34 3.1 Paradigma
Paradigma dalam penelitian perjalanan spiritual keimanan tokoh utama Mada dalam film Haji Backpacker ini, penulis menggunakan paradigma konstruktivisme.
Teori Konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. 42
Menurut Guba, paradigma adalah”… Seperangkat kepercayaan dasar yang menjadi prisip utama… pandangan tentang dunia yang menjelaskan pada
penganutnya tentang alam dunia.”43
Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran umum tentang teori teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivis. Little John mengatakan bahwa teori teori aliran ini berlandaskan pada ide bahwa realitas
42
Morissan dan Andy Cory Wardani. Teori Komunikasi.2009 hal 107 43
bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya. (Stephen W.Little Jhon, Theories of Human Communication,Wadsworth,Belmont,2002,hal163)44
Menurut Dedy N Hidayat Paradigma konstruktivis dapat dijelaskan
melalui empat dimensi, yaitu sebagai berikut:45
a. Ontologis : relativism, realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relative, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
b. Epistemologis : transactionalist/subjectivist, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dan yang diteliti.
c. Axiologis : Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate partiscipant, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. Tujuan penelitian lebih kepada rekonstruksi realitas
d. Metodologis : menekankan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti dengan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode metode kualitatif seperti participant observation. Kriteria kualitas penelitian authenticity dan rfelctivity; sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati oleh para pelaku sosial.
44
Ibid. 36-37 45
3.2 Metode Penelitian
Tipe penelitian ini dengan pendekatan kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan proses penelitian dan ilmu pengetahuan yang tidak sesederhana penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yang menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena social, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisanya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang di amati.
Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata kata lisan maupun tertulis dan mampu dan tingkah
laku yang diamati.46
Penelitian deskriptif ditujukan untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. (2) mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan dan evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.47
Pendekatan kualitatif merupakan konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis dokumen untuk memahami peristiwa atau makna.
46
Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial. Prenanda Media Group. Jakarta. 2007 hal 166 47
Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu:48 1. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil 2. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan interpretasi
3. Penelitian kualitatif lebih merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis serta penelitian kualitatif harus terjun ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan
4. Penelitian kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata dan gambar
5. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dimana peneliti membuat konsep hipotesa dan teori berdasarkan data dilapangan yang diperoleh serta terus mengembangkannya dilapangan dalam proses jatuh bangun
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memaparkan dan mendeskriptifkan tanda-tanda serta makna perjalanan spiritual keimanan tokoh utama Mada dalam Film Haji Backpacker. Penelitian kualitatif merupakan cara andal dan relevan untuk bisa memahami fenomena sosial (tindakan manusia). Dengan penelitian kualitatif dapat terfokus menemukan tema atau nilai budaya apa yang terpendam dibalik suatu fenomena sosial. Serta menemukan rasionalitas seperti apa yang bersemayam dibalik fenomena sosial.
Penelitian ini ingin mendalami fenomenal sosial dalam masyarakat. Dengan strategi penelitian kualitatif fenomena sosial dalam penelitian ini dapat di
48
paparkan secara gamblang. Karena penelitian kualitatif dituntut memiliki strategi penyelidikan yang andal sehingga hasil (temuannya) bisa dipertanggungjawabkan kepercayaannya dan kejituannya.
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.49
Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai tanda.50
Terkait dengan tujuan penelitian maka penulis ingin mengetahui dan melacak makna makna yang diangkat dengan Audio dan Visual yang berupa lambang lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam audio dan visual lah yang menjadi pusat perhatian analisa semiotika.
Penulis menggunakan analisis semiotika Ferdinan de Saussure untuk mengungkap ada apa di balik tanda atau sign Bahasa dari film Haji Backpacker tersebut.
Semiotika Ferdinand de Saussure berpandangan bahwa tanda tanda itu bekerja dengan dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep dimana citra bunyi disandarkan.
49 Ibid. 7 50
Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, yaitu pandangan tentang (1) signifier (penanda) dan signified (petanda); (2) form (bentuk) dan content (isi); (3) langue (Bahasa) dan parole (tuturan,ujaran); (4) synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik);serta (5) syntagmatic (sintagmatik) associative
(paradigmatic)51
Menurut Saussure, tanda (sign) terdiri dari : bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep konsep dari bunyi bunyian dan gambar, disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent” atau makna. Hampir serupa dengan peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan objek signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penanda.
3.3 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini merupakan unsur yang terdapat pada pada film, yaitu unsur Audio dan Visual. Audio adalah unsur yang mengandung unsur yang dapat didengar. Unsur tersebut dibagi menjadi dua yaitu Voice (suara yang berasal dari manusia) dan sound (suara yang berasal dari benda mati seperti alat musik, sound effect, dan lain lain).
