• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) MEMPUNYAI PENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) MEMPUNYAI PENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

MEMPUNYAI PENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Allen Marga Retta

Universitas PGRI Palembang e-mail: allenmargaretta1@gmail.com

Abstract— This research model aims to understand the AIR model that emphasizes the critical thinking skills of students of SMP Negeri 17 Palembang. Only this study uses the Research Only Posstest Control Design. The sample in this study was class VII.1 as an experimental class using the AIR learning model and class VII.2 as a control class using conventional learning. Data collection techniques using tests and questionnaires. Data analysis techniques using t-test which was first issued with a test of normality and homogeneity. The results of this study prove there is a AIR learning model on mathematical critical thinking, this can be seen from the average final test of students who are given learning with the AIR learning model that is 75.53 higher than students who are earmarked for conventional learning totaling 54, 44

Keywords— Auditory Intellectually Repetition (AIR) Model, Ability Critical Mathematical Thinking, Mathematical Disposition.

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model AIR mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMP Negeri 17 Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan perlakuan Posstest Only Control Design. Sampel pada penelitian ini yaitu kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran AIR dan kelas VII.2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Teknik analisis data menggunakan Uji-t yang terlebih dahulu diuji dengan uji normalitas dan homogenitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran AIR mempunyai pengaruh terhadap berpikir kritis matematis, Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tes akhir siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran AIR yaitu 75,53 lebih tinggi dibandingkan siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional yaitu sebesar 54,44

Kata Kunci— Model Auditory Intellectually Repetition (AIR), Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

——————————  —————————— PENDAHULUAN

Susanto (2013:131) menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan generasi bangsa yang kreatif. Dengan adanya kemampuan berpikir kreatif

akan melahirkan ide-ide baru dalam

menghadapi masalah. Adapun untuk menguji kebenaran diperlukan keterampilan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat diasah melalui mata pelajaran matematika.

Berpikir kritis matematis adalah suatu proses berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah matematika dengan fokus pada setiap proses dan juga langkah yang

digunakan secara teliti serta dapat

dipertanggungjawabkan. Semakin tajam

tingkat analisis seseorang pada suatu

permasalahan maka semakin tajam pula keputusan yang dapat diambilnya.

(2)

Ennis (1996, dikutip dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015: 89-90) menyatakan kemampuan berpikir kritis matematis menurut Ennis, yaitu kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah matematika yang

melibatkan pengetahuan matematika,

penalaran matematika, dan pembuktian

matematika. Pada kemampuan berpikir kritis

matematis, seseorang dituntut untuk

menyelesaikan setiap masalah yang

berhubungan dengan matematika secara kritis.

Kemampuan berpikir kritis harus dimiliki siswa agar dapat menghadapi berbagai rintangan dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP masih tergolong rendah, hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Syahbana (2012:54) nilai rata-rata

kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP hanya 68 kalau dalam skala 0-100, nilai ini baru termasuk dalam kategori cukup. Rendahnya kemampuan berpikir kritis dapat menimbulkan dampak yang kurang baik pada pendidikan selanjutnya. Selain itu, Shidarta (2018:1) laporan PISA 2015 (program yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72 negara), Indonesia menduduki peringkat 62 dari 72 negara. Dua tahun sebelumnya yakni pada PISA 2013, Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah atau peringkat 71.

Berdasarkan laporan PISA tersebut,

menunjukkan bahwa kualitas sistem

pendidikan di Indonesia masih perlu

ditingkatkan.

Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran. Sayangnya, masih terdapat

proses pembelajaran yang masih kurang variatif dan tidak memperhatikan tingkat

pemahaman siswa. Syaban (2009:130)

mengemukakan pada saat ini, daya dan disposisi matematis siswa belum tercapai sepenuhnya. Hal tersebut antara lain karena pembelajaran cenderung berpusat pada guru yang menekankan pada prosedural, tugas latihan yang mekanistik, dan kurang memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir matematis.

Model pembelajaran AIR memiliki

pengaruh positif terhadap berpikir kritis matematis dan disposisi matematis, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarni, Sugiarto dan Sunarmi (2016:1) yaitu hasil belajar peserta didik dengan model

pembelajaran AIR mencapai ketuntasan

klasikal, dan rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran AIR lebih baik dari rata-rata kemampuan berpikir

kritis peserta didik pada pembelajaran

ekspositori. Sehingga berdasarkan penelitian tersebut, menunjukkan ada pengaruh model pembelajaran AIR terhadap kemampuan berpikir kritis.

Model pembelajaran AIR merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif dan memiliki banyak kelebihan. Shoimin (2014: 30-31) mengemukakan kelebihan model pembelajaran AIR diantaranya adalah

siswa lebih berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komperhensif, siswa dengan kemampuan rendah dapat merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri,

(3)

siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan, siswa

memiliki pengalaman banyak untuk

menemukan sesuatu dalam menjawab

permasalahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran AIR memiliki

dampak yang positif terhadap proses

pembelajaran.

