapal Barang Nomor PK.002/7/18/UPP.TUB-2011, diterbitkan di Tanjung Uban, tanggal 08 Agustus 2011, berlaku sampai dengan 07 Nopember 2011, oleh Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Tanjung Uban;

f. Surat Keterangan Susunan Perwira Dek dan Mesin Nomor

PK.304/06/14/AD-DMI-2011, dikeluarkan di Dumai, tanggal 07 September …

(3)

350

07 September 2011, oleh Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Dumai;

g. Surat Persetujuan Berlayar Nomor C1/AP.1-WK/062/IX/2011, diterbitkan di Dumai, tanggal 07 September 2011, oleh Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Dumai;

h.

Crew List

KLM. Cahaya Line, dikeluarkan di Dumai, tanggal 07 September 2011, oleh Nakhoda KLM. Cahaya Line, diketahui oleh

Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Dumai;

i. Sertifikat Pengawasan PPPK Kapal Nomor A 1111048, berlaku tanggal 14 Maret 2011 sampai dengan 14 September 2011, oleh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Dumai.

5. Sertifikat awak kapal, terdiri dari :

a. MPR Tingkat I, Nomor K2001149, tanggal 19 Maret 2003, atas nama Robert Panjaitan, dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Tengah;

b. JMPR Tingkat I, Nomor K2001997, tanggal 14 Mei 2003, atas nama Bantu Samosir, dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Tengah;

c. MPR Tingkat I, Nomor K2003212, tanggal 06 Agustus 2003, atas nama Lisbet Sitanggang, dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Tengah;

d. JMPR Tingkat I, Nomor K00224997, tanggal 17 Januari 2007, atas nama Arief Jumain, dikeluarkan oleh Kantor Administrator Pelabuhan Cirebon.

Dari berkas dan keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) serta keterangan lainnya dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

A. Berkas dan keterangan yang diberikan dalam pemeriksaan pendahuluan :

1. Data kapal.

Nama kapal : CAHAYA LINE

Jenis : Kapal Barang

Bendera : Indonesia

Pembuatan/Konstruksi : Selat Panjang, tahun 2005/Kayu Isi kotor …

(4)

351

Isi kotor/GT : GT 118

Tenaga penggerak utama : Layar dibantu Mesin Mitsubishi S6 A2 MTK, Nomor 21870-120 PK Ukuran Pokok Panjang : 23,00 meter Lebar : 8,40 meter Dalam : 3,35 meter Pemilik : Nona

Nakhoda : Robert Panjaitan

Awak Kapal : 13 (tiga belas) orang, termasuk Nakhoda

2. Jalannya peristiwa.

a. Tanggal 13 September 2011, pukul 16.00 LT, KLM. Cahaya Line bertolak dari Pelabuhan Port Klang, Malaysia menuju Pelabuhan Dumai, Indonesia dengan diawaki oleh 13 (tiga belas) orang Awak Kapal dan membawa muatan campuran (

general cargo

) yang terdiri atas bawang merah, bawang putih, dan kacang kedelai sebanyak 145 (seratus empat puluh lima) Ton, serta kondisi cuaca dalam keadaan baik;

b. Setelah 4 (empat) jam menempuh pelayaran atau sekitar pukul 20.00 LT, KLM. Cahaya Line mengalami cuaca buruk, kemudian pada pukul 21.00 LT air laut mulai masuk ke dalam kapal melalui celah-celah pakal, dan atas perintah Tersangkut Nakhoda, KKM melakukan pemompaan air laut dalam badan kapal dengan memaksimalkan penggunaan 4 (empat) buah pompa tetapi tidak berhasil mengimbangi jumlah air laut yang masuk ke dalam kapal, sehingga pada sekitar pukul 22.00 LT KLM. Cahaya Line tenggelam dengan bagian atap tampak di atas permukaan pada posisi 02°-42’-61.4” LU/101°-15’-24” BT atau sekitar 12 (dua belas) Mil dari Kuala Port Klang, Malaysia;

c. Menyikapi terhadap situasi kapal yang tidak dapat diselamatkan, Tersangkut Nakhoda memerintahkan Anak Buah Kapal (ABK) untuk menggunakan

life jacket

dan mengambil seluruh pelampung penolong yang ada, kemudian sejak pukul 22.00 LT seluruh Awak Kapal bertahan diatas atap kapal yang masih tampak di atas permukaan laut, sampai dengan tanggal 14 September 2011, pukul 13.00 LT ditolong oleh MV. Indomal Express dan dievakuasi ke