51
Selain audio, unsur yang terdapat pada film adalah Visual. Visual adalah unsur yang mengandung unsur yang bisa dilihat. Visual juga dapat diartikan sebagai penanda yang dapat dilihat (bukan didengar, disentuh, dikecap, atau dicium). Seperti semua jenis lainnya, tanda visual dapat dibentuk secara ikonis
(wajah-wajah tergambar, setting atau latar, sebagainya). 52
3.4 Obyek Penelitian
Obyek Penelitian ini adalah isi Film dari Haji Backpacker. Penelitian penulis dalam penelitian ini di fokuskan pada tanda-tanda (sign) yang dipresentasikan melalui gaya Bahasa yang mengidentifikasikan perjalanan kemanan pemeran utama yaitu Mada yang tengah mengalami kekecewaan terhadap Tuhan-Nya. Penelitian ini dianalisis melalui metode semiotika Ferdinand de Saussure dimana tanda yang ada pada tayangan Haji Backpaker ini dengan melihat unsur verbal berupa kata kata (dialog) yang dibawakan oleh aktor tersebut dalam berupa gaya bahasa dan non verbal berupa Bahasa tubuh atau gerakan yang menghadirkan tanda dan semua tanda yang berhubungan dengan gaya Bahasa dalam isi film Haji Backpacker.
Hasil penelitian ini nantinya akan menjawab Bagaimana perjalanan spiritual keimanan tokoh utama Mada dalam Haji Backpacker Dengan mengungkap makna yang tersembunyi dibalik tanda atau symbol yang digunakan dalam film tersebut, baik berupa gambar ataupun teks. Dalam Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure
52
melontarkan konsep menjelaskan “tanda” sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistam tanda (sign). Tanda adalah kesatuan dari suatu penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Yang mesti diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tadi tidak bisa dilepaskan. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”, kata Saussure.
Dalam melihat relasi petandaan ini, Saussure menekankan perlunya semacam konvensi sosial (socialconvention), yang mengatur pengkombinasian tanda dan maknanya. Relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi inilah yang disebut signifikasi (signification). Semiotika signifikasi, dengan demikian, adalah semiotika yang mempelajari relasi elemen-elemen tanda dalam sebuah sistem, berdasarkan aturan main dan konvensi tertentu. Meskipun demikian, signifikasi tidaklah sederhana sebagai relasi antara penanda dan petanda. Sesungguhnya ada beberapa tingkat relasi tertentu, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Kompleksitas relasi ini yang digambarkan oleh Roland Barthes lewat “tingkatan signifikasi” (staggered systems), yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Data Primer
Yaitu data penelitian ini penulis peroleh dari menonton tayangan haji Backpacker di bioskop dan kemudian mengobservasi isi film tersebut. 3.5.2 Data Sekunder
Peneliti memperoleh data sekunder melalui kepustakaan, untuk melengkapi dan memperlancar proses penelitian serta mendapatkan informasi dan literature-literatur yang berhubungan dengan Haji Backpacker sehingga tersusunnya skripsi ini dan penulis mencari dokumen-dokumen berupa buku-buku, youtube dan informasi dari internet, serta karya tulis lain yang berhubungan dengan objek penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis semiotika Ferdinand de Saussure yang di fokuskan pada isi film “Haji Backpacker” untuk menganalisa data yang diperoleh yaitu dengan menonton langsung film “Haji Backpacker”. Kemudian diteliti berdasarkan kategori yang telah dibuat. Secara teknik, peneliti melihat dan merepresentasikan perjalanan spiritual keimanan tokoh utama Mada dalam isi film Haji Backpacker. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Ferdinand de Saussure.
Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, yaitu pandangan tentang (1) signifier (penanda) dan signified (petanda); (2) form (bentuk) dan content (isi); (3) langue (Bahasa) dan parole (tuturan,ujaran); (4) synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik);serta (5) syntagmatic (sintagmatik) associative
(paradigmatic).53
Setelah melakukan tahap penyeleksian terhadap tanda tanda berkaitan dengan symbol gaya Bahasa, peneliti mengkategorikan pesan isi film haji backpacker kedalam dua kategori sesuai yang dilakukan Ferdinand de Saussure.
Saussure berpendapat bahwa sebuah tanda adalah ibarat sehelai kertas yang memiliki dua sisi, sisi pertama adalah penanda dan sisi lainnya adalah petanda. Disini penanda adalah sebuah aspek material dari sebuah tanda, sedangkan petanda adalah konsep dari sebuah tanda. Aspek material dari sebuah tanda muncul ketika kita menangkap bunyi. Penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna.
