• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Usahatani Kentang Terhadap Usahatani Kentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Usahatani Kentang Terhadap Usahatani Kentang"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 3. Distribusi Biaya Bibit Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

Jumlah 13,7 13900 450000 208500000 453000000

(4)

Lampiran 4. Distribusi Biaya Bibit Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

No. Sampel Luas

Lahan Jumlah Bibit (Kg)

(5)

Lampiran 5. Total Biaya Pupuk Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Jumlah 13,7 46900000 7625000 11970000 11340000 5000000 82835000 170005714 Rata -

(6)

Lampiran 5.a Distribusi Biaya Pupuk Kandang Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(7)
(8)
(9)

Lampiran 5.d Distribusi Biaya Pupuk NPK (Phonska) Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(10)
(11)

Lampiran 6. Total Biaya Pupuk Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Jumlah 9,95 39025000 5670000 12000000 10240000 5600000 72535000 213414524 Rata -

(12)

Lampiran 6.a Distribusi Biaya Pupuk Kandang Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

No. Sampel Luas

Jumlah 9,95 111500 10500 39025000 109108333

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Lampiran 8. 3 Distribusi Biaya Pestisida Dakonil Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(25)

Lampiran 9. Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Jumlah 13,7 37350000 36400000 25450000 15050000 22900000 44950000 Rata -

Rata 0,46 1245000 1213333 848333 501667 763333 1498333

(26)

Lampiran 9. Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

Jumlah 13,7 182100000 412850000

(27)

Lampiran 9.1 Distribusi Upah Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(28)
(29)

Lampiran 9.3 Distribusi Upah Tenaga Kerja Pemeliharaan Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(30)

Lampiran 9.4 Distribusi Upah Tenaga Kerja Penyemprotan Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(31)

Lampiran 9.5 Distribusi Upah Tenaga Kerja Pemupukan Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(32)

Lampiran 9.6 Distribusi Upah Tenaga Kerja Pemanenan Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(33)

Lampiran 10. Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kentang Sesudah Erupsi

Jumlah 9,95 31250000 30200000 17200000 10500000 18600000 34000000 Rata –

(34)

Lampiran 10. Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (Sambungan)

No.

(35)

Lampiran 10.1 Distribusi Upah Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Usahatani Ken Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(36)

Lampiran 10.2 Distribusi Upah Tenaga Kerja Penanaman Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(37)
(38)

Lampiran 10.4 Distribusi Upah Tenaga Kerja Penyemprotan Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(39)

Lampiran 10.5 Distribusi Upah Tenaga Kerja Pemupukan Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(40)

Lampiran 10.6 Distribusi Upah Tenaga Kerja Pemanenan Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(41)

Lampiran 11. Total Biaya Penyusutan Investasi Usahatani Kentang Sebelum Dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

No. Sampel Cangkul

(42)
(43)

Lampiran 11.1 Nilai Penyusutan Inventasi Cangkul Usahatani Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(44)

Lampiran 11.2 Nilai Penyusutan Inventasi Pompa Gendong Usahatani Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(45)
(46)

Lampiran 11.4 Nilai Penyusutan Inventasi Sabit Usahatani Kentang Sebelum Dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(47)
(48)

Lampiran 11.6 Nilai Penyusutan Inventasi Tenda Usahatani Kentang Sebelum Dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(49)

Lampiran 11.7 Nilai Penyusutan Inventasi Ember Usahatani Kentang Sebelum Dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(50)

Lampiran 11.8 Nilai Penyusutan Inventasi Pondok Usahatani Kentang Sebelum Dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(51)

Lampiran 11.9 Nilai Penyusutan Inventasi Bak Air Usahatani Kentang Sebelum Dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

(52)

Lampiran 12. Total Seluruh Biaya Sebelum Erupsi Gunung Sinabung 4 1 18000000 8395000 2367500 10150000 1634333 40546833 40546833 5 0,3 4500000 1345000 695000 4750000 595667 11885667 39618890 6 0,4 6000000 1605000 835000 5700000 616667 14756667 36891668 7 0,6 9000000 3895000 1222500 7750000 1031167 22898667 38164445 8 0,3 4500000 1345000 695000 4800000 585667 11925667 39752223 15 0,7 10500000 6290000 1930000 8750000 968167 28438167 40625953 16 0,5 7500000 3205000 995000 6150000 861167 18711167 37422334 23 0,6 9000000 3870000 1222500 7850000 1056167 22998667 38331112 24 0,3 4500000 1345000 695000 4750000 519000 11809000 39363333 25 0,5 7500000 3205000 995000 6400000 838167 18938167 37876334 26 0,5 7500000 3205000 995000 6550000 861167 19111167 38222334 27 0,4 6000000 1605000 835000 5750000 661167 14851167 37127918 28 0,5 7500000 3205000 995000 6350000 953167 19003167 38006334 29 0,3 4500000 1345000 695000 4750000 527500 11817500 393916667 30 0,5 7500000 3205000 995000 6600000 974500 19274500 38549000 Jumlah 13,7 208500000 82835000 29180000 182100000 23281000 525896006 1151610883 Rata -

(53)

Lampiran 13. Total Seluruh Biaya Sesudah Erupsi Gunung Sinabung 4 0,7 12600000 9620000 2005000 1200000 1634333 27059333 38656190 5 0,2 3600000 1545000 555000 400000 595667 6695667 33478335 23 0,5 9000000 4275000 1035000 850000 1056167 16216167 32432334 24 0,2 3600000 1720000 555000 400000 519000 6794000 33970000 Jumlah 9,95 179100000 72535000 23611000 18600000 23281000 317127006 955399487 Rata -

(54)

Lampiran 14. Penerimaan Usahatani Kentang Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

Jumlah 13,7 190000 159300 1009800000 2186738095 Rata -

(55)

Lampiran 15. Penerimaan Usahatani Kentang Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Jumlah 9,95 135500 115000 529520000 1549879762

(56)

Lampiran 16. Produktivitas usahatani kentang sebelum erupsi Gunung Sinabung No.

(57)
(58)
(59)

Lampiran 19. Total Pendapatan Petani Kentang Sesudah Erupsi Sinabung

12 0,4 27000000 11432167 15567833 38919583 13 0,3 14000000 9522167 4477833 14926110 14 0,2 12600000 6543000 6057000 30285000 15 0,5 24000000 17203167 6796833 13593666 16 0,4 24750000 11825167 12924833 32312083 17 0,4 17600000 11970500 5629500 14073750

23 0,5 32400000 16216167 16183833 32367666

24 0,2 8100000 6794000 1306000 6530000

25 0,4 19250000 12027167 7222833 18057083 26 0,4 24750000 12050167 12699833 31749583 27 0,3 12800000 9537167 3262833 10876110 28 0,4 27000000 12192167 14807833 3701958

29 0,2 8960000 6710500 2249500 11247500

30 0,4 24750000 12113500 12636500 31591250 Jumlah 9,95 529520000 317127006 212392994 594480275 Rata -

(60)

Lampiran 20. Hasil Analisis Uji Beda Rata – Rata Produksi Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Paired Samples Test

Interval of the

Difference

Pair 1 produksi_sebelum_erupsi 6333.3333 30 2320.27545 423.62240

produksi_sesudah_erupsi 4516.6667 30 1744.56463 318.51247

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 produksi_sebelum_erupsi &

produksi_sesudah_erupsi

(61)

Lampiran 21. Hasil Analisis Uji Beda Rata – Rata Produktivitas Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 produktivitas_sebelum_erupsi 13.7240 30 1.04339 .19050

produktivitas_sesudah_erupsi 13.4700 30 .96347 .17591

Paired Samples Correlations

N Corr

elatio

n Sig.