(5)

352

Pelabuhan Port Klang, Malaysia untuk selanjutnya dideportasi ke Indonesia melalui Pelabuhan Dumai dan dilakukan pemeriksaan pendahuluan oleh Administrator Pelabuhan Kelas I Dumai;

d. Akibat dari tenggelam KLM. Cahaya Line pada tanggal 13 September 2011 antara lain, seluruh Awak Kapal berjumlah 13 (tiga belas) orang selamat tanpa adanya korban jiwa ataupun cidera, dokumen kapal, dan dokumen awak kapal tidak dapat diselamatkan, dan muatan sebanyak 145 (seratus empat puluh lima) Ton beserta kapalnya tidak dapat diselamatkan.

3. Dalam peristiwa kecelakaan ini, Majelis Mahkamah Pelayaran menetapkan Tersangkut dan Saksi-saksi sebagai berikut :

Tersangkut : Nakhoda, Robert Panjaitan Saksi-saksi : 1) Masinis, Bantu Samosir;

2) Mualim, Lisbet Sitanggang; 3) KKM, Arief Jumain;

4) Kepala Operasional PT. Pelra Pensupel Cabang

Dumai, Riau, Eko Sunaryo.

B. Keterangan yang diberikan dihadapan sidang Mahkamah Pelayaran yang dilaksanakan di Kantor Administrator Pelabuhan Pekanbaru, tanggal 23 Mei 2012, dengan hasil sebagai berikut : 1. Tersangkut Nakhoda, Robert Panjaitan, tidak hadir dalam persidangan

sesuai dengan surat dari Kepala Cabang PT. Pelra Pensupel Cabang Dumai dibuat di Dumai, tanggal 21 Mei 2012 dan keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) adalah sebagai berikut :

a. Lahir di : Simorgala, Sumatera Utara Tanggal : 22 Maret 1977

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Air Bersih Gang Tenggiri No. 2 Dumai, Kecamatan Dumai Timur, Kotamadya Dumai

Pendidikan

Kepelautan : MPR Tk. I, tahun 2003, di Semarang

(6)

353

Pengalaman Berlayar :

Nakhoda, KLM. Cahaya Line, 07 September 2011 sampai dengan kejadian.

b. Tanggal 13 September 2011, pukul 16.00 LT, Tersangkut Nakhoda berlayar dari Pelabuhan Port Klang, Malaysia, dilengkapi Surat Ijin Berlayar (

Port Clearance

) menuju Pelabuhan Dumai, Indonesia, dengan Awak Kapal 13 (tiga belas) orang termasuk Nakhoda, membawa muatan campuran (

general cargo

) dalam karung sebanyak 145 Ton, keadaan cuaca normal, angin bertiup dari Tenggara, tinggi ombak ± 0,5 meter;

c. Sekitar pukul 20.00 LT, angin bertiup dari Tenggara, pukul 21.00 LT, air laut masuk ke dalam kapal dan kamar mesin mulai terendam, Tersangkut Nakhoda memerintahkan kepada Awak Kapal untuk membuang air yang masuk ke dalam kapal dengan menggunakan seluruh pompa yang ada dan dibantu dengan menimba air dari kamar mesin oleh Awak Kapal, namun air laut yang masuk ke dalam kapal semakin bertambah;

d. Tersangkut Nakhoda memerintahkan kepada seluruh Awak Kapal untuk menggunakan

life jacket

dan mengambil semua pelampung yang ada, selanjutnya menyelamatkan diri dengan bertahan di atap kapal, dan pukul 22.00 LT kapal tenggelam dengan bagian atap di atas permukaan air laut;

e. Tanggal 14 September 2011, pukul 13.00 LT ditolong oleh MV. Indomal Express dan seluruh Awak Kapal dievakuasi ke

Pelabuhan Port Klang. Dalam kecelakaan KLM. Cahaya Line tidak ada korban jiwa, namun semua dokumen kapal dan dokumen Awak Kapal tidak dapat diselamatkan.