Untuk menganalisis peneliti menggunakan metode Ferdinand de Saussure. Analisis data yang dilakukan adalah :
1. Menonton film “Haji Backpacker” produksi dari rumah produksi Falcon Picture.
2. Melakukan pendefinisian terhadap film “Haji Backpacker” kemudian direpresentasikan berdasarkan kategorinya.
53
3. Analisis dan penafsiran tanda-tanda komunikasi digunakan sebagai upaya mengetahui gambaran gambaran representasi perjalanan spiritual tokoh utama Mada dalam isi film Haji Backpacker
Sign
Composed of
Signifier Signification Refereent Signifief (External reality) (Sumber : Mcquaill, 2000)
Menurut Saussure, tanda (sign) terdiri dari : bunyi-bunyian dan gambar , disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpresentasikan makna tersebut. Objek bagi Saussure disebut referent atau makna. Hampir serupa dengan pierce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan objek untuk signifier, bedanya Saussure memaknai objek sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan.
Dibawah ini adalah Aspek Ferdinand de Saussure dalam isi film “Haji Backpacker”:
Tabel 3.1
No Aspek Ferdinand de Saussure Isi Film “Haji Backpacker”
1 Signifier (Penanda) dan Signified (Petanda)
Penanda adalah Aspek
material dari Bahasa; apa yang dikatakan atau yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Bunyi yang bermaknan atau Coretan yang bermakna.
Petanda adalah gambaran
mental, pikirian, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari Bahasa.
Tanda merupakan satu
kesatuan dari penanda
(Signifier) dilengkapi tanda itu sendiri (signified).
Kata kata dan Tanda dari isi dialog yang
menunjukan perjalanan spiritual
keimanan tokoh utama Mada di dalam film “Haji Backpacker”
2 Form (Bentuk,wadah) dan Content (materi,isi)
Kumpulan-kumpulan Bahasa yang
Berwujud Bunyi dan Berwujud Ide Bahasa yang berisi sistem nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu
ditentukan oleh
perbedaannya.
keimanan tokoh utama Mada di dalam isi film “Haji Backpacker” yang
menunjukan beberapa perbedaan
dibanding Bahasa lainnya.
3 Langue (sistem Bahasa) dan Parole (kegiatan ujaran) Langue (sistem Bahasa) dan Parole (kegiatan ujaran) Langue mempunyai objek studi sistem atau tanda atau kode maka parole adalah living speech, yaitu Bahasa yang hidup atau Bahasa yang sebagaimana terlihat dalam
penggunaanya. Hubungan
antara norma Bahasa yang digunakan oleh suatu individu dengan tutur Bahasa ciri khas
individu yang digunakan
dalam berkomunikasi antar
Tutur kata yang berhubungan dengan norma Bahasa untuk menjelaskan nilai-nilai perjalanan spiritual keimanan tokoh utama Mada di dalam isi film “Haji Backpacker” yang bisa menjadi ciri khas si penutur Bahasa dalam film tersebut.
penutur Bahasa.
4 Synchronic dan Diachronic kedua istilah ini berasal dari kata yunani Khronos (waktu) dan dua awalan syn- dan dia-
masing masing berarti
“bersama” dan “melalui”
Studi sinkronis sebuah
Bahasa adalah deskripsi
tentang “keadaan tertentu
Bahasa tersebut (pada suatu
“masa”) menyebut
“sinkronis” sebagai
“bertepatan menurut waktu” dan tanpa mempersoalkan urutan waktu. Studi diakronis atas Bahasa tertentu adalah
deskripsi tentang
perkembangan sejarah
(“melalui waktu”). Adanya proses perubahan Bahasa. Oleh karena itu keadaan
Dalam film haji backpacker ada
beberapa perubahan Bahasa yang
menjadi petunjuk perbedaan Bahasa yang dibentuk oleh sebuah sistem dari isi pembicaraan film tersebut.
menuntut adanya perbedaan yang jelas antara fakta-fakta kebahasaan sebagai sebuah
sistem dan fakta-fakta
kebahasaan yang mengalami Evolusi
5 Syntagmatic dan Associative (paradigmatic) Syntagmatic
(kumpulan tanda yang
berurutan secara logis)
sedangkan Paradigmatic
(hubungan yang saling
menggantikan) Syntagmatic
dan Associative
(paradigmatic). Hubungan sintagmatik dan paradigmatik
terdapat dalam kata-kata
sebagai rangkaian
bunyi-bunyi maupun kata-kata
sebagai konsep.
Pilihan pilihan sound effect ataupun ilustrasi musik dalam isi film haji backpacker menggambarkan perjalanan spiritual keimanan tokoh utama Mada dalam film haji backpacker