Pair 1 produktivitas_sebelum_erupsi &

produktivitas_sesudah_erupsi

Interval of the

(62)

Lampiran 22. Hasil Analisis Uji Beda Rata – Rata Biaya Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 biaya_sebelum_erupsi 1.7530E7 30 6.23751E6 1.13881E6

biaya_sesudah_erupsi 1.0571E7 30 4.17964E6 7.63095E5

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 biaya_sebelum_erupsi &

biaya_sesudah_erupsi

Interval of the

Difference

(63)

Lampiran 23. Hasil Analisis Uji Beda Rata – Rata Harga Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Paired Samples Test

Interval of the

Difference

Pair 1 harga_sebelum_erupsi 5310.0000 30 242.61506 44.29525

harga_sesudah_erupsi 3833.3333 30 612.13777 111.76055

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 harga_sebelum_erupsi &

harga_sesudah_erupsi

(64)

Lampiran 24. Hasil Analisis Uji Beda Rata – Rata Penerimaan Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 penerimaan_sebelum_erupsi 3.3660E7 30 1.27327E7 2.32467E6

penerimaan_sesudah_erupsi 1.7651E7 30 8.31053E6 1.51729E6

Paired Samples Test

Interval of the

Difference

Pair 1 penerimaan_sebelum_erupsi

&

penerimaan_sesudah_erupsi

(65)

Lampiran 25. Hasil Analisis Uji Beda Rata – Rata Pendapatan Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pendapatan_sebelum_erupsi

&

pendapatan_sesudah_erupsi

30 .745 .000

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pendapatan_sebelum_erupsi 1.8378E7 30 9.14074E6 1.66886E6

pendapatan_sesudah_erupsi 7.0798E6 30 4.82977E6 8.81791E5

Paired Samples Test

Interval of the

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2011. Kentang. Global Community Nusantara. Diakses pada 20 April 2015 pikul 20.00 Wib.

Badan Pusat Statistika. Medan 2009. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS SUMUT. Medan.

Badan Pusat Statistika. Medan 2010 . Sumatera Utara Dalam Angka. BPS SUMUT. Medan.

Badan Pusat Statistika. Medan 2011. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS SUMUT. Medan.

Badan Pusat Statistika. Medan 2012. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS SUMUT. Medan.

Badan Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Utara. 2013. Departemen Pertanian Indonesia. 2014.

Dinas Pertanian Provinsi Sumut. 2010.

Dzikron, A.M. 2006. Tragedi Tsunami di Aceh: Bencana Alam atau Rekayasa. Solo: (MT & P) Law Firm.

Fuad, dkk. 2000. Pengantar Bisnis. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Griffin dan Ebert. 2007. Bisnis. Erlangga. Jakarta.

Ginting, B. Bela. 2012. “Masalah dan Dampak Bencana Pasca Meletusnya

Gunung Sinabung dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga” Universitas Sumatera Utara.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Andi. Yogyakarta. Hiariey, dkk. 2009. Efesiensi Perikanan Tangkap. Pendekatan Stochastic

Production Frontier (Jurnal). Ichthyos, Vol. 8 No. 2, Juli 2009 : 55-62.

Khazanani, Annora. 2011. Analisis Efesiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi Usaha Tani Cabai Kabupaten Temanggung (Skripsi). Universitas Dipenogoro. Semarang.

(67)

KBBI. 2011 Pengertian Dampak (Internet). (http://kamusbahasaindonesia.org, diakses tanggal 22 Agustus 2011 pukul 14:30 Wib ).

Lakitan, B. 1995. Holtikultura. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Martini, T, Setyono, B, Sudarmaji. 2011. “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Merapi Terhadap Usahatani Bunga Krisan”. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian: Yoyakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarata.

Nugroho dan Wahyunto. 2011. Pengelolahan Bencana Alam Gunung Berapi. PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). 2013.

Purba, A. 2013. “ Langkah – Langkah Strategis Komisi Penanggulangan Bencana GBKP Dalam Merespon Bencana Letusan Gunung Sinabung Tahun 2013”.

: 29 September 2014,13.00 WIB).

Posko Center Tanggap Bencana Sinabung, 2015.

Rahim dan Hastuti, 2007. Ekonomi Pertanian. Penerbit Swadaya : Jakarta. Setiadi. 2009. Budidaya Tanaman Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Simanjuntak Prayana J. 2004. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE Universitas Indonesia.

Sapuan dan Chrisman S, 1994. Prosiding Seminar: Pembangunan Pertanian Dalam Menanggulangi Kemiskinan. PERHEPI. Jakarata.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali

: Jakarta.

Soekartawi, 2002, prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Setiawati, dkk. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura. Bandung.

Singgarimbun. 1998. Metode Penelitian Suvei.LP3ES Jakrta.

(68)

Umar, Husein. 2003. Business an Introduction. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wirantha, I made. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. (CV Andi. Offset, Yogyakarta).

(69)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive Sampling, yang artinya daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penulisan (Singarimbun,1998). Dalam hal ini daerah penelitian berada dalam kawasan radius 4 km di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran dan desa ini salah satu centra penghasil produksi kentang terbesar dan mengalami dampak tidak langsung erupsi Gunung Sinabung. Letusan erupsi yang dikaji dampaknya dalam hal ini adalah letusan erupsi Gunung Sinabung tahun 2013.

Erupsi Gunung Sinabung pada tahun 2013 menyebabkan sebagian warga masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Naman Teran mengungsi yaitu Desa Kebayaken, Kuta Rayat, Kuta Gugung, Sigarang – Garang, Sukanalu, Simacem, Bekerah, Naman, Kuta Melia, Gung Pinto, Kuta Tonggal, Suka Debih. Terdapat ada dua desa yang warganya tidak mengungsi yaitu Desa Ndeskati dan Desa Suka Tepu.

(Posko Center Tanggap Bencana Sinabung, 2015)

(70)

Susuk, Sp. Susuk, Suka Tendel, Tanjung Merawa, Rimo Kayu, Batu Karang, Payung, Ujung Payung, Tiga Pancur, Sp. Beganting, Jeraya, Kuta Tengah, Torong Baru, Tiga Kicat, Suka Tepu, Kuta Mbelin, Kebayaken , Cimoang. (Posko Center Tanggap Bencana Sinabung, 2015)

Tabel 3.1 Perkembangan Produksi Kentang Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung pada tahun 2013.