2. Saksi Masinis I, Bantu Samosir, berumur 33 tahun tidak hadir dalam persidangan sesuai dengan surat dari Kepala Cabang PT. Pelra Pensupel Cabang Dumai dibuat di Dumai, tanggal 21 Mei 2012 dan keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) adalah sebagai berikut :

a. Lahir di : Toba

Tanggal : 12 Agustus 1979

Alamat : JL. Air Bersih Gang Kayangan Dumai,

Kecamatan Dumai Timur, Kotamadya Dumai Pendidikan …

(7)

354

Pendidikan

Kepelautan : JMPR Tk. I, tahun 2003, di Semarang Pengalaman Berlayar :

Masinis I, KLM. Cahaya Line, bulan Mei 2011 sampai dengan kejadian.

b. Saksi bekerja di KLM. Cahaya Line sudah 5 bulan sebagai Masinis dengan ijasah JMPR Tk. I;

c. Pada tanggal 13 September 2011, pukul 16.00 LT kapal berangkat dari Port Klang menuju Dumai dengan muatan bawang merah, bawang putih, dan kacang kedelai berjumlah 145 Ton, dengan awak kapal 13 (tiga belas) orang;

d. Kapal setelah 4 (empat) jam berlayar mulai dihantam ombak dan angin, sehingga perlahan-lahan air masuk ke kamar mesin, kemudian Saksi melaporkan ke Nakhoda;

e. Upaya pemompaan dilakukan dengan 4 (empat) buah pompa dan dibantu ABK lainnya namun tidak berhasil. Air masuk terus dari bagian palka yang terlepas, kemudian Nakhoda memerintahkan memakai

life jacket

untuk meninggalkan kapal dan berkumpul di atap kapal ± 16 jam;

f. Tanggal 14 September 2011, pukul 14.00 LT melihat kapal Ferry Indomal Express datang dari Dumai tujuan Port Klang dan semua ABK di evakuasi ke Port Klang.

3. Saksi Kepala Operasional PT. Pelra Pensupel Cabang Dumai, Riau, Eko Sunaryo, dalam keadaan sehat dan di bawah sumpah, memberikan keterangan :

a. Lahir di : Madiun Tanggal : 24 Juni 1973 Agama : Islam

Alamat : Jl. H. M. Yamin, Gang Rambai RT 17 Purnama Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai

Pendidikan

Umum : 1) SD, tahun 1986, di Madiun; 2) SMP …

(8)

355

2) SMP, tahun 1989, di Madiun; 3) STM, tahun 1992, di Madiun.

b. Sebagai Kepala Operasional sejak tahun 2006, tugasnya mengurus kelengkapan surat-surat kapal dan perlengkapan kapal yang diageni ke Kantor Syahbandar, PT. Pelindo, dan mengurus kebutuhan Anak Buah Kapal (ABK). Saksi tidak memiliki pendidikan kepelautan dan tidak pernah mengikuti kursus-kursus;

c. Pemilik KLM. Cahaya Line adalah Nona, beralamat di Tanjung Pinang, sehingga tidak mengecek ijasah ABK dan Robert Panjaitan sebagai Nakhoda KLM. Cahaya Line baru bertugas selama 3 (tiga) bulan;

d. Tanggal 14 September 2011, pukul 14.00 LT, Saksi mendapat telepon dari Nakhoda KLM. Cahaya Line bahwa dalam pelayarannya dari Port Klang, Malaysia menuju Dumai, tanggal 13 September