Begitu banyak kelebihan dari model pembelajaran AIR ini membuat penulis tertarik untuk mencari tahu adakah pengaruh model pembelajaran AIR terhadap kemampuan

berpikir kritis matematis dan disposisi

matematis. Berdasarkan penjabaran diatas, penulis perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Model pembelajaran Auditory

Intellectually Repetition (AIR) mempunyai

pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa”.

METODE PENELITIAN

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR dan terdiri dari 32 siswa, serta kelas VII.2 sebagai kelas kontrol

yang mendapatkan pembelajaran

konvensional dan terdiri dari 32 siswa. Teknik pengumpulan data berupa tes tertulis untuk mengukur berpikir kritis matematis siswa Pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode penelitian ekperimen dan bentuk

desain penelitiannya yaitu Posttest-Only

Control Design.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Tes akhir yang diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol berjumlah 3 butir soal uraian yang mengacu pada indikator berpikir kritis matematis. Adapun nilai rata-rata

berpikir kritis matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada soal evaluasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-rata nilai siswa pada setiap pertemuan

Kelas Pertemuan

1 2 3

Eksperimen 68,10 71,73 72,92

Kontrol 49,68 57,93 56,57

Dari Tabel 1 dapat diketahui, rata-rata nilai siswa di kelas eksperimen pada pertemuan pertama yaitu 68,10, pertemuan kedua sebesar 71,73 dan pertemuan ketiga sebesar 72,92. Rata-rata nilai siswa di kelas kontrol pada pertemuan pertama 49,68,

pertemuan kedua sebesar 57,93 dan

pertemuan ketiga sebesar 56,57. Berdasarkan tabel 1, dapat disimpulkan rata-rata nilai kelas eksperimen baik pertemuan 1, 2 ataupun 3 lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nilai di kelas kontrol.

Adapun nilai rata-rata siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes akhir adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai rata-rata persentase skor kemampuan berpikir kritis matematis siswa

pada soal tes akhir

No. Indikator Kelas

Eksperimen Kelas Kontrol 1. Menentukan Strategi 55,47 51,56 2. Memberikan Alasan 88,28 59,38 3. Menyimpulkan 82,81 52,34 Rata-rata keseluruhan 75,53 54,44

(4)

Berdasarkan Tabel 2, rata-rata nilai tes akhir pada kelas eksperimen adalah 75,53 sedangkan rata-rata nilai tes akhir pada kelas

kontrol adala 54,44. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diterapkan pada kelas

kontrol dengan menggunakan metode

konvensional.

Hasil dari kemampuan berpikir kritis matematis yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-T, namun sebelum itu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Hasil hitung uji normalitas data soal

tes akhir yang mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dapat dilihat di tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Hasil hitung uji normalitas data soal tes akhir kelas eksperimen

Berdasarkan tabel 4 diperoleh

Kolmogorov-Smirnov dengan nilai signifikan untuk variabel berpikir kritis matematis di kelas eksperimen sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05 dengan demikian data berdistribusi normal.

Adapun hasil hitung uji normalitas data soal tes akhir yang mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil hitung uji normalitas data soal tes akhir kelas kontrol

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai signifikan untuk variabel berpikir kritis matematis pada kelas kontrol adalah sebesar 0,067 lebih besar dari 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data soal tes akhir di kelas kontrol yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa, berdistribusi normal.

Setelah data memenuhi syarat yaitu data harus berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji Independent Sample t-test

dengan kriteria tolak jika nilai Signifikan

(2-tailed) ≤ 0,025 dan terima jika nilai

Sig.(2-tailed) > 0,025. Hasil perhitungan data uji t

menggunakan program SPSS 22 For

Windows. Berikut tabel 6 meyajikan hasil

hitung uji hipotesis.

Tabel 6. Hasil Hitung Uji Hipotesis

Dari Tabel 6, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR) memiliki pengaruh terhadap

kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII SMP Negeri 17 Palembang karena hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa memperoleh nilai signifikan 0,000 (

(5)

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian, secara

keseluruhan terdapat perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran AIR dengan siswa yang

diberi perlakuan dengan pembelajaran

konvensional. Nilai rata-rata untuk soal tes berpikir kritis matematis di kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapat perlakuan model pembelajaran AIR sebesar 75,53 lebih baik dibandingkan nilai rata-rata di kelas kontrol

yang menggunakan pembelajaran

konvensional yaitu 54,44.