Tahun Produksi

(Ton)

2012 1.742

2013 1.044

2014 350

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rakyat, 2014 (Diolah)

Produksi kentang sebelum erupsi terjadi adalah 1.742 Ton. Pada saat erupsi tahun 2013 terjadi penurunan produksi kentang menjadi 1.044 Ton. Penurun ini disebabkan erupsi Gunung Sinabung. Namun sesudah erupsi pada tahun 2014 produksi kentang tetap mengalami penurunan menjadi 350 Ton. Desa Kuta Rayat mengalami penurunan produksi dikarenakan dampak erupsi Gunung Sinabung yang pada saat itu 70 % hamparan tanaman kentang rusak terkena abu vulkanik.

3.2 Metode Pemgambilan Sampel

(71)

mengatakan bahwa uji statistik dapat dilakukan dengan jumlah sampel kecil yaitu sebanyak 30 sampel, dengan tingkat homogenitas tinggi. Selain itu ada juga beberapa dasar pertimbangan yaitu untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya tanpa mengurangi tingkat akurasi dari penelitian ini.

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani melalui survey dan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah yang pertama yaitu menggunakan metode analisis

deskriptif yaitu dengan menampilkan data time series dan menjelaskan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung pada tahun 2013.

Untuk identifikasi masalah kedua yaitu menggunakan Uji beda rata - rata. Maka

untuk melihat perbandingan produksi, produktivitas, biaya, harga, penerimaan dan pendapatan dalam usahatani kentang sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung akan dilakukan uji paried sample T-test dengan alat bantu SPSS.

(72)

adalah data pada sampel kedua merupakan perubahan atau perbedaan dari data sampel pertama atau dengan kata lain sebuah sampel dengan subjek sama mengalami dua perlakuan.

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Menggunakan nilai signifikan / P- Value

• Jika nilai signifikan / P- Value > 0,05 ; maka Ho diterima

• Jika nilai signifikan / P- Value < 0,05 ; maka Ho ditolak.

2. Menggunakan perbandingan antara t hitung dengan t tabel

Nilai t tabel didapat α (taraf nyata / tingkat signifikan) dengan derajat bebas / degree of freedom (df).

• Jika t hitung > t tabel ; maka Ho ditolak = (ada perbedaan antara

sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung)

• Jika t hitung < t tabel ; maka Ho diterima = (tidak ada perbedaan

antara sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung)

Menurut Mubyarto (1994) untuk mengetahui dampak terhadap produktivitas, produksi, biaya, harga, pendapatan dan penerimaan usahatani kentang digunakan rumus :

I = TR – TC

Keterangan :

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

(73)

I = (P.Q) – (TFC + TVC)

Keterangan :

P = Price (Harga)

Q = Quantity (Jumlah produksi)

TFC = Total Fixed Cost (Jumlah biaya tetap)

TVC = Total Variabel Cost (Jumlah biaya tidak tetap)

3.5 Depenisi dan Batasan Operasional

Dalam memahami penelitian ini maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut.

3.5.1 Depenisi

1. Dampak adalah pengaruh atau efek tidak langsung dari erupsi Gunung Sinabung / bencana alam yang dapat menimbulkan akibat positif dan negatif. 2. Erupsi adalah pelepasan material bumi seperti magma, gas, abu, dan sumber

material lainnya ke atmosfer ataupun ke permukaan bumi.

3. Usahatani adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan penghasilan dengan cara melakukan budidaya kentang pada sebidang lahan untuk menghasilkan kentang yang akan dijual ke konsumen.

4. Petani adalah orang yang melakukan usahatani kentang sebagai pekerja utama maupun sampingan.

(74)

6. Output adalah nilai hasil produksi rata-rata dalam proses produksi usahatani kentang yang dihitung dalam satuan rupiah.

7. Letusan plinian adalah semburan gas vulkanik dan abu vulkanik Gunung Sinabung yang menyembur tinggi, ditandai dengan pemancaran batu apung dalam jumlah besar dan letusan gas yang sangat kuat dan berlangsung lama. 8. Debu vulkanik adalah bahan material vulkanik yang berukuran halus yang

jatuh karena disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan.

9. Tenaga kerja adalah orang yang mengelola usahatani kentang pada sebidang tanah yaitu merupakan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.

10. Harga jual adalah harga jual kentang ditingkat petani yang berlaku di daerah penelitian (Rp)

11. Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi (Rp)

12. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi kentang dengan harga jual kentang (Rp)

13. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan kemtang dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan kentang dengan satuan rupiah (Rp).

(75)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan kentang.

3. Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung pada tahun 2013.

(76)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis Desa Penelitian

4.1.1 Keadaan Alam

Penelitian ini dilakukan di Desa Kuta Rayat. Desa Kuta Rayat merupakan salah satu desa di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo yang letak geografisnya berada diatas permukaan laut 1368 m dengan temperatur 16 °C – 17 °C. Adapun Desa Kuta Rayat berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan hutan negara

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sigarang-Garang 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kebayaken Kutambelin 4. Sebalah Barat berbatasan dengan Desa Kuta Gugung

4.2 Keadaan Demografis Desa Penelitian

4.2.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan

(77)

Tabel 4.1 Penggunaan Wilayah Lahan Pertanian

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat, 2014

Tabel 4.2 Pengguinaan Wilayah Lahan Bukan Sawah

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1.2 Lahan Bukan Sawah

A Tegal/Kebun 16

B Ladang/Huma 730

C Perkebunan -

D Ditanami Pohon/ Hutan Rakyat 12

E Tambak -

F Kolam/Tebat/Empang 4

G Padang Pengembalaan/ Rumput -

H Sementra Tidak Diusahakan 23

I Lainya (Perkarangan Ditanami Tanaman Pertanian) 2

Jumlah Lahan Bukan Sawah 787

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat 2014 No Penggunaan Lahan

Realisasi Dalam Satu Tahun

(78)

Tabel 4.3 Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Pertanian

No Lahan Bukan Pertanian Luas (Ha)

A Rumah, Bangunan dan Halaman Sekitarnya 18

B Hutan Negara -

C Rawa – rawa (Tidak Ditanami) 25

D Lainnya (Jalan,sungai,danau,lahan,tandus, dan lain – lain 512

Jumlah Lahan Bukan Pertanian 555

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat, 2014

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa luas seluruh wilayah Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dapat dihitung sebagai berikut :

Total (Luas Wilayah) = Jumlah Luas Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah + Jumlah Bukan Pertanian

Total (Luas Wilayah) = 79 Ha + 787 Ha + 555 Ha = 1421 Ha

4.3 Keadaan Penduduk Desa Penelitian

4.3.1 Jumlah Kepala Keluarga dan Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Desa Kuta Rayat ditempati penduduk dengan jumlah 2.317 jiwa, terdiri atas 666 kepala keluarga dan 309 petani kentang, dimana jenis kelamin yang mendominasi di desa ini adalah laki – laki yaitu sebanyak 1.187 jiwa laki – laki atau sebear 51,2 % dan sebanyak 1.130 perempuan atau sebesar 48,8 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki – Laki 1.187 51,2

(79)

4.3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Sebagai gambaran umum jenis agama yang di anut oleh masyarakat Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Jenis Agama Frekuensi Persentase (%)

1 Islam 1.561 67,4

2 Kristen Prosestan 598 25,8

3 Kristen Katolik 158 6,8

Jumlah 2.317 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat, 2014

Ditinjau dari sudut keagamaan, maka dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Kuta Rayat mayoritas menganut agama Islam yaitu 67,4 %, pemeluk agama lainntya yaitu Kristen Protestan sebanyak 25,8 %, Kristen Katolik sebanyak 6,8 %. Kendatipun penduduk yang beragama Islam di desa tersebut tergolong mayoritas, sama sekali tidak mempengaruhi kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan masyarakat di Desa Kuta Rayat.