2011, pada pukul 22.00 LT mengalami musibah tenggelam di Perairan Selat Malaka, setelah menempuh waktu 4 (empat) jam,

karena ombak/angin kencang dan besar yang menghantam kapal, kapal beserta muatan bawang, kacang kuning jumlah 145 Ton tenggelam dan seluruh awak kapal jumlah 13 (tiga belas) termasuk Nakhoda telah diselamatkan oleh kapal Ferry Indomal Express. 4. Saksi Mualim, Lisbet Sitanggang, tidak hadir dalam persidangan dan

tidak dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP);

5. Saksi KKM, Arief Jumain, tidak hadir dalam persidangan dan tidak dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP).

C. Pendapat Mahkamah Pelayaran.

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan lanjutan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) serta keterangan-keterangan yang diberikan Tersangkut dan para Saksi dihadapan Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal di Kantor Administrator Pelabuhan Pekanbaru, tanggal 23 Mei 2012, telah sampai pada pendapat sebagai berikut :

(9)

356

1. Tentang Kapal, Surat Kapal, dan Awak Kapal.

a. Kapal.

KLM. Cahaya Line adalah kapal layar konstruksi kayu, berukuran GT. 118, dibangun tahun 2005, di Selat Panjang, bergeladak 1 (satu) berbaling-baling 1 (satu), digerakkan oleh layar dibantu mesin merk Mitsubishi S.6A 2 MTK Nomor 21670-120 PK, jenis kapal.

Kapal dok terakhir tanggal 15 Mei 2011 sampai dengan tanggal 20 Mei 2011, di Batam, tetapi Pemeriksaan nautis/teknis untuk penerbitan Sertifikat Keselamatan tanggal 31 Mei 2011 dilaksanakan di Tanjung Uban dan Sertifikat Keselamatan Bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran tonase kotor sampai dengan 500 GT Nomor PK.650/3/10/KPL.TUB-2011, berlaku sampai dengan 19 Mei 2012;

b. Surat Kapal.

KLM. Cahaya Line memiliki Surat Pas Tahunan Nomor Urut 317, tanggal 12 Desember 2010, dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelabuhan Tanjung Uban, Surat Ukur Cara Pengukuran Dalam Negeri Nomor 588/Ppe, tanggal 14 Januari 2006, dikeluarkan oleh Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Selatpanjang dan dokumen lainnya lengkap dan masih berlaku sebagaimana di persyaratkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat Persetujuan Berlayar dari Pelabuhan Port Klang sebagai pelabuhan asal berlayar tidak diketemukan.

c. Awak Kapal.

1) Sesuai Surat Keterangan Susunan Perwira Dek dan Mesin Nomor PK.304/06/14/ad-dmi-2011, tanggal 7 September 2011, dikeluarkan oleh Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Kelas II Dumai bahwa Susunan Perwira Dek dan Mesin belum memenuhi syarat sesuai Keputusan SK. Ditjenhubla Nomor PY.66/1/2-02, tanggal 7 Pebruari 2001, untuk daerah pelayaran terbatas Susunan Perwira sebagai berikut :

Bagian Dek

- Nakhoda : Robert Panjaitan berijasah MPR Tk. I, tahun 2005 - Mualim …

(10)

357

- Mualim : Lisbet Sitanggang berijazah MPR Tk. I, tahun 2003 Bagian Mesin

- KKM : Arief Jumain berijasah JMPR Tk. I, tahun 2007 - Masinis : Bantu Samosir berijazah JMPR Tk. I, tahun 2003 2) Sertifikat kompetensi dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Tengah, sedangkan sejak tahun 2000 Kantor Wilayah statusnya telah berubah menjadi Dinas Perhubungan Propinsi.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa :

a. Kapal, instalasi permesinan, perlengkapan kapal dalam keadaan baik dan memenuhi persyaratan, surat-surat kapal lengkap dan masih berlaku, namun Susunan Perwira Dek dan Mesin belum memenuhi syarat sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 70 Tahun 1998 dan peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002;

b. Surat Kecakapan Mualim Pelayaran Rakyat Tk. I atas nama Saudara Robert Panjaitan, Lisbet Sitanggang dan Surat Kecakapan Juru Motor Pelayaran Rakyat Tingkat I atas nama Bantu Samosir cacat hukum karena diterbitkan atas nama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, dengan stempel Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Tengah, yang ternyata institusi tersebut sudah berganti nama. 2. Tentang Cuaca dan Keadaan Laut.