Model pembelajaran AIR merupakan salah satu model yang dapat membantu mengarahkan peserta didik untuk berpikir kritis. Orang yang berpikir kritis matematis akan cenderung memiliki sikap yang positif terhadap matematika dan model pembelajaran AIR dapat memunculkan sikap yang positif terhadap matematika ketika siswa terlibat

dalam tahap repetition (pengulangan).

Repetition dalam penelitian ini yaitu berupa

pemberian soal berpikir kritis di akhir pembelajaran pada setiap pertemuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk (2018) yang menyatakan bahwa cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis

dalam pembelajaran matematika adalah

dengan sering berlatih mengerjakan soal kemampuan berpikir kritis.

Model pembelajaran AIR berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Jika dicermati, hal ini pun sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan oleh Astuti (2017) dengan hasil penelitian yaitu, pembelajaran model AIR

(Auditory Intellectually Repetition) memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada kelas VII SMP Negeri 17 Palembang, didapatkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas VII.

Dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran AIR berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dilihat dari nilai rata-rata tes akhir untuk berpikir kritis di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan nilai rata-rata untuk tes akhir berpikir kritis di kelas kontrol.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematis di kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran

Auditory Intellectually Repetition (AIR) lebih

baik dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas kontrol yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata nilai siswa pada tes akhir di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai siswa di kelas kontrol. Kesimpulan lainnya adalah terdapat hubungan antara model pembelajaran AIR, kemampuan berpikir kritis matematis. Serta, terdapat pengaruh model pembelajaran AIR dengan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Disarankan untuk menggunakan model pembelajaran AIR pada proses pembelajaran di sekolah karena model pembelajaran ini

(6)

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis. Dalam menerapkan model pembelajaran

ini, disarankan guru dapat mempunyai

persiapan yang matang, dan menyampaikan masalah dengan jelas dan mudah dipahami siswa. Serta, guru juga disarankan untuk dapat meyakinkan siswa atas jawabannya sendiri dan memberikan motivasi kepada siswa untuk kepercayaan diri mereka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti, R. (2017). “Pengaruh Model

Pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa pada Materi

Kemagnetan Kelas IX SMP Negeri 1

Penengahan Lampung Selatan”. Skripsi.

Universitas PGRI Palembang.

2. Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

3. Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R.

(2015). PENELITIAN pendidikan

matematika. Bandung: PT Refika Aditama.

4. Putri, F. M. (2018). “Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Siswa dalam

Pembelajaran Matematika Menggunakan

Teori Apos”. Jurnal Pendidikan

Matematika. Vol 2 Nomor 1

5. Shoimin, A. (2014). 68 MODEL

pembelajaran inovatif dalam kurikulum

2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

6. Sidharta, J. (16 Mei, 2018).Peringkat Pendidikan Indonesia di Dunia. Youth

Corps Indonesia, diakses dari https://www.youthcorpsindonesia.org/l/per ingkat-pendidikan-indonesia-di-dunia/. 7. Sumarni., & Sugiarto., & Sunarmi. (2016).

“Implementasi Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Berfikir kritis dan disposisi matematis peserta didik pada materi kubus dan balok”. Jurnal Pendidikan

Matematika. (5)2.

8. Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan

Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung. 9. Susanto, A. (2013). TEORI belajar &

pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:

Prenamedia Group.

10. Syaban, M. (2009).

“Menumbuhkembangkan Daya dan

Disposisi Matematis Siswa Sekolah

Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi”. Jurnal Educationist Vol. 3 No.2 Juli 2009

Gambar

Tabel 2. Nilai rata-rata persentase skor  kemampuan berpikir kritis matematis siswa
Tabel 4. Hasil hitung uji normalitas data soal  tes akhir kelas eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

pengisi tanah dengan diinokulasi oleh Nitrosomonas sp……… 48 Gambar 18. Perubahan jumlah sel bakteri pengoksidasi NH 3

Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal

Hal ini berarti penggunaan media pembelajaran dengan audio visual memiliki pengaruh yang lebih baik pada kemampuan mahasiswa dalam melakukan perekama EKG dibanding dengan

Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mendapatkan pengaturan parameter proses pada mesin 3D Printer yang optimal dalam mendapatkan keakuratan

Yang dimaksud dengan ”Analisis Proses Produksi Program Siaran Islamku Nafasku di Batik TV pekalongan” adalah sebuah penelitian yang mengkaji proses produksi pada

Hasil daripada kajian ini, para usahawan dapat menilai semula tahap kerjasama sesama mereka dalam membantu memperluaskan lagi pasaran perniagaan dan melahirkan

Aplikasi panduan praktis obat herbal untuk penyakit dalam berbasis Android maupun merupakan pembangunan aplikasi yang memilki tujuan agar bisa menjadi fasilitas penunjang

Rencana pola ruang yang ada pada dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Denpasar Tahun 2011-2031 didominasi oleh penggunaan lahan untuk fungsi pemukiman,