4.4 Sarana Dan Prasarana Desa Penelitian 4.4.1 Sarana Rumah Ibadah

Berikut ini adalah sarana rumah ibadah yang terdapat di Desa Kuta Rayat.

Tabel 4.6 Sarana Rumah Ibadah Desa Kuta Rayat

No Rumah Ibadah Jumlah (Unit)

1 Mesjid 2

2 Gereja 1

Jumlah 3

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat, 2014

(80)

tidak mempengaruhi kerukuna antar agama dalam kehidupan masyarakat di Desa Kuta Rayat.

4.4.2 Sarana Kesehatan

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, serta informasi – informasi yang berhubungan dengan kesehatan tersedia sarana kesehatan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7 Sarana Kesehatan Desa Kuta Rayat

No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1 Pukesmas 2

2 Praktek Swasta (bidan, dokter, perawat) 1

Jumlah 3

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat, 2014

4.4.3 Sarana Air Bersih

Beberapa sarana umum yang terdapat di Desa Kuta Rayat antara lain sarana air bersih, yang berasal dari mata air dan sumur bor yang digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari – hari, seperti yang terlihat dalam tael berikut.

Tabel 4.3 Saran Air Bersih Desa Kuta Rayat

No Sumber Air Bersih Jumlah (Unit)

1 Mata Air 5

2 Sumur Bor 119

Jumlah 124

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat, 2014

(81)

4.4.4 Sarana Pendidikan di Desa Kuta Rayat

Sarana pendidikan juga terdapat di Desa .Kuta Rayat dimana dapat dilihat dibawah ini

Tabel 4.8 Sarana Pendidikan di Desa Kuta Rayat

No Jenis Pendidikan Frekuensi

1 TK 1

2 PAUD 1

3 SD 1

Jumlah 3

Sumber : Kantor Kepala Desa Kuta Rayat, 2014

Sarana pendidikan merupakan tempat bagi anak – anak didik untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan jalan utama untuk mencerdaskan anak – anak bangsa. Kelengkapan dan memadainya sarana pendidikan dapat mempengaruhi nilai pendidikan suatu tempat.

Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang tersedia di Desa Kuta Rayat hanya ada beberapa macam yaitu sekolah yang terdiri dari bangunan TK, PAUD, dan SD.

4.4.5 Sarana Jalan Desa Penelitian

Adapun pembagian sarana jalan dimana jalan sudah diaspal dan lain sebagainya yakni :

1. Jumlah panjang jalan yang diaspal adalah 11 km. 2. Jumlah panjang jalan diperkeras adalah 8 km. 3. Jumlah jalan tanah adalah 15 km.

(82)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menganalisis data-data yang diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden dan hasil wawancara dengan sekretaris desa dan ketua gapoktan Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, dari hasil penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan kepada 30 responden yang mewakili 666 Kepala Keluarga dan terdiri dari 309 petani kentang di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

5.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang Sebelum dan Sesudah erupsi Gunung Sinabung di Desa Kuta Rayat

Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas kentang sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian mengalami perubahan. Luas panen, produktivitas, produksi kentang tersebut mengalami fluktuasi dari tahun 2012 sampai 2014. Naik turunnya produksi kentang di Desa Kuta Rayat dikarenakan akibat dampak erupsi Gunung Sinabung masih terjadi. Perubahan produksi kentang dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang Sebelum dan Sesudah erupsi Gunung Sinabung di Desa Kuta Rayat

Tahun Perkembangan sebelum dan sesudah

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas

(Ton/Ha)

2012 134 1,742 13,00

2013 72 1,044 14,50

(83)

pada tahun 2013 (tahun erupsi) langsung terjadi penurunan luas panen yaitu 72 Ha dengan hasil produksi 1.044 Ton dengan produktivitas 14.50 Ton/Ha. Sesudah erupsi di tahun 2014 juga terjadi penurunan luas panen 28 Ha dengan hasil produksi 350 Ton dan produktivitas 12.50 Ton/Ha.

5.2. Dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produksi, produktivitas, biaya, harga, penerimaan dan pendapatan usahatani kentang di Desa Kuta Rayat

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan petani maka, dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produksi, produktivitas, biaya, harga, penerimaan dan pendapatan usahatani kentang di Desa Kuta Rayat dapat diketahui dari hasil analisis data dibawah ini:

5.2.1 Dampak erupsi terhadap produksi kentang di Desa Kuta Rayat

Dari hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produksi kentang di Desa Kuta Rayat dengan menggunakan SPSS uji beda rata – rata. Dapat dilihat pada tabel 5.2.1 yaitu :

Tabel 5.2.1.a Perbedaan Jumlah Produksi Usahatani Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

No Keterangan Luas Lahan Produksi

(Ha) (Ton/Petani)

1 Sebelum Erupsi 13,7 190,00

2 Sesudah Erupsi 9,95 135,55

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 14 dan 15

(84)

usahatani kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung mengalami penurunan daripada produksi usahatani kentang sebelum erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 5.2.1.b Hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produksi kentang di Desa Kuta Rayat

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

1816.66667 980.88044 179.08345 1450.39989 2182.93344 10.144 29 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

1816.66667 980.88044 179.08345 1450.39989 2182.93344 10.144 29 .000

Dari tabel 5.2.1 diperoleh nilai t sebesar 10.144 dengan sig (2-tailed) sebesar 0.000 atau lebih kecil dari 0.05 maka H0 : ditolak dan H1 : diterima. Sehingga disimpulkan ada perbedaan nyata dan signifikan produksi usahatani kentang di Desa Kuta Rayat sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

5.2.2 Dampak erupsi terhadap produktivitas kentang di Desa Kuta Rayat

(85)

Tabel.5.2.2.a Perbedaan Rata – Rata Produktivitas Usahatani Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

No Keterangan Luas Lahan

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 16 dan 17

Dari pengolahan data primer diperoleh rata - rata produktivitas petani kentang sebelum erupsi Gunung Sinabung adalah 13.724 Ton/Ha dengan luas lahan rata – rata 0.46 Ha dan rata – rata produktivitas petani kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung adalah 13.47 Ton/Ha dengan luas lahan rata – rata 0.33 Ha. Artinya produktivitas usahatani kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung mengalami penurunan dari pada produktivitas usahatani kentang sebelum erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 5.2.2.b Hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kentang di Desa Kuta Rayat