a. Menurut keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok, tanggal 22 Maret 2012, perihal analisis keadaan angin permukaan, arus laut, cuaca, jarak penglihatan dan gelombang di Perairan Selat Malaka, pada

koordinat 02°-42’-61.4” LU dan 101°-15’-24” BT, tanggal 13 September 2011, pukul 21.00 LT, adalah sebagai berikut :

Arah dan Kecepatan Angin : Timur-Tenggara dan 7-12 knots Arah dan Kecepatan Arus : Tenggara 4,8 Cm/det

Cuaca : Berawan – berawan banyak dan hujan Tinggi Gelombang berkisar : Tenggara dan 0,4 m – 0,6 m

Jarak Penglihatan : 3,0 – 6,0 mil

(11)

358

b. Menurut Kepanduan Bahari Indonesia Jilid I, tahun 2010, Bab 6, halaman 201.

Pasut harian tunggalnya tidak memperlihatkan adanya pasut perbani dan pasut mati. Sebagai duduk air tertinggi yang ada, dapat diharapkan rata-rata 22 dm di atas duduk tengah sekitar bulan Maret-April pada pukul 19.00 dan sekitar September-Oktober pada pukul 07.00 (pada pasut perbani harian ganda). Sebagai duduk air terkecil yang dapat diharapkan rata-rata 22 dm di bawah duduk tengah sekitar Juni-Juli pukul 01.00 dan sekitar Desember-Januari pukul 13.00 (pada pasut perbani harian ganda). Di Pulau Angsa seperempat jam AT jatuh lebih awal dari AT di Port Klang. Di Pintugedong AT dan AR bersamaan dengan Port Klang.

Arus pasutnya harian ganda. Di dermaga penumpang arus mengalir Timur dan selatan kira-kira 5,25 jam sebelum AT. Arus yang mengalir ke Utara dan barat pada pasut perbani kira-kira 1,5 jam sesudah AT dan pada pasut mati mulai 1,25 jam sesudah AT. Waktu peralihannya berlangsung 10 menit.

c. Menurut keterangan Tersangkut Nakhoda dan para Saksi dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) maupun keterangan dalam Berita Acara Nakhoda (

Statement of Fact

), bahwa mulai pukul 20.00 LT sampai dengan tenggelamnya KLM. Cahaya Line pukul 22.00 LT telah terjadi cuaca buruk yang ekstrim secara lokal dengan tiinggi gelombang sekitar 3 (tiga) meter dan angin kencang dari arah Tenggara.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa di daerah hujan lokal sering terjadi cuaca buruk secara ekstrim, sehingga keterangan Tersangkut dan Saksi tentang kondisi cuaca pada saat kejadian dapat diterima.

3. Tentang Muatan dan Stabilitas Kapal. Ukuran kapal sesuai Surat Ukur

L x B x H = 23,00 m x 8,40 m x 3,35 m;

Lambung bebas (

free board

) tropik LT = 50 cm = 0,50 m Tebal plat geladak diperkirakan = 7 mm = 0,007 m

(12)

359

Sarat max H = 3,35 m LT = 0,50 m + Sarat max = 2,85 m

Displacement

(D) = 23,00 x 8,40 x 2,85 x 0,68 x 1,025 = 383,782 Ton

Berat kapal kosong (W) = 0,30 x D

= 115,134 Ton

Kapasitas angkut (DWT) = D – W = 268,648 Ton

Jumlah muatan kapal bawang merah, bawang putih, dan kacang kedelai, seluruhnya 145 Ton.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa KLM. Cahaya Line tidak melebihi kapasitas angkutnya dan stabilitas kapal baik.