Paired Samples Test

Paired Differences Interval of the

Difference

(86)

5.2.3 Dampak erupsi terhadap harga kentang di Desa Kuta Rayat

Dari hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap harga kentang di Desa Kuta Rayat dengan menggunakan SPSS uji beda rata – rata. Dapat dilihat pada tabel 5.2.3 yaitu :

Tabel 5.2.3.a Perbedaan rata – rata harga kentang sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung

No Keterangan Harga (Rp/Kg)

1 Sebelum Erupsi 5.310.00

2 Sesudah Erupsi 3.833.33

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 14 dan 15

Dari pengolahan data primer diperoleh rata – rata harga kentang sebelum erupsi Gunung Sinabung adalah Rp 5.310.00 dan rata – rata harga kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung adalah Rp 3.833.33. Artinya harga kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung mengalami penurunan dari pada harga kentang sebelum Erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 5.2.3.b Hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap harga kentang di Desa Kuta Rayat

Paired Samples Test

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 harga_sebelum

_erupsi -

harga_sesudah

_erupsi

(87)

disimpulkan ada perbedaan nyata dan signifikan harga kentang di Desa Kuta Rayat sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

5.2.4 Dampak erupsi terhadap biaya kentang di Desa Kuta Rayat

Dari hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap biaya kentang di Desa Kuta Rayat dengan menggunakan SPSS uji beda rata – rata. Dapat dilihat pada tabel 5.2.4 yaitu :

Tabel 5.2.4.a Perbedaan Rata – Rata erupsi Gunung Sinabung terhadap biaya produksi usahatani kentang di Desa Kuta Rayat

No Keterangan Biaya Produksi (Rp/Petani/Tahun)

1 Sebelum Erupsi 17.529.867

2 Sesudah Erupsi 10.570.900

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 12 dan 13

Dari pengolahan data primer diperoleh rata – rata biaya produksi kentang sebelum erupsi Gunung Sinabung adalah Rp 17.529.867 dan rata – rata biaya produksi kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung adalah Rp 10.570.900. Artinya biaya produksi kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung menurun dari pada biaya produksi kentang sebelum erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 5.2.4.b Hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap biaya produksi kentang di Desa Kuta Rayat

Paired Samples Test

Paired Differences Interval of the

Difference

(88)

Dari tabel 5.2.4 diperoleh nilai t sebesar 15.511 dengan sig (2-tailed) sebesar 0.000 atau lebih kecil dari 0.05 maka H0 : ditolak dan H1 : diterima. Sehingga disimpulkan ada perbedaan nyata dan signifikan biaya usahatani kentang di Desa Kuta Rayat sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

5.2.5 Dampak erupsi terhadap penerimaan kentang di Desa Kuta Rayat

Dari hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap penerimaan kentang di Desa Kuta Rayat dengan menggunakan SPSS uji beda rata – rata. Dapat dilihat pada tabel 5.2.6 yaitu :

Tabel. 5.2.5.a Perbedaan Rata – Rata Penerimaan Usahatani Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

No Keterangan Penerimaan (Rp/Petani/Tahun)

1 Sebelum Erupsi 33.660.000

2 Sesudah Erupsi 17.650.667

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 14 dan 15

(89)

Tabel 5.2.5.b Hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap penerimaan kentang di Desa Kuta Rayat

Paired Samples Test

Interval of the

Difference

1.60093E7 6.86838E6 1.25399E6 1.34446E7 1.85740E7 12.767 29 .000

Dari tabel 5.2.6 diperoleh nilai t sebesar 12.767 dengan sig (2-tailed) sebesar 0.000 atau lebih kecil dari 0.05 maka H0 : ditolak dan H1 : diterima. Sehingga disimpulkan ada perbedaan nyata dan signifikan penerimaan usahatani kentang di Desa Kuta Rayat sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

5.2.6 Dampak erupsi terhadap pendapatan kentang di Desa Kuta Rayat

Dari hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan kentang di Desa Kuta Rayat dengan menggunakan SPSS uji beda rata – rata. Dapat dilihat pada tabel 5.2.5 yaitu :

Tabel 5.2.6.a Perbedaan Rataan Pendapatan Usahatani Kentang Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

No Keterangan Pendapatan (Rp/Petani/Tahun) 1 Sebelum Erupsi 18.378.466

2 Sesudah Erupsi 7.079.767

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 18 dan 19

(90)

7.079.767 per tahun. Artinya pendapatan petani kentang sesudah Erupsi Gunung Sinabung menurun daripada pendapatan petani sebelum erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 5.2.6.b Hasil analisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan kentang di Desa Kuta Rayat

Dari tabel 5.2.5.b diperoleh nilai t sebesar 9.658 dengan sig (2-tailed) sebesar 0.000 atau lebih kecil dari 0.05 maka H0 : ditolak dan H1 : diterima. Sehingga disimpulkan ada perbedaan nyata dan signifikan pendapatan usahatani kentang di Desa Kuta Rayat sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 pendapatan_sebelum _erupsi -

pendapatan_sesudah_ erupsi

(91)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan baik melalui wawancara maupun melalui kuisioner yang telah di analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Luas panen kentang di Desa Kuta Rayat sesudah erupsi Gunung Sinabung mengalami penurun yaitu dari 134 Ha menjadi 28 Ha, produksi kentang mengalami penurunan yaitu dari 1.724 Ton menjadi 350 Ton, kemudian produktivitas kentang juga mengalami penurunan yaitu 13.00 Ton/Ha menjadi 12.50 Ton/Ha. Penurunan yang terjadi disebabkan dampak erupsi Gunnung Sinabung.

2. Erupsi Gunung Sinabung memiliki dampak yang signifikan yaitu terjadi penurunan terhadap produksi, biaya, harga, penerimaan, dan pendapatan usahatani kentang sesudah erupsi Gunung Sinabung, maka H0 : ditolak dan H1 : diterima sedangkan untuk produktivitas usahatani kentang tidak mengalami dampak yang signifikan maka H0 : diterima dan H1 : ditolak.

6.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan penelitian maka dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada petani Kentang

(92)

informasi dan secara intensif melakukan perawatan tanaman baik itu penglohan lahan, pemupukan penyiraman serta penyemprotan agar produktivitas dan pendapatan dapat meningkat.

2. Kepada pemerintah

Diharapkan lebih meningkatkan pelaksanaan bentuk program yang sebelumnya dilaksanakan dan terus berkesinambungan dan lebih berperan aktif lagi untuk membantu petani dalam kondisi yang saat ini di Desa Kuta Rayat yang mengalami perubahan yang menurun akibat dampak erupsi Gunung Sinabung agar memberikan perhatian terhadap kebutuhan petani serta masalah – masalah yang dihadapi petani kentang dengan memperdayakan penyuluh pertanian dan membantu petani dengan penyedian sarana produksi, terkhusus bagi petani yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung dengan tujuan agar kegiatan usahatani di desa dapat kembali berlangsung seperti semula disaat sebelum erupsi Gunung Sinabung.