4. Tentang Navigasi dan Olah Gerak.

a. Tanggal 13 September 2011, pukul 16.00 LT, KLM. Cahaya Line bertolak dari Pelabuhan Port Klang, Malaysia menuju Pelabuhan Dumai, Indonesia dengan dilengkapi alat-alat navigasi konvensional dan tidak dilengkapi dengan alat pemantau cuaca serta tidak memiliki informasi cuaca dalam pelayarannya;

b. Berdasarkan keterangan Tersangkut dan Saksi dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) maupun dalam Berita Acara Nakhoda, ketika KLM. Cahaya Line mengalami cuaca buruk pada pukul 22.00 LT, Tersangkut Nakhoda tidak pernah berupaya untuk bernavigasi dan berolah gerak berlindung dari cuaca buruk dengan cara membelakangi arah angin dan ombak maupun dengan cara berlindung (

shelter

)

.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa cara bernavigasi dan berolah gerak yang dilakukan Tersangkut Nakhoda KLM. Cahaya Line tidak dapat diterima.

(13)

360

5. Tentang Sebab Terjadinya Peristiwa.

a. Berawal dari buruknya sistem pengawasan dok terhadap KLM. Cahaya Line dan disertai dengan buruknya proses dalam

pemberian Sertifikat Keselamatan Kapal, maka kondisi kelaiklautan kapal menjadi dibawah standar keselamatan kapal;

b. KLM. Cahaya Line yang kelaiklautannya dibawah standar keselamatan kapal, ketika dalam pelayarannya dari Pelabuhan Port Klang ke Pelabuhan Dumai mengalami cuaca buruk, yang mengakibatkan kebocoran pada lambung kapal di bagian pakal; c. Karena derasnya air laut yang masuk ke badan kapal melaui

sela-sela pakal dan karena ketidakmampuannya mesin pompa buang untuk mengimbangi air laut yang masuk ke badan kapal, maka KLM. Cahaya Line tidak bisa mempertahankan stabilitasnya dan kapal tenggelam.

Dengan Demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa tenggelamnya KLM. Cahaya Line karena mengalami terpaan cuaca buruk yang menyebabkan kebocoran pada sela-sela pakal pada dinding kapal sebagai akibat dari buruknya sistem pengedokkan kapal. Kondisi tersebut diperburuk dengan tidak adanya tindakan Tersangkut Nakhoda untuk membawa kapal berlindung dari cuaca buruk (

shelter

).

6. Tentang Upaya Penyelamatan.

a. Tanggal 13 September 2011, pukul 16.00 LT, KLM. Cahaya Line bertolak dari Port Klang menuju Pelabuhan Dumai dengan ABK 13 (tiga belas) orang, membawa muatan bawang merah, bawang putih, dan kacang kedelai dengan jumlah 145 Ton;

b. Setelah berlayar ± 4 (empat) jam, kapal kemasukan air akibat ombak dan angin kencang melalui bagian pakal yang terlepas, kemudian upaya pemompaan dengan 4 (empat) unit pompa dibantu semua ABK namun tidak berhasil;

c. Tersangkut memerintahkan semua ABK memakai

life jacket

dan bersiap meninggalkan kapal dan berkumpul di atap kapal yang telah tenggelam, selama ± 16 jam kemudian di evakuasi oleh kapal Ferry Indomal Express ke Port Klang.

(14)

361

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya penyelamatan awak kapal yang telah dilakukan Tersangkut Nakhoda cukup maksimal dan dapat diterima, namun upaya untuk menyelamatkan kapal dan muatannya kurang maksimal dan tidak sesuai dengan standar operasional, sesuai dengan ketentuan dalam tindakan yang semestinya.