3. Kepada Penelitian Selanjutnya

(93)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Kentang

Kentang (Solanum tuberosum) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak mendatangkan keuntungan bagi petani, mempunyai dampak baik dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti sayuran lain, dan merupakan sumber kalori, protein dan juga vitamin.

(Setiawati, 2007).

Klasifikasi Tanaman Kentang adalah sebagai berikut: Kingdoom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdoom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super devisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Devisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil) Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (Suku terung- terungan) Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L

(94)

menanam kentang di dataran tinggi yang harus disiapkan dengan seksama adalah : (1) Penyiapan lahan; (2) Penyiapan pupuk kandang; (3) Penyediaan benih umbi bertunas; (4) Penyediaan pupuk buatan dan pestisida; dan (5) Penanaman.

1. Penyiapan Lahan

Lahan untuk bertanam kentang hendaknya bersih dari semak dan sisa-sisa akar tanaman sebelumnya. Tanah diolah dengan cangkul atau traktor sedalam 30 - 40 cm sampai halus dan bersih dari gulma. Hal ini perlu dilakukan karena tanaman kentang menghendaki tanah yang gembur dengan aerasi yang baik untuk berkembangnya umbi. Jika tanahnya keras atau lengket, umbi sulit berkembang dan kualitas umbi yang dihasilkan tidak baik (Setiawati, 2007).

2. Penyiapan Pupuk Kandang dan Pupuk Kimia

Lahan yang sudah diolah diberi pupuk kandang atau kompos yang matang yang ditebarkan secara merata atau ditaruh pada tempat penanaman benih kentang. Meski begitu, sebaiknya pupuk kandang diletakkan dalam garitan atau alur dangkal selebar ± 15 cm yang dibuat lurus dengan arah Timur - Barat dan jarak antar garitan 70-80 cm. Pupuk kandang ditaruh dalam alur berjarak 25 - 30 cm. Setiap satu hektar membutuhkan pupuk kandang/kompos sekitar 20 - 30 ton atau 0,5 - 0,8 kg/tanaman.

(95)

3. Penyediaan Benih

Saat penanaman, sebaiknya gunakan benih kentang bentuk umbi yang sudah bertunas dan berasal dari varietas bermutu, seperti varietas Granula, Atlantik, Cosima, Agria dan Desiree yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang akan ditanaman kentang tersebut. Untuk satu hektar membutuhkan benih 1.200 - 2.000 kg dengan berat umbi sekitar 30 - 60 gram/umbi.

Jika umbi kentang yang akan ditanam itu belum bertunas, simpan dulu dalam tempat/gudang penyimpanan 3 - 4 bulan, tergantung dari varietas kentang. Untuk mempercepat munculnya tunas dapat diberi Etelen cair (rendite) atau gas CS2 dengan dosis 20 - 25 cc/100 kg umbi kentang (Setiawati,2007).

4. Penyediaan Pestisida

Selain itu disiapkan pula pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin menyerang tanaman kentang yang sedang ditanam tersebut. Jenis pestisida yang disiapkan disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang umum menyerang pertanaman kentang di daerah tersebut.

OPT penting yang menyerang tanaman kentang antara lain adalah penggerek umbi kentang, kutu daun persik, lalat pengorok daun, trips, kumbang kentang, tungau kuning, anjing tanah, hama uret, virus daun menggulung, penyakit busuk daun, penyakit becak kering alternaria, penyakit layu bakteri, penyakit kudis dan nematoda. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain adalah :

(96)

- Penggunaan perangkap kuning dan feromon seks - Penggunaan pestisida nabati

- Penggunaan pestisida kimia sesuai dengan anjuran dan harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya (Setiawati,2007).

Selain dari beberapa pengendalian di atas, ada bebera hal yang tidak kalah penting untuk mencegah hama, yaitu:

- Rotasi Tanaman

Ini merupakan salah satu cara untuk memutus penyediaan makanan bagi hama yaitu dengan tidak menanam jenis tanaman yang sama dari satu musim kemusim lain dan jenis tanaman itu bukan inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya.

- Pemberoan Lahan

Pemberoaan lahan pada suatu tempat bertujuan mengosongkan lahan sehingga hama tidak menjumpai makanan yang sesuai dan akhirnya populasinya menurun. Pemberoan juga dilakukan untuk pengawetan tanah. Dalam melakukan pemberoan perlu diperhatikan sifat biologi dan perilaku hama. Biasanya pemberoan dilakukan selama 3 musim atau kurang lebih 9 bulan.

(97)

atau 30 X 70 cm. Selanjutnya diberi pupuk buatan sebanyak 14 - 15 gram/tanaman yang terdiri dari campuran Urea, SP-36 dan KCL yang ditaruh di samping kanan dan kiri umbi yang ditanam itu. Untuk mencegah hama orong-orong atau anjingtanah bisa menggunakan Furdan 3 G sebanyak 30 kg/ha yang ditaburkan pada benih umbi kentang yang ditanam tersebut. Sesudah benih kentang ditanam, benih segera ditutup/diurug tanah setebal 15 - 20 cm supaya benih tidak kekeringan kena sinar matahari. Untuk menutup tanah pada umbi itu bisa dilakukan dengan cara tanah diantara barisan alur benih dikeruk selebar 30 cm dengan kedalaman 30 - 40 cm. Dengan cara ini maka terbentuklah guludan dan bagian tanah yang dikeruk membentuk selokan yang berguna untuk drainase dan jalan bagi pekerja sewaktu melakukan pemeliharaan tanaman. Umbi kentang yang sudah ditanam itu perlu dipelihara sebagaimana mestinya supaya pertumbuhannya optimal sehingga umbi kentang yang diperoleh nantinya seperti apa yang diharapkan (Setiawati, 2007).

2.1.2 Pengertian Dampak

Pengertian dampak adalah pengaruh atau efek tidak langsung dari erupsi Gunung Sinabung atau dari bencana alam. Pengaruh atau efek adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI Online, 2010)

(98)

2.1.3 Bencana Alam dan Dampaknya

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun,tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam.

Dampak lain dari erupsi Merapi adalah masalah sosial ekonomi masyarakat tani. Disamping kehilangan sanak saudara, harta benda, mereka juga kehilangan mata pencarian dari usahataninya (Martini, 2011).

(99)

ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat dan topan (Wikipedia, 2011).

2.1.4 Erupsi Gunung Sinabung dan Dampaknya

Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo, merupakan salah salah satu gunung penghasil air yang banyak dan strategis, gunung ini di kelilingi oleh hutan. Gunung Sinabung adalah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung dan Sibayak adalah dua gunung berapi aktif yang berdekatan di Kabupaten Karo. Ketinggian Gunung Sinabung 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Kordinat puncak Gunung Sinabung adalah 3˚10’’ LU, 98 ˚23’’ BT.

Peristiwa letusan pertama sejak 27 agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 agustus 2010 sekitar pukul 00.15 WIB Gunung Sinabung Mengeluarkan Lava. Status gunung dinaikkan menjadi “awas” 28.000 warga disekitarnya dari 29 desa dievakuasi dan ditampung ditempat yang lebih aman. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari barat daya menuju timur laut. Sebagian kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung.

(Purba, 2013).

(100)

vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilo meter di sekitar gunung ini. Pada tanggal 7 September 2010, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif.

Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, dalam bulan September 2013,telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Status Gunung Sinabung dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari.

Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman. Abu vulkanis selain menutupi jalanan, rumah-rumah penduduk juga menutupi tanaman. Debu vulkanik berdampak pada 6 (enam) kecamatan di sekitar Gunung Sinabung yaitu Kecamatan Namanteran, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Dolat rayat, Kecamatan Barus Jahe, dan Kecamatan Berastagi. Letusan terkini terjadi pada tanggal 15 Oktober 2013 dan dilaporkan juga mengeluarkan lava.

(101)

panas, material pijar, hujan abu, kemungkinan gas beracun yang terlempar ke atmosfer. Semua material tersebut memiliki dampak yang berbeda - beda terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak negatif dan dampak positif. Gunung Sinabung mengeluarkan bahan material vulkanik seperti debu dan awan panas yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan jatuh wilayah hingga mencapai ± 25 km dari kawah ke arah timur karena pengaruh hembusan angin.

Di Beberapa desa mengalami dampak langsung antara lain bangunan/ rumah, lahan, dan tanaman diselimuti oleh debu dan diperparah lagi selama 3 minggu pasca erupsi tidak ada turun hujan. Akibat debu dari erupsi Gunung Sinabung yang menyelimuti atap seng bangunan rumah penduduk terlihat berwarna kekuningan dijumpai pada desa Sukanalu (5 km), Sadaperarih (10 km) dan Dolat Rayat (15km) diperkirakan akan merusak atas bangunan rumah. (PVMBG, 2013).

Penanganan sayuran yang terkena dampak Erupsi Gunung Sinabung adalah sebagai berikut:

a. Perlu penyediaan embung di daerah erupsi gunung Sinabung, karena tanaman sayuran yang terkena abu vulkanik perlu segera disiram air.

b. Daun tanaman yang sudah tua terkena abu gunung Sinabung sebaiknya dipangkas/ dihilangkan (BPTP Sumut, 2013).

(102)

kejadian sebelumnya (800-1000 tahun lalu), namun demikian awan abunya dapat lebih panjang 1-2 km dari ujung endapan awan panas (PVMBG, 2013).

Material Gunung merapi berpengaruh terhadap pertanian barupa (1) abu vulkanik yang tersembur ke angkasa, lalu terdeposit di lahan pertanian atau menutupi pertanaman padi dan paliwija dalam berbagai ketebalan dan luasan; (2) lahar dingin secara fisik dapat merusak pertanaman pertanian dengan tingkat keparahan dari luasan yang berbeda; (3) gas ataupun cairan lahar yang keluar dari perut gunung, biassanya didominasi oleh sulfur yang ditandai oleh baunya yang menyengat hidung. Diantara ketiga material butir lebih luas dampaknya terhadap pertanian (Martini, dkk., 2011).

(103)

Pengertian dampak kaitannya dengan erupsi Gunung Sinabung adalah pengaruh erupsi Gunung Sinabung yang mendatangkan akibat bagi manusia dan lingkungannya, baik positif maupun negatif. Dampak positif adalah dampak erupsi yang memberikan pengaruh positif bagi kinerja usahatani, sementara dampak negatif erupsi adalah dampak yang memberikan pengaruh negatif kepada kinerja usahatani.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hilda (2014), dengan judul “Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis skala likert, analisis usahatani dan analisis komparatif. Metode analisis skala likert digunakan untuk menghitung skor kinerja petani tomat sebelum dan sesudah Erupsi Gunung Sinabung. Metode analisis usahatani digunakan untuk menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan petani tomat sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Hasil penelitian antara lain, perkembangan produksi tomat sebelum dan sesudah Erupsi Gunung Sinabung adalah meningkat. Kinerja petani dalam sistem agribisnis sebelum erupsi Gunung Sinabung lebih rendah daripada sesudah erupsi Gunung Sinabung. Pendapatan petani tomat sebelum erupsi Gunung Sinabung lebih rendah daripada setelah erupsi Gunung Sinabung.

(104)

dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang ada pada dasarnya membandingkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo. Dalam hal ini, dampak sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat tidak positip, artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta kesehatan, hasil penelitian yang diperoleh yaitu “ H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dan Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo” maka H1 diterima dan Ho ditolak setelah diadakan analisa data melalui uji t maka nilai t hitung positif yang berarti terdapat hubungan yang signifikan terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. Bencana meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

2.2 Landasan Teori

(105)

sebaik – baiknya dan dikatakan efisien bila pemamfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

(Soekartawi, 1995).

Produksi adalah suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi output. Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali, hingga pemasaran hasilnya. Istilah produksi dipergunakan dalam organisasi yang menghasilkan keluaran atau output berupa barang dan jasa. Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan input menjadi keluaran atau Output (Fuad, 2000).

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting (Soekartawi, 1989).

(106)

Modal yaitu sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Dalam pengertian luas dan umum merupakan keseluruhan nilai dari sumber-sumber ekonomi non manusiawi (Hanafie, 2010).

Menurut Mubyarto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu, dalam hal ini, hasil pertanian. Modal petani berupa barang adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih disawah dan lain-lain.

Menurut sifatnya, modal dibedakan menjadi dua yakni modal tetap yang meliputi tanah bangunan dan modal tidak tetap yang meliputi alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak, ikan di kolam. Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas dan menciptakan kekayaan serta pendapatan usahatani.

Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dalam mencapai tujuannya, selain memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada, manajemen juga menggunakan metode ilmiah dan seni dalam setiap pendekatan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi (Fuad, 2000).

(107)

tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang (Mubyarto, 1989).

Biaya merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, peternak) untuk memperoleh faktor – faktor produksi yang akan digunakan dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal.

(Rahim dan Hastuti, 2007).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefenisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tidak tetap atau biaya variable biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah – ubah tergantung besar kecilnya produksi yang diinginkan (Soekartawi, 1995).

(108)

merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, tetapi sampai saat ini tetap saja harga masi merupakan masalah. Harga produk pertanian umumnya adalah berfluktuasi. Oleh karena itu, diperlukan stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian bahan baku yang berulang – ulang pada harga yang tidak pasti (Soekartawi, 2002).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Cara menghitung penerimaan usahatani adalah :

TR = P. Q

TC = TFC + TVC

Dimana :

P = Harga per satuan (Rp) Q = Jumlah Produksi (Kg) TVC = Total Biaya Variabel TFC = Total Biaya Tetap (Rp) (Suratiyah, 2006).

(109)

Dimana :

I = Pendapatan TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 2002).

Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor (variabel) yang paling mempengaruhi pendapatan adalah jumlah produksi, harga produksi dan harga input produksi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Keberadaan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo mempengaruhi keadaan pertanian di daerah tersebut. Erupsi Gunung Sinabung berpengaruh nyata terhadap usahatani di sekitarnya.