7. Tentang Kesalahan dan atau Kelalaian.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, dalam kasus tenggelamnya KLM. Cahaya Line di Perairan Selat Malaka, sejauh 12 (dua belas) Mil dari Kuala Port Klang, pada posisi 02°-42’-61.4” LU/101°-15’-24” BT, disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan Tersangkut Nakhoda dalam menghadapi cuaca buruk dan didukung oleh kondisi lambung kapal yang buruk sehingga tidak mampu menghadapi cuaca buruk.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa Tersangkut Nakhoda KLM. Cahaya Line telah bertindak tidak sesuai dengan Pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

D. Putusan :

Atas dasar kenyataan tersebut di atas, berdasarkan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), Pasal 253 ayat (1) huruf (b), ayat (2) Undang-Undng Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan Pasal 18 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal, dengan mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan, Mahkamah Pelayaran :

M E M U T U S K A N :

I. Menyatakan bahwa kecelakaan kapal tenggelamnya KLM. Cahaya Line, pada tanggal 13 September 2011, pukul 22.00 LT, di Perairan Selat Malaka ± 12 Mil dari Kuala Port Klang, Malaysia, pada posisi 02°-42’- 61.4” LU/101°-15’-24” BT, disebabkan karena kapal mengalami terpaan cuaca buruk yang menyebabkan kebocoran pada sela-sela pakal pada dinding …

(15)

362

dinding kapal sebagai akibat dari buruknya sistem pengedokkan kapal. Kondisi tersebut diperburuk dengan tidak adanya upaya Tersangkut Nakhoda untuk membawa kapal berlindung dari cuaca buruk (

shelter

).

II. Menghukum :

Tersangkut Nakhoda KLM. Cahaya Line, Saudara Robert Panjaitan, lahir 22 Mei 1977, memiliki Surat Kecakapan Mualim Pelayaran Rakyat (MPR) Tingkat I, Nomor K2001149, dikeluarkan di Semarang, tanggal 19 Maret 2003, dinyatakan cacat hukum dan tidak berlaku.

III. Putusan ini mulai berlaku sejak Berita Acara Pelaksanaan Putusan Mahkamah Pelayaran dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut diterima oleh Terhukum.

Demikian putusan Mahkamah Pelayaran yang dibacakan oleh Ketua Majelis dalam sidang terbuka di Jakarta pada hari Senin, tanggal 23 Juli 2012, dengan dihadiri oleh para Anggota Majelis dan Sekretaris Majelis, tanpa dihadiri oleh Terhukum.

K e t u a : TTD Capt. A. UTOYO H, S.H., M.Si., M.Mar.

Anggota : TTD Capt. YUSMARDI K, M.Mar.

Anggota : TTD DIDI A., M.Eng.

Anggota : TTD Ir. BENNY HARYONO, M.M.

Anggota : TTD MURYAMTINI, S.H.

Sekretaris : TTD BAMBANG SUDARMANTO, S. H., M.Si. Demikian …

Referensi

Dokumen terkait

Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk

Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tegal melaksanakan Program Pemberdayaan Sosial

Dalam mengatasi kesulitan mengenai keadaan barang berupa busana dan memperoleh barang-barang tersebut, orang mulai berpikir dengan cara apa busana yang dibutuhkan

Jika terdapat departemen yang memiliki nilai TCR tertinggi yang sama maka pilih salah satu yang memiliki lebih banyak nilai A (tingkat hubungan pada

Sehingga judul di atas memiliki pengertian yaitu tempat yang memiliki fungsi untuk menampung dan mempertemukan berbagai kalangan yang bergerak di bidang mode dan mampu

• Terwujudnya bangunan Jogja Fashion Center di Yogyakarta sebagai wadah untuk menampung aktivitas yang berkaitan dengan fashion, yang feminin dan anggun melalui pengolahan

Adanya sistem produksi berdasarkan pesanan (job order) dalam memproduksi susu pasteurisasi, membawa kerugian bagi KPBS Pangalengan baik dalam pemanfaatan sumberdaya maupun

Teknologi merupakan salah satu penentu faktor daya saing, yang efisiensi dan efektifitasnya harus dapat diukur pada setiap periode sehingga dapat menjadi bahan evaluasi