Salah satu kegiatan usahatani yang mengalami dampak erupsi Gunung Sinabung adalah usahatani kentang. Dampaknya berpengaruh dalam menjalankan usahataninya pada aspek luas tanam, luas panen, produksi, biaya, penerimaan dan pendapatan usahataninya berpengaruh pada proses produksi dan hasil produksi.

(110)

Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Untuk lebih jelasnya, skema krangka pemikiran dapat di rumuskan sebagai berikut :

Erupsi Gunung Sinabung

Luas Panen sebelum erupsi

Luas Panen sesudah erupsi

Produksi sebelum erupsi

Produksi sesudah erupsi

Penerimaan sebelum erupsi

Penerimaan sesudah erupsi

Pendapatan sesudah erupsi Biaya Produksi

sebelum dan sesudah erupsi

Pendapatan sebelum Produktivitas sebelum erupsi

Produktivitas sesudah erupsi

(111)

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai landasan teori yang telah dibangun, maka diajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut:

1. Terdapat perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang yang menurun sesudah erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian dibandingkan sebelum erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.

(112)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan, subsektor hortikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Pada tahap awal pembangunan, sektor pertanian merupakan penopang perekonomian. Dapat dikatakan demikian, karena pertanian membentuk proporsi yang sangat besar bagi devisa negara, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat (Khazanani, 2011).

Salah satu dari subsektor pertanian di Indonesia yang sedang semarak dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medicinal plants), tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias (Departemen Pertanian, 2014).

(113)

Bangladesh, Korea Utara, Nepal, Pakistan, Vietnam dan Korea Selatan. Untuk Asia kondisi terakhir, sepertinya Korea Selatan dan China merupakan negara dengan produksi tertinggi mencapai sekitar 30 – 35 ton/hektar. Masih jauh dibandingkan dengan Belanda yang mencapai sekitar 70 – 80 ton/hektar, Amerika 80 – 90 ton/hektar dan Australia kemungkinan tertinggi mencapai di atas 100 ton/hektar. Besar kemungkinan angka-angka di atas sekarang sudah lebih tinggi lagi (Anonimous, 2011).

Indonesia masih tertinggal dalam produktivitasnya hanya 16,58 ton/hektar. Jauh tertinggal dibandingkan Australia, Belanda, China dan lainnya. Sementara untuk produktivitas kentang pada daerah Sumatera Utara dalam empat tahun terakhir yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Sumatera Utara Tahun 2009-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 - 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat luas areal mengalami fluktuatif, sama halnya dengan produksi dan produktivitas dari tahun ke tahun. Untuk produksi tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,61 % , disusul tahun 2011 kembali menurun sebesar 2,47 % dan ditahun 2012 meningkat kembali sebesar 4,6 %. Sementara produktivitas pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,10 % namun berbeda dengan tahun 2011 dan 2012 masing-masing mengalami peningkatan sebesar 7,95 % dan 0,87 %.

Tahun Luas panen Produksi Produktivitas

(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

2009 8013 129587 16,17

2010 7972 126203 15,83

2011 7203 123078 17,09

(114)

Untuk sentra produksi kentang pada daerah Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.1 Daerah Sentra Produksi Tanaman Kentang di Sumatera Utara Tahun 2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012

(115)

No Kecamatan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Luas Produksi Produktivitas Luas Produksi Produktivitas Luas Produksi Produktivitas Luas Produksi Produktivitas Luas Produksi Produktivitas panen (Ton) (Ton/ Ha) panen (Ton) (Ton/Ha) panen (Ton) (Ton/Ha) panen (Ton) (Ton/Ha) panen (Ton) (Ton/Ha)

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

9. Simpang Empat 194 1.925 9,92 230 4.663 20,27 234 3.041 12.995.7 205 2.925 14.268.3 229 3.363 14,69 10. Naman Teran 465 5.813 12,50 832 6.852 8,24 1.183 22.584 19.090.4 666 13.351 20.046.5 192 3.360 17,50 11. Merdeka 273 3.826 14,01 324 5.740 17,72 383 5.606 14.637.0 325 4.826 14.849.2 396 6.940 17,53 12. Kabanjahe 124 2.530 20,40 215 3.594 16,72 381 7.237 18.994.7 290 5.800 20.000 237 4.594 19,38 13. Berastagi 120 1.754 14,62 120 1.533 12,78 108 2.083 19.287.0 153 2.754 18.000 147 2.333 15,87 14. Tiga Panah 198 2.579 13,03 98 987 10,07 298 3.178 10.664.4 212 3.579 16.882.1 107 1.520 14,21 15. Dolat Rayat 52 982 18,88 87 895 10,29 94 1.410 15.000 69 1.304 18.898.6 109 1.267 11,62 16. Merek 222 2.598 11,70 378 4.875 12,90 502 7.076 14.095.6 257 3.598 14.000 409 5.999 14,67 17. Barus Jahe 120 1.284 10,70 135 1.591 11,79 89 1.744 19.595.5 142 2.284 16.084.5 156 2.791 17,89 Total 1.768 23.291 125,77 135 30.730 120,76 3.272 53.959 57.231 2.319 40.421 42.740 1.983 32.185 143,35

Sementara untuk luas panen, produksi dan produktivitas kentang di Kabupaten Karo menurut Per Kecamatan sebagai sentra produksi kentang sebelum dan sesudah Erupsi Gunung Sinabung pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Data Produksi Tanaman Komoditi Kentang Per Kecamatan Tahun 2010-2014 Kabupaten Karo

Pada tahun 2012, Kecamatan Naman Teran menghasilkan produksi kentang sebesar 22.584 Ton, pada tahun 2013 menghasilkan produksi sebesar 13.351 Ton, pada tahun 2014 Kecamatan Naman Teran menghasilkan 3.360 Ton. Produksi kentang mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2014 yang dikarenakan dampak erupsi Gunung Sinabung pada saat itu banyak merusak hamparan usahatani tanaman kentang di Kecamatan Naman Teran akibat terkena abu vulkanik dan larva dingin.

Gambar

Tabel 4.1 Penggunaan Wilayah Lahan Pertanian
Tabel 4.3 Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Pertanian
Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 4.3 Saran Air Bersih Desa Kuta Rayat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbandingan produktivitas petani Buncis sebelum (tahun 2009) dan sesudah (tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum

Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun). Nomor

Penggunaan dan Biaya Bibit/Benih per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian..

desa penghasil kentang terbesar yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Kecamatan Naman Teran ini terdiri dari 14 Desa, salah satunya adalah

Penanganan sayuran yang terkena dampak Erupsi Gunung Sinabung adalah.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbandingan produktivitas petani Buncis sebelum (tahun 2009) dan sesudah (tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Luas panen, produksi dan produktivitas terjadinya perubahan menurun pada luas lahan, tanam dan luas panen (2) Erupsi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Luas panen, produksi dan produktivitas terjadinya perubahan menurun pada luas lahan, tanam dan luas panen (2) Erupsi